Anda di halaman 1dari 7

KONSISTENSI PENGGUNAAN ISTILAH GASTROENTERITIS PADA

KOTA TASIKMALAYA

Reni Asmaya Lestari1 2

Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

Abstract

Keywords

Abstrak
Setiap sarana pelayanan kesehatan membutuhkan bahasa khusus sebagai sarana komunikasi antar petugas,

harus memberikan pemahaman yang sama bagi semua petugas. Istilah medis tersebut dapat berupa prosedur
diagnosis, terapi bedah atau obat.Penggunaan istilah yang bervariasi dalam satu penyakit dapat menimbulkan
kesulitan dalam pengumpulan, perolehan informasi morbiditas dan mortalitas.Penggunaan istilah medis
gastroenteritis pada dokumen rekam medis rawat inap RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya masih ada yang
tidak konsisten.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konsistensi penggunaan istilah medis gastroenteritis
pada dokumen rekam medis rawat inap.Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan retrosektif.
Pengambilan sampel menggunakan dari populasi 299 dan diperoleh sampel sebanyak
171. Pengumpulan data dengan cara observasi dan telaah dokumen rekam medis rawat inap. Hasil penelitian
menunjukan bahwa penggunaan istilah medis dari 171 dokumen terdapat 43% yang konsisten dan 57% yang
tidak konsisten. Petugas pelayanan hendaknya memperbaiki hasil pencatatan, agar informasi yang ada dalam
dokumen rekam medis lebih berkualitas. Perlu adanya kerja sama antar profesi tenaga kerja di rumah sakit,
supaya terjalin komunikasi dan koordinasi yang baik dalam mengisi dokumen rekam medis.
Kata Kunci: Konsistensi, Istilah Medis, Gastroenteritis

PENDAHULUAN diperrlukan dalam mendukung penyelenggaraan


upaya kesehatan (Hosizah, 2014:110-141).
Sistem Kesehatan (health system) adalah tatanan
yang bertujuan tercapainya derajat kesehatan yang Penyelenggaraan pelayanan Rumah Sakit salah
bermutu tinggi dan merata, melalui upaya-upaya satunya adalah unit rekam medis. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.269/
serta terjangkau (Hatta, 2008:6). Rumah sakit sebagai MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 yang dimaksud
salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan dengan Rekam Medis adalah berkas yang berisikan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

5 5
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan dr.Soekardjo kasus terbanyak terdapat pada periode
lain yang telah diberikan kepada pasien. Dokumen
yang terdapat dalam rekam medis merupakan dari 883 kasus.
catatan dokter, dokter gigi dan/atau tenaga kesehatan
Pada hasil pencatatan tenaga medis pemberi
tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang,
pelayanan,tidak sedikit dijumpai maksud dari catatan
catatan observasi dan pengobatan harian dan
medis adalah Gastroenteritis, tetapi dengan istilah
semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar
yang tertulis dalam dokumen rekam medis berbeda.
pencitraan (imaging), dan rekaman elektro diagnosis.
Sehingga petugas rekam medis membutuhkan waktu
Rekam medis dalam pembuatannya juga dijelaskan
yang lama untuk dapat menentukan diagnosis yang
dalam Pasal 2 ayat (1) bahwa Rekam medis harus
sebenarnya.Upaya menghindari hal itu terjadi, rekam
di buat secara tertulis, lengkap, dan jelas (Hosizah,
medis pasien dilakukan kegiatan dengan
2014:596-597).
analisis kualitatif dokumen rekam medis.Kegiatan
Penyelenggara pelayanan kesehatan harus mampu ini dimaksudkan untuk meminimalisir catatan yang
tidak konsisten.Namun, dalam pelaksanaannya
dan efektif, dengan memanfaatkan data medis dan petugas rekam medis cenderung hanya melaksanakan
ilmu pengetahuan yang mutakhir. Hal tersebut analisis kuantitatif dan belum ke arah analisis
dalam upaya menghasilkan produk pelayanan yang kualitatif.Penyebabnya karena terbatasnya waktu
memenuhi standar dan kebutuhan konsumen sesuai atau keterampilan dari petugas rekam medis itu
dengan perkembangan zaman. Agar upaya tersebut sendiri. Padahal, semakin tingginya tingkat sarana
bisa berhasil tercapai maka pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan yang ada, kebutuhan akan
harus memiliki terminologi medis penyakit dan analisis kualitatif menjadi semakin kompleks (Hatta,
kesehatan yang seragam di bidang prosedur 2008).
diagnosis, terapi medis bedah ataupun obat, yang
Dalam pelaksanaannya, sebelum menyimpan
dimengerti dan digunakan secara bersama. Sehingga
dokumen rekam medis ke dalam rak penjajaran
dapat dengan mudah diintegrasikan ke rekam medis
( ), petugas rekam medis sering kurang jeli dalam
manual ataupun berbasis komputer.
menganalisis dokumen rekam medis.Akibatnya, bila
Seiring berkembangnya penggunaan istilah medis dokumen rekam medis diperiksa kembali sering
dalam pelayanan kesehatan yang didukung dengan terdapat kekuranglengkapan data atau informasi
beragamnya latar belakang pendidikan tenaga medis yang vital. Dari sudut pertanggungjawaban secara
yang bervariasi, maka penggunaan istilah medis hukum, ketidakcermatan dalam penganalisisan dapat
pun menjadi bervariasi. Selama bertahun-tahun, berakibat fatal, baik terhadap pasien, instansi maupun
banyak penyakit dan prosedur diperkenalkan dengan sebagai ancaman kelalaian terhadap pihak pengisi.
istilah yang berbeda-beda. Penggunaan lebih dari Mengingat data atau informasi harus lengkap, maka
satu perolehan istilah untuk penyakit yang sama, penggunaan istilah medis pun merupakan suatu hal
menyulitkan dalam pengumpulan dan perolehan yang penting, agar tidak terjadi perbedaan persepsi
informasi morbiditas dan mortalitas yang akurat dan atau pendapat para pemberi pelayanan kesehatan di
tepat (Hatta, 2008:130-131). suatu instansi serta berefek pada tidak akuratnya data
morbiditas yang dihasilkan.
Berkaitan dengan hal tersebut sering kali ditemukan
berbagai istilah medis yang berbeda untuk satu studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di
maksud yang sama, dalam hal ini kasus gastroenteritis. RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya tanggal 11
Gastroenteritis merupakan suatu penyakit yang Februari 2015 diperoleh data dari ruang rekam medis,
sering ditemukan di berbagai belahan dunia, terutama diketahui bahwa dalam penggunaan istilah medis
daerah tropis. Penyakit ini menyerang masyarakat gastroenteritis masih ada yang belum menggunakan
pada semua kelompok usia dan merupakan penyebab istilah medis yang konsisten dan sesuai dengan ICD-
utama morbiditas dan mortalitas. Dalam Profil 10. Dokumen rekam medis dikatakan konsisten apabila
Kesehatan Indonesia 2010, menurut Daftar Tabulasi pengisian dan penggunaan istilah medis pada dokumen
Dasar (DTD) pola 10 penyakit terbanyak pada pasien sesuai dengan penggunaan maksud istilah medis pada
rawat inap di rumah sakit tahun 2010 menunjukan ICD-10.Begitupun sebaliknya, apabila pengisian dan
bahwa kasus terbanyak merupakan penyakit penggunaan istilah medis pada dokumen tidak sesuai
gastroenteritis dengan jumlah total kasus sebesar dengan penggunaan istilah medis pada ICD-10 maka
71.889 kasus. Pada kasus yang sama di RSUD dikatakan tidak konsisten.Hal tersebut diketahui

6
Reni Asmaya Lestari dan Ida Wahyuni. Konsistensi Pengunaan Istilah Gastroentritis pada ...

bahwa dari 10 dokumen rekam medis dengan kasus Tabel 1


gastroenteritis terdapat 6 dokumen yang penggunaan Gastroenteritis (n=171)
istilah medisnya tidak sesuai dengan istilah medis Triwulan IV Ta-
pada ICD-10. hun 2014
No Istilah Bu- Bu- Bu- Jml
Mengingat rekaman medis pasien sebagai bukti hasil
lan lan lan
pelayanan yang diberikan terhadap pasien mencakup 10 11 12
informasi standar yang harus lengkap dan berkualitas, 1 Gastroenteritis 5 1 4 10
maka penelitian ini dilakukan dalam rangka mengetahui
2 Gastroenteritis Akut 4 1 1 6
Konsistensi Penggunaan Istilah Gastroenteritis pada
Dokumen Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit 3 GE 10 6 5 21
Umum Daerah dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya. 4 GEA 17 11 9 37
5 Diare 23 10 13 46

