Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.

HN DENGAN
RHEUMATOID ARTHRITIS DI DESA SUKORENO KECAMATAN
UMBULSARI

Oleh :

RENDI ANAS MAULANA


NIM : 2020040416

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA
JOMBANG
2021
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Rheumatoid Arthritis

1. Pengertian Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik atau

penyakit autoimun dimana rheumatoid arthritis ini memiliki karakteristik

terjadinya kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan deformitas. Penyakit ini

adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang

diperantarai oleh imunitas (Lukman & Nurna Ningsih, 2013).

2. Etiologi Rheumatoid Arthritis

Penyebab rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti walaupun

banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Faktor genetik dan

beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit

ini. Kecenderungan wanita untuk menderita rheumatoid arthritis dan sering

dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan

terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap penyakit ini. Walaupun demikian karena pembenaran

hormon esterogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana

yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal

memang merupakan penyebab penyakit ini (Aspiani, 2014).

Infeksi telah diduga merupakan penyebab rheumatoid arthritis. Dugaan faktor

infeksi timbul karena umumnya omset penyakit ini terjadi secara mendadak dan

timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Walaupun

hingga
kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu organisme dari jaringan synovial, hal

ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen

peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan

terjadinya rheumatoid arthritis. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab

rheumatoid arthritis Antara lain bakteri, mikoplasma atau virus (Aspiani, 2014).

Hipotesis terbaru tentang penyebab penyakit ini adalah adanya faktor

genetik yang akan menjurus pada penyakit setelah terjangkit beberapa penyakit

virus, seperi infeksi virus Epstein-Barr. Heat Shock Protein (HSP) adalah

sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh sel seluruh spesies

sebagai respon terhadap stress. Walaupun telah diketahui terdapa hubungan antara

Heat Shock Protein dan sel T pada pasien Rheumatoid arthritis namun

mekanisme hubungan ini belum diketahui dengan jelas (Aspiani, 2014).

3. Patofisiologi Rheumatoid Arthritis

Sistem imun merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat membedakan

komponen self dan non-self. Pada kasus rheumatoid arthritis system imun tidak

mampu lagi membedakan keduanya dan menyerang jaringan synovial serta

jaringan penyokong lain. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim tersebut

akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membrane synovial

dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan

dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan

sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut

otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas

otot dan kekuatan kontraksi otot (Aspiani, 2014).

Imflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial seperti edema,


kongesti vascular, eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang

berkelanjutan, synovial menjadi menebal, terutama pada sendi articular kartilago

dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang

menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi

menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler,

sehingga kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan

ketidakmampuan sendi.Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi

diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).

Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah

dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Keadaan seperti

ini akan mengakibatkan terjadinya nekrosis (rusaknya jaringan sendi), nyeri hebat

dan deformitas (Aspiani, 2014).

4. Tanda Dan Gejala Rheumatoid Arthritis

Menurut (Aspiani, 2014) ada beberapa gejala klinis yang umum

ditemukan pada pasien rheumatoid arthritis. Gejala klinis ini tidak harus timbul

secara bersamaan. Oleh karenanya penyakit ini memiliki gejala klinis yang

sangat bervariasi.

a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun,

dan demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.

b. Poliaritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di

tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalang distal,

hampir semua sendi diartrodial dapat terangsang.

c. Pentingnya untuk membedakan nyeri yang disebabkan perubahan mekanis

dengan nyeri yang disebabkan inflamasi. Nyeri yang timbul setelah aktivitas
dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul pada pagi hari merupakan tanda

nyeri mekanis. Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah berat pada pagi

hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau nyeri yang hebat pada awal

gerak dan berkurang setelah melakukan aktivitas.

d. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata

terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan

sendi pada osteoartratis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa

menit dan selalu kurang dari satu jam.

e. Arthritis erosif, merupakan ciri khas rheumatoid arthritis pada gambaran

radiologic. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang

dan dapat dilihat pada radiogram.

f. Deformitas, kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan

perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, sublukasi sendi

metakarpofalangeal, leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang

sering di jumpai pasien. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput

metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang

besar juga dapat terangsang dan akan mengalami pengurangan kemampuan

bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.

g. Nodula-nodula rheumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada

sekitar sepertiga orang dewasa penderita rheumatoid arthritis. Lokasi yang

paling sering dari deformitas ini adalah bursa elekranon (sendi siku), atau di

sepanjang permukaan ekstanor dari lengan, walaupun demikian nodul-nodul

ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Nodul-nodul ini biasanya

merupakan suatu tanda penyakit yang aktif dan lebih berat.


h. Manifestasi ekstra articular, rheumatoid arthritis juga dapat menyerang

organorgan lain diluar sendi. Jantung (pericarditis), paru-paru (pleuritis),

mata, dan rusaknya pembuluh darah.

5. Komplikasi Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis adalah penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi

bagian lain dari tubuh selain sendi. Menurut (Aspiani, 2014) rheumatoid arthritis

dapat menimbulkan komplikasi pada bagian lain dari tubuh :

a. Sistem respiratori

Peradangan pada sendi krikoaritenoid tidak jarang dijumpai pada rheumatoid

arthritis. Gejala keterlibatan saluran nafas atas ini dapat berupa nyeri

tenggorokan, nyeri menelan, atau disfonia yang umumnya terasa lebih berat pada

pagi hari. Pada rheumatoid arthritis yang lanjut dapat pula dijumpai efusi pleura

dan fibrosis paru yang luas (Aspiani, 2014).

b. Sistem kardiovaskuler

Seperti halnya pada sistem respiratorik, pada rheumatoid arthritis jarang

dijumpai gejala perikarditis berupa nyeri dada atau gangguan faal jantung. Akan

tetapi pada beberapa pasien dapat juga dijumpai gejala perikarditis yang berat.

Lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai miokardium

dan katup jantung. Lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena

embolisasi, gangguan konduksi, aortitis dan kardiomiopati (Aspiani, 2014).

c. Sistem gastrointestinal

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus

peptic yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi

nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying


antirheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan

mortalitas utama pada rheumatoid arthritis (Aspiani, 2014).

d. Sistem persarafan

Komplikasi neurologis yang sering dijumpai rheumatoid arthritis umumnya

tidak memberikan gambaran yang jelas sehingga sukar untuk membedakan

komplikasi neurologis akibat lesi artikular dari lesi neuropatik. Pathogenesis

komplikasi neurologis pada umumnya berhubungan dengan mielopati akibat

instabilitas vertebre, servikal, neuropai jepitan atau neuropati iskemik akibat

vasculitis (Aspiani, 2014).

e. Sistem perkemihan : ginjal

Berbeda dengan lupus eritematosus sistemik pada rheumatoid arthritis jarang

sekali dijumpai kelainan glomelural. Jika pada pasien rheumatoid arthritis

dijumpai proteinuria, umumnya hal tersebut lebih sering disebabkan karena efek

samping pengobatan seperi garam emas dan D-penisilamin atau erjadi sekunder

akibat amiloidosis. Walaupun kelainan ginjal interstisial dapat dijumpai pada

syndrome sjogren, umumnya kelainan tersebut lebih banyak berhubungan dengan

penggunaan OAINS. Penggunaan OAINS yang tidak terkontrol dapat sampai

menimbulkan nekrosis papilar ginjal (Aspiani, 2014).

f. Sistem hematologis

Anemia akibat penyakit kronik yang ditandai dengan gambaran eritrosit

normosistik-normokromik (hipokromik ringan) yang disertai dengan kadar besi

serum yang rendah serta kapasitas pengikatan besi yang normal atau rendah

merupakan gambaran umum yang sering dijumpai pada rheumatoid arthritis.

Enemia akibat penyakit kronik ini harus dibedakan dari anemia defisiensi besi

yang
juga dapat dijumpai pada rheumatoid arthritis akibat penggunaan OAINS atau

DMARD yang menyebabkan erosi mukosa lambung (Aspiani, 2014).

6. Penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis

Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang

akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik serta ketaatan pasien untuk tetap

berobat dalam jangka waktu yang lama (Aspiani, 2014).

OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid ) diberikan sejak dini untuk

mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang

diberikan yaitu aspirin, pasien dibawah umur 65 tahun dapat dimulai dengan

dosis 3-4 x 1g/hari, kemudian dinaikkan 0,3-0,6 perminggu sampai terjadi

perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl. Ibuprofen, naproksen,

piroksikam, diklofenak dan sebagainya (Aspiani, 2014).

DMARD (Disease Modifying Antirheumatoid Drugs) digunakan unuk

melindungi rawan sendi dan tulang dari proes destruksi akibat rheumatoid

arthritis. Keputusan penggunaannya bergantung pada pertimbangan risiko

manfaat oleh dokter. Umumnya segera diberikan setelah diagnosis rheumatoid

arthritis diegakkan, atau bila respon OAINS tidak ada. DMARD yang diberikan:

(Aspiani, 2014)

a. Klorokuin fosfat 250 mg/hari atau hidroksiklorokuin 400 mg/hari

b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalu enteric, digunakan dalam dosis 1 x

500 mg/hari, ditinggikan 500 mg/minggu, sampai mencapai dosis 4 x 500 mg.

c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan

dalam dosis 250-300 mg/ hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu

sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 20-300 mg/hari.


d. Garam emas adalah gold standart bagi DMARD.

e. Obat imunosupresif atau imonoregulator; metotreksat dosis dimulai 5-7, mg

setiap minggu. Bila dalam 4 bulan idak menunjukkan perbaikan, dosis harus

ditingkatkan.

f. Korikosteroid, hanya dipakai untuk pengobatan Rheumatoid arthritis dengan

komplikasi berat dan mengancam jiwa seperti vasculitis, karena obat ini

memiliki efek samping yang sangat berat.

Rehabilitasi bertujuan meningkatkan kualitas harapan hidup pasien. Caranya

antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan, pemanasan dan

sebagannya. Fisioterapi dimulai segera setelah rasa sakit pada sendi berkurang.

Bila tidak juga behasil, diperlukan pertimbangan untuk pertimbangan operatif.

Sering juga diperlukan alat-alat seperti pemakaian alat bidai, tongkat penyangga,

kursi roda, terapi mekanik, pemanasan baik hidroterapi maupun elekroterapi,

occupational therapy (Aspiani, 2014).

Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat

alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan tindakan pembedahan. Jenis pengobatan

ini pada pasien rheumatoid arthritis umunya bersifat orthopedic, misalnya

sinovektomi, artrodesis, memperbaiki deviasi ulnar (Aspiani, 2014).

Kompres jahe hangat dapat menurunkan nyeri rheumatoid arthritis. Kompres

jahe merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternative untuk mengurangi

nyeri rheumatoid arthritis. Kompres jahe hangat memiliki kandungan enzim siklo-

oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita rheumatoid

arthritis, selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan

pedas, dimana rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot

atau terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah, mamfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit

sesudah pengaplikasian (Agustin, 2015).


FORMAT PENGKAJIAN
LANSIA

Nama : Rendi Anas Maulana Tgl. Pengkajian :

1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. HN
Umur : 75 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Tingkat Pendidikan : SD
Alamat Asal : Umbulsari

2. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


a. Keluhan utama :
Klien mengatakan kram pada kaki sebelah kiri, sejak 7 bulan yang lalu kakinya
terasa nyeri jika berjalan jauh
b. Upaya yang dilakukan klien untuk mengatasi keluhan :
Klien mengatakan jika kakinya terasa nyeri dan kram maka mengatasinya dengan
istirahat duduk dan dimasase sendiri

3. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU


a. Status kesehatan secara umum :
klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit yang serius, hanya saja sejak 7
bulan yanng lalu kakinya terasa nyeri jika berjalan jauh

b. Penyakit yang dialami pada masa anak – anak


klien mengatakan saat anak anak tidak pernah mengalami penyakit yang serius ,
hanya sakit ringan seperti, pusing, demam , batuk dan pilek

c. Penyakit kronis yang diderita :

klien mengatakan 2 tahun yang lalu terkena asam lambung , jika minum kopi
langsung kumat / kambuh
d. Riwayat MRS, pembedahan :
klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit apalagi operasi.

e. Riwayat penggunaan obat/jamu :

klien mengatakan mengkonsumsi jamu herbal ramuan tradisional.

f. Alergi :
klien mengatakan tidak pernah ada alergi yang dimiliki
g. Riwayat jatuh
klien mengatakan tidak pernah jatuh

4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


a. Penyakit kronis /degeneratif yang diderita oleh keluarga :
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengelami penyakit keturunan
seperti hipertensi dan diabetes melitus

5. RIWAYAT SOSIAL
a. Kondisi pasangan :
klien mengatakan istrinya sudah meninggal 5 tahun yang lalu karena diabetes
melitus.

b. Riwayat pekerjaan terdahulu :


klien mengatakan dahulu bekerja sebagai kuli bangunan.

c. Hobi dan aktifitas yang disukai :


klien mengatakan aktifitas saat ini untuk mengisi waktu luang adalah memelihara
ayam dan menemani cucunya main.

d. Pola kebiasaan :
klien mengatakan durasi tidur malam 7 jam dan siang hari 2 jam, klien tidur
nyenyak, olaraga jalan jalan santai setiap pagi 30 menit, klien tidak minum alkohol
dan tidak merokok

e. Pengaturan lingkungan tempat tinggal :


klien mengatakan saat ini tinggal dengan anak bungsunya beserta menantu dan
cucunya, pengambilan keputusan di rumah adalah anaknya, posisi kamar tidur klien
di kamar paling belakang, kamar mandi berada di sebelah kamar tidur klien, dan
pencahayaan cukup berasal dari jendela .

f. Jejaring sosial:
klien mengatakan sering mengikuti kelompok tahlilan tiap kamis malam jumat,
kehadiran klien sebagai anggota

g. Cakupan asuransi kesehatan :


klien mengatakan tidak memiliki asuransi kesehatan apapun .

6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status kesehatan umum :
keadaan umum baik, kesadaran CM (composmentis)

b. Tanda – Tanda Vital :


TD: 130/80 mmHg
N; 80 x/menit
RR:22x/menit
S: 36,8 0C
c. Integument :
tekstur kasar, kelembaban DBN, suhu akral DBN, turgor DBN, tidak ada edema, tidak
ada lesi, tidak ada memar, tidak ada kemerahan, tidak terpasang selang infus, turgor
kembali < 2detik,

d. Kepala :
bentuk simetris, kulit kepala bersih, keadaan rambut jarangdan tipis, warna rambut putih
keseluruhan

e. Mata :
Bentuk simetris ka/ki ,kunjungtiva tidak anemis, pupil isokor,sklera tidak ikterik,memakai
kaca mata, penglihatan kabur

f. Telinga:
bentuktelinga normal dan simetris, ukuran telinga DBN, lubangtelinga ada kotoran dan
tidakinfeksi, ketajaman pendengaran DBN.

g. Hidung :
tulang hidung normal,lubang hidung tidak ada pendarahan dan bersih, cuping hidung
normal

h. Mulut dan tenggorokan :


mukosa bibir kering, lidah tidak ada lesi dan perdarahan,orofaring tidak ada peradangan,

i. Leher :
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan , posisi trakea DBN.

j. Pernafasan :
Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ronchi/wheezing, terdengar
suara sonor pada seluruh lapang paru

k. Punggung :
tidak ada scoliosis,tidak ada kifosis, tidak ada lordosis.

l. Cardiovaskuler :
Ictus cordis tidak tampak, terdengar bunyi vesikuler, tidak ada bunyi jantung tambahan

m. Gastrointestinal :
Abdomen tampak normal, bising usus: 16 x/menit, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
distensi
n. Perkemihan :
klien mengatakan BAK 6-8x/hari, dan tidak ada keluhan saat BAK

o. Genitalia :
klien mengatakan tidak ada keluhan

p. Persarafan :
klien mengatakan tidak ada keluhan

q. Muskuloskeletal
Kekuatan otot
5 5
5 5
7. PENGKAJIAN NUTRISI
BB :55 kg TB :160 cm
Screening Skor
a. Adakah penurunan intake makanan dalam 3 bulan terakhir akibat 2
penurunan nafsu makan, masalah pencernaan atau akibat kesulitan
menelan atau mengunyah ?
0 = penurunan intake makanan
yang berat 1 = penurunan intake
makanan moderat
2 = tidak ada penurunan intake makanan
b. Penurunan BB selama 3 bulan 3
terakhir 0 = penurunan BB
lebih dari 3 kg
1 = tidak tahu
2 = penurunan BB 1- 3 kg
3 = tidak ada penurunan BB
c. Mobilitas 2
0 = tidak dapat turun dari bed, atau hanya duduk di kursi
1 = dapat bangkit dari bed/kursi namun tidak dapat berpindah
dengan bebas 2 = dapat berpindah dengan bebas
d. Apakah mengalami stress psikologis atau mengidap penyakit dalam 3 2
bulan terakhir? 0 = ya
2 = tidak
e. Masalah psikoneurologis 2
0 = demensia berat atau
depresi 1 = demensia
ringan
2 = tidak mengalami masalah psikologis
F1. Body mass index 2
0 = BMI kurang dari 19
1 = BMI 19 – 21
2 = BMI 21 – 23
3 = BMI lebih dari 23
Jika BMI tidak dapat dikaji, gantikan pertanyaan pada poin
F1dengan poin F2
Jika BMI sudah terkaji, pertanyaan pada poin F2 tidak perlu
dikaji
F2. Lingkar lengan atas
0 = LLA kurang dari
31 cm 3 = LLA lebih
dari 31 cm
Total 13
Interpretasi : STATUS NUTRISI NORMAL
8. PENGKAJIAN FUNGSI KESEIMBANGAN
TUG = 14 detik
Interpretasi : BERESIKO JATUH

9. PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL


a. ADL
No. Aktifit Bantua Mandir Skor
as n i
1 Makan/minum 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5 – 10 15 15
tidur/sebaliknya
3 Kebersihan diri :cuci muka, menyisir, dll 0 15 15
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 10
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15 15
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 10
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 105
Interpretasi : MANDIRI

b. IADL
A. Kemampuan Menggunakan Telefon
1. Mengoperasikan telefon dengan inisiatif, mencari dan menekan 1
nomor telefon
2. Menlfon beberapa kontak yang dikenal 1
3. Menjawab telefon namun tidak bisa mencari kontak 1
4. Tidak dapat menggunakan telefon 0
B. Berbelanja
1. Mengurus barang belanjaan sendiri 1
2. Berbelanja beberapa barang kebutuhan sendiri 1
3. Perlu ditemani saat berbelanja 1
4. Tidak bisa berbelanja 0
C. Menyiapkan makanan
1. Merencanakan, menyiapkan dan memasak makanan sendiri 1
2. Bisa memasak makanan hanya jika bahan masakan sudah tersedia 1
3. Bisa menghangatkan makanan namun tidak bisa lagi memasak 1
4. Tidak dapat menyiapkan dan menyuap makanan 0
D. Membersihkan rumah
1. Mampu mengatur rumah dengan bantuan asisten rumah tangga 1
2. Melakukan aktifitas ringan seperti membersihkan debu dan 1
menata tempat tidur
3. Melakukan pekerjaan ringan namun kurang bersih 1
4. Perlu bantuan untuk semua pekerjaan rumah 0
E. Mencuci pakaian
1. Mampu mencuci semua jenis pakaian sendiri 1
2. Hanya mampu mencuci pakaian yang ringan 1
3. Tidak mampu mencuci pakaian 0
F. Transportasi
1. Bisa bepergian sendiri baik dengan transportasi umum ataupun 1
kendaraan
Pribadi
2. Bisa bepergian dengan taksi, namun tidak bisa bepergian 1
dengan moda
transportasi lain
3. Bisa bepergian dengan kendaraan umum dan ditemani 1
4. Bisa bepergian dengan taksi dan ditemani 0
5. Tidak bisa bepergian 0
G. Medikasi
1. Bisa mengatur jadual minum obat dengan dosis yang pas 1
2. Bisa minum obat jika obat sudah disiapkan dengan dosis yang 1
terpisah
3. Tidak bisa menyiapkan obat yag akan diminum 0
H. Manajemen keuangan
1. Bisa mengatur keuangan dengan mandiri 1
2. Mampu mengatur konsumsi barang namun butuh bantuan 1
dalam mengatur rekening
3. Tidak dapat mnegatur keuangan 0
Skor

10. PENGKAJIAN FUNGSI KOGNITIF


a. MMSE

NO. TE NILAI NILAI


S MAX
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5 4
2 Kita berada di mana? (negara), (provinsi), (kota), (rumah sakit), 5 5
(lantai/kamar)
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik, 3
pasien disuruh 3
mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan benar dan catat
jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban benar. 5 4
Hentikan setelah 5
jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata “DUNIA” (nilai
diberikan pada huruf
yang benar sebelum kesalaahn; misalnya “aiund”=3
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Klien diminta mengingat kembali nama benda di atas 3 2

BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, 2 2
buku)
7 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1 1
8 Klien diminta melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan tangan 3 3
Anda, lipatlah
menjadi dua bagian dan letakkan di lantai”
9 Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkan mata 1 1
Anda” 1
10 Klien disuruh menulis dengan spontan 1 1
11 Klien diminta menggambarkan bentuk di bawah ini 1

TOTAL 30 27

b. SPSMQ

Benar Salah Nomo Pertanya


r an
√ 1 Tanggal berapa hari ini?
√ 2 Hari apa sekarang?
√ 3 Apa nama tempat ini?
√ 4 Di mana alamat Anda?
√ 5 Kapan Anda lahir?
√ 6 Berapa umur Anda?
√ 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 9 Siapa nama ibu Anda?
√ 10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya dikurangi 3
7 3 Jumlah
11. PENGKAJIAN STATUS DEPRESI
Screening :
a. Dalam sebulan terakhir apakah Anda merasa sedih, putus asa dan tertekan ? (ya/tidak)
b. Dalam sebulan terakhir, apakah Anda mengalami penurunan minat dalam
beraktifitas ? (ya/tidak)

Jika terdapat jawaban ya, lanjutkan pada kuisioner berikut

1. Apakah Anda puas dengan hidup Anda? Ya Tidak (1)


2. Apakah Anda mengalami penurunan minat dan aktifitas? Ya (1) Tidak
3. Apakah Anda merasa hidup Anda kosong? Ya (1) Tidak
4. Apakah terkadang Anda merasa bosan? Ya (1) Tidak
5. Apakah Anda memiliki harapan untuk masa mendatang? Ya Tidak (1)
6. Apakah Anda terganggu dengan pikiran yang selalu menghantui Ya (1) Tidak
Anda?
7. Apakah Anda selalu bersemangat? Ya Tidak (1)
8. Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan menimpa Anda? Ya (1) Tidak
9. Apakah Anda selalu bahagia? Ya Tidak (1)
10. Apakah kadang Anda merasa putus asa ? Ya (1) Tidak
11. Apakah kadang Anda merasa resah dan gelisah? Ya (1) Tidak
12. Apakah Anda lebih memilih tinggal di rumah daripada keluar dan Ya (1) Tidak
beraktifitas?
13. Apakah Anda sering mengkhawatirkan masa depan? Ya (1) Tidak
14. Apakah Anda merasa sering bermasalah dengan memori ? Ya (1) Tidak
15. Apakah Anda merasa hidup Anda terberkati? Ya Tidak (1)
16. Apakah Anda menrasa sangat sedih ? Ya (1) Tidak
17. Apakah Anda merasa tidak berharga? Ya (1) Tidak
18. Apakah Anda mengkhawatirkan masa lalu ? Ya (1) Tidak
19. Apakah Anda merasa hidup ini sangat menarik ? Ya Tidak (1)
20. Apakah Anda sulit memulai suatu pekerjaan baru? Ya (1) Tidak
21. Apakah Anda merasa sangat berenergi? Ya Tidak (1)
22. Apakah Anda merasa situasi Anda saat ini tidak memiliki Ya (1) Tidak
harapan?
23. APakah Anda merasa orang lain lebih baik dari Anda? Ya (1) Tidak
24. Apakah Anda merasa kecewa dengan berbagai hal kecil? Ya (1) Tidak
25. Apakah Anda sering merasa ingin menangis? Ya (1) Tidak
26. Apakah Anda merasa sulit berkonsentrasi? Ya (1 ) Tidak
27. Apakah Anda menikmati saat bangun di pagi hari? Ya Tidak (1)
28. Apakah Anda lebih suka menghindari acara sosial? Ya (1) Tidak
29. Apakah Anda kesulitas dalam mengambil keputusan Ya (1) Tidak
30. Apakah pikiran Anda selalu jernih ? Ya Tidak (1)
Skor total
Interpretasi :………………………………………………………………………………………
12. PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Agama yang dianut : Islam
b. Aktifitas ibadah : Klien mengatakan aktifitas ibadah yang dilakukan yaitu
yang Shalat,mengaji al quraan , mendengarkan ceramah kyai.
dilakukan
c. Hambatan dalam : Klien mengatakan hambatannya dalam melakukan
beribadah ibadah adalah jika kakinya terasa nyeri sehingga sulit
untuk berjalan jauh ke masjid
d. Yang dirasakan saat tidak : Klien merasa kurang sempurna ibadahnya jika dilakukan
dapat menunaikan ibadah tidak dengan berjamaah , untuk itu klien selalu
mengajakanakdan cucunya berjamaah dirumah.

e. Makna dan tujuan hidup : Klien mengatakan bahwa hidup itu hanya untuk mencari
bekal di akhirat nanti, jadi kita harus giat beribadah

f. Persepsi tentang kematian : Klien mengatakan bahwa kematian sudah menjadi garis
takdir allah SWT. Untuk mempersiapkan kematian klien
melakukan ibadah wajib maupun sunnah serta beramal,
dan keinginan klien setelah meninggal nanti ingin amal
ibadahnya diterima oleh allah SWT.
13. PENGKAJIAN SOSIAL
Uraian Skor
1 ADAPTATION 2
Saya puas dapat kembali pada keluarga (teman – teman) saya untuk
membantu saya saat saya mengalamikesulitan
2 PARTNERSHIP 2
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam
membicarakan sesuatu atau
mengungkapkan masalah pada saya
3 GROWTH 2
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya menerima dan
mendukung saya untuk melakukan aktifitas/arah baru
4 AFFECTION 2
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam
mengekspresikan perasaan
dan berespon terhadap emosi saya seperti marah, sedih, atau mencintai
5 RESOLVE 1
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dan saya dalam
menluangkan waktu bersama
Skor total 9
Interpretasi : FUNGSI NORMAL
ANALISA DATA
TANGGAL DATA PROBLEM ETIOLOGI

DS :

Klien mengatakan kram pada kaki sebelah Nyeri kronis Agen


kiri, sejak 7 bulan yang lalu kakinya terasa pencedera
nyeri jika berjalan jauh fisiologis

DO :

- Klien tampak memegangi kaki kirinya


- Klien tampak berhati-hati saat bergerak
- klien terlihat meringis
- lutut kiri klien terlihat bengkak
- TD: 130/80 mmHg
- N; 80 x/menit
- RR:22x/menit
- S: 36,8 0C
- P : Sebab nyeri karena penyakit rematik
Q : nyeri terasa cekot-cekot
R : pada bagian lutut, dan kaki kiri
S : Skala nyeri 4
T : Timbul saat dibuat jalan jauh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
ditandai dengan klien tampak memegangi kaki kirinya, klien
tampak berhati-hati saat bergerak, skala nyeri 4
TGL DX. TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
Nyeri kronis Setelah dilakukan tidakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk local,
keperawatan selama 5x24 jam karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.
diharapkan nyeri dapat berkurang 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
(skala 0-3) dengan kriteria hasil: 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
- Mampu mengontrol nyeri pengalaman nyeri pasien.
(tahu penyebab nyeri, mampu 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
menggunakan tehnik 5. Kontrol lingkungan yang dapat memepengaruhi nyeri seperti
nonfarmakologi untuk suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
mengurangi rasa nyeri, 6. Kurangi factor persipitasi nyeri.
mencari bantuna). 7. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (Farmakologi, non
- Melaporkan bahwa nyeri farmakologi dan inter personal).
berkurang dengan 8. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
menggunakan manajemen 9. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
nyeri. 10. Evaluasi keefekan control nyeri.
- Menyatakan rasa nyaman 11. Tingkatkan istirahat
setelah nyeri berkurang

PERENCANAAN
IMPLEMENTASI
TANGGAL DX. KEP TINDAKAN PARAF
I 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk local, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan factor
presipitasi.
2. mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
3. menggunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
4. mengkaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri.
5. mengontrol lingkungan yang dapat
memepengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
6. mengurangi factor persipitasi nyeri.
7. memilih dan melakukan penanganan nyeri
(Farmakologi, non farmakologi dan inter
personal).
8. mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi.
9. mengajarkan tentang teknik non
farmakologi.
10. mengevaluasi keefekan control nyeri.
11. meningkatkan istirahat
EVALUASI

TANGGAL DX. KEP EVALUASI PARAF


S: klien mengatakan kaki kirinya sakit
O: klien terlihat meringis, lutut kiri klien terlihat
bengkak, klien tampak berhati-hati saat bergerak
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai