Anda di halaman 1dari 53

PRODI TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

GEOLOGI
PENGEMBANGAN
WILAYAH
Dr. Budhi Kuswan Susilo, S.T., M.T.

1
DAERAH ALIRAN SUNGAI
DAN
PENGEMBANGAN
WILAYAH

2
CITRA LANDSAT OZARK PLATEAU
(elevasi 650 km)
FOTO UDARA
(elevasi 12 km)
FOTO UDARA
TERMINOLOGI DAS (1)
The drainage basin, sometimes referred to as catchment (or watershed in the USA), is the
fundamental geomorphic unit, which is the accounting unit that collects precipitation and
produces runoff and river flow (https://link.springer.com/referenceworkentry/10.1007%2F1-
4020-4494-1_83))
A drainage basin is an area of land where water from rain or snow melt drains downhill into
a body of water such as a river, lake, wetland or ocean. The drainage basin includes both the
streams and rivers that convey the water as well as the land surface from which water drains
into those channels (https://cteco.uconn.edu/guides/Basin.htm)
A drainage basin is the area of land that it drained by a river and its tributaries. When a
droplet of water falls onto the land (as precipitation), gravity will make sure that the water
is ‘pulled’ downhill to return to the sea
(https://www.bbc.co.uk/bitesize/guides/zxvw4qt/revision/3)
A watershed is an area of land that drains all the streams and rainfall to a common outlet
such as the outflow of a reservoir, mouth of a bay, or any point along a stream channel
(https://www.usgs.gov/special-topic/water-science-school/science/watersheds-and-drainage-
basins?qt-science_center_objects=0#qt-science_center_objects)
8
TERMINOLOGI DAS (2)

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang


merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alamiah, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan
(UU No 17 tahun 2017 tentang Sumber Daya Air)

9
DAS dimanapun merupakan
hasil interaksi antara aliran
materi dan energi yang masuk
‘’ dan bergerak didalam batas-
batasnya dan hambatan
permukaan topografi.
DAS digambarkan sebagai
sistem terbuka yang secara
permanen mengalami
pertukaran materi dan energi
dengan lingkungan sekitarnya
10
Skema pertukaran energi
antara DAS dan lingkungan
sekitarnya
Ip = input dari precipitasi (hujan)
Im = input dari aktivitas manusia
Iu = inpu dari bawah tanah
Iw = input dari angin
Is = input dari radiasi matahari
Or = output materi dan energi
melalui aliran sungai (Q - debit
sungai; R-perolehan sedimen;
M-konsentrasi muatan terlarut)
Oe = luaran karena evatransirasi
Om = luaran karena aktivitas
manusia
Ou = luaran bawah permukaan
Ow = luaran karena angin
Ol = luaran energi karena refleksi
dan radiasi
11
Horton’s model of overland flow production. Source: Adapted from
Horton (1945) - op.cit. Huggett, (2017)
12
Stream ordering:
(a) Strahler’s system. (b) Shreve’s system

13
Selected
morphometric
properties of
stream
networks and
drainage
basins
(Huggett,
2017)

14
Sistem klasifikasi
Horton-Strahler
dan hubungan
morfometri dari
DAS Ialomita,
yang terletak di
sisi selatan dari
Southern
Carpathians di
Rumania
This is a slide title

16
Memahami DAS tidak
‘’ terlepas dari geomorfologi
fluvial, dan problem DAS
berkenaan dengan alur
sungai (river channel) yang
membutuhkan pengelolaan
yang baik

17
Indicative sediment storage time in the river landscape. Reproduced,
with permission, from Brown, 1987. # 1987 John Wiley & Sons Limited
18
Links between the different scales of river geomorphology. Reproduced,
with permission, from Sear, 1995. # 1995 John Wiley & Sons Limited
19
20
Dimensi Bentuk Kanal Sungai

21
Classifications of channel patterns. (a) Channel form classified according to channel
pattern (straight, meandering, braided, and anastomosing) and sediment load
(suspended load, suspended-load and bed-load mix, bed load) - (Huggett, 2012)
22
Classifications of channel patterns.(b) A classification of river patterns that includes
single-channel and anabranching forms. Sources: (a) Adapted from Schumm (1981,
1985b) and Knighton and Nanson (1993); (b) Adapted from Nanson and Knighton
(1996) - op.cit. (Huggett, 2017)
23
Dimensi Bentuk Kanal Sungai

24
Dimensi Bentuk Kanal Sungai

25
Links and interactions between sediment
processes and fluvial landforms

26
Jenis Sumber Sedimen pada DAS

27
Kemungkinan perubahan karakteristik sedimen pada daerah tangkapan
air karena perubahan tata guna lahan atau rekayasa saluran

28
Commonly
observed
modes of
bank failure.
Modified,
with
permission,
from
Hemphill
and Bramley,
1989. #
1989 CIRIA.
www.ciria.or
g
29
Commonly observed modes of bank failure. Modified, with permission,
from Hemphill and Bramley, 1989. # 1989 CIRIA. www.ciria.org
Sear & Thore (2010)
30
Commonly observed modes of bank failure. Modified, with permission,
from Hemphill and Bramley, 1989. # 1989 CIRIA. www.ciria.org

Sear & Thore (2010)


31
Commonly observed
modes of bank failure.
Modified, with
permission,
from Hemphill and
Bramley, 1989. # 1989
CIRIA. www.ciria.org

Sear & Thore (2010)


32
Sear & Thore (2010)

Types of adjustment commonly observed in unstable channels. Modified, with


permission, from Downs, 1995. # 1995 John Wiley & Sons Limited
33
DAS dan Funneling Mechanism
Tiga Fungsi DAS
1) DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk
mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang
antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS,
kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan.
2) DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang
dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan
ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air,
kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait
pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
3) DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola
untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang
diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air,
ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih,
serta pengelolaan air limbah.

35
PENGELOLAAN DAS

36
Konsep Pengelolaan DAS (1)
Konsep “One River, One Plan, One Integrated Management -
OROPOIM” adalah pelingkungan pengelolaan terpadu dalam
lingkup suatu DAS
Pengelolaan DAS degan Konsep OROPOIM merupakan suatu
kesatuan dan keterpaduan antara masyarakat dan pemerintah
dalam satu aturan, sistem dan pengelolaan yang dipahami dan
dijalankan bersama dari tahapan perencanaan hingga pelaksanaan
tata kelola DAS
Aspek dalam pengelolaan terpadu harus mengacu pada:
konservasi dan pengelolaan lingkungan.
daya dukung dan daya tampung lingkungan.
pengembangan dan pengelolaan sumberdaya alam
37
Konsep Pengelolaan DAS (2)
§ Desentralisasi pengelolaan DAS dapat dilakukan, namun harus
didalam koridor OROPOIM.
§ Desentralisasi diperlukan untuk pengambilan keputusan dan lebih
meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan setempat dalam
lingkup terbatas, bila DAS memiliki cakupan sangat luas dan
melintasi beberapa wilayah administratif
§ Level desentralisasi ditentukan oleh keberadaan DAS
singgungannya dengan batas administrasi
§ Perlu negosiasi dan kerjasama terpadu antara kelompok pemangku
kepentingan untuk mencapai solusi dan peningkatan kinerja yang
lebih rasional dan adil dalam pengelolaan DAS

38
Model Keterkaitan Berbagai Aktifitas dalam DAS

39
Hubungan
Biofisik antara
DAS bagian
hulu dan hilir

40
Permasalahan Pengelolaan Sungai (1)
sedimentasi pada dasar sungai, khususnya kemunculan
kerikil
kontaminasi tanah pada dataran banjir melalui sedimentasi
tepian sengai dan evolusi dataran banjir
pengaruh penyesuaian saluran pada penyaluran banjir
manajemen erosi sungai
pengerukan endapan sedimen penyebab peningkatan
frekuensi banjir
Masalah TSS berlebih dan/atau asosiasi polutan/toksin
dengan TSS (termasuk limbah tambang logam).
41
Permasalahan Pengelolaan Sungai (2)
rehabilitasi sungai dan dataran banjir untuk perbaikan
habitat, saluran banjir, dan program pemeliharaan sungai
dan perlindungan banjir.
Mitigasi melalui restorasi (pemulihan) pengelolaan sungai
di masa lalu yang menyebabkan (saat ini) kerusakan
lingkungan sungai
desain saluran banjir/drainase yang ramah lingkungan
penilaian strategis permasalahan daerah tangkapan air,
termasuk Perencanaan Pengelolaan Banjir pada Daerah
Tangkapan Air dan penetapan status konservasi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
42
Studi Kasus: Permasalahan Banjir
Analogi paling jelas adalah perlindungan banjir. Masalah banjir dapat dilihat dari
dua skala.
Pertama, masalah lokal banjir itu sendiri, yang penyebabnya mungkin titik
terendah dalam banjir tanggul.
Kedua, masalah banjir dapat dilihat dari segi proses tangkapan air yang
lebih luas yang menyebabkan banjir, seperti perubahan kapasitas infiltrasi
permukaan tanah dan efisiensi jalur banjir melalui jaringan sungai.
Solusi untuk masalah
Solusi secara lokal => menaikkan tanggul banjir
Solusi secara holistik => membuat kantong penyimpanan banjir di hulu,
meningkatkan pengelolaan limpasan perkotaan). Yang pertama efisien
waktu, yang kedua lebih berkelanjutan.

43
Distribution of rainfall in River Tone catchment (NRA, 1995) dalam
Knight and Shamseldin (2006)
44
High ground and floodplain areas in the River Tone catchment (NRA,
1995) dalam Knight and Shamseldin (2006)
45
Schematic representation of
modelling runoff in a typical
catchment (after Shaw, 1994
dalam Knight and Shamseldin,
2006)

46
DAS dan Penyebab Banjir (1)
Penyebab alami:
v curah hujan (curah hujan, hujan es & pencairan salju)
v longsor (ketidakstabilan lereng, erosi, aktivitas seismik)
v gelombang badai (mis. Tekanan rendah di Laut Utara menaikkan
level pasang surut)
v permukaan air tanah yang tinggi (karenanya limpasan lebih cepat di
daerah tangkapan air di daerah berkapur [chalky limestone] atau
tanah jenuh)
v gletser mencair atau runtuh (karena aktivitas vulkanik)
v perubahan iklim (mempengaruhi curah hujan dan permukaan laut)

47
DAS dan Penyebab Banjir (2)
Penyebab buatan manusia:
v Keruntuhan bendungan (katastropis, limpasan berlebih, perpipaan, dll.)
v keruntuhan tanggul (tanggul penahan banjir sungai & pantai)
v gangguan/perambahan pada dataran banjir (bangunan pada dataran banjir,
kehilangan tempat penyimpanan)
v perubahan penggunaan lahan (perubahan jenis tanaman, pemadatan tanah,
penggundulan hutan, dll.)
v kontrol perencanaan yang tidak memadai di seluruh daerah tangkapan air (lokal &
nasional)
v kapasitas drainase yang tidak memadai (urbanisasi) & pendangkalan (alami)
v integrasi yang tidak memadai (misalnya antara sungai dan sistem saluran
pembuangan/drainase bawah tanah)
v pemeliharaan yang tidak memadai (aliran air perkotaan, penyumbatan gorong-gorong,
sistem saluran pembuangan).
48
Mitigasi banjir (1)
Ø Dibutuhkan pendekatan holistik untuk pengelolaan banjir
(perencanaan pra-banjir, operasional pengelolaan banjir dan
tanggap pasca banjir)
Ø Ada kebutuhan akan pekerjaan multidisiplin antara ahli
meteorologi dan ahli hidrogeologi untuk meningkatkan prakiraan
banjir dan antara insinyur, perencana dan ahli ekologi untuk desain
pertahanan banjir
Ø Keunggulan tindakan non-struktural untuk pertahanan banjir akan
meningkat sebagai bagian dari pengelolaan sungai yang
berkelanjutan
Ø Pemulihan dataran banjir ke fungsi aslinya harus didorong (secara
sosial dan dapat diterima secara politik)
49
Mitigasi banjir (2)
Ø Ada kebutuhan untuk memperluas evaluasi ekonomi untuk
memasukkan biaya dan manfaat yang "tidak berwujud" didalam
menilai aspek non-teknik dari kegiatan pertahanan banjir dalam
metodologi umum untuk penilaian kerusakan akibat banjir
Ø Adanya risiko harus membentuk kerangka kerja untuk mengelola
dan mengkomunikasikan dampak terjadinya banjir
Ø Penting untuk memasukkan faktor “manusia” dalam perencanaan
pertahanan banjir - termasuk bagaimana informasi tentang bannjir
disajikan untuk mencapai pengaruh tindakan yang diinginkan.

50
Pengelolaan DAS
dalam Sebaran Wilayah Administratif
• DAS Kabupaten/Kota: utuh dalam wilayah kab/kota dimanfaatkan
dan dikelola oleh satu pemerintah kab/kota tersebut
• DAS Lintas Kabupaten/Kota: berada lebih dari satu wilayah
kab/kota DAS dimanfaatkan dan dikelola secara terpadu oleh
pemerintah provinsi
• DAS Lintas Propinsi: berada lebih dari satu provinsi, dimanfaatkan
dan dikelola secara terpadu oleh pemerintah pusat
• DAS Lintas Negara: letaknya secara geografis melewati lebih dari
satu negara, maka dimanfaatkan dan dikelola bersama oleh
beberapa negara

51
Penutup:

‘’ Banyak permasalahan lingkungan


yang dapat muncul pada berbagai
aktivitas manusia didalam
pengembangan wilayah
Perlu sekali memperhatikan aspek
pengelolaan DAS dari hulu ke hilir
agar menjamin lingkungan
berkelanjutan

52
TERIMA KASIH

53

Anda mungkin juga menyukai