Anda di halaman 1dari 261

PAEDIATRIC BATCH FEBRUARI 2020

The word paediatric and its cognates mean "healer of children"; they dr. Winda Yanuarni Meye
derive from two Greek words: παῖς (pais "child") and ἰατρός (iatros dr. Afrilia Intan Pratiwi
"doctor, healer") dr. Reagan Resadita
dr. Mike Lauda
OUTLINE MATERI
ENDOKRINOLOGI-GENETIK GIZI
• Hypoglycemia • CDC Growth Chart
• Growth Hormone • Gizi Buruk
• Thyroid Hormone • MP-ASI
• Diabetes Monogenic • Pemberian Makanan pada Ibu HIV
• Kelainan Genetik • Vitamin Deficiency
• Pubertas Prekoksia
• Delayed Puberty
HEMATOONKOLOGI
GASTROHEPATOLOGI
• Anemia Defisiensi Besi
• Diare Cair Akut • Hemofilia
• Diare Persisten • Henoch Schonlein Purpura
• Disentri • Vitamin K Deficiency Bleeding
• Giardiasis
• Balantidiasis
• Kolera
• E. Coli PEDIATRIK SOSIAL
• Campylobacter dan Clostridium infections • Milestone perkembangan
• HUS • Vaksinasi
• Perhitungan Cairan
• Hypoglycemia
• Growth Hormone
• Thyroid Hormone
• Diabetes Monogenic
• Kelainan Genetik
• Pubertas Prekoksia
• Delayed Puberty

PEDIATRIK ENDOKRINOLOGI &


GENETIK
Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan kondisi GLUKOSA PLASMA:
1. < 45 mg/dl pada bayi atau anak-anak, dengan atau tanpa gejala.
2. < 35 mg/dl pada neonatus aterm berusia < 72 jam
3. < 25 mg/dl pada neonatus prematur dan KMK berusia < 1 minggu

Anamnesis: Manifestasi:
• Tremor, jitterness (gerakan tidak
beraturan), atau iritabilitas • Berkeringat, lapar, tremor,
takikardia, pucat, kehilangan
• Kejang, koma
nafsu makan
• Letargis, apatis
• Sulit menyusui, muntah sehingga • Disorientasi, nyeri kepala,
asupan berkurang strabismus, Letargi, kejang,
• Apneu koma
• High Pitched Cry atau lemah
• Sianosis
• Beberapa bayi asimptomatik
Penyebab Hipoglikemia
Peningkatan Penurunan produksi/
Keduanya
pemakaian glukosa simpanan glukosa
• Neonatus dari ibu • IUGR • Stres perinatal
penderita DM • Prematur (Sepsis, syok,
• Besar Masa • Asupan kalori tidak asfiksia, hipotermi,
Kehamilan adekuat resp. distress)
• Neonatus dengan • Penundaan • Transfusi tukar
eritroblastosis pemberian asupan • Defek metabolisme
foetalis karbohidrat
• Ibu mendapat terapi • Defisiensi endokrin
tokolitik, tiazid (insuf adrenal,
• Setelah transfusi defisiensi
tukar hipotalamus,
hipopituitarism)
NEONATAL Neonates aterm < 72 jam : <35mg/dl
Neonates preterm & KMK: <25 mg/dL

GD >25-<45 mg/dl

GD
GD 36-<45
36-<45 mg/dl
mg/dl
GD <45 mg/dl

GD 36-<45 mg/dl
GD 36-<45 mg/dl
GD45 mg/dl GD45 mg/dl
ANAK

Sumber: PPM IDAI Edisi II, 2011


Growth Hormone

Secreted in pulsatile fashion from


anterior pituitary gland

Regulated by:
–Growth hormone-releasing hormone
(GHRH) → stimulates both the
synthesis and the release of GH
–Somatostatin → inhibits the release
of GH

•IGF
–end product of GH bioeffect
–negativefeedback effect on GH
secretion

©Bimbel UKDI MANTAP


Growth Hormone Effect on Targeted Organs:

©Bimbel UKDI MANTAP


Growth Hormone Abnormalities:

1. Excess GH
Gigantisme Akromegali
- Terjadi PRE-PUBERTAS → - Terjadi POST-PUBERTAS →
lempeng epifisis belum lempeng epifisis sudah
tertutup tertutup
- Pertumbuhan tulang berlebih - Pertumbuhan jaringan kartilago,
- Tinggi badan > 2 SD dari rata- tangan, kaki, ridge of eyebrow,
rata sesuai dengan jenis dagu, dan lidah masih terjadi
kelamin, usia, dan stadium - Efek metabolik
Tanner - Peningkatan gula darah →
- Macrocephaly peningkatan insulin → risiko
- Obesitas DM tipe 2
- Frontal bossing - Penyempitan arteri, serangan
- Hiperhidrosis jantung
- Soft tissue hipethropy
Acromegaly face Gigantism
Diagnosis
GH Excess
2. GH Deficiency : Dwarfism
SHORT STATURE DDx:

Dwarfism Cretinism
Hipopituitarism Hipotiroidisme
Penurunan GH Penurunan T4 dan T3
Bagian Tubuh Proposional, Perawakan pendek, bagian
Perawakan pendek (<147cm), tubuh tidak proposional,
smart look ekspresi datar, ugly look

Mental normal ( Normal IQ) Retardasi mental ( IQ rendah)

• Sexual infantilsm • Sexual infantilism


• Fertile • Small gonad
• Infertile
©Bimbel UKDI MANTAP
Dwarfism: Cretinism:
Hipotiroid Kongenital
Anamnesis Pemeriksaan fisik (Bayi)
• Kelahiran postdate • Ubun ubun besar
• Dull face
• Retardasi perkembangan
• Lidah besar
• Gagal tumbuh/pendek • Kulit kering
• Malas menetek • Hernia umbilikalis
• Suara menangis serak • Hipoaktif
• Riwayat lahir di daerah endemik • Mottling, jaundice
kekurangan iodium • Sekilas mirip sindrome down

Tanda dan gejala pada Anak PPM IDAI jilid 1, 2011

• Perawakan Pendek
• Delayed Bone Age
• Increased Weight for Height/Age
• Kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah
• Gejala mirip pada orang dewasa
• Kadang disertai pembesaran kelenjar pituitari dan tiroid
©Bimbel UKDI MANTAP
Pemeriksaan Terapi L-tiroksin
penunjang USIA DOSIS
(microgram/kg/hari)
• Pemeriksaan darah
– TSH (), fT4 () 0-3 bulan 10-15
– Darah lengkap
– Ibu bisa di periksa antibody 3-6 bulan 8-10
• Radiologis 6-12 bulan 6-8
– Bone age
– Skintigrafi tiroid 1-5 tahun 4-6
• Screening fungsi tiroid 6-12 tahun 3-5
– skrining TSH pada usia 2-5 hari atau
2-6 minggu, jika faskes terbatas > 12 tahun 2-4
gunakan Scoring Quebec. Normal
jika skor<3 (dari total skor 13)

Prognosis
- Terapi mulai usia <1 bln → IQ >90 usia 3-4
- Terapi usia <3 bln → IQ > 85
- Tidak diterapi/ tiap 1 bulan keterlambatan
akan kehilangan 1 point IQ
Sebelum 4 Bl
Tx Setelah Tx
Hipertiroid kongenital
Kondisi yang jarang ditemui. Diakibatkan oleh transplasental antibody dari ibu
yang memiliki grave disease

Manifestasi Fetal Manifestasi Post natal


• Takikardi • Iritabilitass
• Aritmia • Takikardi
• Hipertensi
• Growth retardation
• Penambahan berat badan
• prematuritas yang buruk
• Pembesaran tiroid
• Gagal jantung
• Mikrosefali

H. Krude, H. Bieberman, Congenital hypertiroid,


department of pediatric, Virchow-klinikum, Germany
Diabetes
DM Type 1
Polygenic
DM Type 2
Diabetes Mutasi pada beberapa gen

Neonatal DM (NDM)
Monogenic
Maturity Onset Diabetes of
Mutasi pada single gen,
jarang terjadi The Young (MODY)

Neonatal Diabetes Melitus (NDM)


• NDM adalah tipe diabetes yang terjadi pada bayi usia kurang dari 3 bulan. NDM sering
terdiagnosis sebagai DM tipe 1, tetapi DM tipe 1 sangat jarang terjadi sebelum usia 6 bulan.
NDM dapat menetap seumur hidup yang disebut dengan Permanent Neonatal Diabetes
Melitus (PNDM) atau dapat terjadi secara sementara kemudian muncul kembali saat usia
lebih tua yang disebut dengan Transient Neonatal Diabetes Melitus (TNDM)
• KLINIS : Poliuria, Dehidrasi, Failure to Thrive, IUGR
• TERAPI : OHO atau insulin, target gula darah: 150-200 mg/dl
Diabetes
DM Type 1
Polygenic
DM Type 2
Diabetes Mutasi pada beberapa gen

Neonatal DM (NDM)
Monogenic
Maturity Onset Diabetes of
Mutasi pada single gen,
jarang terjadi The Young (MODY)

Maturity Onset Diabetes of The Young (MODY)


• MODY adalah kondisi yang sangat jarang dan sering misdiagnosis sebagai DM tipe 1 atau 2.
MODY terjadi sebelum usia 25 tahun, autosomal dominan dan merupakan diabetes
nonketotik. Pasien dengan MODY akan terdiagnosis sebelum usia 25 tahun tanpa disertai
faktor risiko apapun (contoh: lifestyle, obesitas)
• KLINIS : Umumnya asimtomatis dengan hiperglikemia ringan yang stabil atau
dengan gejala ringan seperti polidipsi dan poliuria. MODY umumnya tidak akan berisiko
terjadi komplikasi berat.
• TERAPI : Diet dan exercise, OHO (Sulfonilurea) atau insulin
Kelainan Genetik
Sindrom Penjelasan
Sindroma • Perempuan – 45 XO
Turner • kelenjar kelamin (gonad) yang tidak
berfungsi dengan baik dan dilahirkan tanpa
ovari dan uterus
• ciri : tubuh pendek, kehilangan lipat kulit di
sekitar leher, wajah anak kecil, tangan kaki Turner Syndrome
bengkak,

Sindroma • Laki – laki - 47 XXY


Klinefelter • Infertilitas, keterbelakangan mental,
gangguan perkembangan
• ciri fisik : ginekomastia
Klinefelter
Oculocuta • Autosomal recessive
neous • Mutasi pada gen menyebabkan gangguan
Albinism produksi melanin
(OCA) • Tipe: OCA1 – OCA7
• Depigmentasi pada kulit, rambut dan mata
• Manisfestasi klinis: nystagmus, fotofobia,
iris hypopigmentation/translucency OCA
Sindroma Marfan • Kelainan genetik pada jaringan ikat
• ciri : ekstremitas panjang, jari – jari panjang, kelainan katup jantung
dan aorta
Sindroma Jacobs • Laki – laki, XYY ( sindrom laki – laki super)
• Ciri : pertumbuhan pesat, lebih tinggi dari rata – rata, tidak mandul
Predisposition to criminal behavior/insanity
Sindroma Down • kelainan pada kromosom 21
• Ciri : microcephal dg bagian anteroposterior mendatar, sela hidung
datar, macroglossia, mata menjadi sipit dengan sudut bagian bawah
tengah membentuk lipatan (epicanthal folds) dan melebar, tangan
pendek, jarak antara jari pertama dan kedua (baik tangan dan kaki)
melebar, simian line/crease

Marfan
Syndrome Jacobs Down Syndrome
Sindrom kelainan pada kromosom 13
Patau • defek saraf pusat ,retardasi mental
•sumbing bibir, dan palatum,
polidaktili,
•anomaly pola dermis
•abnormalis jantung, genitalia.

Sindroma Kelainan pada kromosom 18


Edward • retardasi mental berat
• gangguan pertumbuhan
•ukuran kepala dan pinggul yang kecil,
•dan kelainan pada tangan dan kaki.
Sindrom Cri-du- Kelainan delesi parsial kromosom autosomal
chat 5p
• Tangisan melengking seperti kucing
• Retardasi mental
• Mikrosefali
• Kelainan bentuk wajah: wajah bundar
penuh pipi, hipertelorisme, epicantal fold,
posisi telinga sedikit inferior
• Kegagalan tumbuh kembang

Duchenne • Kelainan genetik X-Linked


Muscular Recessive
Dystrophy • Akibat tidak adanya protein
(DMD) dystrophin sehingga
menyebabkan degenerasi
dan kelemahan otot secara
progresif.
• Sering terjadi pada otot
tungkai atas, pelvis dan
lengan atas
• Gejala: kesulitan berjalan,
kontraktur pada otot,
kesulitan motoris,
hiperlordosis, Gower sign
(+)
Pierre-Robin • Autosomal recessive
Syndrome • Pierre-Robin sequence:
1. Micrognathia: rahang dan dagu yang
kecil
2. Glossoptosis: lidah jatuh ke belakang
tenggorok
3. Cleft palate: “U-shaped atau V shaped”
• Menyebabkan gangguan feeding dan
pernapasan, 80% pasien juga mengalami
otitis media karena pneumatisasi dari
kavum mastoid.

Stickler • Mutasi pada gen COL11A1,


Syndrome COL11A2 dan COL2A1 (gen yang
terlibat dlm produksi kolagen)
• Symptoms:
1. Eye abnormalities: myopia, retinal
detachment, katarak, gangguan
vitreous
2. Joint problems: joint laxity,
scoliosis, platyspondyly, arthritis
3. Distinctive facial features seperti
pada Pierre-Robin syndrome,
midface hypoplasia
Pubertas Prekoksia
Pubertas prekoksia didefinisikan sebagai timbulnya tanda-tanda perkembangan
seksual sekunder pada usia < 8 tahun untuk anak perempuan dan usia < 9 tahun
untuk anak laki-laki.
Terdapat 2 jenis: Pubertas Prekoks sentral (GnRH-dependent precocious
puberty) dan Prekoks perifer (GnRH-independent precocious puberty)

Full Only
spectrum of secondary
physical and sexual
hormonal developmen
changes of t present
puberty (determined
by Tanner
staging)
Delayed Puberty
Delayed Puberty : merupakan kondisi dimana pertumbuhan kelamin sekunder
anak terlambat atau tidak ada sama sekali. Batasan usia anak laki-laki dikatakan
delayed puberty yaitu usia diatas 14 tahun, dan anak perempuan pada usia
diatas 12 tahun.
Penyebab terjadinya delayed puberty digolongkan menjadi Hipogonadisme
Primer dan Sekunder.
Secondary Hypogonadism – Low to Normal FSH and LH Primary Hypogonadism – High FSH and LH

ACQUIRED ACQUIRED
- Tumors (Benign tumors, cysts etc.) - Autoimmune or postinfectious
- Functional Gonadotropin deficiency - Following trauma or surgery
- Chronic disease/acute illness - Chemotherapy
- Malnutrition, anorexia, bullimia - Radiation therapy
- Hypothyroidism, DM, Cushing, hyperprolactinemia CONGENITAL
- Infiltrative disease - Chromosomal abnormalities (Turner syndrome – 45, XO;
- Head trauma Klinefelter syndrome – 47, XXY)
- Drugs - Anorchia (vanisihing testis)
CONGENITAL
- Isolated GnRH deficiency
- GnRH deficiency associated with mental retardation/obesity
- Idiopathic Manisfestasi Klinis
- Congenital malformation Perempuan:
delayed puberty, hypogonadotropic
Hyperprolactinemia hypogonadism, primary/secondary
Etiology: gangguan hypothalamo-pituitary axis, interruption of amenorrhea, galactorrhea
dopamine synthesis, stress, tumor hipofisis, PCOS, primary Laki-laki:
hypothyroidism, obat-obatan (anti psikotik) Delayed puberty, gynecomastia,
galactorrhea, neuro-
ophtalmological findings
• Diare Cair Akut
• Diare Persisten
• Disentri
• Giardiasis
• Balantidiasis
• Kolera
• E. Coli
• Campylobacter dan
Clostridium infections
• HUS
• Perhitungan Cairan
• Konstipasi
• GERD

PEDIATRIK GASTROHEPATOLOGI
Diarrhea
Klasifikasi:
Qualitative Assessment: Diare Akut
The passage of unusually • Kondisi diare yang terjadi mendadak
loose or watery stools, dan dapat berlangsung beberapa hari
sampai 14 hari (umumnya <1
usually at least three times minggu)
in a 24 hour period.
Quantitave Assessment: Diare Persisten
The augmented water • Kondisi diare akut yang terus
content in the stools above berlangsung sampai > 14 hari dan
umunya disebabkan agen infeksius
the normal value of
approximately 10 mL/kg/d in Diare Kronik
the infant and young child,
• Kondisi diare dengan durasi > 14 hari
or 200 g/d in the teenager dan umumnya disebabkan agen non-
and adult infeksius

©Bimbel UKDI MANTAP


MEKANISME DIARE
Osmotik
• Terjadi perubahan gradien absorbsi cairan sehingga menimbulkan
retensi cairan dalam intralumen usus
• Contoh:
• Intoleransi laktosa → hiperosmotik → malabsorbsi cairan
• Infeksi rotavirus, Shigella → merusak epitel usus → malabsorbsi
cairan

Sekretorik
• Akibat aktifnya enzim adenil siklase oleh toksin yang mengubah ATP
menjadi cAMP. Akumulasi cAMP intraseluler menyebabkan sekresi
aktif air, Cl, Na, K, dan bikarbonat ke lumen usus.
• Contoh:
• Infeksi Cholera, rotavirus → toxin ke epitel usus → sekresi
• Substansi empedu, asam lemak, lakastif
• Kelainan kongenital (Congenital Chloride Diarrhea) → defek pada
Na-H exchange atau Cl-/HCO3- exchange → Gejala failure to thrive
sejak neonatus
MEKANISME DIARE
Motilitas
• Terjadi perubahan motilitas gastrointestinal yang mempengaruhi
kemampuan absorbsi (secara tidak langsung)
• Contoh:
• Hipomotility → stasis → inflamasi → overgrowth bacterial →
malabsorbsi
• Hipermotility → mengurangi waktu transit cairan untuk
diabsorbsi

Inflamatorik/Invasif
• Terjadi karena adanya proses peradangan yang menyebabkan
destruksi villi usus dan atau disfungsi transporter sehingga
menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dalam rupa mucus,
protein dan darah.
• Contoh:
• Infeksi shigella, Inflamatory Bowel Disease, Celiac Disease
(Imunne process)
Pemeriksaan Pada Diare
ANAMNESIS Px Fisik Px. laboratorium

KU, VS, GCS


Frekuensi makan dan diare
Tanda-tanda dehidrasi Stool cultures ≠ routine
Lamanya diare
Darah dalam feses exam
Ada tidaknya lendir darah
Tanda gizi buruk
Laporan outbreak kolera Electrolyte levels if
Massa abdomen
Riwayat antibiotik atau obat2an lain needed
Distensi abdomen
Muntah Blood Gas Analysis
Gangguan asam basa
Tanda dehidrasi
(napas kussmaulI

Tanda Dehidrasi

Turgor kulit lambat Mata cekung dan letargis


Derajat Diare
Klasifikasi Tanda dan Gejala
Diare tanpa dehidrasi Tidak cukup tanda untuk
diklasifikasikan sebagai
* diare dengan dehidrasi
tidak berat/berat
Diare dengan dehidrasi Dua atau lebih tanda
tidak berat berikut:
• Gelisah/iritabel
• Mata cekung
• Kehausan, minum
dengan cepat
• Turgor kulit lambat
Diare dengan dehidrasi Dua atau lebih tanda
berat berikut:
• letargis atau tidak sadar
• Mata cekung
• Tidak bisa minum
• Turgor kulit sangat
lambat (≥2s)
5 STEPS OF MANAGEMENT
5 LANGKAH FORDIARE
TUNTASKAN DIARRHEA

CASE MANAGEMENT
1. NEW REDUCED
1. DEHYDRATION: → Rehydration: PO→ oralit →
OSMOLARITY ORALIT

2. CONTINUED SEVERITY
2.NUTRITION: → → 3.ZINC → & INCIDENCE
FEEDING

4. RATIONAL
ANTIMICROBIAL
3. ETIOLOGY
→ PHARMACOLOGIC
(commonly infection)
NO ANTIMICROBIAL &
ANTIVOMITING
4. SUCCES OF 5. PATIENT-DOCTOR
PRACTICE: COMMUNICATION

Lect. by Prof Prof. dr. S. Yati Soenarto, Ph.D., Sp.AK, WHO 2005
1 Rehidrasi Plan A Rehidrasi Plan B
1 Rehidrasi Plan C Resusitasi
PERHATIKAN TANDA-TANDA SHOCK!
Cairan Rumatan Pemberian Cairan
(Holiday Segar) melalui infus:
BB (kg) Kecukupan sehari • MAKRODRIP (DEWASA)
20 gtt = 1 ml
0-10 100 ml/kg • MIKRODRIP (ANAK)
60 gtt = 1 ml

10-20 1000 + 50 ml/kg (>10


kg)
>20 1500 + 20 ml/kg (>20
kg)
Contoh:
BB anak = 16,0 kg
Kecukupan cairan anak = (10 × 100) +
(6x50) ml = 1300 ml/hari

©Bimbel UKDI MANTAP


3 Pemberian Zinc

EFEK SAMPING :
MUAL MUNTAH

©Bimbel UKDI MANTAP Buku saku, 5 lintas diare, 2011


Pemberian Antibiotik yang
4 Rasional:
Disentri
Shigella sp
Definisi
• Diare yang disertai darah.
• Paling sering disebabkan oleh Shigella, namun
dapat pula disebabkan oleh amoeba

Diagnosis Gram-negative, facultative aerobic,


nonspore-forming, nonmotile, rod-shaped
• BAB cair, disertai darah. bacteria
• Shigellosis menimbulkan tanda radang akut Entamoeba Hystolitica
meliputi:
– Nyeri perut
– Demam
– Kejang
– Letargis
– Prolaps rektum
• Pemeriksaan feses
• Shigellosis → lying-down dysentery → komplikasi:
Hemolytic Uremic Syndrome Trophozoites, have a single vesicular nucleus
• Amoebiasis → Walking dysentry (usually with a central karyosome), motile,
and may contain ingested RBCs.
Mature cysts have four nuclei

©Bimbel UKDI MANTAP


Pemberian Antibiotik yang
4 Rasional:
Disentri
Indikasi rawat inap
- Anak dengan gizi buruk
- Bayi muda (<2bulan)
- Keracunan, letargis, kembung, nyeri tekan, dan kejang

Tatalaksana Disentri
• Pada tingkat layanan primer
– 5 lintas diare harus terpenuhi
– Diare lendir darah diterapi sebagai Shigellosis menggunakan Cotrimoxazole 10 mg
(TMP) /kgBB/ hari dibagi 2 dosis selama 5 hari
– Evaluasi 2 hari → tidak membaik → cek feses → amoeba → metronidazole dosis
10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari

©Bimbel UKDI MANTAP


Pemberian Antibiotik yang
4 Rasional:
Giardiasis
Definisi
• Diare yang disebabkan oleh parasit Giardia lamblia. Parasit Giardia akan tinggal di usus
dan menyebar secara fecal-oral.
• Parasit Giardia dapat bertahan hidup sampai 4 minggu di luar tubuh host sehingga
memungkinkan terjadi diare kronis yang rekuren

Manifestasi Klinis
• Diare
• Perut kembung
Kista bentuk elips dengan 2 nuclei
• Feses berminyak (Steatorhea) dan axoneme yang melengkung
(pewarnaan Iodine)
• Nyeri perut
• Mual dan muntah
Trofozoit berbentuk seperti buah pear dengan 2 nuclei dan
• Dehidrasi 2 axoneme dan flagella (pewarnaan Giemsa)

• Absorbsi lemak, laktosa, vitamin A Terapi


dan B12 terganggu → Berat badan
dan nafsu makan menurun → Metronidazole 5mg/kgBB; 3x sehari
Tumbuh kembang terganggu selama 5 hari
©Bimbel UKDI MANTAP
Pemberian Antibiotik yang
4 Rasional:
Balantidiasis
Definisi
• Balantidiasis merupakan infeksi yang menyerang kolon yang disebabkan oleh
Balantidium Coli. Host primernya adalah babi.

Manisfestasi Klinis
•Diarrhea (watery, bloody, mucoid)
•Nausea
•Vomiting
•Abdominal pain
•Anorexia
•Weight loss
•Mild colitis
•Fever
•Severe and marked fluid loss (resembling
dysentery)
•Dysenteric syndrome

On stained preparations, the trophozoite Terapi


characteristically shows 2 nuclei: the macronucleus,
which is kidney-shaped, and the micronucleus, which Metronidazole 35-50mg/kgBB/hari dalam 3
is spherical and lies close to the macronucleus. dosis selama 5 hari
Pemberian Antibiotik yang
4 Rasional:
Kolera
Definisi
Kolera adalah infeksi pada usus halus yang disebabkan toksin kolera oleh bakteri Vibrio
Cholera, yaitu bakteri gram negatif berbentuk koma, berflagel dan memiliki reaksi oksidase
(+).
Manisfestasi Klinis Faktor Risiko
• profuse watery diarrhea (diare cucian
• Air yang terkontaminasi
beras)
• Undercooked seafood/shellfish
• Abdominal & muscle cramps
• Muntah-muntah
• Komplikasi: dehidrasi, electrolyte
imbalance.
Vibrio Cholerae
Terapi
• Erythromycin (<12 th): 12,5 mg/kgBB
dibagi 4 dosis selama 3 hari
• Tetracycline (>12th): 12,5 mg/kgBB
dibagi 4 dosis selama 3 hari
Campylobacter Jejuni
• Klinis: diare cair, disentri
• Faktor Risiko: Konsumsi makanan yang terkontaminasi terutama produk unggas
• Terapi:
• Dewasa → Ciprofloxacin 500mg 2x sehari selama 5 hari
• Anak → Eritromisin 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis

Clostridium difficile
• Klinis: Diare cair (jarang disertai darah), malaise, demam
• Faktor risiko: Mondok di rumah sakit, penggunaan antibiotik dalam 3 bulan terakhir
(terutama AB broad spectrum)
• Terapi:
• Dewasa→ Lini pertama/gejala ringan-sedang: Metronidazole 250-500mg 4x sehari selama
7-14 hari, oral/IV, Lini kedua/gejala berat: Vancomycin
• Anak: → Lini pertama/gejala ringan-sedang: Metronidazole 30mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
selama 10 hari per oral, Lini kedua/gejala berat: Vancomycin 40mg/kgBB dibagi 3-4 dosis
selama 10 hari

Clostridium perfringens
• Klinis: Food Poisoning, abdominal cramping, diare, muntah, demam
• Faktor risiko: Mengkonsumsi makanan yang sudah basi, makanan yang tidak/kurang
matang. Ciri dari makanan yg sudah terkontaminasi = akan terbentuk spora.
• Terapi: Rehidrasi, umumnya antibiotik tidak diperlukan. Jika klinis berat bisa pertimbangkan
Penicillin-G, alternatif: Clindamycin atau Metronidazole

Clostridium botulinum/Foodborne botulism


• Klinis: keluhan gastrointestinal akut disertai gangguan otonom dan disfungsi sistem saraf.
• Faktor Risiko: Makanan yang diawetkan, sayuran kaleng
• Terapi: gastric lavage, ABE antitoxin
Enteropathogenic E. Coli
Escherichia coli is a Gram-negative, rod-
shaped bacterium that is commonly found in
the lower intestine of warm-blooded
organisms. Most E. coli strains are harmless,
but some serotypes can cause serious food
poisoning in humans. The harmless strains
are part of the normal flora of the gut, and
can benefit their hosts by producing vitamin
K2, and by preventing the establishment of
pathogenic bacteria within the intestine.
Jenis E.Coli
Enterotoxigenic E. Penyebab diare pada bayi dan pengunjung negara berkembang
coli (ETEC) Memproduksi heat-labile enterotoxin (LT) dan heat stable toxin (ST)
ETEC adhesins : fimbriae. Traveler diarrhea
Menimbulkan gejala : diare tanpa demam
Enteropathogenic E virulensi: - plasmid-encoded protein → EPEC adherence factor (EAF)
. coli (EPEC) - non fimbrial adhesin → intimin
▪ Tidak menghasilkan toksin ST & LT
▪Beberapa tipe EPEC disebut juga sebagai diffusely adherent E.
coli (DAEC) berdasarkan pola penempelan spesifik → penyebab utama
diare pengunjung negara Meksiko & Afrika Utara .
Enteroinvasive E. Mekanisme patogenitasnya menyerupai Shigella
coli (EIEC) EIEC mempenetrasi dan bermultiplikasi pada sel epitel kolon
Gejala menyerupai Shigella dysentery → diare menyerupai disentri
disertai demam
Tidak menghasilkan LT or ST toxin
Enterohemorrhagic Penyebab utama hemorrhagic colitis (HC) /diare berdarah → tanpa
E.coli (EHEC) demam, menyebabkan hemolytic uremic syndrome (HUS).
Memproduksi verotoxin/Shiga toxins (Stx)
Prototypic type: O157:H7

Antibiotic treatment of E Coli in pediatric patients is controversial. Early data indicated antimicrobials offer no
substantial benefit and may increase the risk of developing HUS. (Medscape)
HEMOLYTIC UREMIC SYNDROME (HUS)
• Defined by the simultaneous occurrence of:
– Microangiopathic hemolytic anemia → HB< 8 g/dL, Coombs' test
negative, peripheral blood smear found schistocytes and helmet cells
– Thrombocytopenia → around 40.000/mm3
– Acute kidney injury → hematuria and proteinuria until severe kidney
failure and oligoanuria, hypertension
• Classification: Workups:
– Primary (Atypical or Diarrhea Negative HUS): • CBC
• Complement gene mutations
• Antibodies to complement factor H • Blood smear → schistocytes and
– Secondary (Typical or Diarrhea Positive HUS) helmet cells
• Infection: Shiga toxin-producing Escherichia • Creatinine serum >>
coli (STEC); Shigella dysenteriae
• Drug toxicity
• Positive stool culture of STEC
• Autoimmune disorder: SLE • Shiga toxin genes in stools by
PCR
• THERAPY • Serum IgM antibodies
Hydration, antihypertention, plasma exchange if • Renal biopsy → glomerular
severe thrombotic microangiopathy
KONSTIPASI
Keterlambatan atau kesulitan dalam defekasi, terjadi selama 2 minggu atau lebih.
Buang air besar kurang dari 3 kali per minggu atau riwayat buang air besar dengan
tinja yang banyak dan keras
Ketidakmampuan melakukan evakuasi tinja secara sempurna, yang tercermin dari 3
aspek:
1. Berkurangnya frekuensi berhajat dari biasanya
2. Tinja yang lebih keras dari sebelumnya
3. Pada palpasi abdomen teraba masa tinja (skibala) dengan atau tidak disertai
enkopresis
Enkopresis
Enkopresis adalah pengeluaran feses secara involunter (fecal
incontinence). Pada kebanyakan kasus, hal ini disebabkan oleh
konsekuensi dari konstipasi kronis.
Types:
- Functional/retentive encopresis
Komplikasi dari konstipas kronis, akibat distensi rectal dan stretching
pada sphincter anal internal dan external, sehingga anak menjadi
kehilangan rangsangan normal utk defekasi.
- Organic: ada kelainan organik. Cth: spina bifida, hirschprung
Retentive enkopresis
Klasifikasi durasi:
1. Konstipasi Akut → berlangsung 1-4 minggu
2. Konstipasi Kronis → berlangsung >4minggu
Klasifikasi etiologi:
1. Konstipasi Organik → ada warning sign
2. Konstipasi Fungsional → tanpa warning sign
Warning Sign Diagnosis
Pengeluaran meconium > 48 jam • Ileus
Failure to thrive • Hirscprung disease

Diare berdarah
Muntah billous
Distensi perut
Tonus anal melemah • Spinal Cord abnormalities
Kelemahan anggota gerak bawah • Myelomeningocele

Hair Tuft
Bradikardia Hypothyroidism
Cold intolerance
Polyuria Diabetes Insipidus
Polydipsia
Pemeriksaan Fisik Manajemen

• Abdomen: Neurologis: Konstipasi Fungsional


– Distensi - Refleks
- Tonus Bayi asi eksklusif (<6bl) → Normal
– Skibala - Kekuatan otot
• Colok Dubur: Bayi dan Anak:
– Kekuatan dan tonu anus When there is evidence of a fecal impaction, initial
therapy should be directed at evacuating the colon
– Massa Tinja, darah
– Tinja menyemperot • Medikasi Disimpaksi Bayi:
– Gliserin supp.
Pemeriksaan Penunjang – Enema: 6 ml/kgBB (max.135ml) 1-
3x/hari
• Medikasi Disimpaksi Anak:
• Foto polos – Oral Polyethylene Glycol + elektrolit
abdomen 1-1,5 g /kgBB /hari ( max.6 hari)
• Foto barium – Enema: 6 ml/kgBB (max.135ml) 1-
enema 3x/hari
• Biopsi rectum
• Medikasi Supportive Anak
• Manometri →
– Oral Polyethylene Glycol + elektrolit
melihat motilitas
0,2-0,8 g/ kgBB /hari ( max.6 hari)
kolon
– Oral Lactulosa 1–2 g/kgBB, 1-2x/hari
• Lab: fungsi tiroid
– Bisacodyl 5 mg 1-2x/hari
Refluks – Regurgitasi - Muntah
Refluks: Kembalinya isi lambung ke dalam
esophagus tanpa melihat adanya usaha dari Gastroesofageal Refluks (GER)
anak.
kejadian fisiologis pada anak yang
Regurgitasi: Lanjutan refluks dimana bahan dari umumnya disebabkan:
lambung dikeluarkan melalui mulut. • hipotoni sfingter esophagus bagian
bawah
Muntah: Dikeluarkannya isi lambung melalui • terlambatnya pengosongan
mulut secara ekspulsif dengan bantuan otot lambung
perut Sering terjadi pada usia 1-6 bulan,
menghilang setelah usia 1 tahun.
Bisa diikuti regurgitasi / muntah

Gastroesofageal Refluks
Disease (GERD)
GER yg menimbulkan alarm sign
seperti Failure to thrive, gangguan
napas, esophagitis
Regurgitasi GERD algorithm management

Tanda bahaya: Kejadian Komplikasi:


• Muntah bilous • Berat badan sulit naik
Refluks tidak
• Muntah proyektil • Feses berdarah
berkomplikasi
• Distensi abdomen • Gelisah setiap refluks
• Tanda kelainan sistemik • Eczema atau riwayat atopi

Kecukupan Tanpa Terapi


makan Refluks
Kelainan organik terpenuhi
Berkomplikasi

Nilai posisi menyusu


Nilai paparan protein makanan (Susu sapi dan Soya)

Kecurigaan intoleransi rendah Kecurigaan intoleransi tinggi

Beri konsumsi thickened feeds Hindari diet susu sapi dan soya

Tidak ada perbaikan


Terapi Supresi Asam Labung 2 minggu
• CDC Growth Chart
• Gizi Buruk
• MP-ASI
• Pemberian Makanan pada Ibu HIV
• Vitamin Deficiency

PEDIATRI GIZI
Interpretation of growth and nutritional status

WHO interpreting
©Bimbel UKDI MANTAP
indicator, 2008
Gizi Buruk
KLINIS BB/TB

Gizi buruk Tampak sangat <-3SD


kurus dan atau
edema pada
kedua
punggung kaki
sampai
seluruh tubuh

Gizi kurang Tampak kurus -3SD – <-2SD

Gizi baik Tampak sehat -2SD – 2SD

Gizi lebih Tampak >2SD


gemuk

Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kemenkes 2011


Marasmus vs kwashiokor
Marasmus Kwashiokor
• Tampakan kurus, kulit dan tulang • Edema tungkai: kedua punggung
• Wajah tua kaki (+1), seluruh tungkai dan
lengan (+2), seluruh tubuh (+3)
• Iga gambang (mudah terlihat) • moon face
• Baggy pants (Kehilangan lapisan • Perubahan psikomotor
lemak dan otot di bokong) • Rambut kemerahan (rambut
• Karena defisiensi energi jagung)
• Gagal tumbuh,
• Skin peeling, depigmentasi kulit,
crazy pavement dermatosis
• Hepatomegali, cardiomyopati
• Anemia
• Karena defisiensi protein
Marasmus

©Bimbel UKDI MANTAP


Kwarshiorkor

©Bimbel UKDI MANTAP


http://dermnetnz.org/systemic/kwashiorkor.html
Marasmic-Kwashiorkor
MANAJEMEN

©Bimbel UKDI MANTAP


©Bimbel UKDI MANTAP
Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
©Bimbel UKDI MANTAP Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
©Bimbel UKDI MANTAP
Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
• Koreksi elektrolit selama minimal 2 • Berikan antibiotik spectrum luas:
minggu dengan menambahkan extra – Anak tanpa komplikasi: oral
substansi dalam makanan: AMOXICILLIN (25-40 mg/kgBB
– Koreksi Kalium: extra Kalium (3- tiap 8 jam selama 5 hari)
4 mmol/kgBB/hari) – Anak dengan komplikasi:
intravena AMPICILLIN (50
– Koreksi Magnesium: extra mg/kgBB setiap 6 jam selama 2
Magnesium (0.4-0.6 hari) lalu dilanjut oral
mmol/kgBB/hari) AMOXICILLIN selama 5 hari
• Jangan berikan diuretik! PLUS intravena GENTAMYCIN
(7,5 mg/kgBB sekali sehari
• Kelebihan Natrium masih mungkin
selama 7 hari)
terjadi walaupun kadar plasma
• Vaksin campak: jika ≥ 6 bulan dan
rendah (JANGAN MEMBERIKAN
belum vaksinasi ATAU sudah
NATRIUM → membunuh anak) tervaksinasi sebelum usia 9 bulan.

Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A ©Bimbel UKDI MANTAP


Defisiensi Vitamin A
Xerophtalmia
Berikan mikronutrisi berikut setiap
hari selama minimal 2 minggu:
• Suplemen multivitamin
• Asam folat 5 mg (Hari 1) dilanjut 1
mg/hari
• Zat Zinc 2 mg/kgBB/hari
• Zat Tembaga 0.3 mg/kgbb/hari
• Zat Besi 3 mg/kgBB/ hari (saat fase
Pemberian Vitamin A
Rehabilitasi)
• Vitamin A Umur Dosis Sediaan
< 6 bulan 50.000 IU ½ kapsul
biru
6-11 bulan 100.000 IU 1 kapsul biru
>12 bulan 200.000 IU 1 kapsul
merah
Waktu pemberian:
Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A Diberikan sesuai umur pada hari 1,2, dan 14
©Bimbel UKDI MANTAP
• Pemberian makanan F-75 dalam jumlah
sedikit namun sering (Oral atau NGT) • Mengganti konsumsi F-75 dengan F-100
• Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk dalam jumlah dan frekuensi yang sama
menurut fase terapi: (selama 2 hari)
• Setelah transisi bertahap, berikan:
Zat Satuan STABILISASI TRANSISI – Makanan lebih sering dalam jumlah
yang lebih besar
Energi kkal/kgB 80-100 100-150
B/hari – Kebutuhan kalori: 150-220
kcal/kgBB/hari
Protein g/kgBB/h 1-1,5 2-3
– Kebutuhan protein; 4-6 g/kgBB/hari
ari
• Nilai progress keberhasilan peningkatan BB:
Cairan ml/kgBB/ 130 atau 100 150
– Buruk: jika < 5 g/kgBB/hari → butuh
hari bila edema
penilaian ulang status
• Jika anak masih ASI maka lanjutkan saja ditambah kebutuhan F- – Cukup: 5-10 g/kgBB/hari → nilai ulang
75 sebagai berikut: pemberian makanan, perhatikan tanda-
Hari Frekuensi Cc/kgBB/kali Cc/kgBB/hari tanda infeksi
1-2 Setiap 2 jam 11 130 – Baik: > 10 g/kgBB/hari
• PERHATIKAN GEJALA DINI GAGAL JANTUNG
3-5 Setiap 3 jam 16 130 DAN DIARE OSMOTIK
6 - dst Setiap 4 jam 22 130
©Bimbel UKDI MANTAP Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
• Memenuhi kriteria pulang rawat
• Pengasuhan maternal
yang penuh kasih inap
sayang • Edukasi ibu mengenai:
• Lingkungan stimulasi – Pola makan teratur dengan
yang ceria makanan kaya energi dan
• Terapi bermain selama protein
15-30 menit/hari
• Kegiatan olah fisik – Lanjutkan stimulasi
segera setelah anak – Kontrol kondisi anak pada
membaik minggu ke-1, ke-2, ke-4 lalu
sebulan sekali selama 6 bulan
– Pastikan kelengkapan imunisasi
dan suplementasi vitamin A
setiap 6 bulan
Lect. By dr. Endy Paryanto, Sp.A
©Bimbel UKDI MANTAP
Kriteria Pulang Rawat Inap
• BB/TB >-3SD
• Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu
berturut-turut
• Edema sudah berkurang atau hilang
• Anak sadar dan aktif
• Selera makan anak sudah baik dan dapat menghabiskan makanan
• Komplikasi sudah teratasi
• Ibu telah mendapat konseling gizi

Kriteria Sembuh Gizi Buruk


• BB/TB ≥ -2SD dan tanpa edema selama 2 minggu
• LILA ≥ 12.5 cm dan tanpa edema selama 2 minggu

Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kemenkes 2011


Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di RS, WHO 2013
Pemberian Makanan pada Anak

MP-ASI:
• Jika ASI tidak cukup
maka dapat diberikan
paling dini usia 4
bulan (dengan
pertimbangan dokter)
• Hindari makanan
mengandung nitrat
pada bayi usia < 6
bulan dapat
menyebabkan infant
methemoglobinemia

MAKANAN
NASI LUMAT NASI LEMBEK KELUARGA

Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita Indonesia, IDAI 2015
Pemberian Makanan pada Anak dengan Ibu HIV

Guideline Updates on HIV and Infant Feeding, WHO 2016


VITAMIN DEFICIENCY

Thiamine deficiency (Beri beri)


VITAMIN DEFICIENCY

“3 D: Diarrhea, Dementia, Dermatitis”


• Anemia Defisiensi Besi
• Hemofilia
• Henoch Schonlein Purpura
• Vitamin K Deficiency
Bleeding

PEDIATRI HEMATOONKOLOGI
©Bimbel UKDI MANTAP
Anemia?

©Bimbel UKDI MANTAP


ANEMIA DEFISIENSI BESI
Definisi
Anemia akibat kekurangan zat besi untuk
sintesis hemoglobin dan merupakan
defisiensi nutrisi terbanyak pada anak

Sign and symptom


• Pucat (kadar Hb< 7)
• Takikardia Koilonychia: Flattened or
• Mudah lelah, lemas, lunglai, tidak spoon-shaped fingernails
nafsu makan, daya tahan tubuh
buruk
• Infeksi
• Tidak ditemukan organomegali
• Koilonikia, atrophic glossitis,
stomatitis angularis, takikardia,
gagal jantung atrophic glossitis
• Systolic Ejection murmur stomatitis angularis

PPM IDAI
Urutan temuan laboratorium berdasarkan
derajat kekurangan besi

ADB: Mikrositik hipokromik


(central pallor >>), Pencil cell (+)

Additional parameter:
TIBC : is indirect measure of transferrin, a serum sample is saturated with iron to fill all transferrin
binding site. The excess iron removed, and the iron is released from transferrin with acid and measure
with ferrozin
©Bimbel UKDI MANTAP
Terapi ADB Prevensi ADB
Oral administration “321 rule”
– FeSO4 3-6 mg/kgBB dibagi 3 dosis (maksimal
150-200 mg/hari) Iron suplementation :
– Jika berespon dg tablet besi 1 bulan (dinilai
dengan pemeriksaan Hb/Ht), lanjutkan 1.Baby < 2500 gram : 3 mg/kg/day
sampai 2-3 bulan setelah Hb normal
– E.s. : mual, konstipasi, rasa tidak enak 2 weeks to 2 years
Diet 2. All normal baby : 2mg/kg/day
– >> daging, vit C
– << teh (tanin), fitat (sereal), susu, antasida 4 months to 2 year
– Kombinasi diet +oral administration gagal → 3. Children > 2 – 12 yrs : 1 mg/kg/day
parenteral administration
Parenteral Administration (diberikan jika for 3 months/year
tablet oral tidak efektif karena poor
absorbtion)
– Iron sucrose, Ferric carboxymaltose, ferric
gluconate
Screening ADB
– E.s. : anafilaktik
Blood transfusion
– Anemia berat
– Superimposed infeksi
– Hb<4 gr/dl → 2-3 ml/kgBB PRC, dg
premedikasi furosemide
– PRC

©Bimbel UKDI MANTAP


Hemostasis Overview
PRIMARY HEMOSTASIS: SECONDARY HEMOSTASIS/COAGULATION:
Proses pembentukan platelet plug primer The formation of insoluble, cross-linked fibrin
by activated coagulation factors, specifically
thrombin. Fibrin stabilizes the primary
platelet plug, particularly in larger blood
vessels.

Platelets adhere to the exposed subendothelial matrix (directly


or indirectly via vWf).

Platelets activated and recruit additional platelets. Thrombin


generated by the coagulation cascade is an extremely
powerful platelet activator.

Mediated primarily by fibrinogen, which binds to the activated


fibrinogen receptor (GPIIb/IIIa) on platelets. This links platelets
together forming the primary plug.
Screening Hemostasis
PROTHROMBIN TIME (PT) ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN
TIME (APTT)
• Mendeteksi kelainan faktor • Mendeteksi kelainan faktor
koagulasi ekstrinsik & jalur bersama koagulasi instrinsik & jalur bersama

KONDISI PT memanjang: KONDISI APTT memanjang:


•defisiensi f. II, V, VII, X, XIII •defisiensi f. II, V, X, VIII, IX, XI, XII, XIII
• penyakit hati • hemofilia, vWD (beb)
• defisiensi vitamin K • penyakit hati
• hemorrhagic d’s of the newborn • defisiensi vitamin K
(HDN) • hemorrhagic d’s of the newborn
• DHF (HDN)
• inhibitor f. VII • DHF
• terapi antikoagulan oral • inhibitor f. VIII
• DIC • terapi heparin
• DIC

Lecture by dr. Usi Sukorini, Sp.PK


HEMOFILIA
Penyakit gangguan pembekuan darah yang bersifat herediter. Hemofilia A
disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B disebabkan kekurangan
faktor IX, merupakan penyakit X-linked resesif

Anamnesis
• Perdarahan spontan/ post trauma
• Perdarahan sendi (hamartrosis)
• Perdarahan intrakranial
• Perdarahan mata, saluran cerna, dsb
• Riw. Serupa pada keluarga pria hamartrosis
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
• PX FISIK: • Darah tepi
• Hamartrosis : bengkak, nyeri • CT >>
• Hematom • APTT >>
• Tanda peningkatan intrakranial → • PT normal
• Perdarahan intrakranial (susp) • Kadar faktor VIII, IX
• Pucat, syok hemorragic – penkes
• Hemofilia A dan B tidak bs dibedakan
secara klinis
©Bimbel UKDI MANTAP
SITES OF BLEEDING IN HEMOPHILIA

SEVERITY BASED ON CLOTTING LEVEL

Word Federtion of Haemophilia,Guidline for The Management of Hemophilia, 2012.


Management
Tatalaksana harus bersifat komprehensif dan multidisiplin, sehingga
menurunkan mortilitas dan morbiditas

Tatalaksana Umum
• Cegah perdarahan
• Terapi perdarahan akut sedini mungkin < 2 jam
• Terapi perdarahan berat di RS dg pelayanan hemofilia
• Minimalisir suntikan IM atau ambil darah vena/arteri
• Hindari aspirin, NSAID
• Berikan faktor VIII/IX sebelum prosedur invasif

Perdarahan Akut
• RICE
• Replacement therapy dalam 2 jam (Sumber f.VIII → Kriopresipitat, Sumber f.IX →
FFP dan konsentrat f.IX)
• Respon klinik (-) → px kadar inhibitor

Adjuvan
• Asam Traneksamat → menghentikan perdarahan
• Desmopresin → Melepaskan faktor VIII dari pool
Vitamin K Deficiency Bleeding
Merupakan bentuk penyakit perdarahan akibat
kekurangan vitamin K, manifestasinya berupa
defisiensi kompleks protrombin yang didapat Pemeriksaan Penunjang
Tipe • Darah lengkap
• Early Onset VKDB in newborn: usia < 24 • Pemeriksaan PT dan APTT dapat
jam. Terjadi pada infant dengan ibu yang normal atau memanjang
mengonsumsi antikonvulsan. • USG atau CT scan Kepala
• Clasic VKDB: infant usia >24 jam sampai
dengan 1 minggu. Karena tidak
mendapatkan injeksi vit K saat lahir. Tatalaksana
• Late onset VKDB: usia 2 minggu – 6 bulan. • Vit K 1 mg IM selama 3 hari berturut
Sering pada bayi yang tidak dapat inj vit K turut
dan mendapat ASI eksklusif • Transfusi FFP 10-15ml/kg selama 3 hari
• Transfusi PRC (sesuai HB)
• Tatalaksana Kejang dan peningkatan TIK
Pemeriksaan fisik (manitol 0,5-1gram/kgBB/kali)
• Pucat • Konsultasi bedah saraf
• Bleeding: pada umbilicus, GIT, kulit, hidung
(sering pada tipe Classic)
• Peningkatan tekanan intrakranial, UUB
Menonjol, penurunan kesadaran, papil
edema (sering pada tipe Late-onset)
• Defisit neurologis : kejang fokal,
hemoparesis, peresis nervus kranial Pada early onset VKDB biasanya terjadi
perdarahan yang berat
Henoch-Schönlein Purpura
Definisi
Henoch-Schönlein purpura (HSP) merupakan penyakit akut yang di mediasi oleh
Immunoglobulin A (IgA) yang ditandai oleh adanya vaskulitis pada pembuluh darah kecil
pada dermis, gastrointestinal tract (GIT), ginjal, persendian, paru-paru dan pada kasus
yang jarang Sistem Saraf Pusat (SSP).

Gejala dan Tanda •Lainnya : temuan renal (acute glomerular


lesion), athralgia, vaskulitis, priapism, scrotal
Prodromal: edema, penile edema
• Demam (<38C)
• Sakit Kepala
• Anorexia
•Lesi Kulit: Makula eritem yang berlanjut
menjadi papule – purpura. Simetris tersebar
secara tipikal pada tungkai bawah dan ankle
pada anak.
•Temuan Gastrointestinal (GI) - Abdominal
pain, melena, bloody diarrhea,
hematemesis, duodenal ulcers, massive GI Terapi Suportif
hemorrhage
• Milestone Perkembangan
• Vaksinasi

PEDIATRIK SOSIAL
Milestone Perkembangan
Umur Gross Fine Speech Personal Social

0 – 3 bln Angkat kepala 45 Melihat/ menatap Ngoceh spontan : Balas senyum,


derajat, gerakkan wajah ooh aah, bereaksi mengenali ibu
kepala kaki tangan terhadap suara
3-6 bln Berbalik dari Genggam pensil, Suara gembira Tersenyum saat
tengkurap – meraih benda, bernada tinggi bermain sendiri
telentang, angkat meraih tangan
kepala 90 derajat sendiri
6-9 bln Duduk tidak Memungut 2 benda Bersuara tanpa arti Tepuk tangan,
pegangan, sekaligus, meraup : mamama dadada mencari mainan
merangkak, belajar benda kecil
berdiri
9-12 bln Angkat badan, mau Mengulurkan badan Menirukan bunyi Mengenal
berdiri, jalan untuk mengambil yang didengar, keluarga, takut
dituntun mainan, sebut 2 – 3 suku terhadap orang
menggenggam kata tanpa arti baru
pensil

12-18 bln Berdiri tanpa Menumpuk 3 Panggil bapak ibu, Rasa cemburu,
pegangan, berdiri kubus, papa mama bersaing, menarik
jongkok berdiri, memasukkan kubus – narik tangan ibu
jalan mundur ke kotak
Milestone Perkembangan
Umur Gross Fine Speech Personal Social
18 – 24bl Berlari tanpa jatuh Menumpuk 4 3 – 6 kata berarti Memegang
kubus, menjimpit, cangkir, makan
menggelindingkan minum sendiri,
bola membantu
pekerjaan RT
24-36 bl Jalan naik tangga, Corat coret pada Bicara baik 2 kata, Membantu
menendang bola kertas menyebut 2 benda memungut
kecil atau lebih, mainan, makan
menunjuk bagian tidak banyak
tubuh tumpah, melepas
pakaian sendiri
36-48 bln Berdiri 1 kaki Gambar garis lurus, 2-4 warna, Cuci tangan,
selama 2 detik, menumpuk 8 kubus menyebut nama, memakai sepatu,
melompat 1 kaki umur, tempat pakai celana
diangkat, panjang,kemeja,ba
bersepeda roda 3 ju
48-60 bln Berdiri 1 kaki 6 Menggambar x, o, Sebut nama Berpakaian, gosok
detik, melompat 1 orang dengan 3 lengkap tanpa gigi, tidak rewel
kaki , menari bagian, kancingkan dibantu, senang saat ditinggal
baju bertanya, jawab
benar nama har/
angka
Global Developmental Delay
• GDD is defined as evidence of significant delay in
two or more of the following developmental
domains:
– Gross ⁄fine motor
– Speech ⁄ language
– Social ⁄ personal
– Cognition
– Activities of daily living
• Typically, it is assumed that delay in two
developmental domains is associated with delay
across all domains evaluated.
Skrining Perkembangan
Skrining (jika hasil pra
Tahap Praskrining skrining meragukan)

KPSP Denver II
PEDS (Parents Evaluation Bayley Infant Neurodevelopment
Development Status) Screener (BINS)

KMME (Kuesioner Masalah


Mental Emosional)

CHAT (Checklist for Autism in


Toddlers)

TDD
TDL
Berdasarkan Rekomendasi IDAI No:002/Rek/PP IDAI/I/2014 tentang Pemantauan Tumbuh
kembang Anak
VAKSINASI
Vaksin Hidup Vaksin Inaktif
• Kontraindikasi: imunodefisiensi • Titer antibodi akan terus
dan kehamilan menurun sehingga butuh dosis
ulangan


Respon imunitas alami
Dapat dibekukan VS • Tidak dapat dibekukan
• Oral, intradermal, sc • Deep, i.m

VAKSIN HIDUP VAKSIN INAKTIF


VAKSIN •BCG •Diphteria (toxoid)
BAKTERI •Oral Typhoid •Tetanus (toxoid)
•Pertusis (Whole cell, Fractional acellular)
•Kolera
•Meningoccocal (Polysaccharide)
•Pneumoccocal (Polysaccharide)
•HiB (Polysaccharide)
•Typhoid Vi (Polysaccharide, Fractional)

VAKSIN VIRUS •MMR •Influenza (Whole cell)


•Campak •IPV (Whole cell)
•OPV •Hepatitis A (Whole cell)
•Yellow Fever •Hepatitis B (Fractional)
•Rabies
KONTRAINDIKASI VAKSIN
Absolut

• Anafilaksis atau hipersensitifitas pada bahan vaksin


• Ensefalopati dalam 7 hari pasca vaksin DPT
• AIDS (tidak diberikan vaksin BCG , OPV, dan yellow fever)
• Imunodefisiensi (keganasan hematologi, tumor, kongenital, terapi
imunosupresan)

Relatif

• Live vaccine : kehamilan, mendapat transfusi darah atau


imunoglobulin dalam 3-11 bulan, trombositopenia
• Moderate/severe acute illness → selain mild disease
• Demam >40,5 °C, syok, kejang, menangis > 3jam dalam 48 jam
pasca vaksin DPT sebelumnya
• Sindrom GBS dalam 6 minggu pasca vaksinasi
• Prematur atau BBLR → tunggu berat badan >2 kg atau usia 2 bulan

WHO guideline for Vaccine in child, (2008)


BUKAN KONTRAINDIKASI VAKSIN
Bukan kontraindikasi

• Alergi/asma (selain komponen vaksin)


• Mild illness : ISPA, diare ringan, otitis media, demam
ringan, colds
• Dalam terapi antibiotik
• Penyakit kronis (jantung, ginjal, hepar, paru)
• Cerebral palsy atau down syndome
• Malnutrisi atau jaundice
• Diketahui atau suspek HIV tanpa tanda dan gejala AIDS
• Ibu Menyusui
• Riwayat keluarga kejang dan alergi vaksin
• Riwayat Demam < 40,5 °C pasca DPT sebelumnya
• Riwayat kejang, KIPI pasca DPT dalam keluarga

WHO guideline for Vaccine in child, (2008)


PERMENKES 12/TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI

BIAS : Bulan Imunisasi Anak


Sekolah
REKOMENDASI VAKSINASI IDAI 2017
1. HEPATITIS B

• Vaksin Hep-B1 diberikan < 12 jam setelah injeksi Vitamin K1 min 30 menit sebelumnya pada paha
berbeda→ mencegah perdarahan
• Bayi dari ibu HBsAg (+) → berikan vaksin HB dan HBIg untuk mencegah infeksi perinatal di paha
berbeda
• Jika vaksin HB dikombinasi dengan DTPw maka pemberian pada bulan 2,3,4 sedangkan jika
dikombinasi dgn DTPa pada bulan 2,4,6

2. POLIO

• Vaksin Polio-0 → OPV (saat lahir atau sebelum pulang)


• Vaksin Polio-1,2,3 dan booster → OPV atau IPV (minimal IPV 1x bersamaan dengan OPV3)
• OPV: 0, 2, 3, 4
• DIY → IPV: 2, 3, 4

3. BCG

• Vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2 bulan


• Jika diberikan pada usia >3 bulan → uji tuberculin dahulu. Tes (+) jika timbul benjolan >10 mm

4. DTP

• Vaksin DTP paling cepat diberikan saat usia 6 minggu


• Pada anak usia >7 tahun → booster Td dan diulangi setiap 10 tahun
• DPaT << demam dibandingkan DPwT
REKOMENDASI VAKSINASI IDAI 2017
5. CAMPAK

• Vaksin diberikan 2x yaitu usia 9 dan 18 bulan


• Jika sudah vaksinasi MMR maka vaksin campak tidak diperlukan

6. PNEUMOKOKUS

• Jika diberikan usia 7-12 bulan→ 2x vaksin interval 2 bulan


• Jika diberikan >12 bulan →1x vaksin dan 1x booster (interval 2 bulan)
• Jika diberikan >24 bulan → 1x vaksin

7. ROTAVIRUS

• Mulai diberikan usia 6-14 minggu


• Vaksin Monovalen → 2x, dosis I:usia 6-14 minggu, dosis II diberikan
dgn interval minimal 4 minggu, TIDAK MELAMPAUI 24 minggu
• Vaksin Pentavalen → 3x, dosis I usia 6-14 minggu, dosis kedua dan
ketiga nterval 4-10 minggu, TIDAK MELAMPAUI usia 32 minggu
REKOMENDASI VAKSINASI IDAI 2017
8. VARISELA

• Vaksin diberikan setelah usia 12 bulan → cukup 1x (Optimal sebelum


sekolah)
• Jika diberikan pada usia >12 tahun → 2x, interval 4 minggu

9. INFLUENZA

• Vaksin diberikan setelah usia 6 bulan dan diulangi setiap tahun (1x setiap
tahun)
• PERTAMA kali vaksin jika usia < 9 tahun, diberikan 2x dengan interval 4
minggu
• Dosis vaksin anak usia 6 sampai <36 bulan yaitu 0.25ml/vaksin

10. HPV

• Vaksin diberikan jika usia > 10 tahun


• Vaksin monovalent → 3x (interval 0,1,6 bulan)
• Vaksin tetravalent → 3x (interval 0,2,6 bulan)
REKOMENDASI VAKSINASI IDAI 2017

11. MMR/MR

• Jika sudah mendapat vaksin campak usia 9 bulan →MMR/MR


diberikan usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan)
• Jika sampai usia 12 bulan blm mendapatkan vaksin campak, maka
boleh dapat diberikan vaksin MMR/MR

12. Japanese Encephalitis (JE)

• Diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis yang
akan berkunjung ke daerah endemis
• Untuk perlindungan jangka panjang diberikan booster 1-2 tahun
berikutnya

13. Dengue

• Diberikan usia 9-16 tahun dengan jadwal 0,6 dan 12 bulan


Vaksinasi pada Kondisi Khusus:
Vaksinasi pada anak lahir dari ibu HIV
• Pada kasus anak lahir dari ibu HIV (+)
Vaksin Keterangan
maka pemberian vaksin diberlakukan
syarat khusus: IPV Pasien dan keluarga serumah
– Seluruh jenis vaksinasi boleh DPT Pasien dan keluarga serumah
dilanjutkan, kecuali BCG dan Yellow
Fever HiB Pasien dan keluarga serumah

– Jika daerah tersebut endemis TB, Hep-B* Sesuai jadwal anak sehat
maka BCG boleh diberikan
Hep-A Sesuai jadwal anak sehat
– Jika fasilitas kurang mendukung untuk
menegakan simptomatik HIV(+) maka MMR** Diberikan umur 12 bulan
BCG tetap diberikan (dengan asumsi Influenza Tiap tahun diulang
pasien mungkin masih asimtomatik)
– Jika kondisi anak sudah diketahui Pneumokok Secepat mungkin
simptomatik HIV (+), BCG tidak boleh BCG*** Dianjurkan untuk Indonesia
diberikan.
* Dianjurkan dosis hepatitis B dilipatgandakan 2x
** Diberikan pada asimptomatik HIV atau gejala ringan
*** Tidak diberikan bila HIV gejala berat

PERMENKES 42/2013 PENYELENGGARAAN IMUNISASI


Vaksinasi pada Kondisi Khusus:

Imunisasi pada BBLR/Prematur


(Satgas imunisasi, AAP)

• Vaksin tetap diberikan pada bayi prematur


dan BBLR yang secara medis stabil
• Menerima semua vaksin sesuai dengan umur
kronologis tanpa memandang usia kehamilan
atau berat badan BBL
• Kasus Hepatitis B1 → cek status HbSAg ibu
• Dosis sama seperti bayi cukup bulan -BBLC
Vaksinasi pada Kondisi Khusus:

Vaksinasi Hepatitis B pada bayi dengan ibu HbsAg (+)

BBL > 2000 gr BBL < 2000 gr →


Cek HbsAg Ibu Cek HbsAg ibu

Hbs Ag (+):
Hbs Ag (+): berikan vaksin
Hep B 0,5 mL IM dan HbIg
Hep B 0,5 ml IM dan HbIg dalam 12 jam setelah lahir
dalam 12 jam setelah lahir, dilanjutkan dosis ke-2 , ke-
dilanjutkan dosis ke 2 dan 3 dan ke4 pada usia 1,2
ke-3 usia 1 dan 6 bulan
dan 6 bulan

HbsAg (-): HepB ditunda


HbsAg (-): Diberikan dalam sampai BB 2000gr atau
< 12 jam usia 30 hari atau saat
pulang
Vaksinasi pada Kondisi Khusus:
Acute Bacterial Meningitis

CAP: Chocolate Agar Plate; BAP: Blood Agar Plate


Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
BGG-itis
(KIPI)

Kejadian medis yang berhubungan dengan


imunisasi baik berupa efek vaksin, reaksi
sensitifitas, efek farmakologis maupun
kesalahan program yang biasanya terjadi
dalam kurun waktu sebulan paska
imunisasi Mild adverse events
Hampir semua resipien BCG akan muncul reaksi berupa
▪ Reaksi lokal ringan: nyeri, eritema, bengkak papul, merah, nyeri dan terindurasi. Papul akan muncul
daerah suntikan <1 cm pada > 2 minggu setelah vaksin dan nantinya akan
▪ Reaksi lokal berat: nyeri, eritema/indurasi membentuk ulcerated healing dan setelah 2-5 bulan akan
> 8cm, abses meninggalkan luka superfisial. Pembengkakan limfonodi
regional juga dapat terjadi tetapi ukuran biasanya <1,5 cm.
▪ Reaksi sistemik: demam, lesu, nyeri otot,
Severe adverse events
mengigil • Dapat ditemukan sub-cutaneous abscess dan keloid
▪ Kolaps/syok anafilaksis • Lymphadenitis
▪ Sepsis • Disseminated BCG disease/systemic BCGitis → perlu
▪ Ensefalitis dipertimbangkan kemungkinan penyakit
▪ Kejang→ akibat demam tinggi, immunodefisiensi
Tetanus
▪ Kelemahan otot/kelumpuhan
▪ Sindrom Guillain-Barre, Neuritis
Brakialis
Mantap Batch Februari 2020

dr. Gandi A Febryanto


dr. Anindya K Zahra
dr. Yuniantika
dr. Denise Utami P
dr. Yunanda Mutiara
dr. Helsi Rismiati
dr. Nissya Ilma
CONTENT :

Respirolo Tropik
Perinatologi Kardiologi Imunologi Neurologi
gi Infeksi

©Bimbel UKDI MANTAP


©Bimbel UKDI MANTAP
Diagnosis neonatus-Kurva Lubchenco
UK 34 minggu = TBJ 1500-2800 gram
Setiap +/-1 minggu, +/-200 gram!

BMK

Kategori Berat badan


SMK Berat lahir besar >4000 gr
Berat lahir cukup 2500-4000 gr
Berat lahir rendah <2500 gr
KMK Berat lahir sangat rendah <1500 gr
Berat lahir ekstrim rendah ≤1000 gr

©Bimbel UKDI MANTAP


How to differentiate?
Characteristic Preterm At Term
Posture More relaxed, limbs more extended, More subcutaneous fat
body size smaller, head larger in tissues, rest in a more
proportion, lanugo is abundant flexed attitude
Ear Cartilages are poorly developed Cartilage well formed
Sole More rigid, fine wrinkles Deeply creased
Female genital Clitoris prominent, labia major gaping Fully developed
Male genital Scrotum less pendulous, minimal Testes both in scrotal sac,
ruggae, may develop UDT well developed
Scarf sign + Resisting attempt
Reflex response Sluggish or incomplete Well developed
Apgar Score

Asfiksia berat 0-3


Asfiksia ringan-sedang 4-6
Algoritma
Resusitasi
O2 mulai 21%
Neonatus
IDAI 2015
Pemberian oksigen selalu dimulai
dari konsentrasi 21%
kemudian dinaikkan/dipertahankan
berdasarkan target saturasi
Observasi LDJ dan usaha
napas tiap 60 detik sesuai usia bayi
Setiap 60 detik
Tindakan koreksi Ventilasi
SRI BTA MR. SOPA
• Sungkup melekat rapat • Mask adjustment
• Reposisi • Reposition airway
• Isap mulut dan hidung • Suction Mouth and nose
OR
• Buka mulut • Open mouth
• Tekanan dinaikkan • Pressure increase
• Alternatif jalan napas • Alternative Airway

©Bimbel UKDI MANTAP

American Academy of Pediatric, NRP 7 2017


Downe’s Scoring of Respiratory Distress
0 1 2
Frekuensi Napas < 60 x/menit 60-80 x/menit > 80 x/menit
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
dengan O2 walaupun diberi O2
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih /Grunting Tidak merin h Dapat didengar Dapat didengar tanpa
dengan stetoskop alat bantu

Interpretasi Skor ©Bimbel UKDI MANTAP

Skor < 4 Distres Pernapasan Ringan (CPAP)


Skor 4-5 Distres Pernapasan Sedang (CPAP)
Skor ≥ 6 Distres Pernapasan Berat (per mbangkan intubasi)
UKK neonatology 2014
Tachypnea in Newborns

©Bimbel UKDI MANTAP


Hyalin Membrane Diseases
Radiographic features
Patophysiology Treatment
on plain Xray
• Neonatal respiratory • Diffuse ground glass • Surfactant
distress syndrome lungs with low intratracheal
(RDS), lung disease of volumes, bell shaped • Antenatal
prematurity, thorax kortikosteroid
surfactant deficiency • Bilateral and (prophylactic preterm
• Risk Factors: symmetrical air baby)
• Maternal diabetes bronchograms
• Greater • Hyperventilation if
prematurity patient is intubated
(<34 weeks)  in a non ventilated
• Prenatal asphyxia patients,
hyperventilation
• Multiple gestations
excludes diagnosis

©Bimbel UKDI MANTAP


Grading HMD
• Grade1: bercak
retikulogranuler
dengan air
brochogram
• Grade 2: gr. 1
menyeluruh +
airbronchogram,
• Grade3: batas
jantung tidak dapat
ditentukan
• Grade 4: Seluruh
lapangan paru
terlihat putih (opak)
(White Lung)
PPM IDAI jilid 2
©Bimbel UKDI MANTAP
White Lung
Transient Tachypnea of Newborn
• respiratory disorder seen shortly after delivery in full-term or late
preterm babies
• Transient tachypnea of the newborn (TTN) is a self-limited disease,
but need supplemental oxygen or CPAP.
• Transient tachypnea is more likely to occur in babies who were:
1. Born before 39 weeks gestation
2. Delivered by C-section, especially if labor has not already
started
3. Born to a mother with diabetes
4. Partus presipitatus, fetal distress
• Newborns with transient tachypnea have breathing problems soon
after birth, most often within 1 - 2 hours and persist for 24-72 hours
• Symptoms include: cyanosis, rapid breathing, which may occur with
noises such as grunting and flaring nostrils or retractions.

©Bimbel UKDI MANTAP


Hyalin Membrane Transient Tachypneu of
Disease (HMD) Newborn (TTN)
• Defisiensi surfaktan • Wet lung, retained lung fluid
• Faktor risiko: prematur, ibu • Faktor risiko:
DM, prenatal asphyxia, prematur/aterm, SC, ibu DM
multiple gestasi • Xray: volume thorax
• Xray: bell-shaped thorax normal/↑, garis perihiler
(small volume), granular, prominent, cairan di fisura
retikular, air bronkogram (+) minor.
•Umumnya bayi post term, kecil
masa kehamilan dengan kuku
panjang dan kulit terwarnai oleh
MAS mekonium menjadi kuning
kehijauan dan terdapat
mekonium pada cairan ketuban.
•Cairan amnion berwarna
kehijauan dapat jernih maupun
kental
•Tanda sindrom gangguan
pernafasan mulai tampak dalam
24 jam pertama setelah lahir.
•Kadang-kadang terdengar
ronchi pada kedua paru dan
mungkin terlihat empishema
atau atelektasis.
•Kesulitan benafas saat lahir
•Retraksi
•Takhipnea
•Sianosis
•Frekuensi denyut jantung rendah
sebelum dilahirkan
Lesi External Increases Cross Blood Specific Treatment
swelling Suture Loss

Caput Soft, pitting No Yes No No  Resolve within 1st week.


succadeneum
Subgaleal Firm, Yes Yes Yes monitored for coagulopathy,
hematome fluctuant hypotension, anemia, and
hyperbilirubinemia.
Cephal Firm, tense Yes No No No  Resolve within 2wk-3mo,
hematoma (may calcify treat hyperbilirubinemia.
and later
liquefy)
Sepsis Neonatorum
• Sindrom klinik penyakit sistemik akibat infeksi
yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan.
Mortalitas mencapai 13-25%
• Jenis :
– Early Onset = Dalam 3 hari pertama, awitan tiba-tiba,
cepat berkembang menjadi syok septik
– Late Onset = setelah usia 3 hari, sering diatas 1
minggu, ada fokus infeksi, sering disertai meningitis
• Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak
spesifik → diperlukan skrining dan pengelolaan
faktor risiko

Sepsis Neonatal. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010.
Risk Factor

• Maternal fever (≥38oC saat persalinan)


• KPD > 24jam
• Foul smelling amnion

Diagnosis

• Klinis: 4 sistem @ >1 gejala


• KU: Tampak sakit, letargi, tak mau minum,
hipotermi/demam, sklerema/skleredema
• SCV: takikardia, edema, dehidrasi
• S. Resp.: dispnea, takipnea, sianosis
• SGI: muntah, diare, kembung, hepatomegali
• SSP: Letargi, iritabel, kejang, fontanele bulging (meningitis)
• Hematologi: ikterus, splenomegali, perdarahan,
leukopenia/leukositosis, rasio neutrofil imatur:total > 0,2 (IT rasio)
• Hasil kultur positif
• Darah, urin, CSF bila suspek meningitis -> lakukan LP pada anak < 12
bulan
Tata Laksana
Stabilisasi ABC

Antibiotik

• Ampicilin 50mg/kgBB tiap 6 jam + Gentamisin 7,5 mg/kgBB/hari


(sekali sehari), atau
• Ceftriaxon IV 80-100 mg/kgBB per hari selama 30-60 menit
• Jika tidak membaik lakukan kultur dan berikan antibiotik yg sesuai

Tangani penyakit penyerta/ komplikasi (kejang, gangguan


metabolik, gangguan hematologi, hiperbilirubin, dll)
Tetanus Neonatorum
Cause : bacterium Clostridium tetani.
Anamnesis :
Manifestasi Klinis tetanus
 Persalinan kurang higienis
neonatorum:
 Kontraksi otot tidak
terutama yang ditolong oleh
terkendali . tenaga nonmedis tidak
 Bayi tetap sadar, sering terlatih
menangis kesakitan  Perawatan tali pusat yang
 Trismus ,bibir tidak higienis, pemberian dan
mencucu (seperti mulut penambahan suatu zat pada
ikan). tali pusat
 Opistotonus (kekakuan
 Imunisasi TT ibu
pada ekstremitas, perut)
 Gerakan tangan seperti
meninju dan mengepal
Management of Neonatal Tetanus
• Intravenous fluids
• Enteric feeding
• Tali pusat dibersihkan dengan alkohol 70% atau povidon iodin
• Pelemas otot untuk mengatasi spasme otot : diazepam 20-40
mg/kgBB/hari, drip, dilarutkan dalam larutan dextrose 5%
• Jika spasme otot tidak teratasi dengan diazepam, dianjurkan
pemberian pelumpuh otot pankuronium 0,05-0,1 mg/kgBB/kali
dan ventilator mekanik
• Human tetanus immune globulin 3000-6000 IU IM atau ATS
50.000-100.000 IU, setengah dosis IM, setengah dosis IV.
• Antibiotic:
– 1st line : Metronidazole loading dose 15 mg/kg/dosis, dilanjutkan 7,5
mg/kg/dosis tiap 12 jam
– 2nd line: Penicillin procain 50.000 IU/kg/kali IM, tiap 12 jam
• Diberikan imunisasi Tetanus Toksoid sesuai dengan jadwal
imunisasi diberikan pada saat penderita pulang.

PPK 2017, BUKU AJA R INFEKSI DAN PEDIATRI TROPIS IDAI 2015
Spina
Bifida
Kurangnya asupan asam folat

Tubuh bagian bawah dapat


terkena dampaknya terutama
kaki, bladder, dan usus.

Gejala lain dapat berupa:


orthopedic deformities,
Hydrocephalus, Chiari II
malformation (structural
defects in the part of
the brain that controls
balance)

Biasanya di setinggi Lumbal

295
Necrotizing Enterocolitis
Faktor risiko

• Preterm (<28 minggu)


• BBLSR atau BBLER
• Susu formula
Sign and Symptom
Sistemik

• Letargis, toleransi minum buruk


• Hipotermi/hipertermi
• Apneu / distress respirasi

Gastrointestinal

• Distensi abdomen
• Darah pada feses
• Vomit (bilous) dan diare
• Eritema dinding abdomen
Hallmark of NEC :
pneumatosis intestinalis
Management :
1. Nil per os
2. Total parenteral nutrition
3. Broad spectrum antibiotics
- 3 days for mild symptoms
- 7-10 days if present with ileus symptom and abdominal tenderness
- 14 days if present with abdominal cellulitis and ascites. Usually
cardiorespiratory and metabolic disturbance also present.
4. Cardiorespiratory support
5. Stage III-B (bowel perforation) : Surgery
6. Probiotic prophylaxis in LBW infant
Omphalitis
Infeksi tali pusat lokal/terbatas
• Kemerahan dan bengkak terbatas pada
daerah <1cm sekitar pangkal tali pusat.
• Treatment : bersihkan dengan larutan
antiseptic(klorheksidin atau iodium
povidon 2,5% ) dan antibiotic salep 3-
4x/hari.

Infeksi tali pusat berat/meluas


• Kemerahan dan bengkak >1cm; kulit
sekitar tali pusat mengeras dan
memerah
• Treatment : perawatan seperti infeksi
tali pusat lokal, periksa tanda sepsis,
dapat diberikan antibiotik
sistemik(kloksasilin oral).
NEONATAL JAUNDICE
Bilirubin:
Tidak terkonjugasi /
Terkonjugasi / Direct Bil
Indirect Bil
• Tidak larut dalam air • Larut dalam air
• Berikatan dengan • Tidak larut dalam lemak
albumin untuk transport • Tidak toksik untuk otak
• Komponen bebas larut
dalam lemak
• Komponen bebas
bersifat toksik untuk
otak
Mengapa bayi mengalami ikterus pada minggu
pertama kehidupan?
• Meningkatnya produksi bilirubin
– Turnover sel darah merah yang lebih tinggi
– Penurunan umur sel darah merah
• Penurunan ekskresi bilirubin
– Penurunan uptake dalam hati
– Penurunan konjugasi oleh hati
– Peningkatan sirkulasi bilirubin enterohepatik

Ekskresi bilirubin membaik setelah 1 minggu


IKTERUS NON FISIOLOGIS

• Awitan terjadi sebelum usia 24 jam TOO EARLY


• Tingkat kenaikan > 5 mg/dl/24 jam
• Tingkat cutoff indirect
TOO HIGH
> 12 mg/dl pada bayi cukup bulan
> 14 mg/dl pada bayi prematur
• Ikterus bertahan 10-14 hari TOO LONG
• Direct bilirubin > 2 mg/dL
• Kramer 4-5
• Tanda-tanda penyakit lain
Complication  bilirubin  bilirubin ensefalopati

Acute

• Lethargy, poor feeding


• Irritability, high-pitched cry
• retrocollis and opisthotonos
• Apnea, seizures, coma

Chronic (Kernicterus)

• choreoathetoid cerebral palsy


• Hypotonia
• Gaze abnormality
• Auditory disturbances
• Dysplasia of the enamel of the
deciduous teeth
• MRI shows abnormalities of
globus pallidus or the
subthalamic nuclei, or both. Kernicterus
Conjugated –

- Biliary atresia
- Neonatal hepatic
syndrome
Hemolytic disease as a cause of jaundice?
• Family history of hemolytic disease
• Bilirubin rise of >0.5 mg/dL/h
• Failure of phototherapy to lower serum bilirubin levels
• Ethnicity suggestive of inherited disease (e.g., glucose 6-
phosphate dehydrogenase deficiency)
• Onset of jaundice before 24 hours of age
• Reticulocytosis (>8% at birth, >5% during first 2-3 days,
>2% after first week)
• Changes in peripheral smear (microspherocytosis,
anisocytosis, target cells)
• Significant decrease in hemoglobin
• Pallor and hepatosplenomegaly
Definisi Inkompatibilitas
• Terjadi pada bayi golongan darah A
atau B dengan ibu O
ABO
• Isoantibodi pada golongan O
merupakan IgG yang dapat
menembus plasenta

Klinis
• Hemolisis signifikan terjadi <1%
• Jaundice, anemia,
hepatosplenomegaly (jarang)
• Sering muncul 24 jam pertama

Laboratorium
• Peningkatan retikulosit, eritroblast
• Coombs test direct  newborn
• Coombs test indirect  ibu
Hyperbilirubinemia in breast-fed infants
Breast-feeding Jaundice Breast-milk Jaundice
Onset During the first week of life After the first week of life
(early onset) (late onset)
Etiology Poor caloric intake and/or increased enterohepatic circulation of
dehydration  bilirubin as a result of the presence of
Weight loss >8-10% beta-glucuronidase in human milk and/or
Wet diapers<6x/day by day to the inhibition of the hepatic
3-4 glucuronosyl transferase by a factor such
Stool<4x/day by day 3-4 as free fatty acids in some human milk
Nursing<8x/day
Usual time of 3-6 days 5-15 days
peak bilirubin
Peak TSB >12 mg/dl >10mg/dl
Incidence 12-13% 2-4%
Temporary interruption of breastfeeding is rarely needed and is not recommended unless
serum bilirubin levels reach 20 mg/dL (340 µmol/L)
Kolestasis
Manifestasi
Bilirubin direk >1mg/dl bila bil.total • Ikterus tidak menghilang usia >3 minggu
<5mg/dl ; atau bilirubin direk >20% (bayi kurang bulan); atau >2 minggu
bila bil.total >5mg/dl (bayi cukup bulan)
• Urin berwarna lebih gelap
• Tinja pucat atau warna dempul (acholik)

Intrahepatik Ekstrahepatik

• Peningkatan • Peningkatan
SGOT/SGPT >10 kali, SGOT/SGPT <5 kali,
dengan peningkatan dengan peningkatan
gamma GT <5 kali gamma GT >5 kali
• Penyebab : proses • Penyebab tersering :
infeksi hepatoseluler, atresia bilier
kelainan
metabolik/endokrin
Jenis
• Fetal embryonic/Syndromic (10-35%)
• Post/Peri-natal/Non syndromic (65-90%)
Penunjang
• USG 2 fase
• Kolangiografi
Treatment
• Prosedur Kasai sebelum usia 8 minggu
Guideline for Intensive Phototherapy
Guideline for Exchange Transfusion
Penatalaksanaan
Terapi sinar Transfusi Tukar
Usia Bayi sehat Faktor Risiko* Bayi sehat Faktor Risiko*

mg/dL  mol/L mg/dL mol/L mg/dL  mol/L mg/dL mol/L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 20 340 17 290 30 510 20 340


dst

* (American Academy of Pediatrics, Subcommittee on hyperbilirubinemia, Management of


hyperbil in NB, 2004)
PEDIATRIC CARDIOLOGY
Rheumatic Fever (Jones Criteria)
Required Major Criteria
Minor Criteria
Criteria (CaPoCES)
Carditis Fever

Evidence of Polyarthritis migratory Arthralgia


antecedent Strep
infection: ASTO/ Strep
Chorea Previous RF or RHD
antibodies / Strep
group A throat culture
(GABHS) Acute phase reactants:
Erythema marginatum
ESR / CRP

Subcutaneous Nodules Prolonged PR interval

1 Required Criteria + 2 Major Criteria + 0 Minor Criteria


1 Required Criteria + 1 Major Criteria + 2 Minor Criteria
Subcutaneous nodule

Erythema Marginatum
Demam rematik akut yang tidak diterapi dengan baik akan menimbulkan gejala sisa
pada jantung yang dikenal sebagai penyakit jantung rematik (PJR). PPM IDAI 2011

• Benzantin penicillin G : Dosis 0,6-1,2 juta U i.m.


• Jika alergi terhadap benzantin penisilin G
– Eritromisin 40mg/kgbb/hari dibagi 2-4 dosis selama 10 hari
– Alternatif lain: penisilin V 4 X 250 mg p.o. selama 10 hari
Penyakit Jantung Bawaan –Tanda Gejala
Acyanotic vs Cyanotic
Heart auscultation sites –punctum
maximum?
Congenital Heart Typical Heart Sounds
Disease
ASD S1 normal/mengeras, S2 split lebar dan menetap. Daerah
pulmonal terdengar murmur ejeksi sistolik akibat stenosis
pulmonal relatif
VSD Pansistolik murmur, bisa didahului early systolic click.
Punctum maximum di SIC III-IV LPS sinistra.
PDA Murmur kontinu pada SIC II-III LPS sinistra
ToF S1 normal, S2 tunggal. Murmur ejeksi sistolik di daerah
pulmonal akibat stenosis pulmonal.
Coarctasio Aorta
• Right to left shunt (cyanosis)
Hypoxemic spell  hallmark severe TOF “Tet Spell”
Muncul usia 4-6 bulan
Bayi  muncul saat menangis atau menetek
Anak  muncul saat bermain

Tanda :

• Sianosis/sianosis memburuk
• Sesak nafas
• Iritabel/syncope
• Murmur sistolik berkurang/hilang

Sianosis menghilang dengan jongkok/kneechest


position atau pemberian oksigen
Foto Thorax ToF:
• Jantung berbentuk sepatu boot
(apeks terangkat, clog-like)
• Konus pulmonalis cekung
• Vaskularisasi paru menurun
Chest radiograph will show
oligaemic lung fields. The
cardiac silhouette may be normal
size, or enlarged (in the case
above, this was from right atrial
enlargement due to poor
communication between right
and left atria via a restricted
foramen ovale). Fistulae from the
right ventricle to the coronary
circulation may be present,
particularly if the right ventricle
and tricuspid valve are small.
GAGAL
JANTUNG
GAGAL JANTUNG
PEDIATRIC RESPIROLOGY
Sistem Skoring TB Anak
Parameter 0 1 2 3

Kontak TB Tidak jelas - Laporan keluarga, BTA(-)/ BTA(+)


BTA tidak jelas/tidak tahu
Uji tuberculin Negatif - - Poitif (≥10mm atau
(Mantoux) ≥5mm pada
imunokompromais
Berat badan/ - Gizi kurang: Gizi buruk: BB/TB<70% -
keadaan GIzi BB/TB<90% atau
atau BB/U<60%
BB/U<80%
Demam tanpa - ≥2 minggu - -
sebab yang jelas
Batuk kronik ≥2 minggu - -

Pembesaran kel. - ≥1cm, lebih - -


Limfe kolli, aksila, dari 1KGB,
inguinal tidak nyeri

Pembengkakan - Ada - -
tulang/ sendi pembengkaka
panggul, lutut n

Foto Thoraks Normal Gambaran - -


sugestif TB
Skor Total
• Cara : Suntikkan
0,1 ml PPD
intrakutan di
bagian volar
lengan bawah.
Pembacaan 48-72
jam setelah
penyuntikan

 0 - 5 mm : negatif
 5 - 9 mm :
meragukan
 > 10 mm : positif

Bila Negatif:
1. Tidak ada infeksi TB
2. Masa inkubasi
3. Alergi
Diagnosis TB
Anak

©Bimbel UKDI MANTAP


3 kondisi pada anak yang kontak erat dengan
pasien TB yang infeksius:
1. terpajan/ kontak
 tidak ada bukti infeksi ataupun sakit TB
 Kontak (+)Gejala TB (-), tuberkulin (-), Ro. Thorax normal.
2. Infeksi TB laten (skor 6, tanpa gejala)
 kontak(+), tuberculin(+), gejala TB(-), Ro. Thorax normal.
3. Sakit TB
 Gejala TB(+), tuberculin(+), Ro thorax(+/normal)
 Skor ≥6 dengan gejala klinis
 Skor <6 dengan uji tuberkulin positif atau ada kontak erat,
dengan gejala klinis atau tidak ada akses untuk uji
tuberkulin dan foto toraks.
 Pemeriksaan mikroskopis (+) dan dengan gejala

Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB pada anak, 2016


Prinsip Pengobatan TB Anak

©Bimbel UKDI MANTAP


Terapi
• Fase Intensif : Kombinasi 3-5 OAT selama 2 bulan awal (2 RHZ)
• Fase Lanjutan : Kombinasi 2 OAT selama 4 bulan (4 RH)
TB secara 2 bulan gejala ↓  6 bulan  klinis baik (dan foto
skoring lanjut terapi thorax baik)  terapi selesai

Evaluasi

Evaluasi BTA sputum akhir fase intensif


TB BTA (+)
(2 bulan), bulan ke-5 dan ke-6

Tidak
teratur Pemantauan TB
minum obat Tidak minum obat > 2 minggu
Fase Intensif atau > 2 bulan Fase
Lanjutan dan Gejala TB 
Anak
pengobatan ulang

Tidak minum obat < 2 minggu Fase


Intensif atau < 2 bulan Fase
Lanjutan dan Gejala TB 
pengobatan lanjut
Alur
Profilaksis
TB Anak

©Bimbel UKDI MANTAP


©Bimbel UKDI MANTAP
Profilaksis Primer
• Mencegah Infeksi TB
• Kontak (+), Infeksi (-)  uji tuberkulin negatif
• Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hari
• Selama kontak ada: kontak harus diobati
• 3-6 bulan
• Ulang uji tuberkulin:
– Negatif: berhasil, stop INH
– Positif: gagal, lacak apakah infeksi atau sakit ??
Profilaksis sekunder
• Mencegah sakit TB: paparan (?), infeksi (+), sakit (-)
• Uji tuberkulin positif
• Populasi risiko tinggi
– BALITA, Pubertas
– Penggunaan steroid yang lama
– Keganasan
– Infeksi khusus: campak, pertusis
• Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hari
• Lama: 6-12 bulan
Pencegahan penularan ibu-bayi
Derajat Kekerapan Klasifikasi Asma
PNAA 2015:
•Intermitent Level Kontrol
•Persisten ringan
•Terkendali penuh
•Persisten sedang
•Persisten Berat •Terkendali sebagian
•Tidak terkendali

Derajat Serangan
•Ringan-sedang
•Berat
•Serangan asma dengan ancaman henti nafas
Derajat Keparahan Serangan Asma
ancaman henti
ringan sedang berat nafas
• Bicara dalam • Bicara dalam kata • Mengantuk
kalimat • Duduk bertopang • Letargi
• Lebih senang lengan • Suara nafas tidak
duduk daripada • Gelisah terdengar
berbaring
• Retraksi jelas
• Tidak gelisah
• SpO2 <90%
• Retraksi minimal • PEF ≤50% prediksi
• SpO2 90-95% atau terbaik
• PEF >50% prediksi
atau terbaik
Asma serangan ringan sedang
• SABA (inhalasi/oral) setiap 4-6 jam
• Penambahan ipratropium bromida pada SABA dapat diberikan apabila pasien
dapat diedukasi untuk serangan yang lebih berat
• Steroid oral: prednison/prednisolon 1-2 mg/kgBB/ hari selama 3-5 hari, tanpa
tappering off, max. 1x/bulan

Asma serangan berat


• Rawat inap
• Nebu pertama SABA+ipratropium bromida, sesuai algoritma, selanjutnya bisa
diberikan setiap 1-2 jam, bila terjadi perbaikan setiap 4-6 jam
• O2 2-4 lpm, termasuk saat nebulisasi
• Steroid parenteral, dilanjutkan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari diberikan setiap 6-8
jam
• Ro thorax
• Dapat diberikan aminofilin intravena dosis awal: 6-8 mg/kgBB diencerkan
sebanyak 20 ml diberikan dalam 30 menit, bisa dilanjutkan dosis rumatan:
0,5- 1 mg/kgBB/jam
Derajat asma menurut kekerapan
(PNAA 2015)
• Episode <6x/tahun atau
Intermiten Jarak ≥6 minggu

Persisten • Episode >1x/bulan,


ringan <1x/minggu

Persisten • Episode >1x/minggu,


sedang namun tidak setiap hari

Persisten • Episode hampir


berat setiap hari
Jenjang Pengendalian Asma
Pneumonia Fast breathing

Etiologi : Streptococcus pneumonia (tersering), 2-11mo RR≥50


1-5yr RR≥40
Staphylococcus aureus (perburukan cepat)
Klasifikasi Klinis Terapi
Pneumonia Batuk atau sulit bernafas ditambah Amoxicillin oral 40
adanya nafas cepat atau tarikan mg/kgBB/12 jam (3 atau 5
dinding dada bawah hari)
Rawat jalan, kontrol 3 hari
Pneumonia Batuk atau sulit bernafas dengan:  Ampicillin 50 mg/kgBB atau
berat ■ Saturasi oksigen <90% atau central benzylpenicillin 50 000
cyanosis U/kgBB IM/IV per 6 jam (5
■ Distres pernafasan (merintih, tarikan hari), ditambah
dinding dada berat)  Gentamicin 7.5 mg/kgBB IM
■ Tanda pneumonia dengan tanda /IV per 24 jam (5 hari); atau
bahaya umum (tidak mau menetek,  Ceftriaxon (80 mg/kgBB per
letargi/penurunan kesadaran, kejang) 24 jam) sebagai lini kedua
Rawat inap, O2 bila
SaO2<90%, manajemen
WHO Pocket Book of Hospital Care for Children, 2013 airway dan demam
Diagnosis Banding Stridor
 a sign of upper airway obstruction.
 Inspiratory stridor suggests airway obstruction above the glottis while an
expiratory stridor is indicative of obstruction in the lower trachea.
A biphasic stridor suggests a glottic or subglottic lesion.

Diagnosis Gejala
Croup - Batuk Menggonggong, Low grade fever
- Suara Serak, Distress pernafasan
Benda Asing - Riwayat tiba-tiba tersedak
- Distres Pernafasan
Difteri - Imunisasi DPT tidak ada/tidak lengkap
- Bull neck
- Tenggorokan merah / faringitis
- Membran putih keabuan di faring/tonsil -> pseudomembran
Laryngomalacia Chronic stridor, anak usia < 2 tahun
DIFTERI
Infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphteria

Suspek Difteri

• Orang dengan gejala faringitis, tonsilitis, laringitis atau kombinasi, disertai


dengan :
• tanpa demam atau kondisi subfebris
• Pseudomembran putih keabuan/ kehitaman pada salah satu atau kedua tonsil
• Mulai tatalasana antitoksin dan antibiotik

Probable Difteri

• Suspek difteri ditambah salah satu dari :


• Pernah kontak dengan kasus (<2 minggu)
• Status imunisasi tidak lengkap, termasuk belum dilakukan booster
• Stridor, bullneck
• Pendarahan submukosa atau petechie pada kulit
• Gagal jantung toksik, gagal ginjal akut
• Miokarditis dan/atau kelumpuhan motorik 1 s/d 6 minggu setelah onset
• Meninggal
Tx:
• Anti Difteri Serum 40.000
IU im/iv Tonsillitis Akut
• Penicillin Prokain 25.000-
50.000 IU / kgBB / im (14 Membranosa/Tonsilitis Diphteria
hari); atau Eritromisin 40-50
mg/kgBB/hari tiap enam
jam (14 hari)
• Tanda tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam
yang berat dan gelisah
merupakan indikasi
dilakukan trakeostomi (atau
intubasi)

Tonsilitis membranosa: difteri Bull neck


Dosis ADS Menurut Tipe dan Lama Sakit
Tipe Difteri Dosis ADS
Difteri kulit 20.000
Difteri hidung 20.000
Difteri tonsil 40.000
Difteri faring 40.000
Difteri laring 40.000
Difteri nasofaringeal 60.000
Kombinasi lokasi diatas, tanpa 80.000
melibatkan hidung/nasal
Difteri + penyulit dan/atau ditemukan 80.000-100.000
bull neck
Terlambat berobat (> 72 jam) lokasi 80.000-100.000
dimana saja
Laryngomalacia
Supraglotis Epiglotitis

Infeksi Saluran Pernafasan Atas


Laringitis-Laringotrakeitis-
Subglotis Laringotrakeobronkitis (Viral
Croup)
Croup
Cause: Most commonly Parainfluenza Virus
Dexamethasone dose:
0,6 mg/kgBB single dose, PO/IM/IV
Croup
Klasifikasi Penanganan
Croup Ringan: Corticosteroid (Dexamethasone)
-Demam
-Suara Serak Edukasi, bila membaik -> rawat jalan
-Batuk Menggonggong
-Stridor Terdengar hanya jika anak gelisah
Croup Sedang: Corticosteroid (Dexamethasone)
-Batuk menggonggong lebih sering Monitor dalam 4 jam
-Stridor terdengar walaupun anak tenang Membaik -> Edukasi, rawat jalan
-Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian Jika tidak membaik, tangani sebagai Croup
bawah ke dalam Berat

Croup Berat: - Corticosteroid (Dexamethasone)


-Batuk menggonggong lebih sering - Epinefrin rasemik. 2ml adrenalin 1/1000
-Stridor terdengar jelas dalam 2-3 ml NaCl, dengan nebulizer
-Nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian selama 20 menit, ulangi bila perlu
bawah ke dalam - Oksigenasi
-Anak agitasi dan stressed Antibiotik tidak seharusnya diberikan
EPIGLOTITIS : infeksi pada epiglotis/supraglotis
Epiglotitis hampir selalu disebabkan oleh bakteri haemophilus influenza tipe b
Gejala
3D: drooling (air liur keluar berlebihan), dysphagia (sulit menelan), dysphonia (suara serak) +
stridor.

Normal Epiglotis : Halloween Sign

Thumb sign
Epiglotitis: Halloween Sign (-)
Epiglotitis

Haemophilus influenza tipe B

Kondisi Pasien Terapi/Penanganan


Stable (no airway compromise, respiratory Broad-spectrum antibiotic. Immediate tx.
difficulty, stridor, or drooling, and who have Should not wait for the blood and tissue
only mild swelling on laryngoscopy) culture result.
More targeted antibiotic. The drug may be
changed later, depending on what's causing
the epiglottitis.
Unstable (respiratory distress, airway Jaga patensi jalan nafas:
compromise on examination, stridor, -Awasi ketat
inability to swallow, drooling, sitting erect, Jika diperlukan: intubasi/tracheostomy/
and deterioration within 8-12 hours) cricothyrotomy/percutaneous transtracheal
jet ventilation (PTJV)
Epiglotitis & Croup
Intubasi dan trakeostomi:
Jika terdapat tanda obstruksi saluran respiratorik
seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam yang berat dan anak gelisah, lakukan intubasi
sedini mungkin.
Pertusis
• Causa: Bordetella Pertusis
• Batuk Berat lebih dari 2 minggu
• Batuk Paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi
“whooping cough”
• Perdarahan Subkonjungtiva
• Anak tidak tahu atau belum lengkap imunisasi terhadap
pertusis
• Bayi muda mungkin tidak disertai whoop, tetapi batuk
yang diikuti oleh berhentinya napas atau sianosis, atau
napas berhenti tanpa batuk (apneic spell)
• Tx: ERITROMISIN 40-50 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis selama 14 hari
PEDIATRIC TROPIK INFEKSI
DENGUE
CLINICAL COURSE
(WHO, 2011)

Plasma leakage: palpebral edema,


pleural effusion, ascites, HCT rise
≥20%
Diseases With Rash
Fever With Rash
Laboratorium

• Serologis IgM campak (3 hari setelah muncul ruam)


• Deteksi langsung antigen campak dari swab nasopharyng
Pemberian Vit A
• 50.000 IU pada < 6 bulan (1/2 kap biru) diberikan 2x:
• 100.000 IU pada 6-11 bulan (1 kap biru) hari 1 dan hari 2
• 200.000 pada 12 bulan hingga 5 tahun (1 kap merah)

• Pada gizi buruk diberikan 3 kali:


hari 1, hari 2, dan 2-4 minggu setelah pemberian
kedua

• Komplikasi campak:
– Pneumonia
– Dehidrasi
– Gizi buruk
– Ensefalitis
– OMA
TRIAS RUBELLA CONGENITAL
1. Sensory neural deafness (58% of
patients)
2. Eye abnormalities—
especially retinopathy, cataract and
microphtalmia (43% of patients)
3. Congenital heart disease
Scarlet Fever
Group A Streptococcus

Strawberry tongue
Sandpaper texture,
pastia line

Antibiotik : Golongan Penisilin


selama 10 hari atau cephalosporin
Erythema Infectiosum

“Slapped cheek”

Parvovirus B19
Mumps: paramyxovirus
Mumps is the classic virus known to cause parotitis. Mumps
parotitis is bilateral in 70% of cases and usually follows a 1-2 day
prodrome of fever, headache, emesis, and myalgias

These diseases spread from person to


person through the air. One can
easily catch them by being around
someone who is already infected.

Complications:
Deafness (SNHL), meningitis and/or
encephalitis, painful swelling of the
testicles or ovaries, and rarely sterility.
Mumps
treatment
• Penatalaksanaan Parotitis mumps
• a. Nonmedikamentosa
– Pasien perlu cukup beristirahat
– Hidrasi yang cukup
– Asupan nutrisi yang bergizi
• b. Medikamentosa
– Pengobatan bersifat simptomatik (antipiretik,
analgetik)
PEDIATRIK IMMUNOLOGY
Reaksi Hipersensitivitas
“Non-Toxic Adverse Food Reactions”
• Food Allergy
– Ingestion of food results in hypersensitivity
reactions mediated most commonly by IgE
• Food Intolerance
– Ingestion of food results in symptoms not
immunologically mediated, e.g: digestive and
absorptive limitations of host (e.g., lactase
deficiency)
Food Allergy
Acute
Alergi Susu Sapi
IgE mediated

• kadar IgE susu sapi yang positif (uji tusuk kulit atau uji
IgE RAST).
• timbul dalam waktu 30 menit sampai 1 jam.
• urtikaria, angioedema, ruam kulit, dermatitis atopik,
muntah, nyeri perut, diare,bronkospasme, dan
anafilaksis.

Non IgE mediated

• diperantarai oleh IgG dan IgM.


• klinis timbul lebih lambat (1-3 jam)
• allergic eosinophilic gastroenteropathy, kolik,
enterokolitis, anemia, dan gagal tumbuh.
• Dapat dilakukan pemeriksaan Uji eliminasi dan
provokasi  Double Blind Placebo Controlled Food
Challenge (DBPCFC) sebagai baku emas atau
Pemeriksaan darah pada tinja
Bayi ASI Eksklusif
Bayi Susu Formula
Lactose Intolerance
• Inability to digest lactose
• Deficiency of the intestinal enzyme lactase
that splits lactose into two smaller
sugars, glucose and galactose
• Symptoms: diarrhea, flatulence, abdominal
pain, abdominal bloating, nausea, eritema
perianal
Type of Lactose Intolerance
Primer
• Developmental  aktivitas laktase meningkat
puncak pada saat lahir, defisiensi sering nampak
pada bayi prematur
• Kongenital  tidak dijumpai/berkurangnya enzim

Sekunder
• Akibat kerusakan pada saluran pencernaan yang
menyebabkan rusaknya vili
PEDIATRIC NEUROLOGI
Kejang Demam
bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu
tubuh (suhu di atas 38 C), yang tidak disebabkan oleh
proses intrakranial

Kejang demam sederhana (KDS)


• Durasi <15 menit
• Sifat umum tonik-klonik
• Kejang tidak berulang dalam 24 jam

Kejang demam kompleks (KDK)


•Durasi >15 menit
•Sifat fokal, atau fokal jadi umum
•Kejang berulang dalam 24 jam
Anti kejang pada neonatus
Fenobarbital 20 mg/kgBB IV dlm 10-15
menit, ulang dengan dosis 10 mg/kgBB
sebanyak 2x dengan jarak 30 menit

Fenitoin 20 mg/kgBB IV dalam garam


fisiologis dengan kecepatan 1
mg/kgBB/menit

Midazolam bolus 0,2 mg/kgBB lanjut


titrasi 0,1-0,4 mg/kgBB/jam IV
Dilakukan untuk menyingkirkan
Pungsi lumbal atau menegakkan diagnosis
meningitis
• Dilakukan apabila :
• Terdapat tanda dan gejala rangsang
meningeal.
• Terdapat kecurigaan adanya infeksi
SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis.
• Dipertimbangkan pada anak dengan
kejang disertai demam yang
sebelumnya telah mendapat
antibiotik dan pemberian antibiotik
tersebut dapat mengaburkan tanda
dan gejala meningitis.
Faktor risiko berulangnya kejang demam

• Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga


• Usia kurang dari 12 bulan
• Suhu badan saat kejang <39 C
• Interval waktu yang singkat antara awitan demam
dengan kejang
• Kejang demam pertama KDK
* Bila ada semua faktor  kemungkinan
berulang 80%
* Bila tidak ada faktor  10-15%
* Kemungkinan berulang paling besar pada
tahun pertama setelah awitan kejang
Indikasi Profilaksis
Kejang Demam
Intermitten
• Kelainan neurologis berat, misal CP
• Berulang 4 kali atau lebih dalam 1 tahun
• Usia <6 bulan
• Kejang pada suhu < 39 C
• Kejang demam sebelumnya suhu meningkat dengan cepat

Jangka panjang/Rumatan
• KDK dengan kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah
kejang (paresis Tod’s, CP, hidrosefalus); Kejang lama > 15 menit;
Kejang fokal
Profilaksis Jangka Panjang/Rumatan

Obat yang biasa digunakan:


- Fenobarbital 3-5 mg / kg BB/hari dibagi 2
dosis
- Asam Valproat 15-40 mg/kg BB/hari dibagi 2
dosis
- Fenitoin & carbamazepin tidak efektif
untuk pencegahan kejang demam

Selama 1 tahun bebas kejang


Febrile Seizures: Clinical Practice Guideline for the Long-term Management
of the Child With Simple Febrile Seizures – AAP Guidelines 2008
(PERDOSSI)

OAE Lini Pertama


Tipe Kejang OAE Lini Pertama Dewasa OAE Lini Pertama Anak

Lena VPA VPA


LTG ETX
Mioklonik VPA VPA

Tonik Klonik VPA VPA


CBZ CBZ
PHT PB
PB
Atonik VPA
Parsial CBZ CBZ
PHT PHT
PB PB
OXC OXC
LTG LTG
TPM TPM
GBP GBP
Tidak Terklasifikasi VPA VPA
Treatment Recommendation –Epilepsy

“If complete seizure control is accomplished by an


anticonvulsant, a minimum of 2 seizure-free years is
an adequate and safe period of treatment for a
patient with no risk factors”

“When the decision is made to discontinue the drug,


the weaning process should occur for 3–6 mo,
because abrupt withdrawal may cause status
epilepticus”

National Institute of Health and Clinical Excellence. The diagnosis and management of the epilepsies in adults and
children in primary and secondary care. 2012.
Cerebrospinal Fluid
Appearance Opening Leukosit Dominansi Protein Glucose
Pressure leukosit
NORMAL Clear <18 cmH2O 0-3 (-) 15-45 45-80
sel/mm3
Pyogenic Yellowish,   PMN  
bacterial turbid
Meningitis
Viral Clear N  Limfosit N/ N/
Meningitis
Tuberculous Yellowish N  Limfosit  
Menigitis and viscous
(N/slightly
cloudy)
Fungal Yellowish   Limfosit  N/ 
Meningitis and viscous
(fibrin web)
Meningeal Signs
Nuchal Rigidity

Kernig’s Sign
Brudzinski’s Contralateral Sign

Brudzinski’s Neck Sign


Superior Trunk (C5-C6) Injury:
Antara leher dgn bahu teregang →
Erb-Duchenne Palsy (Waiter’s Tip)
→ Paralisis m. deltoid, biceps, brachialis,
dan brachioradialis.
→ Adduksi bahu, rotasi medial lengan, dan
ekstensi siku. Parestesia lateral upper limb .
Inferior Trunk (C8-T1) Injury:
Tarikan mendadak dan keras upper limb →
Klumpke Palsy → Claw hand  Refleks Genggam (-)
Cerebral palsy
• nonspecific term used to describe a chronic,
static impairment of muscle tone, strength,
coordination, or movements.
• originated from some type of cerebral insult or
injury before birth, during delivery, or in the
perinatal period.

Anda mungkin juga menyukai