METODE 6 Diare Akut 18 3 5 26

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian 7 Diare Kronis 14 3 8 25


yang dimaksudkan untuk memotret konsistensi Jumlah 91 35 45 171
penggunaan istilah gastroenteritis, dengan menggali
informasi dengan pendekatan retrospektif. Populasi Berdasarkan tabel 1 terdapat tujuh istilah medis
dalam penelitian ini berupa dokumen rekam yang dipergunakan untuk kasus gastroenteritis yaitu
medis rawat inap kasus gastroenteritis di RSUD Gastroenteritis, Gastroenteritis Akut, GE, GEA,
Diare, Diare Akut dan Diare Kronis dan diketahui
299 dokumen. Dengan teknik Random Sederhana pula untuk penggunaan istilah yang konsisten
( ) didapatkan sampel (Gastroenteritis, Gastroenteritis Akut, GE dan GEA)
dan ada penggunaan istilah medis gastroenteritis
konsistensi penggunaan istilah medis gastroenteritis yang tidak konsisten (Diare, Diare Akut dan Diare
pada dokumen rekam medis rawat inap. Teknik Kronis).
pengumpulan data yaitu Observasi dengan instrumen
yang digunakan adalah lembar obeservasi. Analisis
-
data dengan univariat dalam bentuk tabel distribusi
enteritis
frekuensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari
hasil tabel 1 dengan jumlah 171 dokumen rekam
HASIL medis, maka didapatkan data seperti tabel berikut ini:
-
teritis
-
Berdasakan hasil penelitian di RSUD dr.Soekardjo
Kota Tasikmalaya mengenai konsistensi penggunaan
- Triwulan IV Tahun 2014
istilah medis gastroenteritis pada dokumen rekam Jumlah
No naan Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12
medis rawat inap didapatkan data dengan beberapa Istilah n P n P n P n P
penggunaan istilah yang berbeda-beda seperti pada
tabel berikut: 1 Konsisten 36 40% 19 54% 19 42% 74 43%
Tidak
2 55 60% 16 46% 26 58% 97 57%
Konsisten
Jumlah 91 100% 35 100% 45 100% 171 100%

7
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

Dari data pada tabel 2 dapat diketahui bahwa pada dokumen rekam medis sudah ada ketentuan
konsistensi penggunaan istilah medis gastroenteritis yang mengatur tata cara pengisian dokumen rekam
di RSUD dr.Soekardjo dari 171 dokumen rekam medis medis pasien berupa Standar Operasional Prosedur
rawat inap terdapat 74 dokumen rekam medis (43%) (SOP). Pelaksanaan pengisian item informasi pada
yang konsisten dan 97 dokumen rekam medis (57%) formulir dalam dokumen rekam medis khususnya
yang tidak konsisten penggunaan istilah medisnya. pasien rawat inap telah mengikuti SOP, salah satunya
Dimana, tingkat kekonsistenan penggunaan istilah lembar masuk dan keluar (CM 1). Namun dari hasil
medis pada dokumen rekam medis yang paling observasi ditemukan ketidaksesuaian pelaksanaan
tinggi terdapat pada bulan November dengan jumlah kegiatan pengisian dengan SOP, khususnya mengenai
19 dokumen (54%) dari 35 dokumen rekam medis, pengisian diagnosis utama. Menurut Hatta (2008:170)
sedangkan tingkat kekonsistenan penggunaan istilah Diagnosis Utama adalah kondisi yang ditentukan
medis pada dokumen rekam medis yang paling setelah penelaahan sebagai paling bertanggung jawab
rendah terdapat pada bulan Oktober dengan jumlah akan kedatangan pasien ke rumah sakit atau rumah
36 dokumen (40%) dari 91 dokumen rekam medis. perawatan untuk memperoleh perawatan. Dalam
Selain itu, tingkat ketidakkonsistenan penggunaan SOP No. 38/CM/2010 tentang Pengisian Lembar
istilah medis pada dokumen rekam medis yang paling Masuk dan Keluar (CM 1) pada prosedur pengisian
tinggi terdapat pada bulan Oktober dengan jumlah diagnosis utama poin 4.21 bahwa Diagnosa utama
55 dokumen (60%) dari 91 dokumen rekam medis, adalah penyakit yang selama dirawat membutuhkan
sedangkantingkat ketidakkonsistenan penggunaan perawatan paling lama atau lebih intensif atau lebih
istilah medis pada dokumen rekam medis yang paling membutuhkan biaya, sebaiknya tidak menulis
rendah terdapat pada bulan November dengan jumlah symptom dan sign sebagai diagnosis utama. Bila
16 dokumen (46%) dari 35 dokumen rekam medis. gejala-gejala dari diagnosis utama perlu dicatat,
tulislah dalam kurung dibelakang diagnosis utama,
misal : GE Akut (dehidrasi asidosis).
PEMBAHASAN
Berkaitan dengan hal tersebut ditemukan ada
tujuh istilah medis yang dipergunakan untuk
penyakit gastroenteritis, meliputi Gastroenteritis,
Penyelenggara pelayanan kesehatan harus mampu
Gastroenteritis Akut, GE, GEA, Diare, Diare Akut
dan Diare Kronis. Dimana, kondisi gejala yaitu
dan efektif, dengan memanfaatkan data medis
seperti Diare, Diare Akut dan Diare Kronis sebaiknya
dan ilmu pengetahuan yang mutakhir.Hal tersebut
tidak ditulis sebagai diagnosis utama, karena kondisi
dalam upaya menghasilkan produk pelayanan yang
gejala tersebut tidak sesuai dengan SOP Pengisian
memenuhi standar dan kebutuhan konsumen sesuai
Lembar Masuk dan Keluar. Bilamana hal itu terjadi
dengan perkembangan zaman.Agar upaya tersebut
maka, penggunaan lebih dari satu istilah medis untuk
bisa berhasil tercapai maka pelayanan kesehatan
satu penyakit yang sama akan menyulitkan dalam
harus memiliki terminologi medis penyakit dan
pengumpulan, perolehan dan pengolahan informasi
kesehatan yang seragam di bidang prosedur
morbiditas dan mortalitas yang akurat dan tepat
diagnosis, terapi medis bedah ataupun obat, yang
(Hatta, 2008:131).
dimengerti dan digunakan secara bersama sehingga
dapat dengan mudah diintegrasikan ke rekam medis Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di
manual ataupun berbasis komputer. Selama bertahun- RSUD dr.Soekardjo dengan petugas rekam medis
tahun, banyak penyakit dan prosedur diperkenalkan diketahui bahwa penyebab penggunaan istilah yang
dengan istilah yang berbeda-beda. Penggunaan lebih berbeda-beda yaitu pelaksanaan analisis kualitatif di
dari satu perolehan istilah untuk penyakit yang sama, RSUD dr.Soekardjo belum dilaksanakan.Hal tersebut
menyulitkan dalam pengumpulan dan perolehan disebabkan karena kurangnya Sumber Daya Manusia
informasi morbiditas dan mortalitas yang akurat dan (SDM) di bagian . Selain itu, jika analisis
tepat (Hatta, 2008). kualitatif dilakukan dalam waktu satu hari tidak
akan cukup karena melakukan analisis kualitatif
Berdasarkan observasi pada penelitian yang
terhadap satu DRM akan memakan waktu yang
dilakukan pada tanggal 12-18 Mei 2015 di Rumah
lama. Penyebab lainnya yaitu kurangnya komunikasi
Sakit Umum Daerah dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya
antara petugas rekam medis dengan dokter yang
diketahui bahwa dalam pengisian formulir-formulir

8
Reni Asmaya Lestari dan Ida Wahyuni. Konsistensi Pengunaan Istilah Gastroentritis pada ...

merawat dalam mengisi dokumen rekam medis, penelitian dan pendidikan karena informasi yang
karena diagnosis utama tidak seharusnya diisi dengan dihasilkan tidak konsisten atau belum lengkap.
gejala. Penyebab selanjutnya belum adanya pedoman Hal tersebut, mengacu pada Peraturan Menteri
pembakuan istilah medis untuk satu kasus penyakit Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
yang sama, sehingga terjadi perbedaan istilah untuk
satu kasus penyakit yang sama. Berkas Rekam Medis bahwa Pemanfaatan rekam
medis dapat dipakai sebagai, pemeliharaan
- kesehatan dan pengobatan pasien; alat bukti dalam
enteritis proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan
Konsisten adalah tetap (tidak berubah-ubah), taat kedokteran gigi serta penegakkan etika kedokteran
asas, selaras, sesuai.Konsistensi adalah ketetapan dan etika kedokteran gigi; keperluan pendidikan
dan kemantapan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan penelitian; dasar pembayaran biaya pelayanan
2005:589). Konsistensi berarti kesesuaian berbagai kesehatan; dan data statistik kesehatan (UU Praktik
bagian satu sama lainnya dan sebagai keseluruhan. Kedokteran, 2011:105). Selain itu, menurut Hatta
Seperti telah disebutkan, pernyataan diagnosis (2008:140) tentang Peraturan Morbiditas bahwa
di rumah sakit harus konsisten sejak admission Pengodean morbiditas sangat bergantung pada
sampai discharge.Pernyataan diagnosis hendaknya diagnosis yang ditetapkan oleh dokter yang merawat
juga menunjukan konsistensi antara bagian-bagian pasien atau yang bertanggung jawab menetapkan
catatan medis. kondisi utama pasien, yang akan dijadikan dasar
pengukuran statistik morbiditas. Proses pengodean
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada diagnosis yang penting adalah petugas koding harus
tanggal 12-18 Mei 2015 mengenai Konsistensi mengkaji lebih teliti rekam medis pasien. Berkaitan
Penggunaan Istilah Medis Gastroenteritis Pada hal tersebut, apabila dokumen rekam medis yang
Dokumen Rekam Medis Rawat Inap RSUD akan di koding dalam keadaan tidak lengkap dan
dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya ditemukan adanya kerap tidak tepat waktu maka akan memakan waktu
penggunaan istilah medis yang tidak konsisten.Hal yang lama dalam pengodean untuk satu dokumen
tersebut, terlihat dari banyaknya dokumen rekam rekam medis.
medis rawat inap yang penggunaan istilah medis
diagnosis utamanya tidak konsisten sebanyak Menurut Hatta (2008:350) Upaya untuk mencegah
57% dari 171 dokumen rekam medis. Dimana, informasi tidak lengkap atau kurang lengkap dengan
tingkat kekonsistenan penggunaan istilah medis melakukan kegiatan analisis rekam kesehatan (RK).
pada dokumen rekam medis yang paling tinggi Kegiatan ini dibedakan dalam dua jenis yaitu analisis
terdapat pada bulan November dengan jumlah kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan di bagian
54% dari 35 dokumen rekam medis, sedangkan .Namun, kebanyakan petugas analisis
tingkat kekonsistenan penggunaan istilah medis RK hanya sampai melaksanakan analisis kuantitatif
pada dokumen rekam medis yang paling rendah dan belum ke arah analisis kualitatif.Penyebabnya
terdapat pada bulan Oktober dengan jumlah 40% karena terbatasnya waktu atau keterampilan diri.
dari 91 dokumen rekam medis. Selain itu, tingkat Padahal, semakin tingginya tingkat sarana pelayanan
ketidakkonsistenan penggunaan istilah medis kesehatan yang ada, kebutuhan akan analisis
pada dokumen rekam medis yang paling tinggi kualitatif menjadi semakin kompleks. Selain itu,
terdapat pada bulan Oktober dengan jumlah 60% tujuan analisis kualitatif adalah demi terciptanya isi
dari 91 dokumen rekam medis, sedangkan tingkat rekam medis yang terhindar dari masukan yang tidak
ketidakkonsistenan penggunaan istilah medis pada ajeg atau taat asas (konsisten) maupun pelanggaran
dokumen rekam medis yang paling rendah terdapat terhadap rekaman yang berdampak pada hasil yang
pada bulan November dengan jumlah 46% dari 35 tidak akurat dan tidak lengkap. Kebijakan yang
dokumen rekam medis. berlaku di RSUD dr.Soekardjo mengenai analisis
RK terdapat pada Pedoman Penyelenggaraan Rekam
Penggunaan istilah medis yang tidak konsisten Medis (2011:31) No. 4.3.1 tentang Assembling atau
tentu akan menyulitkan petugas dalam penentuan Perakitan Rekam Medis bahwa Setiap berkas rekam
kode diagnosis, pemberian tindakan kepada pasien, medis yang kembali dari ruang perawatan ke rekam
pengumpulan data pelayanan dan pengolahan medis harus disusun sesuai ketentuan yang berlaku
data pelayanan. Serta berpengaruh pada keperluan di Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya, dicek

9
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

kelengkapan baik isi maupun lembaran-lembaran 54% dari 35 dokumen,sedangkantingkat


yang harus ada (analisis kuantitatif dan kualitatif). kekonsistenan penggunaan istilah medis yang
Namun, kebijakan tersebut belum dapat sepenuhnya paling rendah terdapat pada bulan Oktober
dilaksanakan khususnya mengenai analisis kualitatif. dengan jumlah 40% dari 91 dokumen.Selain
itu, tingkat ketidakkonsistenan penggunaan
Selain upaya analisis RK, adapun upaya untuk bisa istilah medis yang paling tinggi terdapat pada
mengatasinya yaitu kerjasama.Menurut Sabarguna bulan Oktober dengan jumlah 60% dari 91
dan Sumarni (2003:4) Sejarah kedokteran dan dokumen, sedangkantingkat ketidakkonsistenan
kesehatan yang telah secara turun temurun dan alamiah penggunaan istilah medis yang paling rendah
menunjukkan perlunya kerjasama, saling tergantung terdapat pada bulan November dengan jumlah
dan saling menghormati profesi merupakan modal 46% dari 35 dokumen
yang sudah solid dan menguntungkan. Sehingga
perlu adanya kerja sama antara dokter dan perawat
supaya terjalin komunikasi dan koordinasi yang baik
dalam mengisi dokumen rekam medis, khususnya
dalam mengisi diagnosis pasien agar konsisten. DAFTAR PUSTAKA
Perlunya kerjasama antara dokter atau tenaga medis
lain dengan tenaga rekam medis supaya terjalin Arikunto, Suharsimi. (2010). Procedur Penelitian:
komunikasi dan koordinasi yang baik agar dalam (ed. rev.). Jakarta:
pengisian lembaran-lembaran pada dokumen rekam Rineka Cipta. Hal.3
medis, khususnya diagnosis utama dapat terbaca, Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus
informasinya jelas, konsisten dan terhindar dari Besar Bahasa Indonesia(3rded.). Jakarta: Balai
ketidaklengkapan. Pustaka. Hal.589

Depkes.(2006). Pedoman Penyelenggaraan dan


SIMPULAN
. Jakarta: Depkes RI. Hal.13,45-46,80
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada
tanggal 12-18 Mei 2015 di Rumah Sakit Umum Dorland, W.A.N. (2008).
Daerah dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya mengenai (28thed.). (Albertus et al.,.Penerjemah).
Konsistensi Penggunaan Istilah Medis Gastroenteritis Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal.466
Pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap diketahui Hatta, G.R. (2008). Pedoman Manajemen Informasi
ada 171 dokumen rekam medis dengan kasus .
gastroenteritis. Setelah dilakukan penelitian dapat Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
diperoleh simpulan sebagai berikut : Hal.6,92-95,130-131,354
1. Penggunaan istilah medis gastroenteritis pada Hosizah.(2014). Kumpulan Peraturan Perundangan
dokumen rekam medis rawat inap diperoleh
tujuh istilah yang dipergunakan untuk kasus (Manajemen Informasi Kesehatan). Yogyakarta:
gastroenteritis, diantaranya Gastroenteritis, aptiRMIK Press. Hal.569-600
Gastroenteritis Akut, GE, GEA, Diare, Diare
Akut dan Diare Kronis. Health Information Management.
2. Tingkat konsistensi penggunaan istilah medis (Erkadius, Penerjemah) Berwyn: Phsyician
Record Company. Hal.25-31
gastroenteritis pada dokumen rekam medis
Nasir, Abd. et al. (2011).
jumlah dokumen rekam medis sebanyak
171 dokumen diketahui penggunaan istilah
medis gastroenteritis yang konsisten sebanyak Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Hal.187-
43%. Sedangkan, penggunaan istilah medis 249
gastroenteritis yang tidak konsisten yaitu
sebanyak 57%. Dimana, tingkat kekonsistenan Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi
penggunaan istilah medis yang paling tinggi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hal.27,103,111,137
terdapat pada bulan November dengan jumlah

10
Reni Asmaya Lestari dan Ida Wahyuni. Konsistensi Pengunaan Istilah Gastroentritis pada ...

Nuryati.(2011). Rustiyanto, Ery. (2009).


Medis. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media. Medis & Informasi Kesehatan. Yogyakarta:
Hal.1-28 Graha Ilmu. Hal.5-8
Ramdani, Taufik. (2013). Sabarguna dan Sumarni.(2003).
. Yo gy ak arta:
Konsorsium. Hal. 4

. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif


Karya Tulis Ilmiah PIKES POLTEKKES . Bandung: Alfabeta.
TASIKMALAYA. Tasikmalaya: tidak di Hal.145-14
terbitkan. Hal.32

11

Anda mungkin juga menyukai