Anda di halaman 1dari 17

Komoditi/Instrument Keuangan (Produk) yang Diperdagangkan di Pasar Modal Indonesia

Saham
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.
Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk
pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak
dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha)
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka
pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan
berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Keuntungan Saham
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki
saham
1. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari
keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka
pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu
hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang
saham yang berhak mendapatkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap
pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap
saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham
diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan
bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
2. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan
adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham ABC
dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang
berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang
dijualnya.
Risiko Saham
Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain:
1. Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham
lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per
saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,-
per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp
1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.
2. Risiko Likuidasi
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan
tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir
setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan).
Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut
dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa
kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi
tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang
pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan.
Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham
mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi
karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain harga saham
terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi
karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan
dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti
tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan
politik, dan faktor lainnya.
B. Klasifikasi Sektor dan Subsektor
Saham di BEI dapat diklasifikasikan menjadi 9 Sektor, yaitu:
1. Agriculture: mencakup usaha di bidang tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan, kehutanan, dan jasa-jasa yang secara langsung terkait dengan bidang tersebut.
- Crops
- Plantation
- Animal Husbandary
- Fishery

2. Mining: usaha di bidang pertambangan dan penggalian, seperti pertambangan batu bara,
minyak dan gas bumi, biji logam, penggalian batu-batuan, tanah liat, pasir, penambangan
dan penggalian garam, pertambangan mineral, bahan kimia, dan bahan pupuk, serta
penambangan gips, aspal dan gamping.
- Coal Mining
- Crude Petroleum & Natural Gas Production
- Metal and Mineral Mining
- Land / Stone Quarrying

3. Basic industry & chemicals: industri dasar mencakup usaha pengubahan material dasar
menjadi barang setengah jadi; atau barang jadi yang masih akan diproses di sektor
perekonomian selanjutnya. Industri kimia mencakup usaha pengolahan bahan-bahan
terkait kimia dasar yang akan digunakan pada proses produksi selanjutnya dan industri
farmasi.
- Cement
- Ceramics, Glass, Porcelain
- Metal And Allied Products
- Chemicals
- Plastics and Packaging
- Animal Feed
- Wood Industries
- Pulp and Paper
- Others

4. Miscellaneous industry: meliputi usaha pembuatan mesin-mesin berat maupun ringan;


termasuk komponen penunjangnya.
- Machinery And Heavy Equipment
- Automotive and Components
- Textile, Garment
- Footwear
- Cable
- Electronics

5. Consumer goods industry: usaha pengolahan yang mengubah bahan dasar/setengah jadi
menjadi barang jadi yang umumnya dapat dikonsumsi pribadi/rumah tangga.
- Food And Beverages
- Tobacco Manufacturers
- Pharmaceuticals
- Cosmetics and Household
- Houseware
- Others

6. Property, real estate, and building construction: konstruksi meliputi usaha pembuatan,
perbaikan, pembongkaran rumah dan berbagai jenis gedung. Real estate mencakup usaha
pembelian, penjualan, persewaan, dan pengoperasian berbagai macam bangunan tempat
tinggal dan bukan tempat tinggal.
- Property and Real Estate
- Building Construction

7. Infrastructure, utility, and transportation: usaha yang meliputi penyediaan energi,


sarana transportasi dan telekomunikasi, serta bangunan infrasruktur dan jasa-jasa
penunjangnya. Bangunan infrastruktur meliputi bangunan non gedung dan rumah.
- Energy
- Toll Road, Airport, Harbor and Allied Products
- Telecommunication
- Transportation
- Non Building Construction

8. Finance: usaha terkait sektor keuangan, meliputi perantara keuangan, lembaga


pembiayaan, asuransi, perusahaan efek, dan perusahaan investasi.
- Bank
- Financial Institution
- Securities Company
- Insurance
- Others

9. Trade, service, and investment: mencakup usaha perdagangan partai besar dan
kecil/eceran, serta usaha terkait sektor jasa seperti hotel, restoran, komputer dan
perangkatnya, periklanan dan media serta industri percetakan.
- Wholesale
- Retail Trade
- Restaurant, Hotel and Tourism
- Advertising, Printing & Media
- Healthcare
- Computer And Services
- Investment Company
- Others
Surat Utang (Obligasi)
Surat Utang (Obligasi) merupakan salah satu Efek yang tercatat di Bursa di samping Efek
lainnya seperti Saham, Sukuk, Efek Beragun Aset maupun Dana Investasi Real Estat. Obligasi
dapat dikelompokkan sebagai efek bersifat utang di samping Sukuk. Obligasi dapat dijelaskan
sebagai surat utang jangka menengah panjang yang dapat dipindahtangankan, yang berisi janji
dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Obligasi dapat diterbitkan oleh Korporasi maupun Negara.

Sebagai perbandingan Obligasi dengan Saham maupun Instrumen Keuangan lainnya, dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Instrumen
Perbedaan

Obligasi Sukuk Saham

Jatuh Tempo √ √ x

Kupon/Bunga √ x x

Imbal hasil/Nisbah x √ x

Dividen x x √

Potensi Capital Gain √ √ √

Jaminan Negara (untuk SBN) √ √ x

Perdagangan di Pasar Sekunder √ √ √

Stand by buyer di Pasar Sekunder √ √ x

Efek Bersifat Utang tercatat di Bursa


Sampai saat ini, terdapat beberapa efek bersifat utang yang tercatat di Bursa, antara lain :
1. Obligasi Korporasi, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh Perusahaan Swasta Nasional
termasuk BUMN dan BUMD.
2. Sukuk adalah Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan mewakili bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share),
atas aset yang mendasarinya.
3. Surat Berharga Negara (SBN) merupakan Surat Berharga Negara yang terdiri dari Surat
Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara.
o Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan
utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran
bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa
berlakunya. Ketentuan mengenai SUN diatur dalam Undang Undang Nomor 24
Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.
o Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara adalah surat berharga
negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian
penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta
asing. Ketentuan mengenai SBSN diatur dalam Undang Undang Nomor 19 Tahun
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
4. Efek Beragun Aset (EBA) adalah Efek bersifat utang yang diterbitkan
dengan Underlying Aset sebagai dasar penerbitan.
Keuntungan Membeli Efek Bersifat Utang
Berikut adalah keuntungan membeli Efek Bersifat Utang, antara lain :
1. Mendapatkan kupon/fee/nisbah secara periodik dari efek bersifat utang yang dibeli. Pada
umumnya tingkat kupon/fee/nisbah berada di atas bunga Bank Indonesia (BI rate).
2. Memperoleh capital gain dari penjualan efek bersifat utang di pasar sekunder.
3. Memiliki risiko yang relatif lebih rendah dibandingkan instrumen lain seperti saham,
dimana pergerakan harga saham lebih berfluktuatif dibandingkan harga efek bersifat
utang. Pada efek bersifat utang yang diterbitkan oleh pemerintah dapat dikatakan sebagai
instrumen yang bebas risiko.
4. Banyak pilihan seri efek bersifat utang yang dapat dipilih oleh investor di pasar
sekunder.     
Perdagangan Efek Bersifat Utang
Pada umumnya, instrumen efek bersifat utang diperdagangkan melalui mekanisme over the
counter (OTC). Bursa menyediakan sistem khusus untuk memfasilitasi perdagangan efek bersifat
utang , yang dikenal dengan nama FITS (Fixed Income Trading System). FITS merupakan sistem
(automated remote trading) yang dimiliki Bursa Efek Indonesia untuk memfasilitasi
perdagangan efek bersifat utang di Indonesia.
Disamping itu, juga terdapat sistem pelaporan untuk transaksi efek bersifat utang , yang dikenal
dengan nama CTP-PLTE (Centralized Trading Platform – Pelaporan Transaksi Efek). CTP-
PLTE merupakan sistem elektronik, yang dapat digunakan sebagai sarana perdagangan dan
pelaporan transaksi efek bersifat utang .
Dengan diperdagangkannya efek bersifat utang, maka akan terjadi pembentukan harga efek
bersifat utang, yang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran efek bersifat utang  tersebut.
Adapun dasar-dasar yang dapat mempengaruhi harga wajar efek bersifat utang yang
diperdagangkan di Bursa, sebagai berikut:
1. Interest Rates
Besarnya suku bunga menjadi acuan bagi pembeli efek bersifat utang sebagai perbandingan
dasar tingkat pengembalian yang diharapkan. Tingkat suku bunga pasar dalam hal ini dapat
berupa BI rate. Ketika suku bunga pasar berubah, maka akan mempengaruhi harga efek bersifat
utang. Pada saat tingkat suku bunga pasar mengalami kenaikan, sementara besarnya tingkat
pengembalian atas efek bersifat utang adalah tetap, maka return riil dari investor dianggap
menjadi relatif lebih kecil. Hal ini akan menyebabkan terjadi aksi jual efek bersifat utang,
sehingga harga efek tersebut menjadi turun. Begitu pula sebaliknya.
2. Faktor Risiko
Risiko kredit menggambarkan kemampuan penerbit efek bersifat utang dalam melakukan
pembayaran bunga atau pelunasan pokok secara tepat waktu sesuai jatuh temponya. Pada
umumnya, efek bersifat utang diperingkat secara berkala oleh Lembaga Pemeringkatan Efek.
Investor dapat memanfaatkan informasi pemeringkatan efek bersifat utang dari Lembaga
Pemeringat Efek untuk mengukur risiko investasi pada suatu efek bersifat utang dan menilai
tingkat kredibilitas suatu perusahaan, serta juga dapat memperlihatkan kinerja/prospek
perusahaan. Ketika peringkat efek bersifat utang mengalami penurunan, mengindikasikan tingkat
risiko Penerbit dalam memenuhi kewajibannya menjadi lebih rendah yang pada akhirnya dapat
berpotensi gagal bayar. Kondisi tersebut akan menyebabkan harga efek bersifat utang tersebut
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan permintaan atas efek bersifat utang juga mengalami
penurunan karena efek bersifat utang tersebut dianggap tidak menarik bagi investor.
3. Jatuh Tempo
Efek bersifat utang yang tercatat di Bursa memiliki periode jatuh tempo yang berbeda-beda. Pada
saat jatuh tempo, Penerbit memiliki kewajiban untuk mengembalikan seluruh pokok efek bersifat
utang kepada Investor. Pada umumnya, harga efek bersifat utang berbanding terbalik dengan
jangka waktu obligasi. Semakin pendek jangka waktu efek bersifat utang, maka akan semakin
kecil tingkat ketidakpastian (risiko) atas efek bersifat utang tersebut. Disamping itu, semakin
efek bersifat utang tersebut mendekati tanggal jatuh temponya, maka harga efek tersebut akan
semakin mendekati nilai nominalnya (par).

Reksa Dana
Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya
pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung
risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun
hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu Reksa Dana juga diharapkan
dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.
Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer
Investasi.
Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)
didefinisikan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer
investasi.
Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut yaitu, Pertama, adanya dana dari masyarakat
pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan Ketiga, dana tersebut
dikelola oleh manajer investasi.
Dengan demikian, dana yang ada dalam Reksa Dana merupakan dana bersama para pemodal,
sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut.
Keuntungan dan Resiko
Manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam Reksa Dana, antara lain:
1. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi
investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai contoh, seorang
pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang tidak mungkin
dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar. Dengan Reksa Dana, maka akan
terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan diversifikasi baik
untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada
berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi.
2. Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal.
Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang mudah,
namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua pemodal
memiliki pengetahuan tersebut.
3. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana dimana dana tersebut
dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak perlu repot-repot untuk
memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer
investasi tersebut.
 
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang
keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain:
1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat berharga
lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut.
2. Risiko Likuiditas
Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian
besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang
dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption
tersebut.
3. Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika perusahaan
asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak segera membayar ganti rugi
atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana,
pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan
penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.
Dilihat dari portfolio investasinya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi:
1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa Dana jenis ini hanya melakukan investasi pada Efek bersifat Utang dengan jatuh tempo
kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)
Reksa Dana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk
Efek bersifat Utang. Reksa Dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari Reksa Dana
Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.
3. Reksa Dana Saham (Equity Funds)
Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk
Efek bersifat Ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi
dari dua jenis Reksa Dana sebelumnya namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
4. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)
Reksa Dana jenis ini melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan Efek bersifat Utang.

Exchange Traded Fund (ETF)


ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya
diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini
diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF merupakan penggabungan
antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal
transaksi jual maupun beli.

Berikut beberapa perbedaan ETF dengan Reksa Dana:

     Stock Mutual Fund ETF

Via Manajer Investasi atau Agent  Dealer Partisipan di Pasar Pr


Perdagangan melalui
Penjual Reksa Dana  Broker manapun di Pasar Se

Pasar primer: Creation unit ( = 1000


Minimum pembelian 1 unit unit)
Pasar sekunder: 1 Lot (100 unit)

Biaya pembelian dan penjualan


Biaya Transaksi Sesuai dengan biaya komisi broker/
kembali (umumnya 1% hingga 3%)

Dapat dikontrol (lebih rendah) karen


Risiko Manajer Investasi dari
Risiko Transaksi jual/beli ETF dapat dilakukan setiap
pengelolaan portofolio
bursa berlangsung

Nilai Aktiva Bersih per Perhitungan NAB/UP dilakukan


Perhitungan indikasi NAB/UP (iNA
Unit Penyertaan satu kali setelah penutupan jam
setiap saat selama jam perdagangan
(NAB/UP) Perdagangan di BEI

Harga Akhir hari Real time

Underlying Saham Indeks Acuan

T+7 (tujuh hari setelah transaksi


Settlement T+2 (dua hari setelah transaksi dilak
dilakukan)

Dealer Partisipan Tidak ada Ada

Dealer Partisipan adalah Anggota Bursa yang bekerja sama dengan Manajer Investasi (MI)
pengelola ETF untuk melakukan penjualan atau pembelian Unit Penyertaan ETF. Saat ini di
Indonesia ada 6 (enam) Dealer Partisipan yakni Bahana Sekuritas, Mandiri Sekuritas, Philip
Sekuritas, Sinarmas Sekuritas, Indopremier Sekuritas dan Panin Sekuritas.
Keuntungan ETF
Berikut ini merupakan keunggulan investasi pada ETF dibandingkan dengan alternatif investasi
lainnya:

Tujuan Berinvestasi ETF


Tujuan dari berinvestasi ETF adalah sebagai berikut:
1. Diversifikasi: Diversifikasi secara otomatis atas beberapa saham unggulan dalam
sekali order.

2. Fleksibilitas: Memanfaatkan fleksibilitas jual/beli yang tinggi, karena dapat


langsung melakukan pembelian maupun penjualan ETF selama jam bursa
berlangsung selayaknya saham.

Mekanisme Transaksi ETF


Berikut ini merupakan mekanisme transaksi ETF :
Peraturan ETF
Pengawasan ETF dilakukan oleh tiga pihak, yakni OJK, BEI dan KSEI. Transaksi ETF di
Indonesia diatur oleh peraturan berikut ini :
Derivatif

Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait
dengan kinerja aset lain. Aset lain ini disebut sebagai underlying assets. Efek derivatif
merupakan Efek turunan dari Efek “utama” baik yang bersifat penyertaan maupun utang. Efek
turunan dapat berarti turunan langsung dari Efek “utama” maupun turunan selanjutnya.
Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara 2 (dua) atau
lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual assets/commodities yang
dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu dan harga yang merupakan
kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak pembeli. Adapun nilai di masa mendatang
dari obyek yang diperdagangkan tersebut sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada
di spot market. 
Derivatif Keuangan
Derivatif yang terdapat di Bursa Efek adalah derivatif keuangan (financial derivative). Derivatif
keuangan merupakan instrumen derivatif, di mana variabel-variabel yang mendasarinya adalah
instrumen-instrumen keuangan, yang dapat berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks
obligasi, mata uang (currency), tingkat suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan lainnya.
Instrumen-instrumen derivatif sering digunakan oleh para pelaku pasar (pemodal dan perusahaan
efek) sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai (hedging) atas portofolio yang mereka
miliki. 
Dasar Hukum
 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
 Peraturan Pemerintah no.45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang
Pasar Modal.
 SK Bapepam No. Kep.07/PM/2003 Tgl. 20 Februari 2003 tentang Penetapan Kontrak
Berjangka atas Indeks Efek sebagai Efek
 Peraturan Bapepam No. III. E. 1 tgl. 31 Okt 2003 tentang Kontrak Berjangka dan Opsi
atas Efek atau Indeks Efek
 SE Ketua Bapepam No. SE-01/PM/2002 tgl. 25 Februari 2002 tentang Kontrak
Berjangka Indeks Efek dalam Pelaporan MKBD Perusahaan Efek
 Persetujuan tertulis Bapepam nomor S-356/PM/2004 tanggal 18 Pebruari 2004 perihal
Persetujuan KBIE-LN (DJIA & DJ Japan Titans 100)
Beberapa Jenis Produk Turunan yang diperdagangkan di BEI:
 
1. IDX LQ45 Futures
Kontrak Berjangka atau Futures adalah kontrak untuk membeli atau menjual suatu underlying
(dapat berupa indeks, saham, obligasi, dll) di masa mendatang. Kontrak indeks merupakan
kontrak berjangka yang menggunakan underlying berupa indeks saham.
IDX LQ45 Futures merupakan Suatu perjanjian yang mewajibkan para pihak untuk membeli
atau menjual sejumlah Underlying pada harga dan dalam waktu tertentu di masa yang akan
datang. LQ45 Futures menggunakan underlying indeks LQ45, LQ45 telah dikenal sebagai
benchmark saham-saham di Pasar Modal Indonesia. Di tengah perkembangan yang cepat di
pasar modal Indonesia, indeks LQ45 dapat menjadi alat yang cukup efektif dalam rangka
melakukan tracking secara keseluruhan dari pasar saham di  Indonesia. Berikut ini merupakan
spesifikasi dari IDX LQ45 Futures :

Kriteria Spesifikasi

Underlying Indeks LQ-45

Multiplier Rp 500.000 per poin indeks

Tick Size 0,05 (nol koma nol lima) poin indeks

Periode Kontrak 1 Bulan, 2 bulan, 3 bulan

Min. Initial Margin 4% X Poin Indeks X Jumlah Kontrak X Multiplier

Auto Rejection 10%

Sesi
Senin – Kamis : 09.00 – 12.00
Jum’at : 09.00 – 11.30
Jam Perdagangan Sesi II
Senin – Kamis : 13.30 – 16.15
Jum’at : 14.00 – 16.15
Untuk bulan kontrak yang jatuh tempo maka pada akhir hari perdagangannya akan

Settlement Cash, T + 1
IGBF

Produk SUN tenor 5 tahun SUN tenor 10 tahun

Kode Instrumen BM05H6 BM10H6

Contract Size IDR 1,000,000,000 IDR 1,000,000,000

Quotation Price Price

Tick Size 0.01 (1 bp) 0.01 (1 bp)

Tick Value IDR 100,000 IDR 100,000

Auto Rejection 300bp from reff price 300bp from reff price

1% X Contract Size X Number of 2% X Contract Size X Number of


Initial Margin
Contract X Futures Price Contract X Futures Price

Senin sampai Kamis: Senin sampai Kamis:


Sesi I : 09.00 – 12.00 Sesi I : 09.00 – 12.00
Sesi II : 13.30 – 16.15 Sesi II : 13.30 – 16.15
Jam Perdagangan
Jum’at: Jum’at:
Sesi I : 09:00 - 11:30 Sesi I : 09:00 - 11:30
Sesi II : 14.00 – 16.15 Sesi II : 14.00 – 16.15

3 bulan dari bulan Maret dengan siklus 3 bulan dari bulan Maret dengan siklu
Periode kontrak empat bulan (Maret, Juni, September empat bulan (Maret, Juni, September
dan/atau Desember) dan/atau Desember)

Settlement Cash Settlement (T + 1) Cash Settlement (T + 1)

Liquidity
Yes Yes
Provider

Spread LP 55 bp (±0.55%) 70 bp (±0.70%)

Min Quantity 10 contracts 10 contracts

Manfaat IDX LQ45 Futures

Berikut merupakan manfaat dari IDX LQ45 Futures :


2. Indonesia Government Bond Futures
Kontrak Berjangka Surat Utang Negara (KBSUN) / Indonesia Government Bond Futures (IGBF)
adalah suatu perjanjian yang mewajibkan para pihak untuk membeli atau menjual
sejumlah Surat Utang Negara pada harga dan dalam waktu tertentu di masa yang akan datang.
Berdasarkan catatan yang pada laporan DJPPR bulan Januari 2017,  Total Surat Utang Negara di
Indonesia adalah Rp1.554,92 Triliun. Posisi SUN Seri Benchmark Rp.167,87 Triliun, 62%
didominasi oleh SUN tenor 5 dan 10 tahun. Dengan jumlah yang sangat besar, Indonesia secara
signifikan membutuhkan instrumen lindung nilai untuk Pasar Surat Utang Negara. Hal ini
termasuk untuk Emiten dan Investor / Dealer Utama.
Berikut merupakan Spesifikasi bisnis IGBF : 
Mengapa IGBF Dibutuhkan?
Pasar Primer
1. Tingkat suku bunga yang tinggi dapat mengancam keberlanjutan dari kebijakan fiskal.
IGBF dapat menjadi tingkat suku bunga equilibrium untuk DMO dalam melakukan
aktivitas fiskal.

2. Memperluas Basis Investor


o IGBF akan menarik investor baru yang memiliki tujuan untuk melindungi
nilainya / keperluan untuk memiliki Obligasi.
o Investor secara luas akan mengurangi ketergantungannya terhadap pasar.

o Meningkatkan likuiditas karena penambahan jumlah investor dengan beragam


profil risiko
3.  Pasar Tunai dan Futures sangat erat kaitannya.
Pasar Sekunder
1. Meningkatkan aktivitas lindung nilai dan mempromosikan praktik manajemen risiko
2. Pasar Tunai dan Futures sangat erat kaitannya

Anda mungkin juga menyukai