Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN.

A DENGAN
MASALAH STROKE NON HEMORAGIK DI DESA SUKORENO
KECAMATAN UMBULSARI

Oleh :

RENDI ANAS MAULANA


NIM : 2020040416

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA
JOMBANG
2021
1. Konsep Dasar Stroke
1.1 Definisi Stroke

Stroke merupakan suatu “Brain Attack” atau “serangan otak”, sesuai dengan istilah
“serangan” kejadian stroke hampir selalu tiba-tiba dengan gejala yang beragam. Gejala
yang paling sering ditemukan adalah keadaan lumpuh separo badan dengan atau tanpa
penurunan kesadaran. Stroke sering dihubungkan dengan keadaan “stress” walaupun hal
ini tidak selalu ada (Enny, 2015).
Stroke merupakan defisit (gangguan) fungsi sistem saraf yang terjadi mendadak dan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke terjadi akibat gangguan
pembuluh darah di otak. Gangguan peredaran darah otak dapat berupa tersumbatnya
pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen ke otak akan
memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan
gejala stroke (Rizaldy, 2010).
Menurut WHO (2014) stroke merupakan adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejalagejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
1.2 Klasifikasi Stroke

Secara garis besar terdapat 2 macam jenis stroke (Enny, 2015):


a. Stroke Iskemik atau Penyumbatan

Stroke iskemik disebabkan karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah


yang menuju ke otak. Sumbatan ini dapat disebabkan oleh dua hal. Yang pertama
adalah karena adanya penebalan pada dinding pembuluh darah
(artheroschlerosis) dan bekuan darah bercampur lemak yang menempel pada
dinding pembuluh darah, yang dikenal dengan istilah trombus. Yang kedua
adalah akibat tersumbatnya pembuluh darah otak oleh emboli, yaitu bekuan darah
yang berasal dari Trombus di jantung. Trombus atau bekuan darah di jantung ini
biasanya terjadi pada pasien yang terpasang katup jantung buatan, setelah
serangan miokard infrak akut, atau pasien dengan gangguan irama jantung yang
tidak teratur yang bersal dari serambi jantung. .
b. Stroke Perdarahan

Sekitar 70% stroke perdarahan disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah ke


otak oleh karena tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sisanya biasanya
disebabkan oleh rupture atau pecahnya aneurysma, yaitu pembuluh adarah yang
bertekstur tipis dan mengembang, atau bisa juga karena rupture pada artero veno
malformation (AVM), yaitu suatu bentuk yang tidak sempurna dari pembuluh
darah arteri dan vena. Kedua jenis penyebab stroke perdarahan, yaitu Aneurysma
dan AV merupakan kelainan anatomis pembuluh darah yang terbawa sejar lahir.
1.3 Etiologi

Stroke merupakan akibat gangguan peredaran darah otak. Penyebab stroke yang
sering terjadi adalah :
a. Penyumbatan

Penyumbatan pada pembuluh darah arteri akibat endapan benda-benda darah


pada dinding pembuluh.
b. Pecah pembuluh darah

Pecah pembuluh darah akibat kelemahan pada dinding pembuluh darah atau
kelainan pada keadaan darah sendiri.
c. Endapan

Endapan pada dinding pembuluh darah atau pada dinding jantung yang terlepas
dan menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil. Endapan yang terlepas ini
disebut embolus (Airiza, 2015)
d. Faktor resiko

Faktor resiko yang paling sering ditemukan merupakan keadaan hipertensi.


Keadaan Hipertensi yang tidak terkontrol menyebabkan terjadinya penebalan
dinding pembuluh darah. Penebalan ini dapat menyumbat atau merusak dinding
pembuluh darah yang kemudian dapat pecah. Penderita kencing manis dengan
kadar gula darah yang tidak terkontrol. Pada penderita ini sering terjadi stroke
jenis iskemik atau infrak karena sumbatan umumnya pada pembuluh darah kecil
e. Usia tua

Makin tua umur seseorang makin besar resiko untuk mendapat stroke. Oleh
karena itu stroke digolongkan juga sebagai penyakit degeneratif. Selain itu jenis
kelamin laki-laki sering terkena stroke dibandingkan dengan perempuan, 9 tetapi
pada perempuan yang telah mengalami menapouse resiko terkena stroke sama
dengan laki-laki.
f. Obesitas

Penambahan berat badan yang berlebih dapat memperbesar resiko untuk terkena
stroke.
g. Penyakit Jantung

Terutama yang memberikan gejala gangguan irama jantung merupakan faktor


resiko untuk kejadian stroke
h. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok telah terbukti antara lain dapat menggangu kemampuan


darah untuk meningkatkan oksigen dan merusak kelenturan sel darah merah.
Kebiasaan ini akan menambah resiko untuk menderita stroke.
i. Faktor Lainnya

Kebiasaan makan yang mengandung kolestrol tinggi misalnya makanan yang


banyak mengandung lemak hewani atau minyak goreng tertentu akan
mempercepat proses kerusakan dinding pembuluh darah ( Enny, 2015).
1.4 Manifestasi Klinis

Menurut Amin, 2015 manifestasi klinis yang di alami pasien stroke seperti tiba-tiba
mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan, tiba-tiba hilang rasa peka,
berbicara cadel atau pelo, gangguan bicara dan bahasa, gangguan penglihatan, mulut
mencong atau tidak simetris ketika menyeringai/ tersenyum, gangguan daya ingat, nyeri
kepala hebat, vertigo, kesadaran menurun, proses kencing terganggu, gangguan fungsi
otak.
1.5 Patofisiologis

Faktor pencetus hipertensi, DM, penyakit jantung dan beberapa faktor lain seperti
merokok, stress, gaya hidup yang tidak baik dan beberapa factor seperti obesitas dan
kolestrol yang meningkat dalam darah dapat menyebabkan penimbunan lemak atau
kolestrol yang meningkat dalam darahdikarenakan ada penimbunan tersebut, pembuluh
darah menjadi infark dan iskemik. Dimana infark adalah kematian jaringan dan iskemik
merupakan kekurangan suplai O2. Hal tersebut dapat menyebabkan arterosklerosis dan
pembuluh darah menjadi kaku. Aterosklerosis merupakan penyempitan pembuluh darah
yang mengakibatkan pembekuan darah di cerebral dan terjadilah stroke non hemoragik.
Pembuluh darah menjadi kaku menyebabkan, pembuluh darah mudah pecah dan
mengakibatkan stroke hemoragik (Corwin, 2009)
Dampak dari stroke non hemoragik yaitu suplai darah kejaringan cerebral non
adekuat dan dampak dari stroke hemoragik terdapat peningkatan tekana sistemik. Kedua
dampak ini menyebabkan perfusi jaringan cerebral tidak adekuat. Pasokan Oksigen yang
kurang membuat terjadinya vasospasme arteri serebral dan aneurysma. Vasospasme arteri
serebral merupakan penyempitan pembuluh darah arteri cerebral yang kemungkinan akan
terjadi gangguan hemisfer kanan dan kiri dan terjadi pula infark atau iskemik di arteri
tersebut yang menimbulkan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik. Aneurysma
merupakan pelebaran pembuluh darah yang disebabkan oleh otot dinding di pembuluh
darah yang melemah hal ini membuat di arachnoid (ruang antara permukaan otak dan
lapisan yang menutupi otak) dan terjadi penumpukan darah di otak atau disebut
hematoma kranial karena penumpukan darah di otak terlalu banyak, dan tekanan intra
kranial menyebabkan jaringan otak berpindah atau bergeser yang dinamakan herniasi
serebral.
Pergeseran itu mengakibatkan pasokan oksigen berkuran sehingga terjadi
penurunan kesadaran dan resiko jatuh. Pergeseran itu juga menyebabkan kerusakan otak
yang dapat membuat pola pernapasan tak normal (pernapasan cheynes stokes) karena
pusat pernapasan berespon berlebihan terhadap CO2 yang mengakibatkan pola napas
tidak efektif dan resiko aspirasi (Huda A. 2015)
1.6 Komplikasi
a. Dini (0-48 jam pertama) Dapat menyebabkan Edema Serebri. Defisit neurologis
cenderung memberat, dapat mnegkibatkan peningkatan TIK, herniasi dan
akhirnya menimbulkan kematian. Infark miokard adalah penyebab kematian
mendadak pada stroke stadium awal.
b. Jangka Pendek (1-14 hari) Komplikasi jangka pendek dapat mengakibatkan
Pneumonia akibat mobilisasi lama, Infark miokard dan Emboli paru, cenderung
terjadi 7-14 hari pasca stroke, sering kali terjadi pada saat penderita mulai
mobilisasi dan Stroke rekuren : dapat terjadi setiap saat.
c. Jangka panjang (lebih dari 14 hari) Dapat mengakibatkan Stroke rekuren, Infark
Miokard dan gangguan Gangguan Vaskuler lain : penyakit vaskuler perifer
Peningkatan pengeluaran urine.

1.7 Penatalaksanaan

Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, penyakit yang diderita salah
satu anggota keluarga akan mempengaruhi keluarga tersebut karena keluarga merupakan
satu kesatuan. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai
usaha-usaha kesehatan masyarakat. Perawat dapat menjangkau masyarakat hanya dengan
melalui keluarga dalam memelihara klien sabagai individu, keluarga tetap berperan dalam
mengambil keputusan pemeliharaannya, keluarga merupakan lingkungan yang serasi
untuk mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga.
Tujuan perawatan kesehatan keluarga adalah memungkinkan keluarga untuk
mengelola masalah kesehatan, mempertahankan fungsi keluarga, melindungi dan
memeperkuat pelayanan tentang perawatan kesehatan. Perawatan klien dengan stroke di
rumah terkadang menimbulkan kesulitan bagi keluarga, saat ini ada sistem keperawatan
yang dapat membantu keluarga dalam melaksanakan rehabilitasi klien stroke di rumah
yaitu home care. Home care merupakan layanan kesehatan yang dilakukan oleh
profesional di tempat tingal pasien (dirumah) dengan tujuan membantu memenuhi
kebutuhan pasien dalam mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan oleh tim
kesehatan profesional dengan melibatkan anggota keluarga sebagai pendukung dalam
proses keperawatan dan penyembuhan klien sehingga keluarga bisa mandiri dalam
mengatasi masalah kesehatannya (Parellangi, 2018)
2. Konsep Dasar Keluarga
2.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan suatu arena berlangsungnya interaksi kepribadian atau sebagai


sosial terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang sangat tergantung dan
dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem lain (Padila,2012).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena
pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi (Wahit, 2009). Antara keluarga satu
dengan keluarga lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Apabila salah satu atau
beberapa keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga yang lainnya dan dan keluarga yang ada disekitarnya. Dari
permasalaahan tersebut, maka keluarga merupakan fokus pelayanan kesehtan yang
strategis, sebab:
a. Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan
b. Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh
anggota keluarga
c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling terkait
d. Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan dalam perawatan kesehatan
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha
kesehatan masyarakat.
2.2 Tipe atau Bentuk Keluarga

Berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai keluarga tradisional dan non


tradisional adalah sebagai berikut :
2.2.1 Keluarga tradisional
a. Keluarga Inti

Keluarga inti terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, ibu yang mengurusi
rumah tangga dan anak (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Padila (2012),
keluarga inti adalah keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga
dengan orang tua campuran atau orang tua tiri.
b. Keluarga adopsi

Adopsi merupakan sebuah cara lain untuk membentuk keluarga. Dengan


menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua adopsi, biasanya
menimbulkan keadaan saling menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak.
Di satu pihak orang tua adopsi mampu memberi asuhan dan kasih sayangnya pada
anak adopsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat
menginginkan mereka (Friedman, 2010).
c. Keluarga besar (Extended Family)

Keluarga dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan


pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak atau adik, dan keluarga dekat
lainnya. Anak-anak kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan
model pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka (Friedman,
2010). Sedangkan menurut Padila (2012), keluarga besar terdiri dari keluarga inti
dan orang-orang yang berhubungan.
d. Keluarga orang tua tunggal

Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau ayah sebagai kepala
keluarga. Keluarga orang tua tunggal tradisional adalah keluarga dengan kepala
rumah tangga duda atau janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah.
Keluarga orang tua tunggal nontradisional adalah keluarga yang kepala
keluarganya tidak menikah (Friedman, 2010).
e. Dewasa lajang yang tinggal sendiri

Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk
jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat,
jaringan ini dapat terdiri atas teman-teman. Hewan peliharaan juga dapat menjadi
anggota keluarga yang penting (Friedman, 2010).
f. Keluarga orang tua tiri

Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan
penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali
individu yang berbeda atau subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini
beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama (Friedman, 2010).
g. Keluarga Binuklir.

Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari
sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan
paternal dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu yang
dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Friedman, 2010)
2.2.2 Keluarga Non-tradisional
a. Commune Family adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah
b. Orang tua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu
rumah tangga.
c. Homoseksual adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah
tangga.
2.3 Tahap perkembangan keluarga

Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family)


Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai ke hubungan intim yang baru. Tahap ini
juga disebut tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk
pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan dan merencanakan sebuah keluarga (Friedman, 2010)
Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan.
Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus keluarga. Tugas
perkembangan keluarga disini yaitu setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki
beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri anak harus mempelajari peran
barunya, sementara unit keluarga inti mengalami perkembangan fungsi dan tangguang
jawab (Friedman,2010)
Tahap III: Keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan diakhiri ketika anak
berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi
pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putrisaudara perempuan.
Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun
kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengekplorasi
dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan
jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk
anak-anak (Friedman, 2010).
Tahap IV: Keluarga dengan anak sekolah (families with school children)
Tahap ini dimulai pada saat tertua memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya
pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar usia 13 tahun.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan
akhir tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan (Friedman, 2010).
Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat
lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap
tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal
dirumah biasanya anak usia sekolah. Tujuan keluarga pada tahap ini adalah
melonggarkan ikatan keluarga untuk memberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja
yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi
(Friedman, 2010).
Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat perginya anak pertama dari rumah orang tua dan
berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan
rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak
dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka
menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tahap perkembangan keluarga disini adalah
keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orang tua juga terlibat dengan
anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri (Friedman, 2010).
Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families)
Tahapan ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan
pensiunan atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia
sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan pensiunannya pasangan, biasanya
16 sampai 18 tahun kemudian. Tahap perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam
kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih
mandiri (Friedman, 2010).
Tahap VIII : Keluarga Lanjut Usia dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan
salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan
berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan. Kembali ke rumah
setelah individu pension atau berhenti bekerja dapat menjadi problematik (Friedman,
2010).
2.4 Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010), lima fungsi keluarga menjadi saling berhubungan erat
pada saat mengkaji dan melakukan intervensi dengan keluarga. Lima fungsi itu adalah :
a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun


berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah
satu fungsi keluarga yang paling penting. Saat ini, ketika tugas sosial
dilaksanakan di luar unit keluarga, sebagian besar upaya keluarga difokuskan
pada pemenuhan kebutuhan anggota keluarga akan kasih sayang dan pengertian.
Manfaat fungsi afektif di dalam anggota keluarga dijumpai paling kuat di antara
keluarga kelas menengah dan kelas atas, karena pada keluarga tersebut
mempunyai lebih banyak pilihan. Sedangkan pada keluarga kelas bawah, fungsi
afektif sering terhiraukan. (Friedman, 2010).
b. Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial

Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan lintas budaya yang
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Dengan kemauan untuk
bersosialisasi dengan orang lain, keluarga bisa mendapatkan informasi tentang
pentingnya seperti cara mencegah dan penanganann stroke menggunakan herbal
(Friedman, 2010).
c. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya.
Pelayanan dan praktik kesehatan (yang mempengaruhi status kesehatan anggota
keluarga secara individual) adalah fungsi keluarga yang paling relevan bagi
perawat keluarga. Kurangnya kemampuan keluarga untuk memfasilitasi
kebutuhan (Friedman, 2010).
d. Fungsi Reproduksi

Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas antar-
generasi keluarga masyarakat yaitu : menyediakan anggota baru untuk masyarakat
menurut Lislie dan Korman (1989 dalam Friedman, 2010).
e. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup
finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses
pengambilan keputusan (Friedman,2010)
3. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
3.1 Pengkajian
a. Data Umum

1) Identitas keluarga : Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan dan genogram atau silsilah keluarga. Pada
pengkajian usia, pekerjaan dan jenis kelamin untuk mengetahui resiko terjadinya
stroke pada anggota keluarga yang lain.
2) Tipe keluarga : Menjelaskan mengenai jenis atau tipe keluarga beserta kendala
atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis atau tipe keluarga yang
mengalami stroke (Padila, 2012).
3) Suku bangsa: Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
(Sutanto, 2012). Terkait Bahasa yang digunakan dalam keluarga, agama yang di
anut dan kebiasaan keluarga yang mempengaruhi kesehatan.
4) Status sosial ekonomi keluarga: Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh
pendapatan baik dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya. Pada
pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi
berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari ketidakmampuan
keluarga membuat seseorang tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga (Padila,
2012). Selain itu kaji karakterisktik lingkungan sekitar, letak geografisnya,
organisasi atau perkumpulan yang keluarga ikuti di masyarakat dan adanya sistem
pendukung keluarga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini : Tahap perkembangan keluarga ditentukan
dengan anak tertua dari keluarga inti (Gusti, 2013). Biasanya keluarga dengan
stroke terdapat pada tahap keluarga dengan anak dewasa (launcing canter
families), tahap keluarga usia pertengahan (middle age families), dan tahap
leuarga usia lanjut.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Menjelaskan mengenai
tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-
kendala yang dialami (Padila, 2012). Biasanya keluarga belum mampu memenuhi
kebutuhan dan membantu pasien stroke dalam mobilitas fisik.
3) Riwayat keluarga inti : Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga inti, upaya pencegahan dan pengobatan pada anggota keluarga yang
sakit, serta pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada (Gusti, 2013). Biasanya
keluarga dengan stroke tidak mengatur pola kesehatan dengan baik.
c. Pengkajian lingkungan

Dalam mengkaji karakteristik rumah, bisa lakukan dengan observasi atau wawancara
langsung. Hal-hal yang harus tuliskan dalam mengkaji karakteristik rumah seperti :
Ukuran rumah (luas rumah), Kondisi dalam dan luar rumah, Kebersihan rumah,
Ventilasi rumah, Saluran pembuangan air limbah (SPAL), Ketersedian air bersih,
Pengelolaan sampah, Kepemilikan rumah, Kamar mandi/WC, Denah rumah.
d. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif: kaji kerukunan keluarga dan perhatian dalam membina hubungan
rumah tangga
2) Fungsi sosial: Kaji keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial
yang baik. Kaji tingkat keaktifan keluarga dalam bermasyarakat dengan mengikuti
kegiatan yang ada dalam masyarakat.
3) Fungsi perawatan kesehatan: Keluarga kurang mampu mengenal masalah
kesehatan tentang penyakit stroke hal ini ditunjukan dengan keluarga kurang
menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit stroke.
4) Fungsi Reproduksi: kaji tingkat produktifitas seluruh anggota keluarga sesuai usia
yang ada dalam keluarga.
5) Fungsi Ekonomi: Kaji tingkat ekonomi keluarga dalam sehari-sehari
e. Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan Umum: Meliputi keadaan pasien, kesadaran, tinggi badan, berat
badan dan tanda-tanda vital.
2) Pemeriksaan fisik dilakukan kepada semua anggota keluarg ayang tedapat di
rumah. Metode pemeriksaan head to toe meliputi sistem pernafasan, sistem
kardiovaskuler, sistem gangrointestinal, sistem urinaria, sistem musculoskeletal,
sistem neurologis dan sistem reproduksi.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Tahap kedua dalam asuhan keperawatan keluarga adalah menentukan diagnosa dan
prioritas masalah keluarga. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan
pada sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan keluarga di
rumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian. Tipe dan komponen diagnosa
keperawatan antara lain: Aktual, resiko, kemungkinan, kesejahteraan dan sindrom.
Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga sebagai berikut:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

3.3 Rencana Asuhan keperawatan


Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan di tentukan oleh
perawat bersama-sama sasaran, yaitu keluarga untuk dilaksanakan sehingga masalah
kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat diselesaikan. Setelah
menentukan prioritas diagnosa keperawatan keluarga maka perlu dibuat perencanaan
intervensi keperawatan. Tujuan intervensi keperawatan adalah untuk menghilangkan,
mengurangi dan mencegah masalah keperawatan klien.
Tabel Penentuan prioritas menggunakan skoring.
No Kriteria Skor Bobot Skoring
1. Sifat masalah
- Tidak/kurang sehat 3 1
- Ancaman kesehatan 2
- Krisis atau keadaan 1
sejahtera
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah 2
- Dengan Mudah 2 Skor x bobot
- Hanya sebagian 1 Angka tertinggi
- Tidak dapat diubah 0
3. Potensial Masalah dapat
dicegah 1
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
- Masalah berat, harus segara 2 1
di tangani
- Ada masalah tetapi tidak 1
perlu segera di tangani
- Masalah tidak dirasakan 0

Tabel Analisa Data


Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS:

DO:

3.4 Implementasi Keperawatan


a. Fase Perkenalan/Orientasi

Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan.


Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang
telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil
tindakan yang telah lalu.
b. Fase Kerja

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik.


Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik
karea didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk
menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons
ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien.
Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan klien secara aktif dan dengan penuh
perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang
sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
c. Fase Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi
dibagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi
sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini
dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang
berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. Sedangkan
terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses
keperawatan.
3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Pada tahap
evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi
selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi
proses dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut
evaluasi hasil. Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan. Evaluasi formatif ini
dilakukan segera setelah perawat mengimplememtasi rencana keperawatan guna menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanankan. Perumusan evaluasi formatif
ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni Subjektif (data
berupa keluhan klien), Objektif (data hasil pemeriksaan), Analisis data (perbandingan
data dengan teori) dan Perencanaan
Sedangkan evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif bertujuan untuk
memonitor dan menilai kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga :
Nama : tn. A Pendidikan : SMP
Umur : 55 tahun Pekerjaan : petani
Agama : islam Alamat : umbulsari
Suku : jawa Nomor Telp :-

b. Komposisi Keluarga :
No Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan
1. Tn. A L 55 th Kepala keluarga Petani SMP
2. Ny. N P 51 th Istri Ibu rumah tangga SMP
4. Sdri. I P 26 th Anak Penjaga toko SMA
5. Sdr. T L 17 th Anak Pelajar SMA

c. Genogram :

Keterangan :
: laki-laki

: perempuan

: meninggal

: serumah

: keluarga yang sakit

d. Type Keluarga :
a) Jenis Type Keluarga : nuclear family
b) Masalah yang terjadi dengan type tersebut : Tn. A sebagai kepala
keluarga tidak dapat memenuhi kewajibannya menjadi pencari nafkah
karena mengalami strock.
e. Suku Bangsa :
a) Asal suku bangsa : jawa
b) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : keluarga Tn. A
mengatakan bahwa kebudayaan yang dianut tidak ada yang bertentangan
dengan kesehatan dan yang berhubugan dengan kondisi sakitnya Tn. A
f. Agama dan keperacayaan yang mempengaruhi kesehatan :
Keluarga Tn. A beragama Islam dan menganggap sakit yang diderita oleh Tn.
A itu adalah suatu cobaan dari Tuhan.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah : Ny. N berjualan
gorengan pada saat sore hari sampai malam dan Sdri. I yang merupakan
anak pertama dari Tn. A.
b) Penghasilan : Ny N = Rp. 800.000,- , Sdri. I = 900.000,-
c) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi,dll)
Keluarga Tn. A memiliki rumah berukuran 6x12 yang merupakan warisan
dari orang tua Tn. A. Selain itu juga mempunyai 1 sepeda motor dan 2
sepeda
d) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : untuk biaya hidup dan
biaya sekolah sdr. T yang kurang lebih Rp. 1,5 jutaan.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga :
Keluarga tn. A biasanya menonton TV bersama untuk mengisi waktu luang.
Keluarga Tn. A jarang ke tempat rekreasi, biasanya hanya saat lebaran saja
sdri. I dan sdr. T pergi ke pantai.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) :
Launching Family (keluarga dengan anak dewasa)
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :
Midlle age family (keluarga usia pertengahan), karena anak pertama belum
menikah dan anak kedua masih sekolah
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Tn. A mengalami strok non hemoragic sejak 1 tahun yang lalu. Ny. N,
sdri. I dan sdr. T dalam keadaan sehat
b) Riwayat penyakit keturunan :
Ayah dari Tn. A dahulu menderita hipertensi, yang juga diderita oleh Tn.
A saat ini.

c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga


No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan yang
Kesehatan (BCG/Polio/DPT/ Kesehatan telah dilakukan
HB/Campak)
1. Tn. A 55 th 55 kg Sakit Lengkap Strock Di bawa ke RS
2. Ny. N 51 th 50 kg Sehat Lengkap - -
3. Sdri. I 26 th 45 kg Sehat Lengkap - -
4. Sdr. T 17 th 54 kg Sehat Lengkap - -

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :


Biasanya jika mengalami flu/demam keluarga Tn. A membeli obat di
warung atau kadang-kadang juga periksa ke perawat praktik (mantri) di
dekat rumahnya. Dan pada saat Tn. A mengalami strock keluarga
langsung membawanya ke RS.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Sebelum mengalami strock, Tn. A sudah menderita hipertensi. Ny. N, Sdri. I
dan Sdr. T tidak pernah menderita penyakit yang serius, hanya kadang-kadang
flu atau panas karena kecapekan.
III. PENKAJIAN LINGKUNGAN
a. Karakteristik Rumah
a) Luas Rumah: 72 m2
b) Type Rumah: 6x12
c) Kepemilikan : milik sendiri
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 6 ruangan
e) Ventilasi/cendela: 6 jendela
f) Pemanfaatan ruangan: 1 ruang tamu, 3 kamar, 1 ruang keluarga,
dapur dan kamar mandi berada di luar
g) Septic tank: ada, letak 10 meter dari sumur
h) Sumber air minum: sumur
i) Kamar mandi/WC: ada
j) Sampah : di timbun di lubang dan dibakar
k) Kebersihan lingkungan : rumah dan halaman disapu sehari 2x
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
a) Kebiasaan : gotong royong setiap kali ada tetangga yang
memiliki hajat dan kerja bakti membersihkan lingkungan menjelang
lebaran
b) Aturan dan kesepakatan: ada kegiatan ronda setiap malam yang
dilakukan oleh kaum lelaki dengan jadwal yang sudah diatur, dimana saat
ini dari keluarga Tn. A diwakili oleh sdr. T saat libur sekolah
c) Budaya: saling mengirim makanan saat menjelang bulan
ramadhan, akhir bulan ramadhan dan saat lebaran ke 7
c. Mobilitas Geografis Keluarga : keluarga Tn. A menempati rumahnya sejak
23 tahun yang lalu sampai sekarang. Alat transportasi yang digunakan untuk
aktivitas sehari-hari adalah sepeda motor dan sepeda
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
Keluarga Tn. A berhubungan baik dengan tetangga sekitar dan ada tetangga
yang sering membantu keluarga Tn. A. Sebelum sakit Tn. A mengikuti
kegiatan tahlilan rutin di desanya yang dilakukan setiap hari kamis malam,
namun semenjak sakit Tn. A tidak bisa menghadiri kegiatan rutinan tersebut
IV. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola/cara Komunikasi Keluarga
Anggota keluarga menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi sehari-hari
dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan televisi.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn. A menderita penyakit strock, sedangkan anggota keluarga yang lain dalam
keadaan sehat. Sebelum Tn. A sakit pengambilan keputusan keluarga
ditentukan oleh Tn. A sebagai kepala keluarga, namun sekarang pengambilan
keputusan keluarga ditentukan oleh Ny. N
c. Struktur Peran(peran masing-masing anggota keluarga)
Tn. A sebagai kepala keluarga, Ny. N sebagai istri, Sdri. I sebagai anak
pertama dan Sdr T sebagai anak kedua. Saat ini Sdri I menjadi tulang
punggung keluarga yang dibantu Ny. N dalam mencari nafkah dikarenakan
kondisi Tn. A yang masih sakit
d. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian pula
dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya,
bila ada keluarga yang flu/demam mereka membeli obat di warung atau
kadang-kadang juga periksa ke petugas kesehatan terdekat (mantri) atau
dibawa ke RS
V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung
dibawa ke petugas kesehatan atau rumah sakit
b. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga : setiap hari keluarga
berkumpul di rumah setelah melakukan kegiatan masing-masing
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga : hubungan dalam
keluarga Tn. A baik dan saling membantu satu sama lain
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan :
saat ini yang dominan dalam pengambilan keputusan adalah Ny. N
d) Kegiatan keluarga waktu senggang: menonton TV bersama
e) Partisipasi dalam kegiatan sosial : ronda malam

c. Fungsi keperawatan kesehatan


a) Pengetahuan dan presesi keluarga tentang penyakit/masalah
kesehatan keluarganya :
Keluarga hanya sedikit tahu tentang penyakit strock yang dialami Tn. A
dan tidak tau bagaimana perawatan pada orang yang mengalami strock
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan
yang tepat:
Jika ada keluarga yang sakit flu/demam mereka membeli obat di warung
atau kadang-kadang periksa ke mantri terdekat. Dan saat awal Tn. A
mengalami strock keluarga langsung membawanya ke RS.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
Tn. A dalam aktivitas sehari-harinya dibantu oleh istrinya dan juga anak-
anaknya
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang
sehat :
Setiap hari Ny. N menyapu rumahnya 2x yaitu pagi dan sore
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di
masyarakat :
Jika sakit keluarga Tn. A kadang-kadang periksa ke tempat perawat
praktik (mantri) di dekat rumahnya
d. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak: 2 anak
b) Akseptor: Ya, yang digunakan adalah KB suntik 3 bulan
e. Fungsi ekonomi
a) Usaha pemenuhan sandang pangan: Sdr. I bekerja sebagai
penjaga toko dan Ny. N berjualan gorengan pada sore hari sampai malam
b) Pemanfaatan sumber dimasyarakat : keluarga Tn. A mendapat
bantuan ekonomi dari pemerintah desa
VI. STRES DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek : Tn. A mengeluh sedih karena tidak bisa bekerja
b. Stressor jangka panjang: Tn. A khawatir tangan kanan dan kaki kanannya
tidak bisa digerakkan lagi
c. Respon keluarga terhadap stressor : Keluarga kadang-kadang
memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke perawat praktik (mantri)
d. Strategi koping : Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk
menyelesaikan masalah yang ada.
e. Strategi adaptasi disfungsional : keluarga Tn. A tidak memiliki adaptasi
disfungsional karena saling mendukung dan terbuka.
VII. KEADAAN GIZI KELUARGA
Pemenuhan gizi :
Penyediaan makanan selalu dimasak terdiri komposisi, nasi, lauk pauk, dan sayur.
Dalam merawat Tn. A masih memberikan makanan yang sama dengan anggota
keluarga yang lain.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


a. Identitas
Nama : Tn. A
Umur : 55 tahun
L/P : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
b. Keluhan/Riwayat Penyakit saat ini
Keluarga klien mengatakan tangan kanan dan kaki kanan klien tidak bisa
digerakkan
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Keluarga klien mengatakan klien sebelum terkena penyakit strock sudah
menderita penyakit darah tinggi
d. Tanda-tanda vital :
TD: 180/100 mmHg
T: 365 oC
N: 86 x/menit
RR: 20 x/menit
BB: 55 kg
TB: 163 cm
e. System Cardio Vascular
Ictus cordis tidak tampak, terdengar bunyi vesikuler, tidak ada bunyi jantung
tambahan
f. System Respirasi
Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada ronchi/wheezing,
terdengar suara sonor pada seluruh lapang paru
g. System Gastrointestinal (Gl Tract)
Abdomen tampak normal, bising usus: 16 x/menit, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada distensi
h. System Persyarafan
Hemiparase dextra
i. System Muskoloskeletal
Kekuatan otot
1 5
1 5

j. System Genitalia
Tidak ada kelainan
IX. HARAPAN KELUARGA
a. Terhadap masalah kesehatannya : anggota keluarga berharap Tn. A bisa
segera sembuh
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada : Keluarga berharap pada petugas
kesehatan agar meningkatkan mutu pelayanan dan membantu masalah Tn. A
FORMAT PEMERIKSAAN FISIK
CONTOH :
No. Pemeriksaan Tn. A Ny. N Sdri. I Sdr. T
Kepala Kepala Kepala Kepala
simetris, simetris, simetris, simetris,
rambut pendek rambut rambut rambut
Kepala
beruban, panjang, panjang, pendek,
bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
ada kelainan ada kelainan ada kelainan ada kelainan
TTV 180/100 120/80 110/70 110/70
BB: 55 kg BB: 50 kg BB: 45 kg BB: 54 kg
BB,TB
TB: 163 cm TB: 155 cm TB: 157 cm TB: 165 cm
Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak
icterus, icterus, icterus, icterus,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
Mata tidak anemis, tidak tidak tidak
tidak ada anemis, anemis, anemis,
peradangan tidak ada tidak ada tidak ada
peradangan peradangan peradangan
Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri Simetris kiri
dan kanan dan dan kanan dan kanan dan kanan
Telinga
tidak ada dan tidak dan tidak dan tidak
serumen ada serumen ada serumen ada serumen
Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
bersih, Tidak bersih, bersih, bersih,
ada sektet dan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Hidung
tidak ada sektet dan sektet dan sektet dan
kelainan tidak ada tidak ada tidak ada
kelainan kelainan kelainan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
stomatitis, stomatitis, stomatitis, stomatitis,
terdapat terdapat tidak tidak
karang gigi, karang gigi, terdapat terdapat
Mulut
ada gigi yang tidak ada karang gigi, karang gigi,
tanggal gigi yang tidak ada tidak ada
tanggal gigi yang gigi yang
tanggal tanggal
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kesulitan kesulitan kesulitan kesulitan
menelan, tidak menelan, menelan, menelan,
pembesaran tidak tidak tidak
kelenjar tiroid pembesaran pembesaran pembesaran
dan limfe kelenjar kelenjar kelenjar
tiroid dan tiroid dan tiroid dan
limfe limfe limfe
Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
dinding dada dinding dinding dinding
simetris, suara dada dada dada
sonor seluruh simetris, simetris, simetris,
lapang paru, suara sonor suara sonor suara sonor
Ronkhi (-), seluruh seluruh seluruh
stridor (-), lapang paru, lapang paru, lapang paru,
Dada
Wheezing (-), Ronkhi (-), Ronkhi (-), Ronkhi (-),
tidak ada otot stridor (-), stridor (-), stridor (-),
bantu Wheezing Wheezing Wheezing
pernafasan (-), tidak ada (-), tidak (-), tidak ada
otot bantu ada otot otot bantu
pernafasan bantu pernafasan
pernafasan
Tidak distensi, Tidak Tidak Tidak
tidak asites, distensi, distensi, distensi,
tidak teraba tidak asites, tidak asites, tidak asites,
Perut nyeri tekan tidak teraba tidak teraba tidak teraba
dan tidak ada nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
massa dan tidak dan tidak dan tidak
ada massa ada massa ada massa
Parese di Pergerakan Pergerakan Pergerakan
tangan kanan bebas, tidak bebas, tidak bebas, tidak
Tangan ada kelainan ada kelainan ada kelainan
otot dan otot dan otot dan
tulang tulang tulang
Parese di kaki Pergerakan Pergerakan Pergerakan
kanan bebas, tidak bebas, tidak bebas, tidak
Kaki ada kelainan ada kelainan ada kelainan
otot dan otot dan otot dan
tulang tulang tulang
FORMAT ANALISA DATA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Rendi Anas Maulana


Tanggal Analisa :
No. Tanggal Data Etiologi Diagnosa Keperawatan
1. Ds: Ketidakmampuan Gangguan Mobilitas
Keluarga klien keluarga merawat fisik pada Tn. A
mengatakan klien sulit anggota keluarga
menggerakan bagian yang sakit
tubuhnya
Do:
- klien terlihat lemah
dan sulit melakukan
mobilisasi
- klien hanya baring
di tempat tidur

Ds:
2. Keluarga klien Ketidakmampuan Gangguan komunikasi
mengatakan bahwa keluarga merawat verbal pada keluarga
klien kalau bicara pelo anggota keluarga Tn.A khususnya Tn. A
dan sulit dimengerti yang sakit
Do:
- Klien terdengar
pelo saat berbicara
- Kata-kata yang
diucapkan klien
tidak jelas dan sulit
dipahami
- Kelurga sulit
memahami maksud
klien saat
berkominikasi

Ds:
3. Keluarga klien Ketidakmampuan Kesiapan peningkatan
mengatakan semua keluarga mengenal peraawatan diri pada
aktifitas sehari-hari masalah keluarga Tn. A
(makan, mandi,
toileting dan berhias) di
bantu oleh keluarga
Do:
Klien terlihat lemah
berbaring di tempat
tidur dan semua
aktifitas dibantu oleh
orang sekitar

Ds:
4. Keluarga klien Ketidakmampuan Kurangnya pengetahuan
mengatakan belum keluarga mengenal pada keluarga Tn. A
begitu mengerti tentang masalah
perawatan pasien stroke
Do:
Keluarga klien terlihat
sering bertanya

SCORING/PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Mobilitas fisik pada Tn. A b.d Ketidakmampuan


keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran
1. Sifat Masalah : Keluarga mengatan
a. Aktual 3 telah 6 bulan klien
b. Resiko 2 1 3/3x1= 1 mengalami kelemahan
c. Sejahtera 1 anggota tubuh

2. Kemungkinan masalah Adanya sumber daya


dapat diubah : keluarga (pendidikan
a. Tinggi 2 dan mau menerima
b. Sedang 1 2 2/2x2=2 perubahan)
c. Rendah 0

3. Potensial untuk dicegah : Tanggapan keluarga


a. Tinggi 3 2/3x1= masalah ini agak sulit
b. Cukup 2 1 2/3 untuk di cegah
c. Rendah 1

4. Menonjolnya masalah : Keluarga selalu


a. Masalah dirasakan 2 membantu klien dlam
dan perlu segera 1 2/2x1= 1 melakukan aktifits fisik
ditangani sehari-hari
b. Masalah dirasakan 1
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Total skor 4 2/3

Diagnosa Keperawatan : Gangguan komunikasi verbal pada keluarga Tn.A khususnya


Tn. A b.d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran
1. Sifat Masalah : Keluarga mengatakan
a. Aktual 3 klien telah 6 bulan pelo
b. Resiko 2 1 3/3x1= 1
c. Sejahtera 1

2. Kemungkinan masalah Adanya sumber daya


dapat diubah : keluarga (pendidikan
a. Tinggi 2 dan mau menerima
b. Sedang 1 2 2/2x2= 2 perubahan)
c. Rendah 0

3. Potensial untuk dicegah : Tanggapan keluarga


a. Tinggi 3 2/3x1= masalah ini agak sulit
b. Cukup 2 1 2/3 untuk di ubah
c. Rendah 1

4. Menonjolnya masalah : Tanggapan keluarga


a. Masalah dirasakan 2 sulit berkomunikasi
dan perlu segera lagi dengan klien
ditangani 1 2/2x1=1
b. Masalah dirasakan 1
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Total skor 4 2/3

Diagnosa Keperawatan : Kesiapan peningkatan peraawatan diri pada keluarga Tn. A b.d
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran
1. Sifat Masalah : Keluarga selalu
a. Aktual 3 membantu klien dalam
b. Resiko 2 1 1/1x1=1 pemenuhan kebutuhan
c. Sejahtera 1 sehari-hari

2. Kemungkinan masalah Adanya sumber daya


dapat diubah : keluarga (pendidikan
a. Tinggi 2 2 2/2x2= 2 dan mau menerima
b. Sedang 1 perubahan)
c. Rendah 0
3. Potensial untuk dicegah : Masalah dapat dicegah
a. Tinggi 3 agar tidak
b. Cukup 2 1 3/3x1= 1 menimbulkan rasa tidak
c. Rendah 1 nyaman pada klien

4. Menonjolnya masalah : Masalah tidak terlalu di


a. Masalah dirasakan 2 rasakan keluarga terkait
dan perlu segera kebersihan diri klien
ditangani 1 1/2x1=
b. Masalah dirasakan 1 ½
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Total skor 4 1/2
Diagnosa Kepeawatan : Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn. A b.d
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran
1. Sifat Masalah : Keluarga kurang
a. Aktual 3 mengerti tentang apa
b. Resiko 2 1 3/3x1=1 saja yang menjadi
c. Sejahtera 1 kebutuhan klien dengan
stroke
2. Kemungkinan masalah Adanya sumber daya
dapat diubah : keluarga (pendidikan
a. Tinggi 2 2 2/2x2=2 dan mau menerima
b. Sedang 1 perubahan)
c. Rendah 0
3. Potensial untuk dicegah : Masalah dapat di cegah
a. Tinggi 3 dengan peran besar
b. Cukup 2 1 3/3x1=1 keluarga
c. Rendah 1

4. Menonjolnya masalah : Masalah tidak tidak


a. Masalah dirasakan 2 dirasakan oleh keluarga
dan perlu segera
ditangani 1
0/2x1=0
b. Masalah dirasakan 1
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Total skor 4

Diagnosa Kepeawatan Sesuai Prioritas :


1. Gangguan Mobilitas fisik pada Tn. A b.d Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
2. Gangguan komunikasi verbal pada keluarga Tn.A khususnya Tn. A b.d
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
3. Kesiapan peningkatan peraawatan diri pada keluarga Tn. A b.d Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah
4. Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn. A b.d Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Rendi Anas Maulana


Tanggal :
Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Keperawatan TUM TUK Kriteria Standar
Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan Setelah dilakukan
intervensi intervensi
fisik pada Tn. A b.d
keperawatan selama 4 keperawatan selama
Ketidakmampuan kali kunjungan 30 menit keluarga
diharapkan klien mampu :
keluarga merawat
meningkatkan 1. Mengenal Verbal 1. Keluarga dapat 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
anggota keluarga aktifitas fisik masalah yang mengetahui komplikasi masalah komplikasi pada stroke
menyebabkan yang sering terjadi pada
yang sakit
komplikasi pada penderita stroke
klien stroke yaitu
akibat
immobilisasi

2. Mengambil Verbal 1. Keluarga mampu 2. Jelaskan dan diskusikan tentang komplikasi


keputusan untuk menyatakan yang sering terjadi pada penderita stroke
mencegah keputusannya untuk 3. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
terjadinya mencegah terjadinya
komplikasi pada komplikasi pada
klien stroke anggota keluarga yang
sakit
3. Merawat anggota Verbal & non-verbal 1. Keluarga mengetahui 4. Diskusikan dengan keluarga masalah yang
keluarga yang tentang ROM dan dapat ada dalam keluarga
beresiko demonstrasi ROM 5. Jelaskan dengan Keluarga latihan ROM
komplikasi stroke (latihan gerak sendi) 6. Ajarkan keluarga teknik ROM
dengan media leaflet 7. Jelaskan manfaat dan waktu latihan
2. Keluarga mampu 8. Demostrasikan latihan ROM
melakukan demonstrasi
latihan rentang gerak

4. Keluarga mampu Verbal 1. Keluarga mampu 9. Diskusikan bersama keluarga dalam


menciptakan memodifikasi menciptakan lingkungan yang aman dan
lingkungan yang lingkungan nyaman untuk menghindari resiko komplikasi
lebih aman pada anggota keluarga yang sakit
sehingga 10. Libatkan keluarga dalam memodifikasi
menghindari lingkungan
terjadinya
komplikasi lain
pada klien stroke
seperti luka
decubitus

5. Keluarga mampu Verbal 1. Keluarga dapat 11. Kaji seberapa sering keluarga
memanfaatkan memanfaatkan sarana memanfatkan pelayanan kesehatan
pelayanan pelayanan kesehatan 12. Diskusikan bersama keluarga tentang
kesehatan pemanfaatan pelayanan kesehatan
terdekat 13. Diskusikan dengan keluarga tepat
pelayananan kesehatan yng terdekat

Gangguan Setelah dilakukan Setelah dilakukan


komunikasi verbal tindakan keperawatan intervensi
selama 4 kali keperawatan selama
pada keluarga Tn.A
kunjungan diharapkan 4x30 menit keluarga
khususnya Tn. A b.d keluarga dapat mampu :
mengenal gangguan 1. Mengenal masalah Verbal 1. Keluarga mengetahui 1. Kaji kemampuan klien berkomunikasi
Ketidakmampuan
komunikasi verbal yang menyebabkan dampak dari stroke 2. Kaji pemahaman keluarga tentang gangguan
keluarga merawat komplikasi pada 2. Keluarga mengetahui komunikasi dari dampak penyakit
klien stroke yaitu jenis latihan yang dapat 3. Diskusikan dan kenalkan dengan keluarga
anggota keluarga
akibat immobilisasi dijalankan latihan terkait gangguan komunikasi verbal
yang sakit 4. Demostrasikan terapi AIUEO

Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Verbal 1. Keluarga mampu 1. Identifikasi kebutuhan perawatan diri
intervensi tindakan keperawatan memberikan perawatan 2. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis.
peraawatan diri pada
keperawatan selama 4 selama 4x30 menit diri pada anggota Suasana hangat, privasi)
keluarga Tn. A b.d kali kunjungan diharapkan keluarga keluarga yang sakit 3. Bantu dalam melakukan perawatan diri
diharapkan keluarga mampu mengenal
Ketidakmampuan
mampu mengenal kebutuhan perawatan
keluarga mengenal kebutuhan perawatan diri yang dibutuhkan
diri yang dibutuhkan oleh keluarga yang
masalah
oleh keluarga sakit

Kurangnya Setelah dilakukan Setelah dilakukan Verbal 1. Keluarga mampu 1. Berikan pengertian pada keluarga tentang
intervensi tindakan keperawatan menyebutkan tanda, perawatan klien stroke
pengetahuan pada
keperawatan selama 4 selama 4x30 menit di gejala, dan komplikasi 2. Berikan keluarga kesempatan untuk bertanya
keluarga Tn. A b.d kali kunjungan harapkan keluarga atau akibat lanjut dari 3. Diskusikan dengan keluarga masalah yang
diharapkan keluarga mampu mengenali stroke timbul
Ketidakmampuan
memiliki peningkatan masalah stroke 2. Keluarga mampu saling
keluarga mengenal pengetahuan menguatkan dan
memberi dukungan
masalah dalam mengatasi
masalah
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Rendi Anas Maulana


Tanggal :
Kunjungan :I
No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Gangguan Mobilitas 1. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang masalah S: keluarga klien mengatakan telah 6 bulan klien tidak dapat
komplikasi pada stroke
fisik pada Tn. A b.d menggerakan anggota tubuhnya yang kanan
2. Menjelaskan dan mendiskusikan tentang komplikasi yang sering
Ketidakmampuan terjadi pada penderita stroke O: klien terlihat kesulitan menggerakan anggota tubuhnya
3. Memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya
keluarga merawat A: masalah teratasi sebagian
4. Mediskusikan dengan keluarga masalah yang ada dalam keluarga
anggota keluarga yang 5. Menjelaskan dengan Keluarga latihan ROM P: Lanjutkan Intervensi 5, 6, 7, 8
6. Mengajarkan keluarga teknik ROM
sakit
7. Menjelaskan manfaat dan waktu latihan
8. Mendemostrasikan latihan ROM
9. Mendiskusikan bersama keluarga dalam menciptakan lingkungan
yang aman dan nyaman untuk menghindari resiko komplikasi pada
anggota keluarga yang sakit
10. Melibatkan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
11. Mengkaji seberapa sering keluarga memanfatkan pelayanan
kesehatan
12. Mendiskusikan bersama keluarga tentang pemanfaatan pelayanan
kesehatan
13. Mendiskusikan dengan keluarga tepat pelayananan kesehatan yng
terdekat
2. Gangguan komunikasi 1. Mengkaji kemampuan klien berkomunikasi S: keluarga klien mengatakan sudah 6 bulan klien pelo dan keluarga
2. Mengkaji pemahaman keluarga tentang gangguan komunikasi dari
verbal pada keluarga mengaku sulit memahami maksud klien saat berkomuniksi
dampak penyakit
Tn.A khususnya Tn. A 3. Mendiskusikan dan mengenalkan dengan keluarga latihan terkait O:
b.d Ketidakmampuan
gangguan komunikasi verbal - Klien terdengar pelo saat berbicara
4. Mendemostrasikan terapi AIUEO - Kata-kata yang diucapkan klien tidak jelas dan sulit dipahami
keluarga merawat
- Kelurga tampak kesulitan memahami maksud klien saat
anggota keluarga yang berkomunikasi
A: masalah teratasi sebagian
sakit
P: lanjutkan intervensi 3, 4
3. Kesiapan peningkatan 1. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan diri S: Keluarga klien mengatakan semua aktifitas sehari-hari (makan, mandi,
2. Menyediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat,
peraawatan diri pada toileting dan berhias) di bantu oleh keluarga
privasi)
keluarga Tn. A b.d 3. Membantu dalam melakukan perawatan diri O:
Ketidakmampuan - Klien terlihat lemah berbaring di tempat tidur
- Keluarga tampak membantu semua aktifitas klien
keluarga mengenal A: masalah teratasi sebagian
masalah P: lanjutkan Intervensi 2, 3
4. Kurangnya pengetahuan 1. Memberikan pengertian pada keluarga tentang perawatan klien S: keluarga mengatakan sudah mengerti apa yang telah perawat
stroke
pada keluarga Tn. A b.d sampaikan
2. Memberikan keluarga kesempatan untuk bertanya
Ketidakmampuan 3. Mendiskusikan dengan keluarga masalah yang timbul O:
keluarga mengenal - keluarga dapat menerima pendididkan kesehatan yang telah
masalah diberikan perawat
- keluarga mampu menjawab beberapa pertanyaan perawat
- ada pertanyaan yang belum mampu dijawab keluarga
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 2,3
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Rendi Anas Maulana


Tanggal :
Kunjungan : II
Diagnosa
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Gangguan Mobilitas 5. Menjelaskan dengan Keluarga latihan ROM S: keluarga klien mengatakan sudah bisa melakukan latihan ROM
6. Mengajarkan keluarga teknik ROM
fisik pada Tn. A b.d O: keluarga klien tampak antusias dengan apa yang dijelaskan
7. Menjelaskan manfaat dan waktu latihan
Ketidakmampuan 8. Mendemonstrasikan latihan ROM Keluarga klien mampu menirukan gerakan latihan ROM yang
keluarga merawat diajarkan
anggota keluarga A: masalah teratasi sebagian
yang sakit P: Lanjutkan Intervensi 8
2. Gangguan 3.
Mendiskusikan dan mengenalkan dengan keluarga latihan terkait S: keluarga klien mengatakan sudah melakukan terapi AIUEO
gangguan komunikasi verbal
komunikasi verbal O:
4. Mendemostrasikan terapi AIUEO
pada keluarga Tn.A - Klien terdengar masih pelo saat berbicara
- Kata-kata yang diucapkan klien masih tidak jelas dan sulit
khususnya Tn. A b.d dipahami
Ketidakmampuan - Keluarga klien tampak mengajarkan klien terapi AIUOE seperti
yang telah diajarkan
keluarga merawat
A: masalah teratasi sebagian
anggota keluarga
P: lanjutkan intervensi 4
yang sakit

3. Kesiapan 2. Menyediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, S: Keluarga klien mengatakan semua aktifitas sehari-hari (makan, mandi,
privasi)
peningkatan toileting dan berhias) klien di bantu oleh keluarga
3. Membantu dalam melakukan perawatan diri
peraawatan diri pada O:
keluarga Tn. A b.d - Klien terlihat lemah berbaring di tempat tidur
- Keluarga tampak membantu semua aktifitas klien
Ketidakmampuan A: masalah teratasi sebagian
keluarga mengenal P: lanjutkan Intervensi 3
masalah
4. Kurangnya 2. Memberikan keluarga kesempatan untuk bertanya S: keluarga mengatakan sudah mengerti apa yang telah perawat
3. Mendiskusikan dengan keluarga masalah yang timbul
pengetahuan pada sampaikan
keluarga Tn. A b.d O:
Ketidakmampuan - keluarga dapat menerima pendididkan kesehatan yang telah
keluarga mengenal diberikan perawat
masalah - keluarga mampu menjawab beberapa pertanyaan perawat
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 3
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Rendi Anas Maulana


Tanggal :
Kunjungan : III
Diagnosa
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Gangguan Mobilitas 8. Mendemonstrasikan latihan ROM S: keluarga klien mengatakan sudah bisa melakukan latihan ROM
fisik pada Tn. A b.d O: keluarga klien tampak antusias dengan apa yang dijelaskan
Ketidakmampuan Keluarga klien mampu menirukan gerakan latihan ROM yang
keluarga merawat diajarkan
anggota keluarga A: masalah teratasi sebagian
yang sakit P: Lanjutkan Intervensi 8
2. Gangguan 4. Mendemostrasikan terapi AIUEO S: keluarga klien mengatakan sudah melakukan terapi AIUEO
komunikasi verbal O:
pada keluarga Tn.A - Klien terdengar masih pelo saat berbicara
- Kata-kata yang diucapkan klien masih tidak jelas dan sulit
khususnya Tn. A b.d dipahami
Ketidakmampuan - Keluarga klien tampak mengajarkan klien terapi AIUOE seperti
yang telah diajarkan
keluarga merawat
A: masalah teratasi sebagian
anggota keluarga
P: lanjutkan intervensi 4
yang sakit

3. Kesiapan 3. Membantu dalam melakukan perawatan diri S: Keluarga klien mengatakan semua aktifitas sehari-hari (makan, mandi,
peningkatan toileting dan berhias) klien di bantu oleh keluarga
peraawatan diri pada O:
keluarga Tn. A b.d - Klien terlihat lemah berbaring di tempat tidur
- Keluarga tampak membantu semua aktifitas klien
Ketidakmampuan A: masalah teratasi sebagian
keluarga mengenal P: lanjutkan Intervensi 3
masalah
4. Kurangnya 3. Mendiskusikan dengan keluarga masalah yang timbul S: keluarga mengatakan sudah mengerti apa yang telah perawat
pengetahuan pada sampaikan
keluarga Tn. A b.d O:
Ketidakmampuan - keluarga dapat menerima pendididkan kesehatan yang telah
keluarga mengenal diberikan perawat
masalah - keluarga mampu menjawab beberapa pertanyaan perawat
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 3
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Rendi Anas Maulana


Tanggal :
Kunjungan : IV
Diagnosa
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Gangguan Mobilitas 8. Mendemonstrasikan latihan ROM S: keluarga klien mengatakan sudah bisa melakukan latihan ROM
fisik pada Tn. A b.d O: keluarga klien tampak antusias dengan apa yang dijelaskan
Ketidakmampuan Keluarga klien mampu menirukan gerakan latihan ROM yang
keluarga merawat diajarkan
anggota keluarga A: masalah teratasi
yang sakit P: hentikan Intervensi
2. Gangguan 4. Mendemostrasikan terapi AIUEO S: keluarga klien mengatakan sudah melakukan terapi AIUEO
komunikasi verbal O:
pada keluarga Tn.A - Klien terdengar masih pelo saat berbicara
- Kata-kata yang diucapkan klien masih tidak jelas dan sulit
khususnya Tn. A b.d dipahami
Ketidakmampuan - Keluarga klien tampak mengajarkan klien terapi AIUOE seperti
yang telah diajarkan
keluarga merawat
A: masalah teratasi
anggota keluarga
P: hentikan intervensi
yang sakit

3. Kesiapan 3. Membantu dalam melakukan perawatan diri S: Keluarga klien mengatakan semua aktifitas sehari-hari (makan, mandi,
peningkatan toileting dan berhias) klien di bantu oleh keluarga
peraawatan diri pada O:
keluarga Tn. A b.d - Klien terlihat lemah berbaring di tempat tidur
- Keluarga tampak membantu semua aktifitas klien
Ketidakmampuan A: masalah teratasi
keluarga mengenal P: hentikan Intervensi
masalah
4. Kurangnya 3. Mendiskusikan dengan keluarga masalah yang timbul S: keluarga mengatakan sudah mengerti apa yang telah perawat
pengetahuan pada sampaikan
keluarga Tn. A b.d O:
Ketidakmampuan - keluarga dapat menerima pendididkan kesehatan yang telah
keluarga mengenal diberikan perawat
masalah - keluarga mampu menjawab beberapa pertanyaan perawat
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai