Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nousseva Renna Mata Kuliah :Filsafat Ilmu

No. Reg : 5415164015 Dosen :Prof.Dr.Amos Neolaka M.Pd


Kelas : PTB A 2016

Albert Einstein adalah seorang ilmuwan yahudi yang dipandang luas sebagai ilmuwan
terbesar fisika teoritis yang terkenal pada abad ke-20. Ia pernah mengatakan “ilmu tanpa
agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh”. Ungkapan itu memaparkan bahwa ada dua
hubungan yang selaras antara ilmu dan agama.

Pengertian ilmu menurut Ashely Montagu, ilmu ialah pengetahuan dalam satu sistem
yang berasal dari studi, pengamatan juga percobaan untuk menentukan dasar prinsip tentang
suatu hal yang sedang dikaji. Jujun S. Suriasumatri menjelaskan bahwa ilmu merupakan
pengetahuan yang digali sejak sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan
tinggi. Dari kedua pernyataan diatas maka ilmu adalah pengetahuan yang digali sejak sekolah
dasar sampai perguruan tinggi melalui pengamatan dan percobaan untuk menentukan dasar
dan prinsip yang dikaji.

Menurut Einstein dalam Kusmayadi (2010), agama adalah suatu kegiatan mengagumi
dengan roh yang rendah hati dan tidak terbatas luhurnya, dinyatakan dalam bagian kecil yang
dapat disadari oleh akal. Sedangkan menurut Prof. Dr. M. Drikarya definisi Agama adalah
kenyakinan adanya suatu kekuatan supranatural yang mengatur dan menciptakan alam dan
isinya. Dari kedua pernyataan diatas maka agama adalah suatu keyakinan dengan kerendahan
hati yang disadari oleh akal akan suatu kekuatan supranatural yang mengatur dan
menciptakan alam dan isinya.

Menurut KBBI, buta adalah tidak dapat melihat karena rusak matanya atau tidak bisa
melihat dengan baik dan benar. Buta juga dapat diartikan dengan tidak dapat melihat atau
membedakan mana yang baik dan buruk ataupun benar dan salah.

Menurut KBBI, lumpuh adalah lemah dan tidak bertenaga atau tidak dapat bergerak
lagi. Lumpuh juga dapat diartikan dengan tidak bisa berjalan dengan baik, jadi antara satu
bagian dengan bagian lainnya tidak bisa lagi berkomunikasi dengan baik. Secara fisik seperti
fungsi kaki yang tidak bisa digerakkan meski otak terus memaksa untuk bergerak. Adanya
ketidakselarasan inilah yang disebut lumpuh.

Dari ungkapan “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh” tersebut terdapat
dua poin yang penting, yang pertama adalah agama sangat diperlukan untuk ilmu
pengetahuan. Seorang pencari ilmu tentunya akan selalu mencari penyebab dari suatu
peristiwa dan mencari tahu mengapa peristiwa itu bisa terjadi. Tanpa adanya agama yang
diyakini, hal ini justru dapat membuat kita lupa akan siapa yang menciptakan semua ini dan
membuat kita tidak mempercayai keberadaan tuhan. Ilmu pengetahuan tidaklah ada batasnya,
semakin dicari maka semakin luaslah ilmu itu. Namun ilmu pengetahuan yang semakin luas
yang kita miliki justru dapat membuat kita buta karena ilmu itu tidak diiringi oleh agama.
Membuat kita hidup tanpa agama atau yang sering disebut dengan ateisme atau agnostik
(berpandangan bahwa ada atau tidaknya Tuhan tidak dapat diketahui) karena anggapan
bahwa semua kejadian atau peristiwa dibumi bisa dijelaskan secara ilmiah.

Sebagai contoh Carl Sagan yang merupakan seorang astronom Amerika Serikat dalam
film dokumenternya yang berjudul cosmos pernah berkata “Betapa alam raya berjalan
penuh dengan keteraturan berdasarkan hukum-hukumnya, sehingga ia tak perlu lagi sang
pengatur". Steven Weinberg yang merupakan peraih hadiah nobel dalam bidang fisika pada
1979 pernah mengungkapkan "Semakin kosmologi menyingkap alam raya ini, semakin
tampak bagi kita betapa tak bertujuannya jagat raya ini".

Padahal masih banyak kejadian – kejadian yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah
dengan logika. Dalam suatu surat didalam Al-Quran (Al-Isra ayat 85) “Dan tidaklah kamu
diberi pengetahuan (oleh Allah) melainkan hanya sedikit saja”. Berdasarkan surah tersebut
perbandingan ilmu manusia dengan ilmu Allah ibarat setetes air diatas lautan samudera yang
luas. Contoh beberapa hal yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah dan logika namun
tertuliskan didalam kitab agama adalah Sungai dibawah laut (Al-Furqan ayat 53),
Laut yang tidak pernah bercampur di Selat Gibraltar yang memisahkan negara Maroko dan
Spanyol (Ar-Rahman ayat 19 dan 20). Sehingga Kusmayadi menyatakan bahwa Agama hadir
untuk memberitahu ilmu akan keberadaan dan kehadiran Tuhan yang menciptakan ilmu itu
sendiri kepada manusia. Agama memberi ruang untuk hal-hal apa saja yang tidak bisa
dipecahkan oleh pemikiran manusia.

Poin kedua adalah dalam agama sangat diperlukannya ilmu. Seseorang yang memiliki
agama namun tidak berilmu bagaikan seseorang yang lumpuh atau tidak bisa berjalan dengan
baik. Maksudnya adalah kita harus memiliki ilmu untuk benar-benar dapat meyakinkan
bahwa kita adalah umat beragama, bukan hanya sekedar umat yang beragama karena suatu
keturunan. Seseorang yang beragama harus memiliki keimanan. Keimanan dapat didapatkan
dari ilmu dengan mencari tau tentang agama yang kita yakini tersebut. Ilmu juga sangat
diperlukan untuk melakukan berbagai penelitian dan menemukan berbagai kebenaran –
kebenaran yang ada dalam ajaran suatu agama. Ilmulah yang membuat seseorang mengetahui
banyak hal dari ciptaan Tuhan-nya, dengan ilmu pun kita bisa membedakan antara yang baik
dan buruk.

Muadz bin Jabal berkata, “Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di
belakang setelah adanya ilmu.” Apabila kita beramal tanpa adanya ilmu yang menyertai
amalan kita tersebut maka kita telah melakukan perbuatan yang sia-sia karena kita tidak tahu
bagaimana caranya agar amalan tersebut dapat diterima Allah SWT.

Dapat dilihat bahwa ilmu dan agama adalah dua hubungan yang selaras dan
beriringan. Agama dan ilmu bagaikan jantung dan otak manusia. Kedua organ ini bekerja
menurut fungsi kerjanya tersendiri namun keduanya saling melengkapi dan mendukung satu
sama lain untuk memproses kerja organ yang lain. Untuk menjadi seorang yang berilmu tidak
sebatas hanya mengetahui, namun ilmu yang baik adalah ilmu pengetahuan yang juga
berdasarkan moral, akidah, dan ibadah.

Ilmu dapat diibaratkan seperti merancang sebuah bangunan. Bangunan yang kita
impikan bukan hanya sebatas angan belaka, tentunya kita terus berupaya merealisasikan
impian kita tersebut dalam sketsa pondasi yang akan menyanggah tiang–tiang bangunan.
Tanpa pondasi maka tiang–tiang bangunan tersebut tidak dapat berdiri kokoh dan bangunan
itu akan roboh dan pincang. Seperti itulah ilmu, tanpa agama menjadi pondasinya maka
bangunan pengetahuan manusia akan pincang dan roboh.

Pada dasarnya agama itu menentukan tujuan, tetapi agama selalu belajar dari ilmu.
Agama belajar tentang cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya.
Sedangkan, Ilmu itu hanya dapat tercipta karena adanya ilham oleh aspirasi terhadap
kebenaran dan pemahaman yang berasal dari perasaan yang tumbuh karena adanya agama.

Sumber :
http://amecume-blog.tumblr.com/post/10634441941/ilmu-tanpa-agama-buta-agama-tanpa-ilmu-
lumpuh
http://kbbi.web.id/
http://pakdahlogede.blogspot.co.id/2012/08/ilmu-tanpa-agama-buta-agama-tanpa-ilmu.html
http://planforplane.blogspot.co.id/2014/02/ilmu-tanpa-agama-buta-agama-tanpa-ilmu.html
http://www.kabarmakkah.com/2016/01/fakta-ini-6-fenomena-alam-yang-ada.html
http://www.kajianteori.com/2015/12/pengertian-agama-menurut-ahli.html
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/05/15-pengertian-ilmu-menurut-para-ahli-terlengkap.html

Anda mungkin juga menyukai