PENDAHULUAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
1. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensori palsu berupa
suara, penglihatan, pengecaan, perabaan dan penghiduan pasien merasakan
stimulasi yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2010).
Halusinasi merupakan suatu kondisi individu menganggap jumlah serta
pola stimulus yang datang (baik dari dalam maupun dari luar) tidak sesuai
dengan kenyataan, disertai dengan gangguan respon yang berlebihan maupun
yang kurang memadai (Townsend, 2010).
2. Rentang Respon
Rentang respon halusinasi menurut Muhith (2015) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada.bau ini biasanya
tidak menyenangkan seperti mau muntah ,urin,feses asap atau daging
busuk. Kondisi ini juga sering disebut sebagai phantosmia dan dapat
diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra
penciuman.Kerusakan mungkin ini mungkin disebabkan oleh
virus,trauma,tumor otak atau paparan zat zat beracun atau obat obatan.
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau
suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh .Halusinasi sentuhan ini
umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di bawah atau pada
kulit.
4. Faktor Penyebab
Menurut Yosep (2014) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu:
a. Faktor presdisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan
terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi
sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya
3) Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter
otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidak mampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih suka
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakikatnya
seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-
psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi,yaitu:
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan
menakutkan. Klien tida sanggup menentang sehingga klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan
fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan,namun menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal
dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan halusinasinya
seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5) Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah.
Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak jelas
tujuan hidupnya.
5. Tanda dan Gejala Halusinasi
1) Halusinasi pendengaran
Bicara / tertawa sendiri tanpa sebab / orang lain
Mendengar suara yang mengajak bicara
Mendengar sesuatu yang menyuruhnya untuk melakukan
sesuatu
Marah-marah tanpa sebab
Menutup telingan
2) Halusinasi penglihatan
Menunjuk kearah tertentu yang tidak jelas
Ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas
Mengatakan bahwa melihat sesuatu yang tidak jelas
3) Halusinasi penciuman
Menghisap seperti sedang emncium bau tertentu
Menutup hidup
Mencium bau seperti bau darah, urine, atau lainnya.
4) Halusinasi pengecapan
Sering meludah sampai muntah
Merasakan sesuatu
5) Halusinasi perabaan
suka menggaruk permukaan kulit
mengatakan ada serangga di permukaan kulit
merasa seperti tersengat listrik
6. Tahap-Tahap Halusinasi
1) Menyenangkan
Biasanya pada tahap ini klien dalam kondisi cemas sedang, klien
mengalami lemas, kesepian, takut dan mencoba fokus pada pikiran
yang menyenangkan untuk meredakan cemas. Biasanya perilaku klien
tersenyum, tertawa sendiri.
2) Antisipasi/menjijikan
Biasanya klien mulai lepas kendali dan memmulai mengambil jarak
dengan sumber yang dirinya persepsikan. Klien biasanya mengalami
peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah serta klien
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realita
3) Mengontrol
Biasanya klien mulai menyerah terhadap halusinasinya, klien
mengalami perasaan kesepian, klien mengikuti perintah halusinasi
4) Larut dalam halusinasi
Biasanya klien panik, beresiko menciderai diri/orang lain. Klien tidak
mampu berespon terhadap lingkungan dan patuh terhadap halusinasi.
7. Mekanisme Koping
Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang
mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi maladaptif meliputi:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi
pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-
lain. Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku apatis,
mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan
8. Pohon Masalah
Risiko perilakukekerasan
Isolasi Sosial
9. Penatalaksanaan
Menciptakan lingkungan yang terapeutik pada ermulaan pendekatan
selalu menggunakan komunikasi yang terapeutik, usahakan ada terjadi
kontak mata dengan pasien dan kemudian dapat menciptakan
hubungan saling percaya. Pada setiap tindakan atau kegiatan yang
akan dilakukan agar selalu mengkomunikasikannya dengan pasien
Melaksanakan program terapi dokter. Perawat harus mengamati setiap
pasien saat meminum obatnya, apakh benar-benar sudah diminum oleh
pasien
Menggali permasalahan pasien dan membantu mencarikan solusi atau
membantu mengatasi masalah
Memberi aktivitas pada pasien seperti mengajak untuk melakukan
gerakan fisik seperti senam
Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Strategi
(Keliat, 2014)
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial
dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
A. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat,
nomor rekam medis.
2) Alasan masuk Alasan klien datang ke RSJ
biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka
berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah, menarik diri.
3) Faktor predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam
keluarga
c) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat.
5) Fisik
a) Tanda- tanda vital :
TD : Biasanya meningkat
N : Biasanya kencang
S : Biasanya normal
RR : Biasanya cepat
b) Ukuran
TB : Biasanya sesuai perkembangan
BB : Biasanya sesuai perkembangan
c) Keluhan fisik
Biasanya klien dengan halusinasi tidak ada mengeluhkan fisiknya.
6) Psikososial
1) Genogram
Keterangan :
Laki –laki :
Perempuan :
Pasien :
Meninggal :
Tinggal Serumah : ---------
a) Biasanya klien dengan halusinasi dalam keluarga pasien terdapat
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, mengkaji 3
generasi yang menggambarkan klien dengan anggota keluarga
yang lain. Pada genogram bisanya terlihat ada anggota keluarga
yang mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu
begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep diri
1) Citra tubuh
Biasanya pasien merasa puas pada bagian tubuhnya atau ada
bagian tubuh yang disukai dan ada juga bagian tubuh yang
tidak disukai.
2) Identitas diri
Biasanya pasien menyadari kalau dirinya seoarang perempuan
atau laki-laki.
3) Peran diri
Biasanya dalam keluarga pasien berperan sebagai anak/ orang
tua kakak maupun adik. Biasanya pasien tidak bisa
menjalankan perannya yang sesuai dengan kondisi saat ini
karena sakit yang di diderita.
4) Ideal diri
Biasanya pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera
pulang sehingga bisa menjalani perannya sebagaimana
mestinya dan masyarakat mau menerima keadaannya saat ini.
5) Harga diri
Biasanya pasien mengatakan malu dengan keadaannya saat
ini, pasien merasa disingkirkan oleh lingkungan tempat pasien
tinggal.
c) Hubungan sosial
1) Orang terdekat
Biasanya klien merasa kurang dihargai di lingkungan dan
keluarga. Biasanya orang terdekat klien yaitu salah satu dari
anggota keluarga seperti ayah, ibu, ataupun kakak/adiknya
sebagai tempat mengadu, berbicara, dan meminta bantuan atau
sokongan.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Biasanya klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
Biasanya selama sakit peran dalam masyarakat pasien tidak
ikut serta bahkan tidak mengetahui tentang kegiatan di
lingkungan sekitarnya.
3) Hambatan berhubungan dengan orang lain
Biasanya hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
karena tidak ada hubungan antara yang satu dengan yang
lainnya, perasaan takut ditolak.
d) Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya
menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah
terganggu atau sangat berlebihan.
2) Kegiatan ibadah
Biasanya pasien dengan halusinasi menjalankan kegiatan
ibadah dirumah sebelum sakit dan selama sakit biasanya jarang
melakukan kegiatan ibadah.
7) Status mental
a. Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan
berubah dari biasanya seperti rambut acak-acakan, kancing baju tidak
tepat, resleting tidak dipakai.
b. Pembicaraan
Bisanya pembicaraan pasien tidak terorganisir dan bentuk yang
maladaptif seperti kehilangan, tidak logis, berbelit-belit.
c. Aktivitas motorik
Biasanya keadaan pasien nampak tegang, gelisah, tidak bergairah saat
beraktivitas, lebih senang tidur dan menyendiri.
d. Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak seperti sedih, ketakutan, putus asa,
khawatir dan gembira secara berlebihan.
e. Afek
Biasanya pada pasein halusinasi afek sering tumpul, datar, tidak
sesuai dan ambivalen serta emosinya tidak sesuai atau bertentangan
dengan stimulus yang ada.
f. Interaksi selama wawancara
Biasanya Selama berinteraksi dengan pasien halusinasi dapat
dideteksi sikap klien yang tampak komat-kamit, tertawa sendiri, tidak
terkait dengan pembicaraan.
g. Persepsi
Biasanya pada pasien dengan halusinasi akan mengalami gangguan
persepsi seperti pasien mendengar suara-suara yang menyuruh klien
melakukan sesuatu, melihat bayangan sendiri,membau busuk seperti
bau darah, dan merasa ada serangga dipermukaan kulit.
h. Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun
pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.
Ketidakmampuan klien ini sering membuat lingkungan takut dan
merasa aneh terhadap klien.
i. Isi pikir
Biasanya pada pasien halusinasi akan mengalami ketakutan yang
patologis/ tidak logis terhadap objek atau situasi tertentu.
j. Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat
dan waktu.
k. Memori
Biasanya Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka
pendek, mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan
yang telah disepakati, tidak mudah tertarik. Klien berulang kali
menanyakan waktu, menanyakan apakah tugasnya sudah dikerjakan
dengan baik, permisi untuk satu hal
l. Tingkah konsentrasi dan berhitung
Biasanya pasien dengan halusinasi konsentrasinya mudah dialihkan,
perhatian pasien mudah berganti dari satu objek ke objek lain.
m. Kemampuan penilaian
Biasanya pasien dengan halusinasi tidak ada mengalami gangguan
penilaian, biasanya pasien dapat mengambil keputusan yang sederhana
dengan bantuan orang lain. Contoh : beri kesempatan pada pasien
untuk memilih makan dulu sebelum minum obat atau minum obat
dulu sebelum makan.
n. Daftar tilik diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya dan
menyalahkan hal-hal lain diluar dirinya sebagai penyebab pasien sakit
dan ada juga yang menyadarinya dan mengakhirinya. Sering tidak
merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.
8) Kebutuhan pasien pulang
a. Makan
Biasanya dalam Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan
cenderung tidak memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan
karena tidak memiliki minat dan kepedulian.
b. BAB/ BAK
Melakukan observasi kemampuan klien untuk BAB/ BAK serta
kemampuan klien untuk membersihkan dirinya
c. Mandi
Biasanya klien dengan halusinasi akan mandi berulang-ulang atau
tidak mandi sama sekali
d. Berpakaian
Biasanya tidak rapi, tidak diganti-ganti dan tidak sesuai.
e. Istirahat/ tidur
Biasanya istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang. Klien
akan sulit untuk tidur
f. Pemeliharaan kesehatan
Untuk pemeliharaan kesehatan selanjutnya peran keluarga dan sistem
pendukung sangat diperlukan untuk membantu klien
g. Aktivitas
Biasanya klien dengan halusinsi sulit untuk mau melakukan aktivitas
dirumah, seperti menyapu.
h. Mekanisme koping
1) Adaptif, Biasanya pasien dengan halusinasi mampu bicara tetapi
pasien berbicara berbelit-belit dan ngawur
2) Maladaptive, Biasanya pasien dengan halusinasi suka minum
alcohol,reaksi pasien lambat
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya klien dengan halusinasi mengalami gangguan, masalah
dengan lingkungan yaitu disingkirkan dari lingkungan, kelompok
pekerja, perubahan ekonomi.
j. Pengetahuan
Biasanya pasien dengan halusinasi mengalami gangguan pada fungsi
kognitif
k. Aspek medis
Diagnosa medis biasanya skizofrenia
Terapi yang diberikan Obat yang diberikan pada klien dengan
halusinasi biasanya diberikan antipsikotik seperti haloperidol
(HLP), chlorpromazine (CPZ), Triflnu perazin (TFZ), dan anti
parkinson trihenski phenidol (THP), triplofrazine arkine
B. POHON MASALAH
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sp 3 :
Setelah 3 kali pertemuan Evaluasi jadwal
klien mampu mengontrol kegiatan
halusinasinya dengan cara Latih cara Klien mampu
bercakap-cakap. mengontrol memperlihatkan
cakap mengontrol
F. EVALUASI
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien (Keliat, 2011). Evaluasi dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir :
S : Merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan
“bagaimana perasaan bapak setelah melatih Latihan menghardik?”
O : Merupakan respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku
klien pada saat tindakan dilakukan. Atau menanyakan kembali apa
yang telah dijabarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil
observasi.
A : Adalah analisis ulang atas data subjektif atau objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah
baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah yang ada. Dapat
pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis
pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak
lanjut oleh perawat.
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Keterangan :
Laki laki :
Perempuan :
Meninggal :
Pasien :
3. Hubungan Sosial
a. Orang terdekat
Klien mengatakan ketika dirumah klien dekatnya dengan
ibunya, klien mengatakan sangat menyayangi ibunya.
Selama diruangan flamboyant klien tampak belum bisa
bersosialisasi dengan yang lainnya, klien lebih sering diam
dan masih juga sering menyendiri.
b.Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak ada mengikuti kegiatan kelompok
atau kegiatan sosial yang ada disekitar rumahnya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan mau berteman dengan teman-teman yang
ada di ruangan flamboyant. Namun klien masih sulit untuk
memulai berteman dengan teman-temannya. Kadang klien
suka menyendiri dan tidak mau bicara dengan temannya.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa dia beragama islam sejak dia lahir
dan dia meyakini segala sesuatu yang terjadi sudah takdir
dari tuhan.
b. Kegiatan ibadah
Selama dirumah dan dirawat klien mengatakan jarang
melaksanakan ibadah
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
5. Status Mental
1) Penampilan
a. Penampilan
Penampian klien tampak rapi, rambut terpotong
pendek, berpakaian sesuai dengan sebagaimana
mestinya, kuku pendek, gigi tampak sedikit kotor
karena klien kadang malas menggosok gigi dan
malas mandi.
b. Penggunaan pakaian
Penggunaan pakaian klien sudah sesuai dengan
sebagaimana mestinya.
c. Cara berpakaian
cara berpakaian klien seperti biasanya yang mana
baju dan celana dipakai seperti biasa dan tidak
tebalik
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2) Pembicaraan
Cara berbicara klien normal, apa yang disampaikan kadang
kata-katanya kurang jelas. Pada saat interaksi, klien tiba
tiba menghentikan pembicaraannya.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3) Aktivitas motorik
Saat melakukan pengkajian gerakan motorik klien tenang,
klien tidak banyak melakukan aktivitas. Pada keseharian
klien juga banyak duduk saja. Namun terkadang, pada saat
berinteraksi terlalu lama klien menunjuukan ekspresi
gelisah.
Masalah keperawatan : Tidak ada
4) Alam perasaan
Tn.J mengatakan tidak takut dengan bayangan yang
dilihatnya, menganggap bayangan biasa saja. Tetapi klien
merasa sedih karena dibawa ke RSJ lagi.
Masalah keperawatan : keputusaasaan
5) Afek
Pada saat pengkajian afek Tn.J tampak datar dimana saat
proses pengkajian tidak ada perubahan raut wajah dan
ekspresi. walaupun topik pembicaraan ada yang
menyenangkan da nada yang menyedihkan.
Masalah keperawatan : Tidak ada
6) Interaksi selama wawancara
Saat pengkajian dilakukan Tn.J kooperatif tetapi klien
cenderung memiliki sikap curiga terhadap orang di
sekitanya.
Masalah keperawatan : Tidak ada
7) Persepsi
Tn.J mengatakan melihat bayangan-bayangan orang seperti
memakai sorban, Klien juga mengatakan bahwa bayangan
itu sering muncul saat bangun pagi. Klien mengatakan
merasa biasa saja dan tidak takut dengan bayangan-
bayangan yang dilihatnya.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori :
halusinasi pengelihatan
8) Proses / Arus pikir
Tn.J memiliki proses pikir yaitu sirkumtansial, dimana
klien saat ditanya oleh perawat menjawabnya dengan
jawaban yang berbelit-belit namun sampai pada tujuan
pembicaraan.
Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir
9) Isi pikir
Klien tidak ada waham kebesaran, waham curiga, waham
agama, waham somatik atau waham nihilistic.
Masalah keperawatan : Tidak ada
10) Tingkat kesadaran
Klien memiliki tingkat kesadaran compes mentis. Klien
sadar ditandai dengan klien dapat berorientasi dengan baik
baik orientasi waktu dan tempat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
11) Memori
Memori klien tidak terganggu dibuktikan dengan klien
dapat mengingat memori jangka pendek dan memori
jangka panjang seperti klien mengetahui kapan dirinya
masuk ke rumah sakit.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada saat berbincang-bincang perhatian klien tidak mudah
dialihkan. Klien mampu berkonsentrasi, serta mampu
berhitung ketika ditanya oleh perawat
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
13) Kemampuan penilaian
Klien mampu memilih ketika disuruh memilih cuci tangan
terlebih dahulu baru makan atau makan dulu baru cuci
tangan, dan klien mengatakan cuci tangan dulu baru makan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
14) Daya Tilik Diri
Tn.J mengatakan tidak menyadari segala penyakit pada
dirinya. Klien menyalahkan keluarganya yang membuat
dirinya menjadi seperti ini. Klien dituntut untuk menjadi
yang terbaik.
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir
c) Sesudah
Klien tidak ada mengalami gangguan tidur seperti sulit untuk
tidur dan terbangun pada saat tidur. Klien dapat tidur sesuai
dengan waktunya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
6. Penggunaan obat
a) Sebelum
Klien mengatakan pada saat dirumah klien pernah minum obat
namun semenjak 3 bulan terakhir ini tidak ada lagi meminum
obat secara teratur yang menyebabkan pasien kambuh kembali.
b) Saat ini
Saat di rumah sakit klien meminum obatnya. Klien meminum
obat sesuai dengan waktu pemberian. Pada saat pemberian obat
klien masih dibantu dan dipantau oleh perawat.
c) Sesudah
klien mampu untuk minum obat secara mandiri. Klien mampu
untuk minum obat tepat waktu. Klien mampu untuk minum
obat sampai waktu resepan obat. Klien mampu mengetahui
obat apa saja yang dikonsumsinya. Klien mampu minum obat
sesuai dengan waktu pemberiannya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
7. Pemeliharaan kesehatan
a) Sebelum
Klien mengatakan saat dirumah orangtuanya mengajak klien
untuk kontrol ke rumah sakit. Klien mengatakan pada saat
dirumah klien tidak mau untuk minum obatnya karena merasa
dirinya sudah sehat dan tidak butuh obat lagi.
b) Sesudah
Klien dapat melakkan pemeliharaan kesehatan seperti klien
mengkonsumsi obat-obatanya selama dirumah. Klien ditemani
keluarga juga melakukan kontrol secara berkala di Poliklinik
RSJ
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
8. Aktifitas di Dalam rumah
Tn. J mengatakan selama di rawat di Rumah sakit Jiwa pasien bisa
melakukan aktivitas didalam rumah seperti melipat selimut &
merapikan tempat tidur.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
9. Aktifitas di Luar rumah
Tn. J mengatakan bahwa aktifitas diluar rumah biasanya berkumpul
dengan teman-temanya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
c. Koping
Koping klien maladaptif karena pada saat halusinasi klien muncul,
klien cenderung untuk mengitu bayangan yang dilihatnya. Klien suka
menyendiri dan kadang berbicara dan tertawata sendiri. Klien juga
tampak fokus melihat kesatu arah.
d. Sistem pendukung
Klien mengatakan system pendukungnya adalah ibu kandungnya
e. Penyakit fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
f. Obat-obatan
Klien selama di rumah sakit minum obat secara teratur dan tepat waktu
klien juga dipantau untuk minum obat selama di rumah sakit.
g. Lainya: tidak ada
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan
10.Aspek Medik
Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi medik :
Risperidone 2x 2 mg
Lorazepam 1x 2 mg
THP 2 x 2 g
II. ANALISA DATA
ANALISA DATA
DATA MASALAH
DS : Resiko Perilaku Kekerasan
Klien mengatakan pernah
memukul temannya karna
temannya mengejek dirinya
DO :
Klien tampak marah
Muka klien tampak merah
Tangan mengepal
DO:
Klien tampak sedih dan menangis Harga Diri Rendah
Klien menunduk saat bercerita
DS:
Klien mengatakan dirinya tidak
berharga
klien merasa dirinya tidak ada
gunanya lagi, klien sedih harus
berpisah dengan ibunya
DS:
Klien mengatakan menggosok Defisit Perawatan Diri
gigi hanya 1X dalam sehari
Klien mengatakan mandi tidak
pakai sabun
DO:
Gigi klien tampak kotor serta
badan sedikit bau, kuku panjang
dan hitam
DS:
Klien bicara kurang jelas Hambatan Komunikasi Verbal
DO:
Pembicaraan Tn.O inkoherensi
yaitu berpindah-pindah dari
satu kalimat ke kalimat lain dan
tidak ada kaitannya. Tn.O bicara
cepat, keras dan suka teriak-
teriak.
DS:
Klien mengatakan mendengar Gangguan Persepsi Sensori:
suara yang menyuruhnya untuk Halusinasi pendengaran
bunuh diri
Klien mengatakan mendengar
suara-suara orang mengaji, klien
mengatakan suara-suara yang
tidak jelas saat pikirannya
kosong
Klien mendengar suara-suara
datang pada saat pagi hari, sore
dan malam hari, suara-suara
tersebut datangnya lebih dari 3
kali sehari, pada saat
Klien mengatakan suara datang
seperti berteriak-teriak tidak
jelas
Klien mengatakan saat suara
tersebut datang tidak takut dan
biasa saja.
DO :
Klien tampak bicara sendiri
Klien tampak tertawa sendiri
Klien tampak gelisah
Klien tampak mondar mandir
DS :
Tn O mengatakan bahwa orang Gangguan proses pikir
lain mengatakan dirinya sakit,
padahal dia tidak sakit.
DO:
Tn O mengingkari penyakitnya
DS:
Klien mengatakan tidak ada Isolasi Sosial
mengikuti kegiatan kelompok
atau kegiatan sosial yang ada
disekitar rumahnya
DO:
DATA MASALAH
DS : Resiko Perilaku Kekerasan
Klien mengatakan pernah
melempar lempar rumah
tentangganya sebanyak 2 kali
Klien sering marah marah tanpa
sebab
DO :
Klien tampak marah
Muka klien tampak merah
Tangan mengepal
Klien tatapan mata tajam
Gangguan Proses Keluarga
DS :
Klien mengatakan pernah dipukul
ibunya waktu SMP dan SMA
klien sangat sedih saat itu karena
tidak mendapat juara kelas
Klien juga mengatakan pernah
mendaftar pekerjaan di indosat
namuan tidak diterima padahal
Tn J sudah berharap sekali dan
itu membuatnya sangat kecewa
DO:
Klien tampak sedih
Klien menunduk saat bercerita
Harga Diri Rendah
DS:
Klien mengatakan dirinya tidak
berharga
klien merasa dirinya tidak ada
gunanya lagi, klien sedih harus
berpisah dengan ibunya
DO:
Klien tampak sedih
Klien menunduk saat bercerita
Defisit Perawatan Diri
DS:
Klien mengatakan malas
menggosok gigi
Klien mengatakan malas mandi
Klien mengatakan malas untuk
mandi sore
DO:
Gigi klien tampak kotor serta
badan sedikit bau
kuku sedikit panjang dan hitam
Klien kadang tidak mau untuk
mandi sore
Hambatan Komunikasi Verbal
DS:
Klien bicara kurang jelas
DO:
Pembicaraan Tn.J inkoherensi
yaitu berpindah-pindah dari
satu kalimat ke kalimat lain dan
tidak ada kaitannya. Tn.J bicara
lambat.
Klien tampak bingung
Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi penglihatan
DS:
Klien mengatakan melihat
bayangan orang yang memakai
jubah
Klien melihat bayangan datang
pada saat pagi hari saat bangun
tidur
Klien mengatakan saat
bayangan tersebut datang tidak
takut dan biasa saja.
DO :
Klien tampak bicara sendiri
Klien tampak tertawa sendiri
Klien tampak gelisah
Klien tampak mondar mandir
Klien tampak bingung
DS :
Tn.J mengatakan tidak
menyadari segala penyakit pada
dirinya. Klien menyalahkan
keluarganya yang membuat
dirinya menjadi seperti ini.
Klien dituntut untuk menjadi
yang terbaik.
DO:
Tn J mengingkari penyakitnya
Tn. J saat diajak perawat biacra
tampak bicara berbelit-belit
dimana meloncat dari satu topik
ke topik lain namun sampai
pada tujuan.
Isolasi Sosial
DS:
Klien mengatakan tidak ada
mengikuti kegiatan kelompok
atau kegiatan sosial yang ada
disekitar rumahnya
Klien mengatkan tidak
mempunyai teman karena teman
temannya menjauhi dirinya
DO:
HDR
N DIAGNOS
TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
O A
1 Halusinasi Klien mampu : Setelah 1 kali Sp 1 : Klien tidak
Mengenali pertemuan klien Identifikasi mengetahui
halusinasi dapat menyebutkan : jenis apa yang
yang Identifikasi halusinasi, isi, dialaminya
dialaminya jenis frekuensi, saat ini, jadi
Mengontrol halusinasi, isi, situasi dan perawat
halusinasi frekuensi, respon membantu
Mengikuti situasi dan terhadap klien
program respon halusinasi mengenalkan
pengobatan Mampu Latih cara tentang apa
mengontrol mengontrol yang sedang
halusinasi halusinasi ia alami
dengan cara dengan cara sehingga
menghardik menghardik klien
Masukan ke mengerti
dalam jadwal dengan
harian klien. keadaannya.
Cara yang
diajarkan
Setelah 2 kali Sp 2 : perawat yaitu
pertemuan klien Evaluasi mengontrol
mampu :mengontrol jadwal halusinanya
halusinasinya dengan kegiatan dengan cara
dengan cara minum harian menghardik.
obat yang benar dan Latih cara
teratur. mengontrol Klien mampu
halusinasi memperlihatk
dengan cara an
minum obat perkembanga
yang benar nnya dengan
dan teratur cara
Masukan ke mengontrol
dalam jadwal halusinasi
kegiatan dengan
harian. minum obat
yang benar
Setelah 3 kali Sp 3 : dan teratur
pertemuan klien Evaluasi sehingga
mampu mengontrol jadwal dapat
halusinasinya dengan kegiatan mengurangi
cara bercakap-cakap. Latih cara halusinasinya
mengontrol .
halusinasi
dengan cara
bercakap-
cakap
Masukan ke
dalam jadwal
kegiatan Klien mampu
harian. memperlihatk
an
Setelah 4 kali Sp 3 : perkembanga
pertemuan klien Evaluasi nnya dengan
mampu mengontrol jadwal cara
halusinasinya kegiatan mengontrol
dengan cara aktifitas Latih cara halusinasinya
terjadwal mengontrol dengan
halusinasi bercakap-
dengan cara cakap
aktifitas sehingga
terjadwal dapat
Masukan ke mengurangi
dalam jadwal halusinasinya
kegiatan .
harian
Klien
mampu
memperlihat
kan
perkembang
annya
dengan
caramengont
rol
halusinasiny
a dengan
cara aktifitas
terjadwal
dan sehingga
dapat
meringankan
gejala
halusinasiny
a dan
membantu
klien agar
tidak terjadi
2 Perilaku Pasien mampu Setelah 1x SP I Mencari tentang
kekerasan Identifikasi pertemuan pasien Identifikasi apa yang
penyebab , tanda, mampu: penyebab , menyebabkan
dan gejala, akibat Identifikasi tanda, dan klien pk
yang dilakukan penyebab , gejala, akibat Mengetahui cara
pk tanda, dan yang dilakukan mengontrol pk
halusinasi
Jelaskan cara gejala, akibat pk Menetapkan
yang
mengontrol pk yang Jelaskan cara waktu yang
berkelanjuta
dengan cara tarik dilakukan pk mengontrol pk akan dilakukan
n.
nafas + pukul Jelaskan cara dengan cara tarik sesuai jadwal
bantal mengontrol nafas + pukul
pk dengan bantal
cara tarik Masukan dalam
3 Isolasi Sosial - Pasien mampu Setelah
dilakukan SP I Isolasi Sosial Hubunan saling
nafas + jadwal kegiatan
membina hubungan 1x pertemuan pasien 1) percaya merupakan
pukul bantal
saling
Pasienpercaya
mampu mampu :
Setelah 1x daling
SP II percaya landasan perawat
Pasien dapat
- Pasien menyadari - Membina
mengulangi pertemuan pasien
2) Evaluasi jadwal dengan
mengingatpasien
dan
penyebab isolasi
latihan tarik hubungan
mampu: saling kegiatan
mengenal sehingga
mengulangipasien
cara
sosial
nafas+ pukul percaya
Mampu Latihan
penyebab cara
isolasi terbuka
mengontroldalam
- Pasien mampu
bantal yang telah - Mengenalmengulangi sosial mengontrol
dengan mengungkapkan
perilaku
berinteraksi dengan penyebablatihan
dilatih dan isolasi
tarik tindakan
perasaan
: marah masalahnya
kekerasan dan
orang lain pujian
berikan sosial, keuntungan dengan minum menimbulkan
nafas+ pukul- Menanyakan pertama yaitusikap
Mampu behubungan
bantal yang tentangobat
pendapat menerima terhadap
tarik nafas dan
mengontrol dengan orang lain
telah dilatih
pasien Masukan dalam orang
tentang lain.bantal
pukul
perilaku dan kerugian tidak
dan berikan jadwal kegiatan serta
kebiasaan Agarkedua klien
kekerasan dengan pujian minum obat
minum obat Mampu
mengontrol
perilaku
berhubungan berinteraksi dapat mengenal dan
dengan orang lain. dengan orang lain mengungkapkan
- Siapa yang satu masalahnya dan
rumah dengan menimbulkan sikap
pasien menerima terhadap
- Siapa yang dekat orang lain.
dengan pasien Agar klien
- Siapa yang tidak dapat mengenal
dekat dengan danmengungkapkan
pasien dan apa penyebab isolasi
penyebabnya sosial yang terjadi
- Menanyakan apa -Agar pasien
yang mempunyai keinginan
menyebabkan berinteraksi dengan
pasien tidak ingin orang lain
berinteraksi -Agar pasien menyadari
dengan orang lain kerugin yang
3) ditimbulkan akibat
mengenal tidak berinteraksi
kerugian tidak dengan orang lain
punya teman dan -Dengan belajar
tidak bercakap- berkenalan
cakap menimbulkan motivasi
4) pasien untuk
pasien berkenalan berinteraksi dengan
dengan cara : orang lain
- Jelaskan kepada
pasien cara
berinteraksi
dengan orang
lain.
- Beri contoh cara
berinteraksi
denagan orang
lain (sebutkan
nama kita dan
nama panggilan,
asal dan hobi)
- Menanyakan
nama orang yang
akan diajak
berkenalan
2. Menganjurkan
memasukkan ke
dalam jadwal
kegiatan harina
Setelah dilakukan SP II isolasi sosial -Menilai kemajuan
1x pertemuan pasien - Evaluasi kegiatan perkembangan pasien
mampu : bekenalan -Memberikan
- Mampu - Latih cara berbiara kesempatan dan
menyebutkan saat melakukan motivasi pasien untuk
kegiatan yang kegiatan harian melakukan interaksi
sudah dilakukan (latih 2 kegiatan) secara bertahap
- Mampu - Memasukkan -Memberikan rasa
berinteraksi kedalam jadwal tanggung jawab pada
dengan orang lain kegiatan untuk pasien untuk
secara bertahap : latihan berkenalan melaksanakan kegiatan
berkenalan dengan 2-3 orang yang teratur
2-3 orang
Setelah dilakukan SP III isolasi sosial -Untuk menilai
1x pertemuan pasien - Evaluasi kegiatan perkembananpasien
mampu : bekenalan dengan dalam mengena cara
- Mampu beberapa orang berinetraksi
menyebutkan - Latih cara berbiara -Memberikan motivasi
kegiatan yang saat melakukan kepada pasien untuk
sudah dilakukan kegiatan harian berinteraksi dan
- Mampu (latih 2 kegiatan) mendapatkan respon
berinteraksi - Memasukkan yang positif
dengan orang lain kedalam jadwal -Memberikan motivasi
secara bertahap : kegiatan untuk dan rasa tanggung
berkenalan dengan latihan berkenalan jawab pada klien untuk
4-5 orang 4-5 orang melaksanakan kegiatan
yang teratur
Setelah dilakukan SP IV isolasi sosial - Sebagai Untuk menilai
1x pertemuan pasien - Evaluasi kegiatan perkembanan pasien
mampu : bekenalan, dalam mengena cara
berinetraksi
- Mampu berbicara saat -Memberikan motivasi
menyebutkan melakukan 4 kepada pasien untuk
kegiatan yang kegiatan harian berinteraksi dan
sudah dilakukan - Latih cara berbiara mendapatkan respon
- Mampu sosial yang positif
berinteraksi - Memasukkan -Memberikan motivasi
dengan orang lain kedalam jadwal dan rasa tanggung
secara bertahap kegiatan untuk jawab pada klien untuk
yaitu >5 orang latihan berkenalan melaksanakan kegiatan
>5 orang baru, yang teratur
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian.
VII. CACATAN KEPERAWATAN
O:
Klien tampak bicara
sendiri
Klien tampak tertawa
sendiri
Klien tampak sedikit
gelisah
Klien tampak mampu
melakukan latihan
cara mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik
P:
Pasien :
Latihan sp 1 cara menghardik
2x sehari (pagi jam 07.00 wib
dan sore jam 15.00 wib)
Perawat :
Optimalkan SP 1
Lanjut SP 2 latihan
cara minum obat pada
hari Jumat, 9 Juli 2021
pada pukul 10.30 WIB
di ruangan flamboyan
O:
Klien tampak sedikit
gelisah pada saat
interaksi
Klien masih tampak
suka bicara sendiri
Klien tampak sudah
mampu untuk
meminum obat sesuai
jadwal dibantu oleh
perawat
Klien tidak pernah
tidak minum obat
selama di rumah sakit
P :
Pasien :
Latihan SP 2 minum obat yang
benar 2x sehari (jam 07.30 dan
18.00 wib)
Perawat :
Optimalkan SP 1 dan
SP 2
lanjutkan SP 3 cara
mengontrol halusinasi
dengan bercakap-
cakap. Dilakukan pada
hari Sabtu, 10 Juli
2021 pada pukul 15.00
WIB di ruangan
flamboyan
S:
Sabtu/ 10 Juli Sp 3 : Klien mengatakan
2021/ 15.00 WIB Mengevaluasi jadwal kegiatan hanya sesekali melihat
harian bayangan-bayangan
Melatih cara mengontrol Klien mengatakan
halusinasi dengan cara bayangan-bayangan itu
bercakap- cakap sudah mulai tidak ada
Memasukan kedalam jadwal Klien mengatakan akan
kegiatan harian melakukan latihan cara
bercakap-cakap sesuai
jadwal kegiatan
O:
Klien tampak tenang
pada saat interaksi
Klien tampak mampu
melakukan latihan cara
bercakap-cakap
P :
Pasien :
latihan sp 3 bercakap-
cakap 2x sehari (jam
09.00 dan jam 17.00
wib)
Perawat :
Optimalkan SP 1, 2
dan 3
lanjutkan SP 4 cara
mengontrol halusinasi
dengan kegiatan
harian. Pada hari
Minggu, 11 Juli 2021
pada pukul 09.30 WIB
di ruangan flamboyant
S:
Minggu/ 11 Juli SP 4 : Klien mengatakan
2021/ 09.30 WIB Mengevaluasi jadwal kegiatan bayangan-bayangan itu
Melatih cara mengontrol sudah mulai tidak ada
halusinasi dengan kegiatan Klien mengatakan
harian bayangan tersebut
Memasukkan kedalam jadwal sudah jarang dirinya
kegiatan harian lihat
Klien mengatakan
akan melakukan
latihan dengan
melakukan kegiatan
harian sesuai dengan
jadwal
O:
Klien tampak tenang
pada saat proses
interaksi
Klien tampak
melakukan kegiatan
harian
Klien tampak ikut serta
dalam kegiatan di
ruangan seperti
penyuluhan
P:
Pasien :
latihan sp 4 melakukan
kegiatan harian sesuai
dengan waktu pada
jadwal kegiatan harian
pasien
Perawat :
Optimalkan SP 1, 2
dan 3 dan 4
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang sistematis dalam
mengumpulkan data dari berbagai sumber-sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Sehingga mengumpulkan data perawat harus
memiliki kemampuan mengobservasi dengan akurat, dan menggunakan komunikasi
terapeutik. Data yang dikumpulkan mencakup : identitas pasien, keluhan utama pasien,
faktor predisposisi, mekanisme koping, data yang dikumpulkan meliputi : riwayat
kesehatan jiwa, pengkajian psikososial dan pengkajian status mental.
2. Faktor Predisposisi
Secara teori faktor predisposisi terjadinya halusinasi menurut (Keliat, 2011).
Biasanya pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan pasien
sebelumnya tidak berhasil karena pasien tidak mengonsumsi obat secara teratur
dirumah, pernah mengalami aniaya fisik yaitu sebagai korban, maupun saksi, tetapi
tidak sebagai pelaku, pernah mengalami aniaya seksual yaitu sebagai korban, maupun
saksi, tetapi tidak sebagai pelaku, biasanya pasien pernah mengalami penolakan /
disingkirkan dari sebagai korban yaitu disingkirkan dari masyrakat,biasanya pasien
pernah mengaami kekerasan dalam keluarga yaitu sebagai korban, biasanya pasien di
pukul oleh orang terdekat karena ketidaksukaan terhadap pasien, biasanya pasien
pernah melakukan tindakan kriminal baik sebagai korban, pelaku maupun saksi, ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Biasanya hubungan pasien dengan
keluarga tidak dekat, biasanya klien mengalami pengalaman dimasa lalu yang tidak
menyenangkan seperti konflik didalam keluarga, disingkirkan dari lingkungan,
kehilangan/ kegagalan.
Sesuai dengan pengkajian yang didapatkan pada kasus Tn. J yaitu :
f) Aniaya Fisik
Pada saat ditanyakan ke pasien ia mengatakan pernah dipukul oleh
ibunya sewaktu SMP dan SMA karena tidak juara kelas. klien
mengatakan tidak pernah membalasnya karena ia takut dengan ibunya.
Klien mengatakan tidak pernah memukul orang lain, klien pernah
menyaksikan perkelahian. Saat diruangan merpati klien memukul
temannya karena teman nya tersebut mengejek dirinya.
g) Aniaya Seksual
Tn. J mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan seksual
sebelumnya, dan tidak pernah menjadi pelaku dari penganiayaan
seksual, maupun saksi.
h) Penolakan
Tn.J mengatakan tidak pernah mengalami penolakan oleh keluarga dan
lingkungan
i) Kekerasan Dalam Keluarga
Tn. J mengatakan pernah di pukul ibunya waktu SMP dan SMA. Tn J
mengatakan tidak pernah memukul anggota keluarganya
j) Tindakan Kriminal
Tn.J mengatakan tidak pernah menjadi pelaku, korban maupun saksi
dalam tindakan kriminal.
b. Konsep Diri
Konsep diri biasanya tentang pengetahuan individu tentang dirinya sendiri,
merupakan gambaran tentang diri dan gabungan kompleks dari perasaaan, sikap,
persepsi baik yang disadari maupun tidak disadari. Pada konsep diri biasanya peran
dan harga diri terganggu pada klien halusinasi dan pada kasus terdapat peran dan
harga diri klien terganggu sehingga berdasarkan teori dan kasus sesuai. Klien
mengatakan kalau ia tidak bekerja dan hanya dirumah saja bersama ibunya
sehingga membuat ia merasa bosan. Tn J mengatakan dirinya sebagai seorang anak
dan saat sekarang belum mendapatkan pekerjaan. Klien mengatakan tugasnya di
rumah sebagai anak membantu ibunya. Klien mengatakan dirinya tidak berharga,
klien merasa dirinya tidak ada gunanya lagi karena hanya diriumah saja tidak bisa
melakukan apa-apa.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa adalah tahap kedua dalam proses Keperawatan yang dapat dirumuskan
berdasarkan hasil pengkajian, baik diagnosis yang bersifat aktual maupun resiko. Masalah
yang saling berhubungan dapat digambarkan pada pohon masalah yang terdiri dari
penyebab, prioritas masalah, dan akibat yang di timbul dari masalah.
Pada teori ada 3 diagnosa Keperawatan yaitu halusinasi, perilaku kekerasan , isolasi
sosial. Sedangkan pada kasus ditemukan pada saat pengkajian di RSJ dalam menegakkan
diagnosa keperawatan terdapat beberapa masalah keperawatan yang dialami Tn. J yaitu :
gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan, resiko perilaku kekerasan, harga diri
rendah, isolasi social, hambatan komunikasi verbal, defisit perawatan diri, gangguan
proses pikir. Diagnosa yang diangkat kelompok sesuai dengan data yang ditemukan pada
klien selama pengkajian.
C. Intervensi keperawatan
Intervensi ini merupakan tahap lanjut dari diagnosa keperawatan dimana perencanaan
ini menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang dilaksanakan meliputi diagnosa
keperawatan, tujuan, kriteria hasil, intervensi dan rasional. Pada intervensi halusinasi ada
4 strategi pelaksanaan untuk pasien dan 4 strategi pelaksanaan untuk keluarga pertama
strategi pelaksanaan untuk pasien mengindentifikasi halusinasi, isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon dan latih cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik. Kedua yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien melatih kemampuan
kedua, mengontrol halusinasi dengan cara minum obat yang benar. Ketiga yaitu
mengevaluasi jadwal kegiatan dan latih cara mengontrol haluisnasi dengan cara bercakap
cakap dan keempat yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien dan latih cara
mengontrol halusinasi dengan kegiatan harian. Keliat ( 2011) dalam bukunya mengatakan
untuk melatih kemampuan pasien untuk mengubah cara pasien menafsirkan dan
memandang segala sesuatu pada saat pasien mengalami gangguan sensori persepsi palsu :
halusinasi, sehingga pasien merasa lebih baik dan dapat bertindak lebih produktif dengan
menggunakan terapi kognitif. Pasien sendiri yang awalnya menunjukan secara verbal
dengan berbicara sendiri, tertawa sendiri, dan mendengar suara menyuruh dia bernyanyi,
marah tanpa sebab, dan melihat bayangan . Stelah diberikan tidakan keperawatan SP dan
terapi kognitif pasien sudah mampu merubah persepsi palsu yang negatif menjadi sudah
mampu mengontrol dan kontak mata bisa dipertahankan.
Strategi pelaksanaan ini sudah penulis berikan selama 5 hari dan dari hasil
pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap Tn. J tersebut sudah terlaksana, masing-masing
strategi pelaksanaan dilakukan sampai pasien mandiri dengan tujuan mengurangi dan
dapat mengontrol gangguan persepsi sensori palsu yang ia rasakan, pasien dengan cara
menghardik. Minum obat teratur, bercakap-cakap dan dengan aktivitas terjadwal yang
dimiliki pasien antara lain melakukan kegiatan terjadwal.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang telah diidentifikasi dalam asuhan
keperawatan. Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada perencanaan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan. Hal ini dilakukan
dalam implementasi.
Pada kasus diberikan SP sesuai diagnose utama yaitu gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran dan penglihatan pertama strategi pelaksanaan untuk pasien
mengindentifikasi halusinasi, isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,
respon dan latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Kedua yaitu
mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien melatih kemampuan kedua, mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat yang benar. Ketiga yaitu mengevaluasi jadwal
kegiatan dan latih cara mengontrol haluisnasi dengan cara bercakap cakap dan keempat
yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien dan latih cara mengontrol halusinasi
dengan kegiatan harian. Latihan yang dimasukkan kedalam jadwal kegiatan tujuannya
agar pasien terbiasa berlatih dan dapat menerapkannya pada kesehariannya atau
menerapkannya saat halusinasinya kambuh.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi
dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan evaluasi bagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan denvan
memandikan antara respon pasien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan
(Keliat,2011).
Setelah diberikan latihan dan selalu mengevaluasi latihan pasien setiap hari melalui
jadwal kegiatan harian, pasien mampu mengontrol halusinasi dengan 4 cara yang telah
dilatih yaitu cara menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
harian. Namun masih butuh bimbingan dari perawat dalam melakukannnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi merupakan salah satu gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan persepsi sensori, merasakan sensori palsu berupa
suatu, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada.
Dari hasil pembahasan yang dilakukan terhadap Tn. J maka dapat
disimpulkan beberapa pembahasan yaitu:
1. Pengkajian
Pada pengkajian ditemukan tanda dan gejala gangguan persepsi sensori:
Halusinasi penglihatan pada Tn. J mengatakan melihat bayangan-
bayangan. Pasien mengatakan bayang tersebut datang pada saat pagi hari
disaat dirinya bangun tidur. Pasien mengatakan takut melihat bayangan-
bayangan itu. Pasien kadang tampak menyendiri. Pasien tampak kadang
suka tertawa sendiri, berbicara sendiri.
2. Analisa data dan diagnosa keperawatan
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan halusinasi secara teori
ditemukan 3 diagnosa yaitu Gangguan persepsi sensori: Halusinasi(core
problem), harga diri rendah(scause), dan Resiko perilaku kekerasan
(effect). Sedangkan diagnosa keperawatan yang kelompok temukan pada
Tn. J ada 3 yaitu Gangguan persepsi sensori: Halusinasi penglihatan,
resiko perilaku kekerasan, dan harga diri rendah.
3. Intervensi keperawatan
Peran perawat menangani halusinasi salah satunya yaitu memberikan
asuhan keperawatan. Rencana asuhan keperawatan mencakup penerapan
strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi. Rencana keperawatan yang
dilakukan pada Tn. J dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Penglihatan meliputi tujuan umum yaitu Tn. J dapat mengontrol
halusinasinya. Rencana keperawatan ini dilakukan pada Strategi
Pelaksanaan (SP) yg terdiri dari 4 yaitu mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik, minum obat, berbincang-bincang dan melakukan
kegiatan terjadwal.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Agar penulis dapat memperdalam pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu
yang telah diperoleh selama di perkuliahan dalam penerapan asuhan
keperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan dan dapat menerapkan asuhan keperawatan jiwa dalam
praktek keperawatan.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Agar keluarga mampu memahami dan dapat merawat anggota keluarga
dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.
a. Bagi pasien
Diharapkan pasien mampu melakukan secara mandiri atas tindakan
keperawatan yang telah dilatih kepada pasien.
b. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi.
3. Bagi RSJ Prof.H.B. Sa’anin Padang
Selaku pemberi pelayanan dalam asuhan keperawatan di rumah sakit,
dapat memberikan intervensi asuhan keperawatan untuk pasien halusinasi
dan meningkatkan sistem pelayanan supaya pasien dapat mendapatkan
pelayanan yang memuaskan.
4. Bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Dapat dijadikan dalam penelitian pada pasien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi penglihatan dan sebagai sumber bacaan atau referensi
untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya pasien
dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar peneliti selanjutnya mengetahui bagaimana cara merawat pasien
dengan halusinasi penglihatan dan dapat dikembangkan dalam penyusunan
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA