Anda di halaman 1dari 2

Ekonomi

Artikel utama: Ekonomi Thailand

Bangkok, ibu kota, juga merupakan kota terbesar dan pusat ekonomi dan keuangan negara

Setelah menikmati rata-rata pertumbuhan tertinggi di dunia dari tahun 1985 hingga 1995 - rata-rata 9%
per tahun - tekanan spekulatif yang meningkat terhadap mata uang Kerajaan Thai, Baht, pada tahun
1997 menyebabkan terjadinya krisis yang membuka kelemahan sektor keuangan dan memaksa
pemerintah untuk mengambangkan Baht. Setelah sekian lama dipatok pada nilai 25 Baht untuk satu
dolar AS, Baht mencapai titik terendahnya pada kisaran 56 Baht pada Januari 1998 dan ekonominya
melemah sebesar 10,2% pada tahun yang sama. Krisis ini kemudian meluas ke krisis finansial Asia.

Kerajaan Thai memasuki babak pemulihan pada tahun 1999; ekonominya menguat 4,2% dan tumbuh
4,4% pada tahun 2000, kebanyakan merupakan hasil dari ekspor yang kuat - yang meningkat sekitar 20%
pada tahun 2000. Pertumbuhan sempat diperlambat ekonomi dunia yang melunak pada tahun 2001,
tetapi kembali menguat pada tahun-tahun berikut berkat pertumbuhan yang kuat di Tiongkok dan
beberapa program stimulan dalam negeri serta Kebijakan Dua Jalur yang ditempuh pemerintah Thaksin
Shinawatra. Pertumbuhan pada tahun 2003 diperkirakan mencapai 6,3%, dan diperkirakan pada 8% dan
10% pada tahun 2004 dan 2005.

Sektor pariwisata menyumbang banyak kepada ekonomi Kerajaan Thai, dan industri ini memperoleh
keuntungan tambahan dari melemahnya Baht dan stabilitas Kerajaan Thai. Kedatangan wisatawan pada
tahun 2002 (10,9 juta) mencerminkan kenaikan sebesar 7,3% dari tahun sebelumnya (10,1 juta).

Pertanian

Thailand adalah pengekspor beras terbesar kedua di dunia.

Thailand saat ini merupakan negara pengekspor terbesar produk pertanian dunia. Ekonomi Thailand
bergantung pada ekspor, dengan nilai ekspor sekitar 60% PDB, dan dari sekitar 60 % dari seluruh
angkatan kerja Thailand dipekerjakan di bidang pertanian. Komoditas pertanian yang dihasilkan adalah
beras dengan kualitas super, tapioka, karet, biji-bijian, gula, ikan dan produk perikanan lainnya. Thailand
adalah produsen sekaligus eksportir terbesar dunia untuk beras, gula, karet, bunga potong, bibit
tanaman, minyak kelapa sawit, tapioka, buah-buahan dan lain-lain produk pertanian, termasuk makanan
jadi. Hal ini terwujud berkat tingginya perhatian dan usaha yang diberikan oleh pemerintah Thailand
dalam meningkatkan pendapatan petani, dan tentunya, hal ini juga didukung oleh model atau sistem
pertanian yang baik sehingga dihasilkan kualitas pangan yang sangat baik. Itu sebabnya, negara
mengelola sektor ini secara sangat serius, bahkan didukung riset dan rekayasa teknologi yang melibatkan
para ahli dan pakar dunia. Melalui hasil riset dan rekayasa teknologi ini Pemerintah Thailand mengambil
kebijakan untuk mengembangkan satu produk pada satu wilayah yang dikenal dengan kebijakan satu
desa satu komoditas (one village one commodity) dengan memperhatikan aspek keterkaitannya dengan
sektor-sektor lain (backward and forward linkages), skala ekonomi dan hubungannya dengan outlet
(pelabuhan). Hal ini mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok bisnis, sehingga masing-masing wilayah
memiliki kekhasan sendiri sesuai dengan potensi wilayahnya.

Pemerintah Thailand juga memproteksi produk pertanian dengan memberikan insentif dan subsidi
kepada petani. Kebijakan ini telah mendorong masyarakat memanfaatkan lahan kosong dan tak produktif
untuk ditanami dengan tanaman yang berprospek ekspor. Sistem contract farming yang dipakai di
Thailand berbeda dari yang biasa kita kenal di Indonesia. Perusahaan melakukan kontrak dengan petani
tanpa mengharuskan petani menyerahkan jaminan. Di Indonesia, umumnya tanah petani menjadi
agunan, sehingga kalau petani gagal, tanah mereka akan disita. Kegagalan petani akan ditanggung oleh
negara. Statuta utama dalam kontrak tersebut adalah perusahaan menjamin harga minimal dari produk
yang dimintanya untuk ditaman oleh petani. Jika harga pasar diatas harga kontrak, petani bebas untuk
menjualnya ke pihak lain. Selain itu di Thailand juga menggunakan model pertanian Hidroponik untuk
meminimalisir penggunaan tanah. Karena, disana kualitas dan kuantitas tanah kurang memadai.

Pariwisata

Artikel utama: Pariwisata di Thailand

Wat Arun, Bangkok; Thailand juga merupakan salah satu tujuan wisata internasional paling penting.

Pariwisata memberikan kontribusi hingga 6% dari total ekonomi Thailand. Thailand merupakan negara
yang paling banyak dikunjungi di Asia Tenggara pada 2013 menurut Organisasi Pariwisata Dunia. Otoritas
Pariwisata Thailand menggunakan slogan Amazing Thailand untuk mempromosikan Thailand secara
internasional. Thailand memiliki daya tarik wisata beragam seperti menyelam, pantai tropis, kehidupan
malam, kuil Buddha, museum, situs arkeologis hingga beberapa situs warisan dunia. Wisata belanja di
Bangkok menawarkan beragam merek lokal maupun internasional serta mudah dijangkau dengan
beragam transportasi. Pasar Chatuchak di Bangkok menjual beragam peralatan rumah tangga hingga
binatang eksotis.

Anda mungkin juga menyukai