Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat
mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti konflik yang
dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang
berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Keliat, 2013). Gangguan
jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya
distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dan bertingkah laku. Hal ini terjadi
karena menurunnya semua fungsi kejiwaan (Muhith,2014).
Menurut (Herman, 2013) gangguan jiwa adalah terganggunya kondisi mental
atau psikologi seseorang dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi prilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur dan
sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-isitadat, kebudayaan dan
kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang
yang dicintai, rasa permusuhan hubungan antar manusia.Gangguan jiwa
menyebabkan pasien tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi
menguasai diri untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti diri
sendiri untuk itu perlu dilakukan asuhan keperawatan jiwa.
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan
jiwa bertambah. Penelitian World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan
Dunia 2014 menunjukkan tidak kurang dari 450 juta penderita mengalami gangguan
mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini, 25%
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu. Gangguan jiwa yang
mencapai 13%, kemungkinan akan berkembang 25% pada tahun 2030. Menurut
WHO gangguan jiwa ditemukan sebanyak 450 juta orang di dunia terdiri dari 150 juta
depresi, 90 juta gangguan penggunaan zat dan alkohol 38 juta epilepsi, 25 juta
skizofrenia, serta hampir 1 juta melakukan bunuh diri di setiap tahun, dan hampir ¾
beban global penyakit neuropsikiatrik didapati berpenghasilan rendah dan menengah
ke bawah.
Jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia saat ini menurut Riskesdas (2018)
adalah 236 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan
0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung.
Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15,24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari
34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah
gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia pada urutan
ke-2 sebanyak 1.9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan
menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh pasien.
Halusinasi merupakan terganggunya persepsi dari panca indera seseorang dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar),
dimana klien memberi persepsi tentang lingkungan tanpa adanya suatu objek (Yosep,
2013). Sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa yaitu
halusinasi dengar, 20% mengalami halusinasi penglihatan dan 10% mengalami
halusinasi penghidu, pengecap, perabaan. Halusinasi dapat mengancam dan
menakutkan bagi klien walaupun klien lebih jarang melaporkan halusinasi sebagai
pengalaman yang menyenangkan. Mula-mula klien merasakan halusinasi sebagai
pengalaman nyata, tetapi kemudian dalam proses penyakit tersebut, dia dapat
mengakuinya sebagai halusinasi (Videbeck, 2012).
Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan mengalami marah tanpa sebab,
bicara atau tertawa sendiri, ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas, maka perawat
harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi pelaksanaan yang tersedia,
tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistik pada
asuhan klien. Peran perawat dalam menangani halusinasi antara lain melakukan
penerapan standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan melatih
keluarga untuk merawat klien dengan halusinasi. Menurut Keliat (2013) Strategi
pelaksanaan pada klien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi,
mengajarkan klien menghardik halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-
cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal
untuk mencegah halusinasi (Afnuhazi, 2015).
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang diatas, maka rumusan


masalah dalam studi kasus ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Tujuan dari laporan ini adalah untuk menggambarkan secara umum


tentang asuhan keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk melakukan pengkajian terhadap pasien dengan gangguan


persepsi sensori :halusinasi pendengaran

2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan


gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

3. Untuk menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan


gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

4. Untuk melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan


gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

5. Untuk mengevaluasi pada pasien dengan gangguan persepsi


sensori : halusinasi pendengaran.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Hasil dari laporan kasus ini diharapkan dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan
laporan kasus, khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi


tambahan bagi perkembangan keperawatan jiwa dan sebagai acuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan
keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensori palsu berupa
suara, penglihatan, pengecaan, perabaan dan penghiduan pasien merasakan
stimulasi yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2010).
Halusinasi merupakan suatu kondisi individu menganggap jumlah serta
pola stimulus yang datang (baik dari dalam maupun dari luar) tidak sesuai
dengan kenyataan, disertai dengan gangguan respon yang berlebihan maupun
yang kurang memadai (Townsend, 2010).

2. Rentang Respon
Rentang respon halusinasi menurut Muhith (2015) adalah sebagai berikut :

Respon adapif Respon Maladaptif

 Pikiran logis - pikiran kadang - kelainan pikiran


 Perilaku sesuai menyimpang - halusinasi
 Persepsi akurat - ilusi

Keterangan :

 Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan


 Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
 Emosi konsisten merupakan perasaan yang konsisten atau stabil
3. Jenis-Jenis Halusinasi

Menurut Yudi Hartono (2012) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut:

1) Halusinasi pendengaran (auditory)

Jenis halusinasi yang menunjukkan persepsi yang salah dari bunyi,


musik, kebisingan atau suara. Pada penderita skizofrenia gejala umum
adalah mendengarkan suara suara dua orang atau lebih yang berbicara pada
satu sama lain ,ia mendengar suara berupa kritikan atau komentar tentang
dirinya perilaku atau pikirannya.

2) Halusinasi penglihatan (visual)

Halusinasi penglihatan adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan


isi dari halusinasi dapat berupa apa saja tetapi biasanya orang atau tokoh
seperti manusia.

3) Halusinasi penciuman (olfactory)

Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada.bau ini biasanya
tidak menyenangkan seperti mau muntah ,urin,feses asap atau daging
busuk. Kondisi ini juga sering disebut sebagai phantosmia dan dapat
diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di bagian indra
penciuman.Kerusakan mungkin ini mungkin disebabkan oleh
virus,trauma,tumor otak atau paparan zat zat beracun atau obat obatan.

4) Halusinasi pengecapan (gustatory)

Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa.biasanya


pengalaman ini tidak menyenangkan.Misalnya seorang individu mungkin
mengeluh telah mengecap rasa logam secara terus menerus.Jenis halusinasi
ini sering terlihat di beberapa gangguan medis seperti epilepsi
dibandingkan pada gangguan mental
5) Halusinasi perabaan (taktil)

Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau
suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh .Halusinasi sentuhan ini
umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di bawah atau pada
kulit.

4. Faktor Penyebab
Menurut Yosep (2014) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu:
a. Faktor presdisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan
terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi
sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya
3) Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter
otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidak mampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih suka
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakikatnya
seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-
psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi,yaitu:
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan
menakutkan. Klien tida sanggup menentang sehingga klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan
fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan,namun menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak
jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal
dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan halusinasinya
seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5) Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah.
Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak jelas
tujuan hidupnya.
5. Tanda dan Gejala Halusinasi
1) Halusinasi pendengaran
 Bicara / tertawa sendiri tanpa sebab / orang lain
 Mendengar suara yang mengajak bicara
 Mendengar sesuatu yang menyuruhnya untuk melakukan
sesuatu
 Marah-marah tanpa sebab
 Menutup telingan
2) Halusinasi penglihatan
 Menunjuk kearah tertentu yang tidak jelas
 Ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas
 Mengatakan bahwa melihat sesuatu yang tidak jelas
3) Halusinasi penciuman
 Menghisap seperti sedang emncium bau tertentu
 Menutup hidup
 Mencium bau seperti bau darah, urine, atau lainnya.
4) Halusinasi pengecapan
 Sering meludah sampai muntah
 Merasakan sesuatu
5) Halusinasi perabaan
 suka menggaruk permukaan kulit
 mengatakan ada serangga di permukaan kulit
 merasa seperti tersengat listrik
6. Tahap-Tahap Halusinasi
1) Menyenangkan
Biasanya pada tahap ini klien dalam kondisi cemas sedang, klien
mengalami lemas, kesepian, takut dan mencoba fokus pada pikiran
yang menyenangkan untuk meredakan cemas. Biasanya perilaku klien
tersenyum, tertawa sendiri.
2) Antisipasi/menjijikan
Biasanya klien mulai lepas kendali dan memmulai mengambil jarak
dengan sumber yang dirinya persepsikan. Klien biasanya mengalami
peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah serta klien
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realita
3) Mengontrol
Biasanya klien mulai menyerah terhadap halusinasinya, klien
mengalami perasaan kesepian, klien mengikuti perintah halusinasi
4) Larut dalam halusinasi
Biasanya klien panik, beresiko menciderai diri/orang lain. Klien tidak
mampu berespon terhadap lingkungan dan patuh terhadap halusinasi.
7. Mekanisme Koping
Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang
mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi maladaptif meliputi:
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi
pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-
lain. Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku apatis,
mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan
8. Pohon Masalah

Gambar 2.1 Pohon Masalah

Risiko perilakukekerasan

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi Sosial

9. Penatalaksanaan
 Menciptakan lingkungan yang terapeutik pada ermulaan pendekatan
selalu menggunakan komunikasi yang terapeutik, usahakan ada terjadi
kontak mata dengan pasien dan kemudian dapat menciptakan
hubungan saling percaya. Pada setiap tindakan atau kegiatan yang
akan dilakukan agar selalu mengkomunikasikannya dengan pasien
 Melaksanakan program terapi dokter. Perawat harus mengamati setiap
pasien saat meminum obatnya, apakh benar-benar sudah diminum oleh
pasien
 Menggali permasalahan pasien dan membantu mencarikan solusi atau
membantu mengatasi masalah
 Memberi aktivitas pada pasien seperti mengajak untuk melakukan
gerakan fisik seperti senam
 Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

10. Prinsip Tindakan Keperawatan


1) Memvalidasi halusinasi pasien dan tidak memfasilitasi halusinasi
2) Adakan kontak yang sering namun singkat dengan pasien
3) Terima halusinasi dan ungkapkan realita perawat
Tabel 2.2 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dan
keluarga

Strategi

1. Klien dapat SP1 1.SP1 : Membantu klien


mengenali
mengenal halusinasi,
halusinasiyang
menjelaskan cara mengontrol
dialaminya.
halusinasi, mengajarkan
2. Klien dapat
mengontrol klien mengontrol halusinasi
halusinasinya dengan menghardik
3. Klien halusinasi.
mengikuti
2. SP2 : Melatih klien
program SP2
mengontrol halusinasi
pengobatan
denganbercakap-cakap
secara optimal
bersama oranglain.

3. SP3 : Melatih klien


SP 3
mengontrol halusinasi
dengan melaksanakan
aktivitas terjadwal.

4. SP4 : Melatih klien


SP 4
beraktivitas
1. Keluarga dapat SP 1 1. Diskusikan masalah yang
mengetahui cara dirasakan pasien dalam
merawat anggota merawat pasien
keluarga dengan 2. Jelaskan teori halusinasi
gangguan persepsi 3. Latih cara merawat halusinasi
sensori: halusinasi (hardik)
pendengaran 4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri pujian

1. Evaluasi kegiatan keluarga


2. Keluarga mengetahui 6 SP 2
dalam melatih pasien
benar minum obat
2. Jelaskan 6 benar cara minum
obat
3. Latih cara minum obat
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri pujian
 Evaluasi kegiatan keluarga
3. Keluarga mengetahui
SP 3 dalam melatih pasien
dan mampu mengajak
 Jelaskan cara bercakap-
klien bercakap-cakap
cakap

4. Keluarga mengetahui SP 4  Anjurkan membantukeluarga


Evaluasi kegiatan pasien

cara follow up ke dalam melatih pasien


PKM dan tanda  Jelaskan followup ke PKM,
kambuh tanda kambuh, rujukan
 Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri

(Keliat, 2014)
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes
keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial
dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
A. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat,
nomor rekam medis.
2) Alasan masuk Alasan klien datang ke RSJ
biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka
berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah, menarik diri.
3) Faktor predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam
keluarga
c) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
d) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu

4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat.
5) Fisik
a) Tanda- tanda vital :
TD : Biasanya meningkat
N : Biasanya kencang
S : Biasanya normal
RR : Biasanya cepat
b) Ukuran
TB : Biasanya sesuai perkembangan
BB : Biasanya sesuai perkembangan
c) Keluhan fisik
Biasanya klien dengan halusinasi tidak ada mengeluhkan fisiknya.

6) Psikososial
1) Genogram

Keterangan :
Laki –laki :
Perempuan :
Pasien :
Meninggal :
Tinggal Serumah : ---------
a) Biasanya klien dengan halusinasi dalam keluarga pasien terdapat
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, mengkaji 3
generasi yang menggambarkan klien dengan anggota keluarga
yang lain. Pada genogram bisanya terlihat ada anggota keluarga
yang mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu
begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.
b) Konsep diri
1) Citra tubuh
Biasanya pasien merasa puas pada bagian tubuhnya atau ada
bagian tubuh yang disukai dan ada juga bagian tubuh yang
tidak disukai.
2) Identitas diri
Biasanya pasien menyadari kalau dirinya seoarang perempuan
atau laki-laki.
3) Peran diri
Biasanya dalam keluarga pasien berperan sebagai anak/ orang
tua kakak maupun adik. Biasanya pasien tidak bisa
menjalankan perannya yang sesuai dengan kondisi saat ini
karena sakit yang di diderita.
4) Ideal diri
Biasanya pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera
pulang sehingga bisa menjalani perannya sebagaimana
mestinya dan masyarakat mau menerima keadaannya saat ini.
5) Harga diri
Biasanya pasien mengatakan malu dengan keadaannya saat
ini, pasien merasa disingkirkan oleh lingkungan tempat pasien
tinggal.
c) Hubungan sosial
1) Orang terdekat
Biasanya klien merasa kurang dihargai di lingkungan dan
keluarga. Biasanya orang terdekat klien yaitu salah satu dari
anggota keluarga seperti ayah, ibu, ataupun kakak/adiknya
sebagai tempat mengadu, berbicara, dan meminta bantuan atau
sokongan.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Biasanya klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
Biasanya selama sakit peran dalam masyarakat pasien tidak
ikut serta bahkan tidak mengetahui tentang kegiatan di
lingkungan sekitarnya.
3) Hambatan berhubungan dengan orang lain
Biasanya hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
karena tidak ada hubungan antara yang satu dengan yang
lainnya, perasaan takut ditolak.
d) Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai
dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya
menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah
terganggu atau sangat berlebihan.
2) Kegiatan ibadah
Biasanya pasien dengan halusinasi menjalankan kegiatan
ibadah dirumah sebelum sakit dan selama sakit biasanya jarang
melakukan kegiatan ibadah.
7) Status mental
a. Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau cocok dan
berubah dari biasanya seperti rambut acak-acakan, kancing baju tidak
tepat, resleting tidak dipakai.
b. Pembicaraan
Bisanya pembicaraan pasien tidak terorganisir dan bentuk yang
maladaptif seperti kehilangan, tidak logis, berbelit-belit.
c. Aktivitas motorik
Biasanya keadaan pasien nampak tegang, gelisah, tidak bergairah saat
beraktivitas, lebih senang tidur dan menyendiri.
d. Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak seperti sedih, ketakutan, putus asa,
khawatir dan gembira secara berlebihan.
e. Afek
Biasanya pada pasein halusinasi afek sering tumpul, datar, tidak
sesuai dan ambivalen serta emosinya tidak sesuai atau bertentangan
dengan stimulus yang ada.
f. Interaksi selama wawancara
Biasanya Selama berinteraksi dengan pasien halusinasi dapat
dideteksi sikap klien yang tampak komat-kamit, tertawa sendiri, tidak
terkait dengan pembicaraan.
g. Persepsi
Biasanya pada pasien dengan halusinasi akan mengalami gangguan
persepsi seperti pasien mendengar suara-suara yang menyuruh klien
melakukan sesuatu, melihat bayangan sendiri,membau busuk seperti
bau darah, dan merasa ada serangga dipermukaan kulit.
h. Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun
pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.
Ketidakmampuan klien ini sering membuat lingkungan takut dan
merasa aneh terhadap klien.
i. Isi pikir
Biasanya pada pasien halusinasi akan mengalami ketakutan yang
patologis/ tidak logis terhadap objek atau situasi tertentu.
j. Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang, tempat
dan waktu.
k. Memori
Biasanya Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka
pendek, mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan
yang telah disepakati, tidak mudah tertarik. Klien berulang kali
menanyakan waktu, menanyakan apakah tugasnya sudah dikerjakan
dengan baik, permisi untuk satu hal
l. Tingkah konsentrasi dan berhitung
Biasanya pasien dengan halusinasi konsentrasinya mudah dialihkan,
perhatian pasien mudah berganti dari satu objek ke objek lain.
m. Kemampuan penilaian
Biasanya pasien dengan halusinasi tidak ada mengalami gangguan
penilaian, biasanya pasien dapat mengambil keputusan yang sederhana
dengan bantuan orang lain. Contoh : beri kesempatan pada pasien
untuk memilih makan dulu sebelum minum obat atau minum obat
dulu sebelum makan.
n. Daftar tilik diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya dan
menyalahkan hal-hal lain diluar dirinya sebagai penyebab pasien sakit
dan ada juga yang menyadarinya dan mengakhirinya. Sering tidak
merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.
8) Kebutuhan pasien pulang
a. Makan
Biasanya dalam Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan
cenderung tidak memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan
karena tidak memiliki minat dan kepedulian.
b. BAB/ BAK
Melakukan observasi kemampuan klien untuk BAB/ BAK serta
kemampuan klien untuk membersihkan dirinya
c. Mandi
Biasanya klien dengan halusinasi akan mandi berulang-ulang atau
tidak mandi sama sekali
d. Berpakaian
Biasanya tidak rapi, tidak diganti-ganti dan tidak sesuai.
e. Istirahat/ tidur
Biasanya istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang. Klien
akan sulit untuk tidur
f. Pemeliharaan kesehatan
Untuk pemeliharaan kesehatan selanjutnya peran keluarga dan sistem
pendukung sangat diperlukan untuk membantu klien
g. Aktivitas
Biasanya klien dengan halusinsi sulit untuk mau melakukan aktivitas
dirumah, seperti menyapu.
h. Mekanisme koping
1) Adaptif, Biasanya pasien dengan halusinasi mampu bicara tetapi
pasien berbicara berbelit-belit dan ngawur
2) Maladaptive, Biasanya pasien dengan halusinasi suka minum
alcohol,reaksi pasien lambat
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya klien dengan halusinasi mengalami gangguan, masalah
dengan lingkungan yaitu disingkirkan dari lingkungan, kelompok
pekerja, perubahan ekonomi.
j. Pengetahuan
Biasanya pasien dengan halusinasi mengalami gangguan pada fungsi
kognitif
k. Aspek medis
 Diagnosa medis biasanya skizofrenia
 Terapi yang diberikan Obat yang diberikan pada klien dengan
halusinasi biasanya diberikan antipsikotik seperti haloperidol
(HLP), chlorpromazine (CPZ), Triflnu perazin (TFZ), dan anti
parkinson trihenski phenidol (THP), triplofrazine arkine

B. POHON MASALAH

Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai berikut


(Prabowo, 2014).

Resiko Perilaku Kekerasan Effect

Gangguan sensori persepsi : Core Problem


Halusinasi

Isolasi Sosial Cause


Bagan Pohon masalah halusinasi
Sumber : Prabowo, 2014

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan


persepsi sensori halusinasi adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Halusinasi
b. Resiko Perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
D. NURSING CARE PLAN (NCP)

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


1 Gangguan persepsi Klien mampu : Setelah 1 kali pertemuan Sp 1 : Klien tidak
sensoti :Halusinasi  Mengenali klien dapat menyebutkan :  Identifikasi jenis mengetahui apa yang
pendengaran halusinasi yang  Identifikasi jenis halusinasi, isi, dialaminya saat ini,
dialaminya halusinasi, isi, frekuensi, situasi jadi perawat
 Mengontrol frekuensi, situasi dan respon membantu klien
halusinasi dan respon terhadap halusinasi mengenalkan tentang
 Mengikuti program  Mampu  Latih cara apa yang sedang ia
pengobatan mengontrol mengontrol alami sehingga klien
halusinasi dengan halusinasi dengan mengerti dengan
cara menghardik cara menghardik keadaannya. Cara
 Masukan ke dalam yang diajarkan
jadwal harian perawat yaitu
klien. mengontrol
halusinanya dengan
cara menghardik.
Setelah 2 kali pertemuan Sp 2 :
klien mampu : mengontrol  Evaluasi jadwal Klien mampu
halusinasinya dengan memperlihatkan
dengan cara minum obat kegiatan harian perkembangannya
yang benar dan teratur.  Latih cara dengan cara
mengontrol mengontrol halusinasi
halusinasi dengan dengan minum obat
cara minum obat yang benar dan
yang benar dan teratur sehingga dapat
teratur mengurangi
 Masukan ke dalam halusinasinya.
jadwal kegiatan
harian.

Sp 3 :
Setelah 3 kali pertemuan  Evaluasi jadwal
klien mampu mengontrol kegiatan
halusinasinya dengan cara  Latih cara Klien mampu
bercakap-cakap. mengontrol memperlihatkan

halusinasi dengan perkembangannya


cara bercakap- dengan cara

cakap mengontrol

 Masukan ke dalam halusinasinya dengan


jadwal kegiatan bercakap- cakap
harian. sehingga dapat
mengurangi
Sp 3 : halusinasinya.
1. Evaluasi jadwal
kegiatan
Setelah 4 kali pertemuan 2. Latih cara
klien mampu mengontrol mengontrol
halusinasinya dengan halusinasi dengan
cara aktifitas terjadwal cara aktifitas Klien mampu
terjadwal memperlihatkan
3. Masukan ke dalam perkembangannya
jadwal kegiatan dengan cara
harian mengontrol
halusinasinya dengan
cara aktifitas
terjadwal dan
sehingga dapat
meringankan gejala
halusinasinya dan
membantu klien agar
tidak terjadi
halusinasi yang
berkelanjutan.

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

2 Resiko Perilaku Pasien mampu Setelah 1x pertemuan SP I  Mencari


kekerasan pasien mampu: tentang apa
 Identifikasi penyebab  Identifikasi
yang
, tanda, dan gejala,  Identifikasi penyebab , tanda,
menyebabkan
akibat yang dilakukan penyebab , tanda, dan gejala, akibat
klien pk
pk dan gejala, akibat yang dilakukan pk
 Mengetahui
 Jelaskan cara yang dilakukan  Jelaskan cara
cara
mengontrol pk pk mengontrol pk
mengontrol pk
dengan cara tarik  Jelaskan cara dengan cara tarik  Menetapkan
nafas + pukul bantal mengontrol pk nafas + pukul bantal waktu yang
dengan cara tarik  Masukan dalam akan
nafas + pukul jadwal kegiatan dilakukan
bantal sesuai jadwal
Pasien mampu Setelah 1x pertemuan SP II  Pasien dapat
pasien mampu: mengingat dan
 mengulangi latihan  Evaluasi jadwal
mengulangi cara
tarik nafas+ pukul  Mampu kegiatan
mengontrol
bantal yang telah mengulangi  Latihan cara
perilaku
dilatih dan berikan latihan tarik mengontrol
kekerasan
pujian nafas+ pukul perasaan marah
pertama yaitu
 Mampu mengontrol bantal yang telah dengan minum
tarik nafas dan
perilaku kekerasan dilatih dan obat
pukul bantal
dengan minum obat berikan pujian  Masukan dalam
serta kedua
 Mampu jadwal kegiatan
minum obat
mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan minum
obat
 Pasien mampu Setelah 1x pertemuan SP III  Pasien dapat
mengulangi latihan pasien mampu: mengingat dan
 Evaluasi jadwal
minum obat yang mengulangi cara
 Mampu kegiatan
telah dilatih dan mengontrol
smengulangi  Latihan cara
berikan pujian perilaku
minum obat yang mengontrol
 Mampu mengontrol kekerasan
telah dilatih dan perasaan marah
perilaku kekerasan pertama yaitu
berikan pujian dengan cara
dengan tarik nafas dalam
 Mampu verbal yaitu
dan pukul bantal,
mengontrol mengungkapkan,
kedua minum
perilaku meminta, dan
obat serta ketiga
kekerasan menolak dengan
dengan cara baik
verbal yaitu  Masukan dalam
mengungkapkan, jadwal kegiatan
meminta, dan
menolak dengan
baik
 Pasien mampu Setelah 1x pertemuan SP IV  Pasien dapat
mengulangi latihan mengingat dan
yang telah dilatih pasien mampu:  Evaluasi jadwal mengulangi cara
dan berikan pujian kegiatan mengontrol
 Mampu
 Mampu mengontrol  Latihan cara perilaku
mengulangi
perilaku kekerasan mengontrol kekerasan
latihan dengan
dengan perasaan marah pertama yaitu
cara verbal yaitu
dengan cara tarik nafas dalam
mengungkapkan,
spritual dan pukul bantal,
meminta, dan
 Masukan dalam kedua minum
menolak dengan
jadwal kegiatan obat serta ketiga
baik
dan keempat
 Mampu
secara spritual
mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan spritual
E. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang
harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan
keperawatan yang akan dilakukan implementasi pada klien dengan
halusinasi dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan tindakan
keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan (Afnuhazi, 2015):
a.Bina hubungan saling percaya
b.Identifikasi waktu, frekuensi, situasi, respon klien terhadap
halusinasi
c.Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
d.Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum
obat
e.Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
f.Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan
kegiatan terjadwal Implementasi disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.
Pada situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana.
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan
masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and
now). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah kemampuan
interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan (Dalami, dkk, 2014).

F. EVALUASI
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien (Keliat, 2011). Evaluasi dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir :
S : Merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan
“bagaimana perasaan bapak setelah melatih Latihan menghardik?”
O : Merupakan respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku
klien pada saat tindakan dilakukan. Atau menanyakan kembali apa
yang telah dijabarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil
observasi.
A : Adalah analisis ulang atas data subjektif atau objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah
baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah yang ada. Dapat
pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis
pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak
lanjut oleh perawat.
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. Laporan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
I. Identitas
Ruang rawat : Wisma Flamboyan
Inisial klien : Tn. J
Umur : 26 Tahun
Alamat : Sari lamka, harau. Kab lima puluah koto
Tanggal masuk : 05-07-2021
Tanggal pengkajian : 07-07-2021
No. MR : 04.29.42
Informan : Klien dan status
II. Alasan Masuk
Tn. J masuk IGD diantar keluarga tanggal 07 Juni 2021 untuk
kalinya dengan gejala klien gelisah sejak 2 minggu terakhir dengan
gejala emosi labil, marah tanpa sebab, melempar rumah tetangga yang
sama sebanyak dua kali, suka memaksakan banyak kehendak, banyak
diam dan mengurung diri, mendengar bisikan-bisikan dan melihat
bayangan-bayangan, sering curiga dan merasa dibanding-bandingkan,
kebersihan diri kurang, tidur kurang saat dirumah, sering mengeluh
sakit kepala, suka tertawa sendiri dan bicara sendiri, kurang makan.
Keluarga sudah mengantarkan pasien ke RS. Adnan Widya dan puti
bungsu., namun tidak ada perubahan karena pasien tidak mau minum
obat dengan alasan sudah tidak sakit lagi
III. Faktor Predisposisi
1) Gangguan Jiwa di Masa Lalu
Klien sudah mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2017 yaitu
dua bulan yang lalu dan klien baru dirawat untuk 1 kali dengan
gejala klien gelisah, marah-marah tanpa sebab, klien banyak
bicara dan mendengar suara-suara bisikan dan teratawa sendiri
serta melihat bayangan-bayangan. Klien mengatakan yang
sekarang ini rawatan yang pertama. Klien pernah ada riwayat
jatuh dari sepeda pada usia 4 tahun.
2) Pengobatan Sebelumnya
Klien belum kontrol obat di poli RSJ Prof. HB. Saanin Padang.
Klien biasanya kontrol ke RS. Adnan Widya dan Puti Bungsu.
Semenjak 3 bulan ini tidak ada lagi meminum obat secara teratur
yang menyebabkan pasien kambuh kembali. Sebelum di bawa ke
RSJ klien dibawa ke RS, namun tidak ada perubahan karena
klien tidak ada minum obat.
3) Riwayat Pasca Trauma
a) Aniaya Fisik
Pada saat ditanyakan ke pasien ia mengatakan pernah
dipukul oleh ibunya sewaktu SMP dan SMA karena tidak
juara kelas. klien mengatakan tidak pernah membalasnya
karena ia takut dengan ibunya. Klien mengatakan tidak
pernah memukul orang lain, klien pernah menyaksikan
perkelahian. Saat diruangan merpati klien memukul
temannya karena teman nya tersebut mengejek dirinya.
b) Aniaya Seksual
Tn. J mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan
seksual sebelumnya, dan tidak pernah menjadi pelaku dari
penganiayaan seksual, maupun saksi.
c) Penolakan
Tn.J mengatakan tidak pernah mengalami penolakan oleh
keluarga dan lingkungan
d) Kekerasan Dalam Keluarga
Tn. J mengatakan pernah di pukul ibunya waktu SMP dan
SMA. Tn J mengatakan tidak pernah memukul anggota
keluarganya
e) Tindakan Kriminal
Tn.J mengatakan tidak pernah menjadi pelaku, korban
maupun saksi dalam tindakan kriminal.

Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

4) Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa


Keluarga Tn. J mengatakan ada memiliki riwayat gangguan jiwa.
Keluarganya yang menderita penyakit jiwa adalah sepupu dari
ayah klien. Keluarga mengatakan klien tidak teratur minum obat
selama dirumah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
5) Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan
Tn.J mengatakan pernah dipukul ibunya waktu SMP dan klien
sangat sedih saat itu. Klien juga mengatakan pernah mendaftar
bekerja di indosat namun tidak diterima, padahal ia sudah
berharap sekali dan itu membuatnya sangat kecewa
Masalah Keperawatan : Gangguan proses keluarga
IV. Fisik
1) Tanda – tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.7 ºC
Pernapasan : 17x/menit
2) Ukuran
TB : 159 cm
BB : 44 Kg
3) Keluhan Fisik
Klien mengatakan tidak ada mengalami keluhan fisik, klien
mengatakan badanya baik-baik saja.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
a. Psikososial
1. Genogram

Keterangan :

Laki laki :

Perempuan :

Meninggal :

Pasien :

Tn.J merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Tn.J belum


menikah dan saat ini klien tinggal bersama orang tuanya yaitu
ibunya karena ayahnya sudah meninggal. Dan satu orang
adiknya sedang bekerja dijakarta. Klien mengatakan dalam
pengambilan keputusan didalam keluarga yaitu ibunya. Pola
komunikasi menurut Tn.J tidak ada timbal balik. Pola asuh Tn.J
demokratis karena ia dapat menyampaikan pendapat kepada
orangtuanya dan jika Tn. J memiliki masalah ia lebih
menyimpan masalahnya sendiri.
2. Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Tn. J mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya, Tn J
mengatakan tidak ada yang tidak disukainya.
b) Identitas Diri
Klien mengatakan kalau ia tidak bekerja dan hanya dirumah
saja bersama ibunya sehingga membuat ia merasa bosan.
Menurut klien dirinya puas sebagai laki-laki.
c) Peran Diri
Tn J mengatakan dirinya sebagai seorang anak dan saat
sekarang belum mendapatkan pekerjaan. Klien mengatakan
tugasnya di rumah sebagai anak membantu ibunya.
d) Ideal Diri
Tn J mengatakan kalau ia ingin cepat pulang kerumah dan
cepat sembuh.
e) Harga Diri
Klien mengatakan dirinya tidak berharga, klien merasa
dirinya tidak ada gunanya lagi karena hanya diriumah saja
tidak bisa melakukan apa-apa.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang terdekat
Klien mengatakan ketika dirumah klien dekatnya dengan
ibunya, klien mengatakan sangat menyayangi ibunya.
Selama diruangan flamboyant klien tampak belum bisa
bersosialisasi dengan yang lainnya, klien lebih sering diam
dan masih juga sering menyendiri.
b.Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak ada mengikuti kegiatan kelompok
atau kegiatan sosial yang ada disekitar rumahnya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan mau berteman dengan teman-teman yang
ada di ruangan flamboyant. Namun klien masih sulit untuk
memulai berteman dengan teman-temannya. Kadang klien
suka menyendiri dan tidak mau bicara dengan temannya.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa dia beragama islam sejak dia lahir
dan dia meyakini segala sesuatu yang terjadi sudah takdir
dari tuhan.
b. Kegiatan ibadah
Selama dirumah dan dirawat klien mengatakan jarang
melaksanakan ibadah
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
5. Status Mental
1) Penampilan
a. Penampilan
Penampian klien tampak rapi, rambut terpotong
pendek, berpakaian sesuai dengan sebagaimana
mestinya, kuku pendek, gigi tampak sedikit kotor
karena klien kadang malas menggosok gigi dan
malas mandi.
b. Penggunaan pakaian
Penggunaan pakaian klien sudah sesuai dengan
sebagaimana mestinya.
c. Cara berpakaian
cara berpakaian klien seperti biasanya yang mana
baju dan celana dipakai seperti biasa dan tidak
tebalik
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2) Pembicaraan
Cara berbicara klien normal, apa yang disampaikan kadang
kata-katanya kurang jelas. Pada saat interaksi, klien tiba
tiba menghentikan pembicaraannya.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3) Aktivitas motorik
Saat melakukan pengkajian gerakan motorik klien tenang,
klien tidak banyak melakukan aktivitas. Pada keseharian
klien juga banyak duduk saja. Namun terkadang, pada saat
berinteraksi terlalu lama klien menunjuukan ekspresi
gelisah.
Masalah keperawatan : Tidak ada
4) Alam perasaan
Tn.J mengatakan tidak takut dengan bayangan yang
dilihatnya, menganggap bayangan biasa saja. Tetapi klien
merasa sedih karena dibawa ke RSJ lagi.
Masalah keperawatan : keputusaasaan
5) Afek
Pada saat pengkajian afek Tn.J tampak datar dimana saat
proses pengkajian tidak ada perubahan raut wajah dan
ekspresi. walaupun topik pembicaraan ada yang
menyenangkan da nada yang menyedihkan.
Masalah keperawatan : Tidak ada
6) Interaksi selama wawancara
Saat pengkajian dilakukan Tn.J kooperatif tetapi klien
cenderung memiliki sikap curiga terhadap orang di
sekitanya.
Masalah keperawatan : Tidak ada
7) Persepsi
Tn.J mengatakan melihat bayangan-bayangan orang seperti
memakai sorban, Klien juga mengatakan bahwa bayangan
itu sering muncul saat bangun pagi. Klien mengatakan
merasa biasa saja dan tidak takut dengan bayangan-
bayangan yang dilihatnya.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori :
halusinasi pengelihatan
8) Proses / Arus pikir
Tn.J memiliki proses pikir yaitu sirkumtansial, dimana
klien saat ditanya oleh perawat menjawabnya dengan
jawaban yang berbelit-belit namun sampai pada tujuan
pembicaraan.
Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir
9) Isi pikir
Klien tidak ada waham kebesaran, waham curiga, waham
agama, waham somatik atau waham nihilistic.
Masalah keperawatan : Tidak ada
10) Tingkat kesadaran
Klien memiliki tingkat kesadaran compes mentis. Klien
sadar ditandai dengan klien dapat berorientasi dengan baik
baik orientasi waktu dan tempat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
11) Memori
Memori klien tidak terganggu dibuktikan dengan klien
dapat mengingat memori jangka pendek dan memori
jangka panjang seperti klien mengetahui kapan dirinya
masuk ke rumah sakit.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada saat berbincang-bincang perhatian klien tidak mudah
dialihkan. Klien mampu berkonsentrasi, serta mampu
berhitung ketika ditanya oleh perawat
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
13) Kemampuan penilaian
Klien mampu memilih ketika disuruh memilih cuci tangan
terlebih dahulu baru makan atau makan dulu baru cuci
tangan, dan klien mengatakan cuci tangan dulu baru makan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
14) Daya Tilik Diri
Tn.J mengatakan tidak menyadari segala penyakit pada
dirinya. Klien menyalahkan keluarganya yang membuat
dirinya menjadi seperti ini. Klien dituntut untuk menjadi
yang terbaik.
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
a) Sebelum
Klien mengatakan saat dirumah makan sebanyak 2x sehari,
klien dapat makan dengan mandiri namun kadang-kadang
dibantu oleh keluarga.
b) Saat ini
Klien mengatakan makan sebanyak 3x sehari selama di rumah
sakit. Klien dapat menghabiskan makanan yang didapatkannya.
Klien mengatakan selama di rumah sakit dirinya mendapat
makanan berat ditambah dengan makanan pendamping seperti
ada buah, susu dan roti. Klien juga sudah mampu untuk
membersihkan peralatan makanannya. Klien pada saat makan
juga tampak rapi.
c) Sesudah
Klien sudah mampu untuk makan secara mandiri. Klien sudah
mampu untuk mempersiapkan makanannya secara mandiri.
Klien dapat makan dengan baik. Klien juga mampu untuk
merapikan peralatan makannya sesudah makan.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
2. BAB/BAK
a) Sebelum
Klien mengatakan saat dirumah mampu untuk melakukan
BAB/BAK secara mandiri
b) Saat ini
Pada saat dirumah sakit klien mengatakan mampu untuk
melakukan BAB/BAK secara mandiri tanpa bantuan. Klien
mengatakan mampu untuk ke kamar mandi sendiri. Klien
mengatakan sudah bisa BAB/BAK dengan baik.
c) Sesudah
Klien mampu untuk melakukan BAB/BAK secara mandiri
tanpa bantuan. Klien mampu untuk ke kamar mandri secara
mandiri.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
3. Mandi
a) Sebelum
Klien mengatakan selama dirumah mandi setiap 2x sehari.
Klien mengatakan selama dirumah bisa untuk melakukan
mandi dengan mandiri
b) Saat ini
Pada saat dirumah sakit klien mengatakan kadang dirinya
malas mandi. Klien mengatakan kadang dirinya malas untuk
mandi sore. Klien mengatakan malas untuk menggosok
giginya. Pada saat mandi klien harus dibujuk dulu untuk mau
mandi. Klien sudah mampu untuk melakukan mandi secara
mandiri. Klien sudah mampu untuk mandi dengan baik.
c) Sesudah
Klien mampu untuk melakukan mandi secara mandi. Klien
melakukan aktivitas mandi sebanyak 2x sehari. Klien mampu
untuk melakukan mandi dengan baik.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
4. Berpakaian/berhias
a) Sebelum
Klien mengatakan selama dirumah mampu untuk memakai
pakaiannya sendiri tanpa dibantu
b) Saat ini
Pada saat di rumah sakit klien sudah mampu untuk
mengenakan pakaian secara mandiri, klien mampu berpakaian
dengan baik ditandai dengan klien mengenakan pakaiannya
tidak terbalik. Klien juga melakukan berhias setelah mandi
seperti menyisir rambutnya.
c) Sesudah
Klien mampu mengenakan pakaian secara mandiri. Klien
mampu untuk berhias setelah mandi seperti menyisir rambur
dan menyukur kumis.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
5. Istirahat Tidur
a) Sebelum
Klien mengatakan selama dirumah klien tidur selama ± 7-8 jam
sehati, klien mengatakan kadang merasa sulit untuk tidur dan
kadang suka terbangun pada saat tidur
b) Saat ini
Klien mengatakan pada saat dirumah sakit tidak mengalami
kesulitan untuk tidur. Klien mengatakan selama tidur tidak
pernah ada gangguan seperti terbangun pada saat tidur. Selama
di rumah sakit klien tidur siang ±2 jam dan tidur malam selama
± 8 jam.

c) Sesudah
Klien tidak ada mengalami gangguan tidur seperti sulit untuk
tidur dan terbangun pada saat tidur. Klien dapat tidur sesuai
dengan waktunya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
6. Penggunaan obat
a) Sebelum
Klien mengatakan pada saat dirumah klien pernah minum obat
namun semenjak 3 bulan terakhir ini tidak ada lagi meminum
obat secara teratur yang menyebabkan pasien kambuh kembali.
b) Saat ini
Saat di rumah sakit klien meminum obatnya. Klien meminum
obat sesuai dengan waktu pemberian. Pada saat pemberian obat
klien masih dibantu dan dipantau oleh perawat.
c) Sesudah
klien mampu untuk minum obat secara mandiri. Klien mampu
untuk minum obat tepat waktu. Klien mampu untuk minum
obat sampai waktu resepan obat. Klien mampu mengetahui
obat apa saja yang dikonsumsinya. Klien mampu minum obat
sesuai dengan waktu pemberiannya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
7. Pemeliharaan kesehatan
a) Sebelum
Klien mengatakan saat dirumah orangtuanya mengajak klien
untuk kontrol ke rumah sakit. Klien mengatakan pada saat
dirumah klien tidak mau untuk minum obatnya karena merasa
dirinya sudah sehat dan tidak butuh obat lagi.
b) Sesudah
Klien dapat melakkan pemeliharaan kesehatan seperti klien
mengkonsumsi obat-obatanya selama dirumah. Klien ditemani
keluarga juga melakukan kontrol secara berkala di Poliklinik
RSJ
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
8. Aktifitas di Dalam rumah
Tn. J mengatakan selama di rawat di Rumah sakit Jiwa pasien bisa
melakukan aktivitas didalam rumah seperti melipat selimut &
merapikan tempat tidur.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah
9. Aktifitas di Luar rumah
Tn. J mengatakan bahwa aktifitas diluar rumah biasanya berkumpul
dengan teman-temanya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah

VIII. MEKANISME KOPING


1. Koping Adaptif
Klien dapat mengikuti kegiatan di ruangan seperti mengikuti
senam , mengikuti penyuluhan dan TAK
2. Koping Maladaptif
Klien mengatakan pada saat melihat bayangan tersebut klien
mengikuti bayangan tersebut. Klien suka menyendiri dan kadang
terfokus pada satu arah.klien kadang juga suka bicara sendiri dan
tertawa sendiri.
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan Koping Individu
6. Masalah Psikososial dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok,uraikan : Klien mengatakan
tidak ada mendapatkan dukungan kelompok atau berteman karena
klien mengatakan teman-temannya menjauh darinya.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan,uraikan : Klien mengatakan
ada masalah dengan lingkungan karena klien pernah melempar-lempar
rumah tetangga dekat rumahnya sebanyak 2 kali, karena klien merasa
curiga.
c. Masalah dengan pendidikan,uraikan : Klien mengatakan tidak ada
masalah dengan pendidikannya. Klien merupakan tamatan dari
universitas andalas (unand) jurusan teknik industry, klien tamat tahun
2019. Klien pernah berhenti semester tingkat 3 karena sakit selama
satu semester.
d. Masalah dengan pekerjaan,uraikan : Klien mengatakan tidak ada
masalah dengan pekerjaannya karena klien tidak ada bekerja. Klien
pernah mendaftarkan kerja di indosat namun tidak diterima sehingga
membuat klien merasa sedih.
e. Masalah dengan perumahan,uraikan : Klien mengatakan tidak ada
masalah dengan perumahannya dan mengatakan ia tinggal dengan
orangtuanya.
f. Masalah ekonomi,uraikan : Klien mengatakan tidak ada masalah
dengan perekonomiannya karena yang membiayai kebutuhan
hidupnya adalah keluarganya yaitu ibu dan adiknya.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan,uraikan : Klien mengatakan
tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan dimana pun ia berobat.
h. Masalah lainnya,uraikan : Tidak ada masalah
Masalah keperawatan : Hambatan interaksi social
7. Kurang Pengetahuan
a. Penyakit jiwa
Klien mengatakan kurang mengetahui gejala yang ia rasakan tetapi
klien sering berbicara sendiri, klien mengatakan sering emosi yang tiba
tiba saja
dan marah marah tanpa sebab.
b. Faktor perdisposisi
Klien mengatakan sering dipukul ibunya sewaktu kecil dan pernah
mengalami kegagalan dalam pendidikan sebelumnya karena tidak juara
kelas.

c. Koping
Koping klien maladaptif karena pada saat halusinasi klien muncul,
klien cenderung untuk mengitu bayangan yang dilihatnya. Klien suka
menyendiri dan kadang berbicara dan tertawata sendiri. Klien juga
tampak fokus melihat kesatu arah.
d. Sistem pendukung
Klien mengatakan system pendukungnya adalah ibu kandungnya
e. Penyakit fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
f. Obat-obatan
Klien selama di rumah sakit minum obat secara teratur dan tepat waktu
klien juga dipantau untuk minum obat selama di rumah sakit.
g. Lainya: tidak ada
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan
10.Aspek Medik
Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi medik :

 Risperidone 2x 2 mg
 Lorazepam 1x 2 mg
 THP 2 x 2 g
II. ANALISA DATA
ANALISA DATA
DATA MASALAH
DS : Resiko Perilaku Kekerasan
 Klien mengatakan pernah
memukul temannya karna
temannya mengejek dirinya
DO :
 Klien tampak marah
 Muka klien tampak merah
 Tangan mengepal

DS : Gangguan Proses Keluarga

 Klien mengatakan pernah dipukul


ayahnya waktu SMP dan klien
sangat sedih saat itu.
 Klien juga mengatakan pernah
berdagang obat herbal dan di
iming-imingi dengan keuntungan
milyaran, dan dagangannya tidak
keuntungan padahal Tn O sudah
berharap sekali dan itu
membuatnya sangat kecewa

DO:
 Klien tampak sedih dan menangis Harga Diri Rendah
 Klien menunduk saat bercerita

DS:
 Klien mengatakan dirinya tidak
berharga
 klien merasa dirinya tidak ada
gunanya lagi, klien sedih harus
berpisah dengan ibunya

DS:
 Klien mengatakan menggosok Defisit Perawatan Diri
gigi hanya 1X dalam sehari
 Klien mengatakan mandi tidak
pakai sabun

DO:
 Gigi klien tampak kotor serta
badan sedikit bau, kuku panjang
dan hitam

DS:
 Klien bicara kurang jelas Hambatan Komunikasi Verbal

DO:
 Pembicaraan Tn.O inkoherensi
yaitu berpindah-pindah dari
satu kalimat ke kalimat lain dan
tidak ada kaitannya. Tn.O bicara
cepat, keras dan suka teriak-
teriak.

DS: klien mengatakan dirinya bosan


dan merasa tidak tenang Resiko Tinggi Cidera
DO:
 Saat melakukan pengkajian
gerakan motorik Tn.O gelisah
dan tidak mau tenang, sering
mondar mandir

DS:
 Klien mengatakan mendengar Gangguan Persepsi Sensori:
suara yang menyuruhnya untuk Halusinasi pendengaran
bunuh diri
 Klien mengatakan mendengar
suara-suara orang mengaji, klien
mengatakan suara-suara yang
tidak jelas saat pikirannya
kosong
 Klien mendengar suara-suara
datang pada saat pagi hari, sore
dan malam hari, suara-suara
tersebut datangnya lebih dari 3
kali sehari, pada saat
 Klien mengatakan suara datang
seperti berteriak-teriak tidak
jelas
 Klien mengatakan saat suara
tersebut datang tidak takut dan
biasa saja.
DO :
 Klien tampak bicara sendiri
 Klien tampak tertawa sendiri
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak mondar mandir

DS :
 Tn O mengatakan bahwa orang Gangguan proses pikir
lain mengatakan dirinya sakit,
padahal dia tidak sakit.
DO:
 Tn O mengingkari penyakitnya

DS:
 Klien mengatakan tidak ada Isolasi Sosial
mengikuti kegiatan kelompok
atau kegiatan sosial yang ada
disekitar rumahnya

DO:

 Klien banyak bermenung dan


menyendiri
 Kadang klien tidak mau bicara
dengan temannya

DATA MASALAH
DS : Resiko Perilaku Kekerasan
 Klien mengatakan pernah
melempar lempar rumah
tentangganya sebanyak 2 kali
 Klien sering marah marah tanpa
sebab
DO :
 Klien tampak marah
 Muka klien tampak merah
 Tangan mengepal
 Klien tatapan mata tajam
Gangguan Proses Keluarga
DS :
 Klien mengatakan pernah dipukul
ibunya waktu SMP dan SMA
klien sangat sedih saat itu karena
tidak mendapat juara kelas
 Klien juga mengatakan pernah
mendaftar pekerjaan di indosat
namuan tidak diterima padahal
Tn J sudah berharap sekali dan
itu membuatnya sangat kecewa

DO:
 Klien tampak sedih
 Klien menunduk saat bercerita
Harga Diri Rendah

DS:
 Klien mengatakan dirinya tidak
berharga
 klien merasa dirinya tidak ada
gunanya lagi, klien sedih harus
berpisah dengan ibunya
DO:
 Klien tampak sedih
 Klien menunduk saat bercerita
Defisit Perawatan Diri

DS:
 Klien mengatakan malas
menggosok gigi
 Klien mengatakan malas mandi
 Klien mengatakan malas untuk
mandi sore

DO:
 Gigi klien tampak kotor serta
badan sedikit bau
 kuku sedikit panjang dan hitam
 Klien kadang tidak mau untuk
mandi sore
Hambatan Komunikasi Verbal

DS:
 Klien bicara kurang jelas

DO:
 Pembicaraan Tn.J inkoherensi
yaitu berpindah-pindah dari
satu kalimat ke kalimat lain dan
tidak ada kaitannya. Tn.J bicara
lambat.
 Klien tampak bingung
Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi penglihatan
DS:
 Klien mengatakan melihat
bayangan orang yang memakai
jubah
 Klien melihat bayangan datang
pada saat pagi hari saat bangun
tidur
 Klien mengatakan saat
bayangan tersebut datang tidak
takut dan biasa saja.

DO :
 Klien tampak bicara sendiri
 Klien tampak tertawa sendiri
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak mondar mandir
 Klien tampak bingung

Gangguan proses pikir

DS :
 Tn.J mengatakan tidak
menyadari segala penyakit pada
dirinya. Klien menyalahkan
keluarganya yang membuat
dirinya menjadi seperti ini.
Klien dituntut untuk menjadi
yang terbaik.
DO:
 Tn J mengingkari penyakitnya
 Tn. J saat diajak perawat biacra
tampak bicara berbelit-belit
dimana meloncat dari satu topik
ke topik lain namun sampai
pada tujuan.
Isolasi Sosial

DS:
 Klien mengatakan tidak ada
mengikuti kegiatan kelompok
atau kegiatan sosial yang ada
disekitar rumahnya
 Klien mengatkan tidak
mempunyai teman karena teman
temannya menjauhi dirinya

DO:

 Klien banyak bermenung dan


menyendiri
 Kadang klien tidak mau bicara
dengan temannya
 Klien tampak suka menyendiri

III. DAFTAR MASALAH :


 Risiko Perilaku kekerasan
 Gangguan Proses Keluarga
 Harga diri rendah
 Defisit perawatan diri
 Hambatan komunikasi verbal
 Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
 Gangguan proses fikir
 Isolasi Sosial

IV. POHON MASALAH :


Resiko PK

gg. persepsi sensori : halusinasi pendengaran dan penglihatan DPD


gangguan proses pikir Isolasi sosial Hambatan komunikasi verbal

HDR

Gangguan proses keluarga

V. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Isolasi sosial
VI. NURSING CARE PLANE ( NCP )

N DIAGNOS
TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
O A
1 Halusinasi Klien mampu : Setelah 1 kali Sp 1 :  Klien tidak
 Mengenali pertemuan klien  Identifikasi mengetahui
halusinasi dapat menyebutkan : jenis apa yang
yang  Identifikasi halusinasi, isi, dialaminya
dialaminya jenis frekuensi, saat ini, jadi
 Mengontrol halusinasi, isi, situasi dan perawat
halusinasi frekuensi, respon membantu
 Mengikuti situasi dan terhadap klien
program respon halusinasi mengenalkan
pengobatan  Mampu  Latih cara tentang apa
mengontrol mengontrol yang sedang
halusinasi halusinasi ia alami
dengan cara dengan cara sehingga
menghardik menghardik klien
 Masukan ke mengerti
dalam jadwal dengan
harian klien. keadaannya.
Cara yang
diajarkan
Setelah 2 kali Sp 2 : perawat yaitu
pertemuan klien  Evaluasi mengontrol
mampu :mengontrol jadwal halusinanya
halusinasinya dengan kegiatan dengan cara
dengan cara minum harian menghardik.
obat yang benar dan  Latih cara
teratur. mengontrol  Klien mampu
halusinasi memperlihatk
dengan cara an
minum obat perkembanga
yang benar nnya dengan
dan teratur cara
 Masukan ke mengontrol
dalam jadwal halusinasi
kegiatan dengan
harian. minum obat
yang benar
Setelah 3 kali Sp 3 : dan teratur
pertemuan klien  Evaluasi sehingga
mampu mengontrol jadwal dapat
halusinasinya dengan kegiatan mengurangi
cara bercakap-cakap.  Latih cara halusinasinya
mengontrol .
halusinasi
dengan cara
bercakap-
cakap
 Masukan ke
dalam jadwal
kegiatan  Klien mampu
harian. memperlihatk
an
Setelah 4 kali Sp 3 : perkembanga
pertemuan klien  Evaluasi nnya dengan
mampu mengontrol jadwal cara
halusinasinya kegiatan mengontrol
dengan cara aktifitas  Latih cara halusinasinya
terjadwal mengontrol dengan
halusinasi bercakap-
dengan cara cakap
aktifitas sehingga
terjadwal dapat
 Masukan ke mengurangi
dalam jadwal halusinasinya
kegiatan .
harian

 Klien
mampu
memperlihat
kan
perkembang
annya
dengan
caramengont
rol
halusinasiny
a dengan
cara aktifitas
terjadwal
dan sehingga
dapat
meringankan
gejala
halusinasiny
a dan
membantu
klien agar
tidak terjadi
2 Perilaku Pasien mampu Setelah 1x SP I  Mencari tentang
kekerasan  Identifikasi pertemuan pasien  Identifikasi apa yang
penyebab , tanda, mampu: penyebab , menyebabkan
dan gejala, akibat  Identifikasi tanda, dan klien pk
yang dilakukan penyebab , gejala, akibat  Mengetahui cara
pk tanda, dan yang dilakukan mengontrol pk
halusinasi
 Jelaskan cara gejala, akibat pk  Menetapkan
yang
mengontrol pk yang  Jelaskan cara waktu yang
berkelanjuta
dengan cara tarik dilakukan pk mengontrol pk akan dilakukan
n.
nafas + pukul  Jelaskan cara dengan cara tarik sesuai jadwal
bantal mengontrol nafas + pukul
pk dengan bantal
cara tarik  Masukan dalam
3 Isolasi Sosial - Pasien mampu Setelah
dilakukan SP I Isolasi Sosial  Hubunan saling
nafas + jadwal kegiatan
membina hubungan 1x pertemuan pasien 1) percaya merupakan
pukul bantal
saling
Pasienpercaya
mampu mampu :
Setelah 1x daling
SP II percaya landasan perawat
 Pasien dapat
- Pasien menyadari - Membina
 mengulangi pertemuan pasien
2)  Evaluasi jadwal dengan
mengingatpasien
dan
penyebab isolasi
latihan tarik hubungan
mampu: saling kegiatan
mengenal sehingga
mengulangipasien
cara
sosial
nafas+ pukul percaya
 Mampu  Latihan
penyebab cara
isolasi terbuka
mengontroldalam
- Pasien mampu
bantal yang telah - Mengenalmengulangi sosial mengontrol
dengan mengungkapkan
perilaku
berinteraksi dengan penyebablatihan
dilatih dan isolasi
tarik tindakan
perasaan
: marah masalahnya
kekerasan dan
orang lain pujian
berikan sosial, keuntungan dengan minum menimbulkan
nafas+ pukul- Menanyakan pertama yaitusikap
 Mampu behubungan
bantal yang tentangobat
pendapat menerima terhadap
tarik nafas dan
mengontrol dengan orang lain
telah dilatih 
pasien Masukan dalam orang
tentang lain.bantal
pukul
perilaku dan kerugian tidak
dan berikan jadwal kegiatan  serta
kebiasaan Agarkedua klien
kekerasan dengan pujian minum obat
minum obat  Mampu
mengontrol
perilaku
berhubungan berinteraksi dapat mengenal dan
dengan orang lain. dengan orang lain mengungkapkan
- Siapa yang satu masalahnya dan
rumah dengan menimbulkan sikap
pasien menerima terhadap
- Siapa yang dekat orang lain.
dengan pasien  Agar klien
- Siapa yang tidak dapat mengenal
dekat dengan danmengungkapkan
pasien dan apa penyebab isolasi
penyebabnya sosial yang terjadi
- Menanyakan apa -Agar pasien
yang mempunyai keinginan
menyebabkan berinteraksi dengan
pasien tidak ingin orang lain
berinteraksi -Agar pasien menyadari
dengan orang lain kerugin yang
3) ditimbulkan akibat
mengenal tidak berinteraksi
kerugian tidak dengan orang lain
punya teman dan -Dengan belajar
tidak bercakap- berkenalan
cakap menimbulkan motivasi
4) pasien untuk
pasien berkenalan berinteraksi dengan
dengan cara : orang lain
- Jelaskan kepada
pasien cara
berinteraksi
dengan orang
lain.
- Beri contoh cara
berinteraksi
denagan orang
lain (sebutkan
nama kita dan
nama panggilan,
asal dan hobi)
- Menanyakan
nama orang yang
akan diajak
berkenalan
2. Menganjurkan
memasukkan ke
dalam jadwal
kegiatan harina
Setelah dilakukan SP II isolasi sosial -Menilai kemajuan
1x pertemuan pasien - Evaluasi kegiatan perkembangan pasien
mampu : bekenalan -Memberikan
- Mampu - Latih cara berbiara kesempatan dan
menyebutkan saat melakukan motivasi pasien untuk
kegiatan yang kegiatan harian melakukan interaksi
sudah dilakukan (latih 2 kegiatan) secara bertahap
- Mampu - Memasukkan -Memberikan rasa
berinteraksi kedalam jadwal tanggung jawab pada
dengan orang lain kegiatan untuk pasien untuk
secara bertahap : latihan berkenalan melaksanakan kegiatan
berkenalan dengan 2-3 orang yang teratur
2-3 orang
Setelah dilakukan SP III isolasi sosial -Untuk menilai
1x pertemuan pasien - Evaluasi kegiatan perkembananpasien
mampu : bekenalan dengan dalam mengena cara
- Mampu beberapa orang berinetraksi
menyebutkan - Latih cara berbiara -Memberikan motivasi
kegiatan yang saat melakukan kepada pasien untuk
sudah dilakukan kegiatan harian berinteraksi dan
- Mampu (latih 2 kegiatan) mendapatkan respon
berinteraksi - Memasukkan yang positif
dengan orang lain kedalam jadwal -Memberikan motivasi
secara bertahap : kegiatan untuk dan rasa tanggung
berkenalan dengan latihan berkenalan jawab pada klien untuk
4-5 orang 4-5 orang melaksanakan kegiatan
yang teratur
Setelah dilakukan SP IV isolasi sosial - Sebagai Untuk menilai
1x pertemuan pasien - Evaluasi kegiatan perkembanan pasien
mampu : bekenalan, dalam mengena cara
berinetraksi
- Mampu berbicara saat -Memberikan motivasi
menyebutkan melakukan 4 kepada pasien untuk
kegiatan yang kegiatan harian berinteraksi dan
sudah dilakukan - Latih cara berbiara mendapatkan respon
- Mampu sosial yang positif
berinteraksi - Memasukkan -Memberikan motivasi
dengan orang lain kedalam jadwal dan rasa tanggung
secara bertahap kegiatan untuk jawab pada klien untuk
yaitu >5 orang latihan berkenalan melaksanakan kegiatan
>5 orang baru, yang teratur
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian.
VII. CACATAN KEPERAWATAN

Nama : Tn J Ruangan : Flamboyan No. Reg : 04.29.42


No DIAGNOSA HARI/TANGGA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
. L
/WAKTU
1. Gangguan Kamis/ 8 Juli 2021 Sp : 1 pasien S:
persepsi sensori : Pukul 10.30 WIB  Mengidentifikasi halusinasi,  Klien mengatakan
Halusinasi isi, frekuensi, situasi pencetus, masih melihat
Penglihatan waktu terjadi, perasaan dan bayangan-bayangan
respon  Klien mengatakan
 Melatih cara mengontrol bayangan-bayangan
halusinasi dengan cara tersebut seperti orang
menghardik yang menggunakan
 Memasukan kedalam jadwal sorban
kegiatan  Klien melihat
bayangan-bayangan
datang pada saat pagi
hari, saat klien bangun
tidur tersebut.
 Klien mengatakan
suara datang seperti
memanggil-manggil
namnya tidak jelas
 Klien mengatakan saat
bayangan-bayangan
tersebut datang tidak
takut dan biasa saja
 Klien mengatakan akan
mencobakan latihan
cara menghardik

O:
 Klien tampak bicara
sendiri
 Klien tampak tertawa
sendiri
 Klien tampak sedikit
gelisah
 Klien tampak mampu
melakukan latihan
cara mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik

A : Halusinasi masih ada

P:
Pasien :
Latihan sp 1 cara menghardik
2x sehari (pagi jam 07.00 wib
dan sore jam 15.00 wib)
Perawat :
 Optimalkan SP 1
 Lanjut SP 2 latihan
cara minum obat pada
hari Jumat, 9 Juli 2021
pada pukul 10.30 WIB
di ruangan flamboyan

Jumat/ 9 Juli 2021/ Sp 2 pasien : S:


10.30 WIB  Mengevaluasi kegiatan pasien  Klien mengatakan
 Melatih cara mengontrol melihat masih melihat
halusinasi dengan cara minum bayangan-bayangan,
obat yang benar  Klien mengatakan
 Memasukan ke dalam jadwal melihat bayangan-
harian bayangan datang pada
saat pagi hair, saat klien
bangun tidur tersebut.
 Klien mengatakan akan
meminum obat secara
teratur

O:
 Klien tampak sedikit
gelisah pada saat
interaksi
 Klien masih tampak
suka bicara sendiri
 Klien tampak sudah
mampu untuk
meminum obat sesuai
jadwal dibantu oleh
perawat
 Klien tidak pernah
tidak minum obat
selama di rumah sakit

A : Halusinasi masih ada

P :
Pasien :
Latihan SP 2 minum obat yang
benar 2x sehari (jam 07.30 dan
18.00 wib)

Perawat :
 Optimalkan SP 1 dan
SP 2
 lanjutkan SP 3 cara
mengontrol halusinasi
dengan bercakap-
cakap. Dilakukan pada
hari Sabtu, 10 Juli
2021 pada pukul 15.00
WIB di ruangan
flamboyan

S:
Sabtu/ 10 Juli Sp 3 :  Klien mengatakan
2021/ 15.00 WIB  Mengevaluasi jadwal kegiatan hanya sesekali melihat
harian bayangan-bayangan
 Melatih cara mengontrol  Klien mengatakan
halusinasi dengan cara bayangan-bayangan itu
bercakap- cakap sudah mulai tidak ada
 Memasukan kedalam jadwal  Klien mengatakan akan
kegiatan harian melakukan latihan cara
bercakap-cakap sesuai
jadwal kegiatan

O:
 Klien tampak tenang
pada saat interaksi
 Klien tampak mampu
melakukan latihan cara
bercakap-cakap

A : Halusinasi masih ada

P :
Pasien :
 latihan sp 3 bercakap-
cakap 2x sehari (jam
09.00 dan jam 17.00
wib)
Perawat :
 Optimalkan SP 1, 2
dan 3
 lanjutkan SP 4 cara
mengontrol halusinasi
dengan kegiatan
harian. Pada hari
Minggu, 11 Juli 2021
pada pukul 09.30 WIB
di ruangan flamboyant

S:
Minggu/ 11 Juli SP 4 :  Klien mengatakan
2021/ 09.30 WIB  Mengevaluasi jadwal kegiatan bayangan-bayangan itu
 Melatih cara mengontrol sudah mulai tidak ada
halusinasi dengan kegiatan  Klien mengatakan
harian bayangan tersebut
 Memasukkan kedalam jadwal sudah jarang dirinya
kegiatan harian lihat
 Klien mengatakan
akan melakukan
latihan dengan
melakukan kegiatan
harian sesuai dengan
jadwal

O:
 Klien tampak tenang
pada saat proses
interaksi
 Klien tampak
melakukan kegiatan
harian
 Klien tampak ikut serta
dalam kegiatan di
ruangan seperti
penyuluhan

A : Halusinasi masih ada

P:
Pasien :
 latihan sp 4 melakukan
kegiatan harian sesuai
dengan waktu pada
jadwal kegiatan harian
pasien
Perawat :
 Optimalkan SP 1, 2
dan 3 dan 4
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah kelompok melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses


keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan,
melakukan implementasi dan evaluasi. Maka pada BAB ini kelompok akan membahas
mengenai kenyataan yang ditemukan pada kasus asuhan keperawatan pada Tn. J dengan
gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan di Ruangan Flamboyan RSJ. Prof. HB.
Sa’anin Padang tahun 2021 pada tanggal 7 – 11 Juli 2021 yang dapat diuraikan sebagai
berikut.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang sistematis dalam
mengumpulkan data dari berbagai sumber-sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Sehingga mengumpulkan data perawat harus
memiliki kemampuan mengobservasi dengan akurat, dan menggunakan komunikasi
terapeutik. Data yang dikumpulkan mencakup : identitas pasien, keluhan utama pasien,
faktor predisposisi, mekanisme koping, data yang dikumpulkan meliputi : riwayat
kesehatan jiwa, pengkajian psikososial dan pengkajian status mental.

Teknik pengambilan data yang kelompok melakukan melalui wawancara dengan


pasien, pengamatan langsung terhadap kondisi pasien diantara dari pembicaraan,
penampilan dan perilaku pasien dalam berkomunikasi, bersikap dan keseharian pasien.

1. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pada pasien halusinasi ditemukan biasanya adalah data sabjektif
seperti Biasanya pasien dengan halusinasi akan mengalami gangguan persepsi sensori
palsu. Pada pasien dengan halusinasi pendengaran biasanya pasien akan mendengar
suara- suara, klien berbicara sendiri dan tertawa sendiri. Tanda dan gejala lain yang
ditemukan seperti berbicara ataupun tertawa sendiri tanpa sebab. menarik diri dan
menghindar dari orang lain, bingung. Pada pasien dengan halusinasi penglihatan
biasanya pasien menunjuk ke salah satu arah, klien mengatakan melihat sesuatu yang
tidak jelas, kontak mata tidak ada, pandangan mata pada satu arah tertentu, marah-
marah tanpa sebab yang jelas.
Dalam teori tersebut sesuai dengan yang dialami Tn. J yaitu terjadi gangguan
persepsi sensori : halusinasi mengalami mendengar bisikan-bisikan. Tn. J juga melihat
bayangan-bayangan yang tidak jelas. Tn. J mengatakan bayang tersebut dating pada
pagi hari disaat dirinya bangun tidur. Tn. J juga tampak suka menyendiri. Tn. J tampak
kadang suka tertawa sendiri dan berbicara sendiri. Pasien juga mengatakan dirinya
takut dengan melihat bayangan-bayangan itu.
Berdasarkan teori sama dengan pengkajian yang didapatkan sebelumnya pada
kasus Tn. J dimana ditanda dan gejala yang didapatkan pada waktu pengkajian adalah
klien mengatakan melihat bayangan-bayangan. Pasien mengatakan banyangan tersebut
datang disaat pagi hari disaat dirinya bangun tidur. Tn. J mengatakan takut dengan
bayangan itu. Pasien tampak suka menyendiri. Pasien tampak kadang suka berbicara
dan tertawa sendiri.

2. Faktor Predisposisi
Secara teori faktor predisposisi terjadinya halusinasi menurut (Keliat, 2011).
Biasanya pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan pasien
sebelumnya tidak berhasil karena pasien tidak mengonsumsi obat secara teratur
dirumah, pernah mengalami aniaya fisik yaitu sebagai korban, maupun saksi, tetapi
tidak sebagai pelaku, pernah mengalami aniaya seksual yaitu sebagai korban, maupun
saksi, tetapi tidak sebagai pelaku, biasanya pasien pernah mengalami penolakan /
disingkirkan dari sebagai korban yaitu disingkirkan dari masyrakat,biasanya pasien
pernah mengaami kekerasan dalam keluarga yaitu sebagai korban, biasanya pasien di
pukul oleh orang terdekat karena ketidaksukaan terhadap pasien, biasanya pasien
pernah melakukan tindakan kriminal baik sebagai korban, pelaku maupun saksi, ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Biasanya hubungan pasien dengan
keluarga tidak dekat, biasanya klien mengalami pengalaman dimasa lalu yang tidak
menyenangkan seperti konflik didalam keluarga, disingkirkan dari lingkungan,
kehilangan/ kegagalan.
Sesuai dengan pengkajian yang didapatkan pada kasus Tn. J yaitu :
f) Aniaya Fisik
Pada saat ditanyakan ke pasien ia mengatakan pernah dipukul oleh
ibunya sewaktu SMP dan SMA karena tidak juara kelas. klien
mengatakan tidak pernah membalasnya karena ia takut dengan ibunya.
Klien mengatakan tidak pernah memukul orang lain, klien pernah
menyaksikan perkelahian. Saat diruangan merpati klien memukul
temannya karena teman nya tersebut mengejek dirinya.
g) Aniaya Seksual
Tn. J mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan seksual
sebelumnya, dan tidak pernah menjadi pelaku dari penganiayaan
seksual, maupun saksi.
h) Penolakan
Tn.J mengatakan tidak pernah mengalami penolakan oleh keluarga dan
lingkungan
i) Kekerasan Dalam Keluarga
Tn. J mengatakan pernah di pukul ibunya waktu SMP dan SMA. Tn J
mengatakan tidak pernah memukul anggota keluarganya
j) Tindakan Kriminal
Tn.J mengatakan tidak pernah menjadi pelaku, korban maupun saksi
dalam tindakan kriminal.

Dalam teori ini menyebutkan bahwa sesuai dengan pengkajian yang


didapatkan pada kasus Tn. J dimana mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2017.
Pasien biasanya melakukan kontrol ke RS. Puti Bungsu dan RS. Adnan Widia, namun
semenjak 3 bulan terakhir Tn. J tidak meminum obatnya secara teratur lagi. Pasien
mengatakan pernah dipukul oleh ibunya sewaktu SMP dan SMA karena tidak juara
kelas. klien mengatakan tidak pernah membalasnya karena ia takut dengan ibunya.
Klien mengatakan tidak pernah memukul orang lain, klien pernah menyaksikan
perkelahian. Saat diruangan merpati klien memukul temannya karena teman nya
tersebut mengejek dirinya.
3. Faktor predisposisi
Menurut teori (Keliat,2011). Faktor pencetus terjadinya halusinasi adalah
Biasanya klien disingkirkan dari masyrakat, biasanya pasien pernah mengalami
kekerasan dalam keluarga yaitu sebagai korban, biasanya pasien di pukul oleh orang
terdekat karena ketidaksukaan terhadap pasien, biasanya pasien pernah melakukan
tindakan kriminal baik sebagai korban, pelaku maupun saksi, ada anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa. Pada kasus yang dikaji pada Tn. J pernah dipukul
oleh ibunya sewaktu SMP dan SMA karena tidak juara kelas, klien pernah
menyaksikan perkelahian. Saat diruangan merpati klien memukul temannya karena
temannya mengejek dirinya.
a. Genogram

Pada genogram dibuat minimal 3 generasi yang dapat menggambarkan


hubungan pasien dengan keluarga dan adanya riwayatpenyakit keturunan.
Biasanya dalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, mengkaji 3 generasi yang menggambarkan klien
dengan anggota keluarga yang lain. pola komunikasi yang digunakan
biasanya dua arah. Pada kasus Tn. J Klien mengatakan dalam pengambilan
keputusan didalam keluarga yaitu ibunya. Pola komunikasi menurut Tn.J
tidak ada timbal balik. Pola asuh Tn.J demokratis karena ia dapat
menyampaikan pendapat kepada orangtuanya dan jika Tn. J memiliki
masalah ia lebih menyimpan masalahnya sendiri.

b. Konsep Diri
Konsep diri biasanya tentang pengetahuan individu tentang dirinya sendiri,
merupakan gambaran tentang diri dan gabungan kompleks dari perasaaan, sikap,
persepsi baik yang disadari maupun tidak disadari. Pada konsep diri biasanya peran
dan harga diri terganggu pada klien halusinasi dan pada kasus terdapat peran dan
harga diri klien terganggu sehingga berdasarkan teori dan kasus sesuai. Klien
mengatakan kalau ia tidak bekerja dan hanya dirumah saja bersama ibunya
sehingga membuat ia merasa bosan. Tn J mengatakan dirinya sebagai seorang anak
dan saat sekarang belum mendapatkan pekerjaan. Klien mengatakan tugasnya di
rumah sebagai anak membantu ibunya. Klien mengatakan dirinya tidak berharga,
klien merasa dirinya tidak ada gunanya lagi karena hanya diriumah saja tidak bisa
melakukan apa-apa.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa adalah tahap kedua dalam proses Keperawatan yang dapat dirumuskan
berdasarkan hasil pengkajian, baik diagnosis yang bersifat aktual maupun resiko. Masalah
yang saling berhubungan dapat digambarkan pada pohon masalah yang terdiri dari
penyebab, prioritas masalah, dan akibat yang di timbul dari masalah.
Pada teori ada 3 diagnosa Keperawatan yaitu halusinasi, perilaku kekerasan , isolasi
sosial. Sedangkan pada kasus ditemukan pada saat pengkajian di RSJ dalam menegakkan
diagnosa keperawatan terdapat beberapa masalah keperawatan yang dialami Tn. J yaitu :
gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan, resiko perilaku kekerasan, harga diri
rendah, isolasi social, hambatan komunikasi verbal, defisit perawatan diri, gangguan
proses pikir. Diagnosa yang diangkat kelompok sesuai dengan data yang ditemukan pada
klien selama pengkajian.
C. Intervensi keperawatan
Intervensi ini merupakan tahap lanjut dari diagnosa keperawatan dimana perencanaan
ini menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang dilaksanakan meliputi diagnosa
keperawatan, tujuan, kriteria hasil, intervensi dan rasional. Pada intervensi halusinasi ada
4 strategi pelaksanaan untuk pasien dan 4 strategi pelaksanaan untuk keluarga pertama
strategi pelaksanaan untuk pasien mengindentifikasi halusinasi, isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon dan latih cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik. Kedua yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien melatih kemampuan
kedua, mengontrol halusinasi dengan cara minum obat yang benar. Ketiga yaitu
mengevaluasi jadwal kegiatan dan latih cara mengontrol haluisnasi dengan cara bercakap
cakap dan keempat yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien dan latih cara
mengontrol halusinasi dengan kegiatan harian. Keliat ( 2011) dalam bukunya mengatakan
untuk melatih kemampuan pasien untuk mengubah cara pasien menafsirkan dan
memandang segala sesuatu pada saat pasien mengalami gangguan sensori persepsi palsu :
halusinasi, sehingga pasien merasa lebih baik dan dapat bertindak lebih produktif dengan
menggunakan terapi kognitif. Pasien sendiri yang awalnya menunjukan secara verbal
dengan berbicara sendiri, tertawa sendiri, dan mendengar suara menyuruh dia bernyanyi,
marah tanpa sebab, dan melihat bayangan . Stelah diberikan tidakan keperawatan SP dan
terapi kognitif pasien sudah mampu merubah persepsi palsu yang negatif menjadi sudah
mampu mengontrol dan kontak mata bisa dipertahankan.
Strategi pelaksanaan ini sudah penulis berikan selama 5 hari dan dari hasil
pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap Tn. J tersebut sudah terlaksana, masing-masing
strategi pelaksanaan dilakukan sampai pasien mandiri dengan tujuan mengurangi dan
dapat mengontrol gangguan persepsi sensori palsu yang ia rasakan, pasien dengan cara
menghardik. Minum obat teratur, bercakap-cakap dan dengan aktivitas terjadwal yang
dimiliki pasien antara lain melakukan kegiatan terjadwal.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang telah diidentifikasi dalam asuhan
keperawatan. Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada perencanaan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan. Hal ini dilakukan
dalam implementasi.
Pada kasus diberikan SP sesuai diagnose utama yaitu gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran dan penglihatan pertama strategi pelaksanaan untuk pasien
mengindentifikasi halusinasi, isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,
respon dan latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Kedua yaitu
mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien melatih kemampuan kedua, mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat yang benar. Ketiga yaitu mengevaluasi jadwal
kegiatan dan latih cara mengontrol haluisnasi dengan cara bercakap cakap dan keempat
yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien dan latih cara mengontrol halusinasi
dengan kegiatan harian. Latihan yang dimasukkan kedalam jadwal kegiatan tujuannya
agar pasien terbiasa berlatih dan dapat menerapkannya pada kesehariannya atau
menerapkannya saat halusinasinya kambuh.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi
dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan evaluasi bagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan denvan
memandikan antara respon pasien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan
(Keliat,2011).
Setelah diberikan latihan dan selalu mengevaluasi latihan pasien setiap hari melalui
jadwal kegiatan harian, pasien mampu mengontrol halusinasi dengan 4 cara yang telah
dilatih yaitu cara menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
harian. Namun masih butuh bimbingan dari perawat dalam melakukannnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi merupakan salah satu gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan persepsi sensori, merasakan sensori palsu berupa
suatu, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada.
Dari hasil pembahasan yang dilakukan terhadap Tn. J maka dapat
disimpulkan beberapa pembahasan yaitu:
1. Pengkajian
Pada pengkajian ditemukan tanda dan gejala gangguan persepsi sensori:
Halusinasi penglihatan pada Tn. J mengatakan melihat bayangan-
bayangan. Pasien mengatakan bayang tersebut datang pada saat pagi hari
disaat dirinya bangun tidur. Pasien mengatakan takut melihat bayangan-
bayangan itu. Pasien kadang tampak menyendiri. Pasien tampak kadang
suka tertawa sendiri, berbicara sendiri.
2. Analisa data dan diagnosa keperawatan
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan halusinasi secara teori
ditemukan 3 diagnosa yaitu Gangguan persepsi sensori: Halusinasi(core
problem), harga diri rendah(scause), dan Resiko perilaku kekerasan
(effect). Sedangkan diagnosa keperawatan yang kelompok temukan pada
Tn. J ada 3 yaitu Gangguan persepsi sensori: Halusinasi penglihatan,
resiko perilaku kekerasan, dan harga diri rendah.
3. Intervensi keperawatan
Peran perawat menangani halusinasi salah satunya yaitu memberikan
asuhan keperawatan. Rencana asuhan keperawatan mencakup penerapan
strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi. Rencana keperawatan yang
dilakukan pada Tn. J dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Penglihatan meliputi tujuan umum yaitu Tn. J dapat mengontrol
halusinasinya. Rencana keperawatan ini dilakukan pada Strategi
Pelaksanaan (SP) yg terdiri dari 4 yaitu mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik, minum obat, berbincang-bincang dan melakukan
kegiatan terjadwal.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Agar penulis dapat memperdalam pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu
yang telah diperoleh selama di perkuliahan dalam penerapan asuhan
keperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan dan dapat menerapkan asuhan keperawatan jiwa dalam
praktek keperawatan.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Agar keluarga mampu memahami dan dapat merawat anggota keluarga
dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan.
a. Bagi pasien
Diharapkan pasien mampu melakukan secara mandiri atas tindakan
keperawatan yang telah dilatih kepada pasien.
b. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi.
3. Bagi RSJ Prof.H.B. Sa’anin Padang
Selaku pemberi pelayanan dalam asuhan keperawatan di rumah sakit,
dapat memberikan intervensi asuhan keperawatan untuk pasien halusinasi
dan meningkatkan sistem pelayanan supaya pasien dapat mendapatkan
pelayanan yang memuaskan.
4. Bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Dapat dijadikan dalam penelitian pada pasien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi penglihatan dan sebagai sumber bacaan atau referensi
untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya pasien
dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar peneliti selanjutnya mengetahui bagaimana cara merawat pasien
dengan halusinasi penglihatan dan dapat dikembangkan dalam penyusunan
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan


Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Dalami, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.
Jogjakarta : Trans Info Media
Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Damaiyanti, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan
Kedua.Bandung: PT. Refika Adimata

Direja, dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.


Jogjakarta : Trans Info Media
Keliat, Budi Ana. 2014. Proses Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta
Keliat, Budi A, dkk (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
CMHN(Basic Couse).Jakarta : EGC
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Riskesdas.2018. Data Riset Kesehatan Dasar Jiwa. Jakarta
Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta Timur:
CV Trans Info Media

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika.

Yosep. 2011. Proses Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai