Anda di halaman 1dari 4

TUGAS UJI KORELASI

Disusun Oleh :

Tridara Februaluki 09180000069

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2021
A. Uji Korelasi Pearson Product Moment

Correlations
Motivasi Belajar Prestasi Belajar
Motivasi Belajar Pearson Correlation 1 .538**
Sig. (2-tailed) .002
N 30 30
Prestasi Belajar Pearson Correlation .538** 1
Sig. (2-tailed) .002
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Derajat Nilai Koefisien Korelasi


 Nilai koefisien 0 = Tidak ada hubungan sama sekali (jarang terjadi),
 Nilai koefisien 1 = Hubungan sempurna (jarang terjadi),
 Nilai koefisien > 0 sd < 0,2 = Hubungan sangat rendah atau sangat lemah,
 Nilai koefisien 0,2 sd < 0,4 = Hubungan rendah atau lemah,
 Nilai koefisien 0,4 sd < 0,6 = Hubungan cukup besar atau cukup kuat,
 Nilai koefisien 0,6 sd < 0,8 = Hubungan besar atau kuat,
 Nilai koefisien 0,8 sd < 1 = Hubungan sangat besar atau sangat kuat.
 Nilai negative berarti menentukan arah hubungan, misal: koefisien
korelasi antara beban kerja dan motivasi bernilai -0,5. Artinya semakin
tinggi nilai beban kerja seseorang maka semakin rendah motivasinya
dengan besarnya keeratan hubungan sebesar 0,5 atau cukup kuat.
Interpretasi:
 P value 0,002 < 0.05 maka H0 ditolak artinya ada hubungan motivasi
dengan prestasi belajar mahasiswa STIKIM.
 P value 0,002 juga berhubungan meskipun mengggunakan derajat
signifikansi 0,01 (CI 99%) karena 0,002 < 0,01.
Kesimpulan:
Ada hubungan antara motivasi dan prestasi belajar mahasiswa STIKIM dengan p
value 0,002 < 0,05, dan besarnya keeratan hubungan 0,538 atau cukup kuat.
B. Uji Korelasi Rank Spearman

Correlations
Motivasi Belajar Prestasi Belajar
Spearman's rho Motivasi Belajar Correlation Coefficient 1.000 .571**
Sig. (2-tailed) . .001
N 30 30
**
Prestasi Belajar Correlation Coefficient .571 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Derajat Nilai Koefisien Korelasi


 Nilai koefisien 0 = Tidak ada hubungan sama sekali (jarang terjadi),
 Nilai koefisien 1 = Hubungan sempurna (jarang terjadi),
 Nilai koefisien > 0 sd < 0,2 = Hubungan sangat rendah atau sangat
lemah,
 Nilai koefisien 0,2 sd < 0,4 = Hubungan rendah atau lemah,
 Nilai koefisien 0,4 sd < 0,6 = Hubungan cukup besar atau cukup kuat,
 Nilai koefisien 0,6 sd < 0,8 = Hubungan besar atau kuat,
 Nilai koefisien 0,8 sd < 1 = Hubungan sangat besar atau sangat kuat.
 Nilai negative berarti menentukan arah hubungan, misal: koefisien
korelasi antara beban kerja dan motivasi bernilai -0,5. Artinya semakin
tinggi nilai beban kerja seseorang maka semakin rendah motivasinya
dengan besarnya keeratan hubungan sebesar 0,5 atau cukup kuat.
Interpretasi:
 P value 0,001 < 0.05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan motivasi
dengan prestasi belajar mahasiswa STIKIM.
 P value 0,001 juga berhubungan meskipun mengggunakan derajat
signifikansi 0,01 (CI 99%) karena 0,001 < 0,01.
Kesimpulan:
 Ada hubungan antara motivasi dan prestasi belajar mahasiswa STIKIM
dengan p value 0,001 < 0,05, dan besarnya keeratan hubungan 0,571
atau cukup kuat.

C. Uji Korelasi Kendall’s Tau

Nonparametric Correlations

Correlations
Motivasi Belajar Prestasi Belajar
Kendall's tau_b Motivasi Belajar Correlation Coefficient 1.000 .442**
Sig. (2-tailed) . .001
N 30 30
**
Prestasi Belajar Correlation Coefficient .442 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Interpretasi:
 P value 0,001 < 0.05 maka H0 ditolak, artinya ada hubungan motivasi
belajar dengan prestasi belajar.
 P value 0,001 juga berhubungan meskipun mengggunakan derajat
signifikansi 0,01 (CI 99%) karena 0,001 < 0,01.
Kesimpulan:
 Ada hubungan antara motivasi dan prestasi belajar mahasiswa STIKIM
dengan p value 0,001 < 0,05, dan besarnya keeratan hubungan 0,442
atau cukup kuat.

Anda mungkin juga menyukai