ANTARIKSA NASIONAL
Batimetri
Sumber : DEMNAS
Echosounder
(MBES –SBES) Satelit Inderaja
Light Detection and Ranging
(LIDAR)
Pemanfaatan Informasi BATIMETRI
Mendukung agenda pembangunan nasional dalam memperkuat ketahanan
ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan melalui
keterpaduan kebijakan lintas sektor. (kemaritiman, kelautan dan perikanan,
pengelolaan sumber daya alam, pariwisata)
DATA SATELIT
PENGINDERAAN JAUH
Apakah PENGINDERAAN JAUH itu ?
a. Sistem pasif: sistem yang
menggunakan sinar
matahari.
Penginderaan Jauh adalah ilmu
dan seni untuk memperoleh
informasi tentang obyek, daerah,
atau fenomena dengan jalan
menganalisis data yang b. Sistem aktif: sistem yang
diperoleh dengan menggunakan menggunakan tenaga
alat tanpa kontak langsung buatan seperti gelombang
terhadap obyek, daerah, atau mikro.
fenomena yang dikaji.
Lillesand dan Kiefer (1979)
DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH
RESOLUSI SPASIAL
Ukuran
terkecil
objek
RESOLUSI
SPEKTRAL
Kerincian
panjang
gelombang
yang digunakan
dalam
Sumber: http://gsp.humboldt.edu/OLM/Courses/GSP_216_Online/lesson3-
perekaman 1/resolution.html
DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH
RESOLUSI
RADIOMETRIK
Kepekaan sensor
terhadap
perbedaan terkecil
dari kekuatan sinyal
216 = 65,536
levels
RESOLUSI TEMPORAL
Waktu antara dua
data yang diakuisisi
secara berurutan
pada area yang Sumber: Data Landsat
PEMODELAN
BATIMETRI
DASAR PEMODELAN
BATIMETRI BERBASIS SATELIT (BBS)
Intensitas panjang gelombang cahaya yang memasuki
suatu medium akan mengalami pelemahan secara
eksponensial sesuai dengan panjang lintasan yang
dilaluinya (Hukum Beer)
Id = I0 . e -kp Id adalah Intensitas cahaya
yang tersisa setelah melalui
I0 Id panjang lintasan p
I0 adalah intensitas
cahaya datang
K adalah koefisien pelemahan
p
PEMODELAN BBS
Pendekatan Citra Satelit
Gelombang yang digunakan adalah Gelombang Elektromagnetik
Medium yang dikaji adalah kolom air
Intensitas gelombang adalah Nilai Radian/Reflektansi dari Citra
Satelit
K adalah koefisien atenuasi
Panjang Lintasan P adalah kedalaman perairan
Dilakukan Pendekatan 2 buah Pemodelan untuk mendapatkan
Informasi Batimetri Berbasis Satelit yaitu MODEL EMPIRIK dan
MODEL SEMI ANALITIK
Skema Pemodelan BBS
Citra:
1. WorldView-2
2. SPOT 6
3. SPOT 7 Bentanglahan/
PEMODELAN: Landscape:
4. Landsat 8
1. Empirik 1.Vulkanik
2. Semi Analitik 2. Tektonik
3. Terumbu
Batimetri
Berbasis
Satelit
PENDEKATAN PEMODELAN BBS
di Indonesia
Sumber: Pusat Survei Geologi. 2006. Klasifikasi
Bentanglahan
Karimunjawa, Tektonik
Setokok (WV-2)
Mansuar (WV-2)
Karimunjawa
(SPOT 6) Bawean (WV-2)
Dasar Model EMPIRIK
Diagram Alir
Model Empirik
Kedalaman Insitu
Model Empirik
Regresi
(m)
Indeks Kedalaman
Batimetri Bawean (WV-2 - 11 Juli 2016)
Metode RF Metode SMP Metode STR
Tipe Bentanglahan
WorldView-2
RGB 532 Vulkanik
Scatter Plot Batimetri WV-2 Bawean
SPOT-6
LANDSAT -8
0 Kedalaman (m) 20
Batimetri Setokok (WV-2 / 28 April 2014)
Tipe Bentanglahan
Tektonik
Kanno SMP
Kanno STR
13207 10246
R2 0,6272 R2 0,6888
RMSE 4,7087 m RMSE 3,6496 m
100 200
6971 Data
ST TN
R P
500 Data
Scatterplot Batimetri SPOT-6 Mansuar
RF SM
P
ST TN
R P
Dimana :
Lx = sinyal yang direkam oleh sensor dari air kedalaman
x,
Ld = sinyal yang direkam oleh sensor dari air dalam (> 30
m),
L0 = sinyal yang direkam oleh sensor dari air dangkal,
k = koefisien atenuasi,
E‘ = sudut pembiasan pada permukaan air laut
Pengolahan Data Model Semi
Analitik
Data SPOT 6
Metode BD
Data Kedalaman
RGB 321
Insitu
6 Juni 2019 Sept 2019
Koefisien Atenuasi Kd
Kedalaman Insitu
(m)
Kedalaman Absolut
(m)
Band Biru
Hasil Metode Benny Dawson
SPOT 6 (06 Juni 2019)
Kedalaman Insitu
(m)
Kedalaman Absolut
(m)
Band Hijau
Hasil Metode Benny Dawson
SPOT 6 (06 Juni 2019)
Kedalaman Insitu
(m)
Kedalaman Absolut
(m)
Band Merah
Hasil Metode Benny Dawson
SPOT 6 (06 Juni 2019)
1 1 1
2 2 2
3 3 3
Pemakaian Nilai K
dari Rasio Band
Biru
dan Hijau
Pemakaian Nilai K
dari Rasio Band
Biru
dan Hijau