Pemetan Geologi Daerah Dokoro, Kemandobatur,Maitan,Dan Sekitarnya, Kecematan Tawanharfo dan
Wirosari, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tenggah
Julito Magalhaes da Cru: 09/290416/TK/36082 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kegiatan pemetaan geologi yang dilakukan pada daerah penelitian merupakan salah satu kurikulum yang wajib dilakukan oleh mahasiswa Teknik Geologi FT. UGM sebagai syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Geologi FT. UGM karena, mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang penting. Sehingga diharapkan mahasiswa mengusai ilmu geologi baik secara teori maupun lapangan untuk menjadi seorang ahli geologi yang baik. Maksud dari pemetaan geologi ini adalah sebagai salah satu persyaratan kelulusan dalam kurikulum S1 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu geologi yang telah diajarkan di kampus untuk diterapkan di lapangan. Sedangkan tujuan dari kegiatan pemetaan geologi ini adalah untuk merekonstruksi kondisi geologi daerah pemetaan dengan menyajikan dalam wujud peta geologi dengan skala 1: 25.000 berdasarkan data-data geomorIologi, stratigraIi, dan struktur geologi I.2. LOKASI, LUAS, DAN KESAMPAIAN DAERAH
Pemetan Geologi Daerah Dokoro, Kemandobatur,Maitan,Dan Sekitarnya, Kecematan Tawanharfo dan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tenggah Julito Magalhaes da Cru: 09/290416/TK/36082 Daerah pemetaan secara administratiI meliputi desa Kemandobatur, desa Dokoro, desa Maitan dan desa Mojo, Kecamatan Tawanharjo, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Daerah pemetaan berada pada Peta Rupa Bumi Digital Indonesia lembar 1408 424 (Kalimojo) dengan skala 1 : 25.000. Lokasi penelitian secara astronomis terletak kurang lebih antara 07o17`53`` LS 07o20`35`` LS dan 111o23`24`` BT 111o25`30`` BT. Luas daerah pemetaan ini kurang lebih 20 km2. Lokasi daerah pemetaan dapat dicapai dengan kendaraan pribadi (sepeda motor atau mobil) atau kendaran umum selama kurang lebih 6 jam dari Yogyakarta. Pada daerah pemetaan, secara umum lokasi penelitian sulit dicapai atau dijangkau dengan kendaraan roda empat namun lebih mudah jika berusaha dicapai dengan kendaraan roda dua. Dalam pelaksanaannya di lapangan, penyusun berusaha memanIaatkan kendaraan roda dua pada daerah-daerah yang relatiI bisa dijangkau dengan kendaraan tersebut. I.3. MAKSUD DAN TU1UAN Secara umum, pemetaan geologi dimaksudkan sebagai segala usaha yang dilakukan untuk mengetahui dan mengumpulkan data geologi yang ada pada suatu daerah yang dituangkan dalam bentuk peta geologi agar keadaan geologi dari daerah tersebut dapat diketahui dan dievaluasi. Maksud : Sebagai salah satu persyaratan kelulusan dalam kurikulum S1 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada agar mahasiswa mampu menerapkan ilmu geologi yang telah diajarkan di kampus untuk diterapkan di lapangan. Tujuan : Untuk merekonstruksi kondisi geologi daerah pemetaan dengan menyajikan dalam wujud peta geologi dengan skala 1: 25.000 berdasarkan data-data geomorIologi, stratigraIi, dan struktur geologi. I.4. TAHAPAN DAN WAKTU PEMETAAN Secara umum, tahapan kerja dalam pemetaan geologi ini dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap perencanaan pra lapangan Tahapan ini dilakukan sebelum dilakukannya pemetaan di lapangan, biasanya dilakukan di kampus atau di laboratorium. Dalam tahapan ini, pekerjaan yang dilakukan antara lain adalah: Mencari dan menyelesaikan masalah perijinan kerja di daerah pemetaan dengan instansi setempat, termasuk mencari base camp apabila diperlukan. Pemetan Geologi Daerah Dokoro, Kemandobatur,Maitan,Dan Sekitarnya, Kecematan Tawanharfo dan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tenggah Julito Magalhaes da Cru: 09/290416/TK/36082 Menyiapkan peta dasar kerja (base map). Peta dasar ini dapat berupa peta topograIi maupun peta RBI. Untuk memudahkan pekerjaan, peta dasar ini dapat didigitasi. Mengumpulkan data data sekunder yang berkaitan dengan kondisi geologi daerah pemetaan beserta inIormasi inIormasi lain yang berhubungan dengan daerah yang akan dipetakan. Melakukan interpretasi atau analisis awal dari peta dasar dan data sekunder yang diperoleh sehingga dapat dihasilkan peta pola penyaluran, pola pola kelurusan, serta peta geomorIologi prakiraan yang tampak dari peta dasar (peta topograIi). Melakukan perencanaan proses pemetaan yang akan dilakukan berdasarkan hasil interpretasi awal tersebut, yang meliputi jalur dan waktu kerja pemetaan, metode dan alat yang digunakan, serta prakiraan biaya yang akan dikeluarkan. 2. Tahap pekerjaan lapangan Dalam tahapan pekerjaan lapangan ini, ada tiga hal yang perlu dilakukan, yaitu tahapan orientasi (#econnaissance), pemetaan detail, dan pengecekan hasil kerja a. rientasi (#econnaissance). Pada tahapan ini dilakukan penjelajahan terhadap daerah pemetaan (kalau memungkinkan keseluruhan daerah pemetaan) bersama dengan dosen pembimbing. Dari penjelajahan tersebut secara sekilas dapat diketahui kondisi geologi, geograIis serta sosiologis dari daerah pemetaan secara umum, sehingga dapat ditentukan metode dan alat yang akan digunakan, serta perencanaan lintasan dan waktu yang diperlukan dalam kegiatan pemetaan tersebut. Tahap #econnaissance ini dijadwalkan pada tanggal ...... b. Pemetaan detail Pada tahapan ini pemeta harus dapat mengumpulkan data yang cukup dari daerah yang dipetakan dalam kurun waktu yang telah ditentukan, sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat lebih eIektiI dan eIisien. Tahapan kerja yang dilakukan dalam pemetaan detail berupa kerja di lapangan dan kerja di pangkalan kerja. Kerja di lapangan dilakukan dengan melakukan penjelajahan pada seluruh daerah pemetaan dengan melewati jalur lintasan, dimana pada jalur tersebut dibuat stasiun stasiun pengamatan (STA) dan loksi pengamatan (LP). Pada setiap STA dilakukan pengamatan, pengukuran, perekaman, pencatatan, pemotretan, dan/atau Pemetan Geologi Daerah Dokoro, Kemandobatur,Maitan,Dan Sekitarnya, Kecematan Tawanharfo dan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tenggah Julito Magalhaes da Cru: 09/290416/TK/36082 pengambilan contoh. Dari data yang diperoleh tersebut pemeta dapat menyusun peta lintasan yang telah dilewati. Kerja di pangkalan kerja dilakukan setelah kerja di lapangan selesai dilakukan, biasanya di lakukan di base camp pada sore atau malam hari. Pada tahapan ini dilakukan pengecekan terhadap kebenaran pengeplotan data lapangan, pemindahan data lapangan dari peta lintasan ke peta arsip, serta mencoba menyusun peta geologi sementara dan peta geomorIologi sementara dari data data yang telah diperoleh. Pada tahapan ini dapat pula dilakukan pembuatan proIil proIil geologi maupun geomorIologi serta kolom stratigraIi sementara. Tahapan pemetaan detail ini secara umum dijadwalkan pada tanggal c. Pengecekan Tahap pengecekan atau checking ini dapat dilakukan bersama dengan dosen pembimbing untuk mengetahui benar salahnya pekerjaan lapangan yang telah dilakukan dan data data yang telah diperoleh. Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah cukup sehingga peserta dapat kembali ke Yogyakarta untuk melakukan tahapan selanjutnya. Tahap pengecekan ini dijadwalkan pada tanggal
3. Tahap pasca lapangan Setelah peserta kembali dari lapangan, maka kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan pemrosesan, tabulasi, dan penaIsiran terhadap data data yang telah diperoleh di lapangan serta melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing. Selanjutnya, peserta dapat melakukan penyusunan poster dan laporan pemetaan sebagai hasil akhir dari kegiatan pemetaan mandiri. Tahap pasca lapangan ini dilakukan setelah pemeta kembali dari lapangan hingga pada batas akhir pengumpulan poster dan laporan akhir, yaitu pada tanggal I.5. METODE PEMETAAN Metode yang digunakan dalam pemetaan geologi ini adalah pemetaan geologi permukaan (surface mapping), yaitu pemetaan kondisi geologi daerah pemetaan yang dijumpai di permukaan bumi dengan cara melakukan pengamatan, pengukuran, perekaman, pencatatan, pemotretan, dan pengambilan contoh sampel yang representatiI secara langsung di lapangan. Data yang diperoleh dari pemetaan tersebut antara lain adalah data morIologi, litologi, stratigraIi, struktur geologi, serta data geologi lingkungan berupa potensi positiI (sumber daya) dan potensi negatiI (bencana). Setelah data lapangan diperoleh, kemudian dilakukan pekerjaan Pemetan Geologi Daerah Dokoro, Kemandobatur,Maitan,Dan Sekitarnya, Kecematan Tawanharfo dan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tenggah Julito Magalhaes da Cru: 09/290416/TK/36082 laboratorium, pemrosesan, dan analisa data yang meliputi analisa paleontologi, petrograIi, serta analisa lain yang dapat membantu dalam proses interpretasi dan pembuatan poster serta laporan akhir pemetaan I.6 PERLENGKPAN LAPANGAN DAN KEGUNAANNYA. Perlengkapan lapangan yang dibawa pada saat melakukan pemetaan meliputi: 1. Peralatan Lapangan 2. Peralatan Tulis 3. Peralatan Pribadi No Alat Kegunaan 1. GPS Sarana pengeplotan posisi 2. Kompas Geologi Sarana pengukuran jurus dan kemiringan perlapisan, kekar, sesar 3. Palu Geologi (Palu Sedimen) Alat pengambilan sampel batuan dan sebagai skala pembanding dalam Ioto. 4. Lup Alat bantu pengamatan megaskopis batuan. 5. Peta TopogaIi Sarana pengeplotan lokasi pengamatan, lokasi pengukuran struktur, lokasi pengambilan sampel dan sebagai peta dasar (base map) dalam pembuatan peta geologi. 6. Komparator Butir Membantu dalam penentuan ukuran Butir batuan di lapangan. 7. HCl (0.1 mol) Mengetahui kandungan material karbonatan pada batuan 8. Tongkat Jacob Untuk melakukan pengukuran stratigraIi dan sebagai skala pembanding dalam Ioto. 9. Clipboard Untuk menjepit peta di lapangan dan untuk membantu menentukan bidang dalam pengukuran jurus dan cemiringan perlapisan, kekar, sesar. 10. Plastik Sampel Tempat penyimpanan sampel batuan yang diambil di lapangan
Pemetan Geologi Daerah Dokoro, Kemandobatur,Maitan,Dan Sekitarnya, Kecematan Tawanharfo dan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tenggah Julito Magalhaes da Cru: 09/290416/TK/36082 I.7. PENELITIAN TERDAHULU. Daerah penelitian pemetaan masuk ke dalam Zona Kendeng. Dalam zona ini telah banyak diadakan penelitian pada waktu-waktu sebelumnya. Umumnya peneliti-peneliti tersebut berusaha mengupayakan penyajian data yang lebih lengkap dan akurat dari peneliti-peneliti sebelumnya. Data-data tersebut digunakan untuk berbagai keperluan dan penelitian geologi. Adapun peneliti-peneliti yang pernah melakukan penelitian mengenai Zone Kendeng ini antara lain: a. DuyIjes (1936) Menurut DuyIjes Fasies volkaniklastik mempunyai ketebalan yang lebih besar di bagian Barat dan semakin ke Timur semakin tipis dan berubah menjadi Iasies non-vulkanik. Formasi tertua yang tersingkap di Zona Kendeng bagian Timur yaitu Kalibeng bagian Timur yaitu Kalibeng bagian bawah yang berumur Miosen. b. Van Bemmelen (1949) Van Bemmelen menyebutkan bahwa Zona Kendeng terdiri dari imbrikasi sesar-sesar naik ke Utara (orthward Thrust Faults) dan lipatan-lipatan asimetri dengan sumbu lipatan yang relatiI Barat-Timur. Intensitas perlipatan dan sesar-sesar naik yang terjadi mempunyai intensitas yang sangat besar di Bagian Barat dan berangsur melemah ke arah Timur. c. Yuwono dan Musliki (1994) Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Yuwono dan Musliki menyatakan bahwa cekungan Jawa Timur Utara dapat dibagi menjadi 4 (empat) daur pengendapan. Hal ini didasarkan atas adanya diskontinuitas pengendapan atau ketidakselarasan, proses orogenesa dan penurunan muka air laut, pergerakan lempeng tektonik dan vulkanisme di Indonesia Barat. Daur pengendapan tersebut adalah : Pertama (Eosen-ligosen Akhir) diendapkan Formasi Ngimbang dan Kujung (Rembang). Kedua (ligosen Akhir-Miosen Tengah) menghasilkan Formasi Pelang yang ekuivalen dengan Formasi Prupuh, Tubun, Tawun, termasuk pasir Ngrayong (Rembang). Ketiga (Miosen Tengah-Plio Pleistosen) berkembang di Formasi Kerek dan Kalibeng (Kendeng) yang korelatiI dengan Formasi Bulu, Wonocolo, Ledok, dan Mundu (Rembang). Keempat (Plio Pleistosen-Resen) didistribusikan Formasi Sonde/Klitik, Pucangan dan Kabuh (Kendeng) yang setara dengan Formasi Selorejodan Lidah (Rembang). -. Sukardi dan Budhitrisna Secara litostratigraIi daerah Gundidh-Alas Kobong, Sumberlawang dibagi menjadi 2 (dua) satuan, yaitu Formasi Kerek dan Formasi Kalibeng. Daerah Pemetan Geologi Daerah Dokoro, Kemandobatur,Maitan,Dan Sekitarnya, Kecematan Tawanharfo dan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tenggah Julito Magalhaes da Cru: 09/290416/TK/36082 Penelitian termasuk dalam Formasi Kerek yang memiliki intensitas deIormasi sangat intensiI. Struktur geologi yang berkembang berupa sesar naik yang berarah relatiI E-W, NE- SW, dan NW-SE; sesar geser yang berarah SW dan NW-SE; serta lipatan-lipatan dengan sumbu relatiI Barat-Timur. e. de Genevraye & Samuel (1972) dalam Rahardjo (2004) de Genevraye mengungkapkan bahwa zona Kendeng yang meliputi daerah perbukitan dengan arah memanjang Barat-Timur yang terletak langsung disebelah utara Sub Zona Ngawi. Perbukitan ini tersusun oleh batuan sedimen laut dalam yang telah mengalami perlipatan secara intensiI membentuk suatu antiklinorium, dengan dimensi panjang 250 km dengan lebar maksimum 40 km. Berdasarkan studi pustaka dan hasil penelitian para peneliti terdahulu diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa daerah penelitian merupakan suatu zona dengan tingkat deIormasi yang sangat intensiI. Penelitian yang dilakukan selama ini kebanyakan berbicara tentang stratigraIi dan struktur secara regional. Penelitian yang khusus membahas tentang deIormasi ductile-brittle yang menghasilkan sesar-sesar dan lipatan pada Formasi Kerek di daerah Alas Kobong hingga Waduk Kedung mbo yang termasuk Zona Kendeng bagian Barat yang berguna untuk mengetahui perkembangan deIormasi di daerah penelitian khususnya dan di Zona Kendeng pada umumnya belum pernah dilakukan. Hal yang membedakan antara Zona Kendeng pada bagian Barat dan di bagian Timur adalah batuan tertua yang tersingkap. Formasi tertua yang tersingkap di bagian barat yaitu Formasi Pelang yang berumur Miosen Tengah (N8-N9). Formasi tertua yang tersingkap di Zona Kendeng Bagian Timur yaitu Kalibeng bagian bawah yang berumur Miosen.