KEPERAWATAN HIV/AIDS
Disusun oleh:
Kelompok 5
1. Abdullah Ramli COVER
2. Al Della Noviana Asgar
3. Iis Sugiarti
4. Sandra Ekha Diergantara
5. Siti Julaikha
6. Syaiful Bahri Bakhran
Dosen Pembimbing:
Ns. Nilam Norma,S. kep., M. Kes
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulisan makalah “Prinsip Perawatan pada Bayi dan Anak Penderita
HIV AIDS atau dengan Orang Tua HIV AIDS ”dapat kami selesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar Keperawatan
HIV/AIDS. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berkaitan dengan
judul laporan, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan
hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran dan
kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.
Kelompok 5
ii
Daftar Isi
Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................3
C. Tujuan..........................................................................................................................3
D. Sistematika Penulisan...................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................5
Telaah Pustaka.........................................................................................................................5
A. Konsep Dasar HIV/AIDS pada Anak...........................................................................9
1. Definisi.....................................................................................................................9
2. Etiologi.....................................................................................................................9
3. Tanda dan Gejala....................................................................................................10
4. Patofisiologi...........................................................................................................11
5. Pathogenesis...........................................................................................................15
6. Kategori Klinis HIV...............................................................................................18
7. Pendekatan Diagnosa.............................................................................................21
8. Penatalaksanaan Medis...........................................................................................28
9. Mengatasi Status Defisiensi Immun.......................................................................34
10. Mengatasi Neoplasma........................................................................................34
11. Pemberian Vaksinasi..........................................................................................34
12. Pencegahan.........................................................................................................35
B. Family Center Care Pada ODHA...............................................................................36
C. Prinsip Hidup Dengan ODHA....................................................................................38
BAB III..................................................................................................................................51
iii
PENUTUP.............................................................................................................................51
A. Kesimpulan................................................................................................................51
B. Saran..........................................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang yang terinfeksi HIV atau mengidap AIDS biasa disebut dengan
Oportunistik atau IO. Infeksi Oportunistik adalah infeksi yang terjadi karena
Pengendalian Penyakit atau Ditjen P2P tahun 2016 ada beberapa penyakit
1
Pneumocystis, Herpes Simplex, Herpes Zooster, Limfadenopati Generalisata
persisten.
penularan HIV pada pasangan seksual berubah pada saat ditemukan kasus
seorang ibu yang sedang hamil diketahui telah terinfeksi HIV. Bayi yang
dilahirkan ternyata juga positif terinfeksi HIV. Ini menjadi awal dari
Hal serupa digambarkan dari hasil survey pada tahun 2000 dikalangan
ibu hamil di Provinsi Riau dan Papua yang memperoleh angka kejadian
infeksi HIV 0,35% dan 0,25%. Sedangkan hasil tes suka rela pada ibu hamil
di DKI Jakarta ditemukan infeksi HIV sebesar 2,86%. Berbagai data tersebut
selama ini dianggap tidak mungkin tertular infeksi. Pada tahun 2015,
diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500 anak yang dilahirkan dari ibu
yang terinfeksi HIV. Sampai tahun 2006, diprediksi 4.360 anak terkena HIV
dan separuh diantaranya meninggal dunia. Saat ini diperkirakan 2320 anak
yang terinfeksi HIV. Anak yang didiagnosis HIV juga akan menyebabkan
terjadinya trauma emosi yang mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus
2
dikarenakan orang yang terinfeksi HIV telah masuk kedalam tahap AIDS,
pembahasan tentang penularan HIV/AIDS pada Anak, sehingga hal ini dapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Sistematika Penulisan
penulisan.
Bab II : Berisi telaah pustaka yang terdiri dari pengkajian bio,
3
psiko, spiritual, dan kultural, pemeriksaan fisik dan
dengan HIV/AIDS
Bab III : Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
4
BAB II
Telaah Pustaka
1. Definisi
terjadi perubahan ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran tulang dan
dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap
organ tubuh.
5
kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning). Perkembangan
perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek
terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak
6
rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan
tercapainya atau tidak potensi yang sudah ada dalam diri manusia
ibu pada waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat kimia,
7
Lingkungan fisik, meliputi sanitasi, cuaca, keadaan rumah, dan
radiasi.
d. Faktor nutrisi
dapat terhambat.
8
e. Faktor kesehatan
1. Definisi
tubuh tidak mampu berperang melawan infeksi atau kanker. Sekitar 3,2
juta anak-anak di bawah 15 tahun hidup dengan AIDS pada akhir 2013,
2. Etiologi
menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik lain dan orang itu
mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap (Betz dan Sowden, 2002).
Infeksi HIV disebabkan oleh masuknya virus yang bernama HIV (Human
9
Kebanyakan infeksi HIV pada anak adalah diturunkan melalui ibu ke anak
HIV menurun.
secara klinis dan imunologis normal saat lahir. Kelainan fungsi imun yang
faktor unik. Pertama, parameter spesifik usia untuk hitung limfosit CD4
tinggi dan kisaran yang lebih lebar pada awal masa bayi, diikuti
penurunan terhadap pada beberapa tahun pertama. Selain itu, pajanan obat
ini beresiko dan bahkan pajanan terhadap antigen HIV tanpa infeksi dapat
membingungkan fungsi dan jumlah limfosit. Oleh karena itu, hal ini
peting untuk merujuk pada standar yang ditentukan usia untuk hitung
observasi bayi tak terinfeksi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.
Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa
bayi jarang terdiagnostik. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The
10
kegagalan berkembang, hepatomegali dan splenomegali, limfadenopati
atau lebih area tidak bilateral selama > 2 bulan), parotitis, dan diare.
Diantara semua anak yang terdiagnosis dengan infeksi HIV, sekitar 90%
dicoba oleh studi the European Collaborativ pada bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi memperlihatkan tanda dan gejala yang tidak spesifik pada usia 3
bulan, dengan angka yang lebih rendah diantara bayi yang tidak terinfeksi.
yang tidak jelas, dan diare kronik secara tidak nyata paling sering pada
4. Patofisiologi
permukaan CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini,
11
HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen
permukaan CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini,
HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti, meskipun
kemungkinan mencakup infeksi litik sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis
penjamu dan kematian atau disfungsi precursor limfosit atau sel asesorius
pada timus dan kelenjar getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis sel
selain limfosit. Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti infeksi pada
dapat berperang sebagai reservoir virus laten tetapi tidak dapat diinduksi,
dan dapat membawa virus ke organ, terutama otak, dan menetap di otak.
kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astroglia. Pada
jaringan janin, pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari otak,
hati, dan paru. Patologi terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun
12
Stadium tanda infeksi HIV pada orang dewasa adalah fase infeksi
dan progresif, kelainan fungsi imun tampak pada saat tes, dan beban viral
regulasi imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan
13
lebih berat pada infeksi HIV pediatrik. Deplesi limfosit CD4 sering
jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS pediatrik
14
5. Pathogenesis
HIV-1
Ibu
Jarum suntik Transfusi Hub sexual
Transplasental Perinatal
Kel. Limfe
Sel Host
Internalisasi
Limfadenopati Viremia Lim B
Enzim RT-ase
Destruksi sel Inf. Akut
Kel. Sel. B
Transkripsi terbalik
CD4
Laten
Mengubah RNA Pe Ab Pe Ig
menjadi DNA spesifik
Krisis total
Integritas DNA Hiper gamma
provirus ke Host globulinemia
Transkripsi / translasi
& propagasi virus Respon IgM
me
Inf. Oportunistik
Keganasan sekunder
AIDS
Toxoplasma Retinitis
Hidung Sinusitis
Stomatitis herpes
Parotitis
Cytomegalovirus
Jantung Kardiomiopati DC
Limpa Splenomegali
Malabsorbsi Kandida
Herpes simplex
Kel. limfe Limfodenopati
Kulit Mesangial
Dermatitis hyperplasia
(Ekzema s/d pyoderma gangrenosum & scabies
16
VIREMIA
SSP
Sal. napas Hepar & lien
Batang otak
Paru Hidung Hepatomegali Hipotalamus
Splenomegali
Menekan N. Vagus
Alveolar Sinusitis Pirogen
Nyeri
Simpatis
Pneumonitis Termostat
interstisiel
Jantung Lambung Usus
Hipertermi
Eksudasi
Takikardi peHCL pe
TD peristaltik
Vasodilatasi Kejang2
Akumulasi PD
sekret Mual,
Kardiomegali muntah, Mal
anorexia absorbsi
Vasodilatasi Resiko injuri
Batuk Kelj.
Kardiomiopati
Sebasea
spontan Tidak spontan Nutrisi
Keringat
DC
Obstruksi sel Akumulasi BB
napas sekret Erithema
Diare
Limfadenopati
Hepatomegali
Splenomegali
Dermatitis
Parotitis
bulan
Kardiomiopati
18
Infeksi sitomegalovirus dengan awitan sebelum berusia 1 bulan
Hepatitis
Leimiosarkoma
pulmoner (LIP/PLH)
Nefropati
Nokardiosis
19
Koksidioidomikosis, intestinal kronik
Ensefalopati HIV.
Sarkoma kaposi.
20
7. Pendekatan Diagnosa
sukar dari pada orang dewasa. Hal ini di samping karena tanda klinisnya
(IgG) pada darah bayi dapat merupakan antibodi yang berasal dari ibunya,
karena antibodi ini dapat menembus plasenta, yang dapat menetap berada
dalam darah si anak sampai berumur 18 bulan. Kalau hal ini terjadi , maka
infeksi HIV pada bayi. Terdapatnya antibodi kelas IgM atau IgA,
Pada umumnya diagnosa infeksi HIV pada anak ditegakkan atas dasar :
keganasan
21
d. Tidak didapatkan adanya penyebab lain dari
defisiensi imun.
(IgG, IgM maupun IgA) yang dapat dikerjakan dengan metoda Elisa
yang lebih tinggi. Metoda lain yang sedang dikembangkan adalah IVAP
berikut:
infeksi HIV.
22
Gejala Mayor :
f) Ensefalitis
Tabel 1 : Definisi Klinis HIV pada anak di bawah 12 tahun (menurut WHO).
sebagai berikut :
23
Subklas A : Fungsi immun normal
lebih 2 bulan)
24
Tabel 2. Klasifikasi infeksi HIV pada anak di bawah umur 18 tahun menurut
sesuai dengan kriteria diagnosa infeksi HIV disebut “AIDS Related Complex
menetap, serta pembesaran hepar, namun belum ada infeksi oportunistik atau
keganasan.
Kriteria Mayor :
- Pneumonitis interstitialis
Kriteria Minor :
25
- Kegagalan pertumbuhan (“failure to thrive”)
Kriteria Laboratorium :
- IVAP rendah
bayi.
26
f) HIV, IgA, IgM – mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi
Mendiagnosis infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV
berusia 6 bulan.
b. Limfositopenia.
c. Anemia, trombositopenia.
Bayi yang lahir dari ibu HIV positif yang berusia kurang dari 18
determinasi terpisah dari kultur HIV, reaksi rantai polimerase – HIV, atau
antigen HIV, maka dia dapat dikatakan “terinfeksi HIV”. Bayi yang lahir
dari ibu HIV-positif, berusia kurang dari 18 bulan, dan tidak positif
27
terhadap ketiga uji tersebut dikatakan “terpajan pada masa perinatal”. Bayi
yang lahir dari ibu terinfeksi HIV yang ternyata antibodi HIV negatif dan
8. Penatalaksanaan Medis
Pembersihan bayi segera setelah lahir terhadap segala cairan yang berasal
dari ibu baik darah maupun cairan-cairan lain, sebaiknya segala tindakan
memonitor anti HIV, sejak si ibu hamil sampai melahirkan, demikian juga
sang bayi sampai berumur lebih dari 2 tahun. Ada pula yang
50%.
1. Terhadap Etiologi
28
Nucleoside-reserve Azidotimidin/zidovudin AZT
Stavudin D4T
Zalbitabin DDC
Lamivudin 3TC
Protease Inhibitor (PI) Indinavir IDV
Ritonavir
Saquinavir
Non-Nucleoside-Reserve
setelah terpajan)
Asimtomatik dengan beban virus Didanosin
29
dengan 2 NRTI
Tabel 5. Terapi antiretroviral menurut tahapan klinis infeksi-HIV
Pada wanita hamil dengan infeksi HIV dapat diberi AZT 2 kali
menyusui bayinya. Pada bayi yang baru lahir bila ibunya HIV
pertumbuhannya.
peroral selama 1-2 bulan dengan dosis satu sampai satu setengah
30
Pada umumnya adanya perbaikan ditandai dengan :
- Peningkatan T4
a. Infeksi Protozoa
Cryptosporidium.
fungsi ginjal
- Cotrimoxazole (IV/oral), 20
kortikosteroid.
2) Terhadap Toxoplasma
31
Dapat menyebabkan CNS syndrome akibat lesi serebral/space
3) Terhadap Cryptosporidium
rehidrasi.
b. Infeksi Jamur
c. Infeksi Virus
32
- Vaksinasi dengan vaksin influenza A
- Immunoglobulin Varicella-Zoster
penderita
d. Infeksi Bakteria
pemberian immunoglobulin.
a. Biological
33
b. Immunomo
bersifat lokal, diatasi dengan eksisi dan radio terapi, kalau sudah lanjut,
dan Polio.
Kelompok Usia :
Kategori Imun
Jumlah CD4 dan Persentase
34
supresi sedang 15-25% 15-25% 15-25%
12. Pencegahan
resiko infeksi janin dari wanita hamil yang terinfeksi HIV-1 pada minggu
limfosit CD4 yang jumlahnya lebih dari 200 sel/mm³tanpa gejala klinis
AIDS. Ibu mendapat terapi zidovudin oral ( 100 mg lima kali sehari )
zidovudin dosis 2 mg/kg setiap 6 jam ) mulai pada 8-12 jam pascalahir.
35
a. Martabat dan kehormatan.
pada ODHA.
bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak memihak kepada pasien
buat.
evaluasi, desain
36
a. Membangun sistem
sebagaimana professional
d. Membangun pemberdayaan
daripada ketergantungan
oleh professional.
AIDS) yaitu :
37
b. Memfasilitasi kolaborasi keluarga professional pada semua level
perawatan kesehatan.
AIDS)
38
D. Prinsip Hidup Dengan ODHA
karakter psikososialnya seperti hidup dalam stres, depresi, merasa kurang adanya
dukungan sosial, dan perubahan dalam perilaku (dalam Nasronudin, 2007). Stres
juga dapat memperburuk keadaan dari individu, seperti yang dijelaskan Sodroski
et al (dalam Ogden, 2007) bahwa stres dapat meningkatkan proses replikasi virus
HIV. Untuk menghindari hal tersebut individu harus mampu mereduksi tingkat
seperti rasa malu dan hilangnya kepercayaan dan harga diri. Perubahan tersebut
dapat menyebabkan stres fisik, psikologis dan sosial. Perubahan emosi yang
39
pemenuhan hak-hak dasar individu atau kelompok sebagaimana selayaknya
sebagai manusia yang bermartabat. Stigma dan diskriminasi masih sering terjadi
1) Prinsip-prinsip HAM :
a. Tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling tergantung antar satu hak dengan
hak yang lainnya. Kita tidak dapat hanya menerima satu atau beberapa
bagian dari hak tersebut saja, kita harus mengakui dan memenuhi hak-
terpenuhi.
40
e. Diakui secara internasional dan dilindungi secara hukum, terdapat badan-
konteks-konteks tertentu.
f. Melampaui kedaulatan negara, tak ada satu negara pun yang boleh
sanksi internasional.
HIV
41
c. Hak untuk hidup
Seseorang yang terinfeksi HIV / AIDS bukan berarti hak hidupnya secara
layak dicabut. Secara asasi, mereka seperti halnya masyarakat pada umumnya
42
yang masih mempunyai hak dan kewajiban. Tidak ada klausul apapun yang
mereka dalam masyarakat yang mengarah pada pengucilan hak asasi manusia
dapat dianggap sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Begitu halnya
persoalan yang terjadi dengan ODHA. Berangkat dari sejumlah kasus yang
dialami oleh ODHA diatas, sangat jelas menunjukkan masalah sosial yang
ditimbulkan, lebih banyak dari pada masalah medisnya. Persoalan sosial inilah
yang justru menjadi persoalan utama bagi ODHA karena persoalan sosial ini
43
sumber daya mereka, sehingga lebih banyak kegiatan yang dapat dilaksanakan
(baik yang terinfeksi maupun tidak) rasa aman dan nyaman timbul, dan
dan perawatan adalah salah satu hal yang paling masuk akal yang pernah
terpengaruh secara langsung oleh virus ini. Mereka adalah sumber pengertian
yang paling tepat dan paling dalam mengenai HIV / AIDS. Pengertian ini
44
penting dimiliki oleh setiap orang, terutama oleh mereka yang pekerjaannya
mengharapkan untuk menjadi sakit atau terinfeksi sesuatu yang belum ada
obatnya. Jika ada orang yang terkena juga penyakit ini, maka ini adalah bukti
atau belum tepat caranya. Oleh karena itu, upaya pencegahan HIV+ tidak bisa
berhenti pada pencegahan saja. Tetapi harus bahu membahu dengan upaya
memberikan dukungan dan layanan bagi yang sudah terinfeksi. Bahkan sudah
juga harus dipikirkan apa yang akan dilakukan jika dukungan dan layanan ini
Apalagi jika kita lihat jauh, salah satu konsekuensi dari kampanye
pencegahan HIV / AIDS yang gencar mungkin banyak orang akan merasa
perlu untuk memeriksakan dirinya secara sukarela. Belum lagi mereka yang
diketahui statusnya karena sudah ada gejala klinis yang khas AIDS, atau
Jadi jelas perlu ada program-program dukungan dan pelayanan bagi orang-
45
orang yang sudah di tes, baik yang hasilnya positif ataupun negatif. (Murni,
2006)
sebelum dan sesudah tes, serta kerahasiaan yang harus dijunjung tinggi.
Semua itu sangat berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental orang itu
selanjutnya.
Masih ada orang yang di tes tanpa sepengetahuan dan seijinnya. Apakah
rasanya diberitahu bahwa kita terkena HIV (bahkan sering disebut “kena
AIDS” secara tidak tepat)? Juga penyediaan konseling pre dan pasca tidak
secara disiplin dijalankan. Konseling pre tes mempersiapkan orang yang akan
menjalani tes. Sedangkan konseling pasca tes adalah sangat vital, karena itu
adalah informasi dan pemahaman pertama yang dibawa pulang oleh seseorang
46
penyakit berat tanpa pemahaman yang cukup bisa berakibat buruk, mulai dari
depresi sampai yang fatal seperti berusaha bunuh diri. Begitu pula dengan
Dampak dari pelanggaran semua ini sifatnya bisa umum atau malah
Masa Tanpa Gejala dan produktifitasnya sendiri), sampai masalah pada saat
HIV+ yang berdaya, mendapatkan konseling, akan dapat menjaga orang lain
Tenaga kesehatan pun menjadi role model bagi masyarakat dan penyedia
layanan yang lain tentang bagaimana bersikap terhadap orang HIV+ karena
47
dianggap lebih tahu. Kurangnya informasi dan pemahaman dari pihak tenaga
merawat. Hal ini mempengaruhi kesehatan fisik dan mental, Perlu ada
pihak pasien pun perlu ada pemberdayaan, agar pasien paham akan adanya
etika ini. Dengan demikian dapat mengambil peran lebih aktif dalam proses
Pada orang HIV+ dimana daya tahan tubuh untuk melawan penyakit
Berbagi masalah dan berpikir serta mencari jalan keluar bersama sudah kita
kenal sejak lama, dan dapat membuat orang tertolong secara emosional dan
group, peer support group, atau PWA group. Semua ini artinya sama, yaitu
kelompok dukungan yang dikelola oleh dan untuk orang-orang HIV+. Ada
kelompok yang khusus bagi orang HIV+ saja, ada pula yang melibatkan
48
Yang agak khusus dengan HIV / AIDS, stigma dan diskriminasi yang
orang HIV+ masih lemah atau bahkan tidak ada sama sekali, kelompok
secara keseluruhan.
perawatan disediakan.
mestinya ada menyertai semua tes HIV tetapi sering tidak dilaksanakan.
Tak ada rumus khusus untuk membentuk kelompok dukungan, namun ada
satu prinsip yang sudah dibuktikan berkali-kali. Cara yang sudah terbukti
49
dapat menjawab kebutuhan orang-orang HIV+ di dalam kelompok itu dan
dan struktur kelompok yang berpusat pada klien, yaitu orang-orang HIV+
sendiri.
sekaligus menolong diri sendiri dan menjadikan diri aktifis untuk mengangkat
50
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
penularan HIV pada pasangan seksual berubah pada saat ditemukan kasus
seorang ibu yang sedang hamil diketahui telah terinfeksi HIV. Bayi yang
dilahirkan ternyata juga positif terinfeksi HIV. Ini menjadi awal dari penambahan
secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan
spiritual.
Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi
jarang diagnostic. Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For
(didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2 atau lebih area tidak
bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare. Diantara semua anak yang
terdiagnosis dengan infeksi HIV, sekitar 90% akan memunculkan gejala ini.
51
B. Saran
Penatalaksanaan perawatan yang efektif dan efisien pada pasien bayi atau anak
Dengan prinsip-prinsip yang benar untuk anak dan bayi dengan HIV/AIDS.
3. Bagi Mahasiswa
52
DAFTAR PUSTAKA
Arriza, Beta Kurnia., dkk. (2011). Memahami Rekonstruksi Kebahagiaan Pada Orang
Dengan HIV/AIDS (ODHA). Jurnal Psikologi Undip.
53