Anda di halaman 1dari 3

LEARNING JURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS


Angkatan : XXXVII ( 37 )
Nama Mata Pelatihan : Whole Of Goverment
Nama Peserta : Fahrurozi,S.Pd
Nomor Daftar Hadir : 11
Lembaga Penyelenggara Pelatihan : BPSDM Provinsi Kalimantan Timur

A. POKOK PIKIRAN

WoG lahir dilatarbelakangi sebelumnya old public administration (OPA)


mengutamakan keteraturan, penjenjangan atau hirarki di dalam pelaksanaannya
sehingga biroksasi panjang disebut juga birokrasi weber OPA muncul dengan
tokoh-tokoh antara lain Woodrow Wilson dan Max Weber. OPA ada aturan yang
rigid (kaku), ego sektoral (siloisme), Pembagian Tugas, Kedinasan, Hierarki,
Dokumen tertulis, Spesialisasi, akuntabel. Sementara Pita Merah (the red tape state)
adalah istilah yang menunjuk kepada peraturan yang berlebihan atau penerapan
terhadap aturan resmi yang kaku yang dianggap mengurangi produktivitas dan
menyebabkan penundaan pengambilan keputusan. Hal ini biasanya menunjuk ke
pemerintah, perusahaan, dan organisasi besar lainnya. Pita merah biasanya termasuk
kegiatan seperti mengisi dokumen, mendapatkan lisensi, harus melewati beberapa
orang atau komite untuk menyetujui sebuah keputusan yang menyebabkan kegiatan
seseorang menjadi lebih lambat, sulit, atau keduanya. Kemudian model NPM (New
Publik Management) masih terkotak-kotak, terpecah-pecah, ego sektor/mementingkan
unitnya sendiri kemudian melahirkan WoG dengan pendekatan yang menekankan
aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektoral yang selama ini
terbangun dalam NPM sehingga menawarkan fleksibilitas, efisiensi, devolusi, dsb.
Semula sistem pembagian tugas yang rentan bekerja berdasarkan persepsi dan
kepentinngan masing-masing dan terkotak-kotak/terfragmentasi digantikan dengan
menyelaraskan perbedaan tugas, masing-masing berkontribusi sehingga mencapai
tujuan organisasi/pemerintah melalui komunikasi, koordinasi dan kolaborasi.

Whole of Government (WoG) merupakan sebuah pendekatan penyelenggaraan


pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintah dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik.
WoG muncul dari dorongan eksternal: dorongan publik untuk mewujudkan
integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan supaya tercipta
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. Selain itu, dorongan internal:
adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral akibat adanya nuansa kompetisi
antar sektor dalam pembangunan serta adanya keberagaman latar belakang nilai,
budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya yang mendorong terjadinya
potensi disintegrasi bangsa. Selain itu, karena adanya persepsi tentang kehidupan
dunia yang semakin tidak aman dan berbayaha, isu terorisme, radikalisme, perubahan
iklim, dan lain sebagainya.

WoG memiliki karakteristik pendekatan yang menekankan pelayanan yang


terintegrasi sehingga memiliki rumusan prinsip-prinsip kolaborasi, kebersamaan,
kesatuan tujuan bersama dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam
pemerintahan. WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole) elemen
pemerintahan lintas sektor. WoG dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu
pendekatan yang melibatkan sejumlah instansi yang terkait dengan urusan-urusan
relevan. WoG menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi pelayanan publik
bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan sebagai
respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu. Pendekatan WoG ini sudah
dikenal dan lama berkembang terutama di negara-negara Anglo-Saxon seperti Inggris,
Australia dan Selandia Baru. Di Inggris, misalnya, ide WoG dalam mengintegrasikan
sektor-sektor ke dalam sutu cara pandang dan sistem sudah dimulai sejak
pemerintahan Partai Buruhnya Tony Blair pada tahun 1990-an dengan gerakan
modernisasi program pemerintahan, dikenal dengan istilah Joined-up Government.

Beberapa manfaat WoG adalah meningkatkan efisiensi, adanya sharing


informasi dan lingkungan kerja, meningkatkan daya saing, akuntabilitas serta
koherensi kebijakan, menurunkan biaya, menghindari adanya duplikasi dan
inkonsistensi kebijakan serta menurunkan waktu penyelesaian layanan tertentu,
lembaga atau kementerian dapat fokus pada outcome yang tidak dapat dicapai oleh K/L
sektoral secara sendiri-sendiri. Mendorong pencegahan terhadap masalah yang
mungkin berkembang lebih jauh, implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan satu
instansi tetapi lintas instansi, dan membuat pemerintah lebih mampu menangani
tantangan yang kompleks.

A. PENERAPAN
Sebagai guru kita wajib melaksanakan aturan mengenai pelayanan publik di
sekolah. Misalnya dalam bidang pendidikan kita wajib menerapkan standarisasi materi
yang diajarkan, dimana pemilihan materi harus mengacu kepada kompetensi lulusan,
membuat bahan ajar yang kreatif sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan minat
siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu, silabus dan rencana pembelajaran
semester wajib dipenuhi sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Instrumen
penilaian hasil belajar siswa harus menerapkan nilai-nilai keadilan, transparansi,
reliabel dan dapat dipertanggung jawabkan. Sementara pelayanan publik di bidang
penelitian, perlu adanya peningkatan kualitas penelitian. Sebagai guru kita harus
proaktif dalam melakukan komunikasi, koordinasi, kolaborasi, dan bekerjasama.
Sedangkan pelayanan publik dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat, guru
harus membuat inovasi dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan peningkatan
kualitas dan kemandirian masyarakat. Penerapan lain misalnya sebagia seorang guru
dalam memberikan pelayanan kepada siswa hendaknya memperlakukan siswa sesuai
dengan prinsip pelayanan publik, misalnya seorang guru dalam memberikan
pendidikan kepada siswa bersikap tidak membedakan antara kaya-miskin,
pria-wanita, dan pertimbangan SARA (tidak diskriminatif).

Anda mungkin juga menyukai