Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG MENGALAMI DIARE

Disusun Oleh :

ATEK CHARTIKA
NIM. P05120218004

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( Ns. Nehru Nugroho, S.Kep., M.Kep.) ( Ns. Vivi Sumanti, S.Kep.)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
I. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer,
dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah,
1997)

B. Etiologi
Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.
coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,
dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur
(C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang
dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
Faktor Malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada
bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak
dan protein.
Faktor Makanan:
- Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
Faktor Psikologis
- Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
-

2
C. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
Secara skematis, patofisiologi diare dapat digambarkan sebagai berikut:

3
Faktor Penyebab Diare

Infeksi Makanan Psikologis Malabsorbsi

Makanan tdk di serap


Enteral Parenteral
Infeksi Saluran Pencernaan Aktivasi saraf Tek. osmotik ↑
otonom

Peradangan sal. Cerna lumen usus Isi usus ↑


Toksin
Hiperperistaltik

- Mual / muntah
- Nyeri abdomen
Frek. Defekasi ↑
Hipersekresi mukosa saluran cerna - Cemas
- Reabsorbsi nutrien ↓ →
Lambung Usus Kekurangan nutrisi

Muntah Diare
Area sekitar anus lecet
Kehilangan cairan & elektrolit (Ggn integritas kulit)

Anak MRS (hospitalisasi) Terapi invasif (infus)


- Protes
- Putus asa Risiko infeksi
- Pasrah

Gangguan peran (bermain)


Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
D. Manifestasi Klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja
makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus dan
sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat
laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa penggantian yang
memadai, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu: berat badan menurun, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan
mulut serta kulit kering. Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan
lemah bahkan tidak teraba, tekanan darah menurun, klien tampak lemah dengan
kesadaran menurun. Karena kekurangan cairan, diuresis berkurang (oliguria sampai
anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat, pernapasan cepat
dan dalam (pernapasan Kussmaul).

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut pada anak:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2. Dietetik
3. Obat-obatan

Rehidrasi Sebagai Prioritas Utama Terapi.


Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup
banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan
kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%)
yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu
liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan
cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan
dapat dihitung dengan cara/rumus:

1. Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
---------------------- x BB x 4 ml
0,001

2. Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

3. Metode Perbandingan BB dan Umur


Total
BB (kg) Umur PWL NWL CWL Kehilangan
Cairan
<3 < 1 bln 150 125 25 300
3-10 1 bln-2 125 100 25 250
10-15 thn 100 080 25 205
15-25 2-5 thn 080 025 25 130
5-10 thn
Sumber: Ngastiyah (1997)
Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah
NWL : Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan
CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus menerus

4. Dietetik
Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap
dipertahankan yang meliputi:
a. Susu (ASI atau PASI rendah laktosa)
b. Makanan setengah padat atau makanan padat (nasi tim)
5. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:
a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
b. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
c. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK
A. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang
air cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja
dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin
didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat,
volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
2. Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.
4. Pengkajian Fisik
Pengakajian secara umum dilakukan dengan metode head to too
yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda
vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-
urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan
tanda-tanda yang mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan BB,
denyut nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, mata cekung,
mukosa bibir dan mulut kering, kulit kering dengan turgor
berkurang. Dapat ditemukan peningkatan frekuensi pernapasan,
peningkatan peristaltik usus dan adanya luka lecet sekitar anus.

B. Diagnosa Keperawatan:
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses
dan muntah serta intake terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Intervensi Keperawatan

No Dx Keperawatan Intervensi Rasional


1 Kekurangan volume cairan b/d 1. Berikan cairan Sebagai upaya rehidrasi
kehilangan berlebihan oral dan untuk mengganti cairan
melalui feses dan muntah parenteral yang keluar bersama feses.
serta intake terbatas (mual) sesuai dengan
program
rehidrasi

2. Pantau intake Memberikan informasi


dan output status keseimbangan cairan
untuk menetapkan
kebutuhan cairan pengganti.

3. Kaji tanda Menilai status hidrasi,


vital, elektrolit dan keseimbangan
tanda/gejala asam basa.
dehidrasi dan
hasil
pemeriksaan
laboratorium

4. Kolaborasi Pemberian obat-obatan


pelaksanaan secara kausal penting setelah
terapi definitif penyebab diare diketahui.

2. Perubahan nutrisi kurang dari 1. Pertahankan Menurunkan kebutuhan


kebutuhan tubuh b/d gangguan tirah baring dan metabolik
absorbsi nutrien dan peningkatan pembatasan
peristaltik usus. aktivitas selama
fase akut

2. Pertahankan Pembatasan diet per oral


status NPO mungkin ditetapkan selama
(puasa) selama fase akut untuk menurunkan
fase akut (sesuai peristaltik sehingga terjadi
program terapi) kekurangan nutrisi.
dan segera mulai Pemberian makanan
pemberian sesegera mungkin penting
makanan per oral setelah keadaan klinis klien
setelah kondisi memungkinkan.
klien mengizinkan
3.Bantu Memenuhi kebutuhan nutrisi
pelaksanaan klien
pemberian
makanan sesuai
dengan program
diet

Mengistirahatkan kerja
4. Kolaborasi gastrointestinal dan
pemberian nutrisi mengatasi/mencegah
parenteral sesuai kekurangan nutrisi lebih
indikasi lanjut.

3 Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, 1. Atur posisi Menurunkan tegangan


iritasi fisura perirektal yang nyaman bagi permukaan abdomen dan
klien, misalnya mengurangi nyeri
dengan lutut fleksi

2.Lakukan Meningkatkan relaksasi,


aktivitas mengalihkan fokus perhatian
pengalihan untuk kliendan meningkatkan
memberikan rasa kemampuan koping
nyaman seperti
masase punggung
dan kompres Melindungi kulit dari
hangat abdomen keasaman feses, mencegah
iritasi
3. Bersihkan area
anorektal dengan
sabun ringan dan Analgetik sebagai agen anti
airsetelah defekasi nyeri dan antikolinergik
dan berikan untuk menurunkan spasme
perawatan kulit traktus GI dapat diberikan
sesuai indikasi klinis
4.Kolaborasi
pemberian obat
analgetika dan Mengevaluasi
atau perkembangan nyeri untuk
antikolinergik menetapkan intervensi
sesuai indikasi selanjutnya

5. Kaji keluhan
nyeri (skala 1-10),
perubahan
karakteristik
nyeri, petunjuk
verbal dan non
verbal
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku


1, Ed.4, EGC, Jakarta

Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai