HN DENGAN
RHEUMATOID ARTHRITIS DI DESA SUKORENO KECAMATAN
UMBULSARI
Oleh :
terjadinya kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan deformitas. Penyakit ini
adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang
beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit
yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal
infeksi timbul karena umumnya omset penyakit ini terjadi secara mendadak dan
hingga
kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu organisme dari jaringan synovial, hal
rheumatoid arthritis Antara lain bakteri, mikoplasma atau virus (Aspiani, 2014).
genetik yang akan menjurus pada penyakit setelah terjangkit beberapa penyakit
virus, seperi infeksi virus Epstein-Barr. Heat Shock Protein (HSP) adalah
sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh sel seluruh spesies
sebagai respon terhadap stress. Walaupun telah diketahui terdapa hubungan antara
Heat Shock Protein dan sel T pada pasien Rheumatoid arthritis namun
komponen self dan non-self. Pada kasus rheumatoid arthritis system imun tidak
sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut
dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah
dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Keadaan seperti
ini akan mengakibatkan terjadinya nekrosis (rusaknya jaringan sendi), nyeri hebat
ditemukan pada pasien rheumatoid arthritis. Gejala klinis ini tidak harus timbul
secara bersamaan. Oleh karenanya penyakit ini memiliki gejala klinis yang
sangat bervariasi.
dengan nyeri yang disebabkan inflamasi. Nyeri yang timbul setelah aktivitas
dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul pada pagi hari merupakan tanda
nyeri mekanis. Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah berat pada pagi
hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau nyeri yang hebat pada awal
d. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata
paling sering dari deformitas ini adalah bursa elekranon (sendi siku), atau di
ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Nodul-nodul ini biasanya
bagian lain dari tubuh selain sendi. Menurut (Aspiani, 2014) rheumatoid arthritis
a. Sistem respiratori
arthritis. Gejala keterlibatan saluran nafas atas ini dapat berupa nyeri
tenggorokan, nyeri menelan, atau disfonia yang umumnya terasa lebih berat pada
pagi hari. Pada rheumatoid arthritis yang lanjut dapat pula dijumpai efusi pleura
b. Sistem kardiovaskuler
dijumpai gejala perikarditis berupa nyeri dada atau gangguan faal jantung. Akan
tetapi pada beberapa pasien dapat juga dijumpai gejala perikarditis yang berat.
dan katup jantung. Lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena
c. Sistem gastrointestinal
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
d. Sistem persarafan
dijumpai proteinuria, umumnya hal tersebut lebih sering disebabkan karena efek
samping pengobatan seperi garam emas dan D-penisilamin atau erjadi sekunder
f. Sistem hematologis
serum yang rendah serta kapasitas pengikatan besi yang normal atau rendah
Enemia akibat penyakit kronik ini harus dibedakan dari anemia defisiensi besi
yang
juga dapat dijumpai pada rheumatoid arthritis akibat penggunaan OAINS atau
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik serta ketaatan pasien untuk tetap
OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid ) diberikan sejak dini untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang
diberikan yaitu aspirin, pasien dibawah umur 65 tahun dapat dimulai dengan
perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl. Ibuprofen, naproksen,
melindungi rawan sendi dan tulang dari proes destruksi akibat rheumatoid
arthritis diegakkan, atau bila respon OAINS tidak ada. DMARD yang diberikan:
(Aspiani, 2014)
500 mg/hari, ditinggikan 500 mg/minggu, sampai mencapai dosis 4 x 500 mg.
dalam dosis 250-300 mg/ hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu
setiap minggu. Bila dalam 4 bulan idak menunjukkan perbaikan, dosis harus
ditingkatkan.
komplikasi berat dan mengancam jiwa seperti vasculitis, karena obat ini
antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan, pemanasan dan
sebagannya. Fisioterapi dimulai segera setelah rasa sakit pada sendi berkurang.
Sering juga diperlukan alat-alat seperti pemakaian alat bidai, tongkat penyangga,
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat
alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan tindakan pembedahan. Jenis pengobatan
nyeri rheumatoid arthritis. Kompres jahe hangat memiliki kandungan enzim siklo-
arthritis, selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan
pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot
atau terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah, mamfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. HN
Umur : 75 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Tingkat Pendidikan : SD
Alamat Asal : Umbulsari
klien mengatakan 2 tahun yang lalu terkena asam lambung , jika minum kopi
langsung kumat / kambuh
d. Riwayat MRS, pembedahan :
klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit apalagi operasi.
f. Alergi :
klien mengatakan tidak pernah ada alergi yang dimiliki
g. Riwayat jatuh
klien mengatakan tidak pernah jatuh
5. RIWAYAT SOSIAL
a. Kondisi pasangan :
klien mengatakan istrinya sudah meninggal 5 tahun yang lalu karena diabetes
melitus.
d. Pola kebiasaan :
klien mengatakan durasi tidur malam 7 jam dan siang hari 2 jam, klien tidur
nyenyak, olaraga jalan jalan santai setiap pagi 30 menit, klien tidak minum alkohol
dan tidak merokok
f. Jejaring sosial:
klien mengatakan sering mengikuti kelompok tahlilan tiap kamis malam jumat,
kehadiran klien sebagai anggota
6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status kesehatan umum :
keadaan umum baik, kesadaran CM (composmentis)
d. Kepala :
bentuk simetris, kulit kepala bersih, keadaan rambut jarangdan tipis, warna rambut putih
keseluruhan
e. Mata :
Bentuk simetris ka/ki ,kunjungtiva tidak anemis, pupil isokor,sklera tidak ikterik,memakai
kaca mata, penglihatan kabur
f. Telinga:
bentuktelinga normal dan simetris, ukuran telinga DBN, lubangtelinga ada kotoran dan
tidakinfeksi, ketajaman pendengaran DBN.
g. Hidung :
tulang hidung normal,lubang hidung tidak ada pendarahan dan bersih, cuping hidung
normal
i. Leher :
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan , posisi trakea DBN.
j. Pernafasan :
Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ronchi/wheezing, terdengar
suara sonor pada seluruh lapang paru
k. Punggung :
tidak ada scoliosis,tidak ada kifosis, tidak ada lordosis.
l. Cardiovaskuler :
Ictus cordis tidak tampak, terdengar bunyi vesikuler, tidak ada bunyi jantung tambahan
m. Gastrointestinal :
Abdomen tampak normal, bising usus: 16 x/menit, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
distensi
n. Perkemihan :
klien mengatakan BAK 6-8x/hari, dan tidak ada keluhan saat BAK
o. Genitalia :
klien mengatakan tidak ada keluhan
p. Persarafan :
klien mengatakan tidak ada keluhan
q. Muskuloskeletal
Kekuatan otot
5 5
5 5
7. PENGKAJIAN NUTRISI
BB :55 kg TB :160 cm
Screening Skor
a. Adakah penurunan intake makanan dalam 3 bulan terakhir akibat 2
penurunan nafsu makan, masalah pencernaan atau akibat kesulitan
menelan atau mengunyah ?
0 = penurunan intake makanan
yang berat 1 = penurunan intake
makanan moderat
2 = tidak ada penurunan intake makanan
b. Penurunan BB selama 3 bulan 3
terakhir 0 = penurunan BB
lebih dari 3 kg
1 = tidak tahu
2 = penurunan BB 1- 3 kg
3 = tidak ada penurunan BB
c. Mobilitas 2
0 = tidak dapat turun dari bed, atau hanya duduk di kursi
1 = dapat bangkit dari bed/kursi namun tidak dapat berpindah
dengan bebas 2 = dapat berpindah dengan bebas
d. Apakah mengalami stress psikologis atau mengidap penyakit dalam 3 2
bulan terakhir? 0 = ya
2 = tidak
e. Masalah psikoneurologis 2
0 = demensia berat atau
depresi 1 = demensia
ringan
2 = tidak mengalami masalah psikologis
F1. Body mass index 2
0 = BMI kurang dari 19
1 = BMI 19 – 21
2 = BMI 21 – 23
3 = BMI lebih dari 23
Jika BMI tidak dapat dikaji, gantikan pertanyaan pada poin
F1dengan poin F2
Jika BMI sudah terkaji, pertanyaan pada poin F2 tidak perlu
dikaji
F2. Lingkar lengan atas
0 = LLA kurang dari
31 cm 3 = LLA lebih
dari 31 cm
Total 13
Interpretasi : STATUS NUTRISI NORMAL
8. PENGKAJIAN FUNGSI KESEIMBANGAN
TUG = 14 detik
Interpretasi : BERESIKO JATUH
b. IADL
A. Kemampuan Menggunakan Telefon
1. Mengoperasikan telefon dengan inisiatif, mencari dan menekan 1
nomor telefon
2. Menlfon beberapa kontak yang dikenal 1
3. Menjawab telefon namun tidak bisa mencari kontak 1
4. Tidak dapat menggunakan telefon 0
B. Berbelanja
1. Mengurus barang belanjaan sendiri 1
2. Berbelanja beberapa barang kebutuhan sendiri 1
3. Perlu ditemani saat berbelanja 1
4. Tidak bisa berbelanja 0
C. Menyiapkan makanan
1. Merencanakan, menyiapkan dan memasak makanan sendiri 1
2. Bisa memasak makanan hanya jika bahan masakan sudah tersedia 1
3. Bisa menghangatkan makanan namun tidak bisa lagi memasak 1
4. Tidak dapat menyiapkan dan menyuap makanan 0
D. Membersihkan rumah
1. Mampu mengatur rumah dengan bantuan asisten rumah tangga 1
2. Melakukan aktifitas ringan seperti membersihkan debu dan 1
menata tempat tidur
3. Melakukan pekerjaan ringan namun kurang bersih 1
4. Perlu bantuan untuk semua pekerjaan rumah 0
E. Mencuci pakaian
1. Mampu mencuci semua jenis pakaian sendiri 1
2. Hanya mampu mencuci pakaian yang ringan 1
3. Tidak mampu mencuci pakaian 0
F. Transportasi
1. Bisa bepergian sendiri baik dengan transportasi umum ataupun 1
kendaraan
Pribadi
2. Bisa bepergian dengan taksi, namun tidak bisa bepergian 1
dengan moda
transportasi lain
3. Bisa bepergian dengan kendaraan umum dan ditemani 1
4. Bisa bepergian dengan taksi dan ditemani 0
5. Tidak bisa bepergian 0
G. Medikasi
1. Bisa mengatur jadual minum obat dengan dosis yang pas 1
2. Bisa minum obat jika obat sudah disiapkan dengan dosis yang 1
terpisah
3. Tidak bisa menyiapkan obat yag akan diminum 0
H. Manajemen keuangan
1. Bisa mengatur keuangan dengan mandiri 1
2. Mampu mengatur konsumsi barang namun butuh bantuan 1
dalam mengatur rekening
3. Tidak dapat mnegatur keuangan 0
Skor
BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, 2 2
buku)
7 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1 1
8 Klien diminta melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan tangan 3 3
Anda, lipatlah
menjadi dua bagian dan letakkan di lantai”
9 Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkan mata 1 1
Anda” 1
10 Klien disuruh menulis dengan spontan 1 1
11 Klien diminta menggambarkan bentuk di bawah ini 1
TOTAL 30 27
b. SPSMQ
e. Makna dan tujuan hidup : Klien mengatakan bahwa hidup itu hanya untuk mencari
bekal di akhirat nanti, jadi kita harus giat beribadah
f. Persepsi tentang kematian : Klien mengatakan bahwa kematian sudah menjadi garis
takdir allah SWT. Untuk mempersiapkan kematian klien
melakukan ibadah wajib maupun sunnah serta beramal,
dan keinginan klien setelah meninggal nanti ingin amal
ibadahnya diterima oleh allah SWT.
13. PENGKAJIAN SOSIAL
Uraian Skor
1 ADAPTATION 2
Saya puas dapat kembali pada keluarga (teman – teman) saya untuk
membantu saya saat saya mengalamikesulitan
2 PARTNERSHIP 2
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam
membicarakan sesuatu atau
mengungkapkan masalah pada saya
3 GROWTH 2
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya menerima dan
mendukung saya untuk melakukan aktifitas/arah baru
4 AFFECTION 2
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam
mengekspresikan perasaan
dan berespon terhadap emosi saya seperti marah, sedih, atau mencintai
5 RESOLVE 1
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dan saya dalam
menluangkan waktu bersama
Skor total 9
Interpretasi : FUNGSI NORMAL
ANALISA DATA
TANGGAL DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS :
DO :
PERENCANAAN
IMPLEMENTASI
TANGGAL DX. KEP TINDAKAN PARAF
I 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk local, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan factor
presipitasi.
2. mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
3. menggunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
4. mengkaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri.
5. mengontrol lingkungan yang dapat
memepengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
6. mengurangi factor persipitasi nyeri.
7. memilih dan melakukan penanganan nyeri
(Farmakologi, non farmakologi dan inter
personal).
8. mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi.
9. mengajarkan tentang teknik non
farmakologi.
10. mengevaluasi keefekan control nyeri.
11. meningkatkan istirahat
EVALUASI