Anda di halaman 1dari 4

NAMA : FADHELLATUL KAMIL

NIM : 03071381722065
KELAS : PALEMBANG
MATA KULIAH : DESAIN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
TANGGAL 21 OKTOBER 2020

Matriks AMDAL, KLHS, DDDTLH, RPPPLH, dan UKL-UPL


Aspek yang Bentuk kajian perlindungan dan pengelolaan hidup
dinilai AMDAL KLHS DDDTLH RPPPLH UKL-UPL
tujuan Mengidentifikasi, Sebagai bagian Mewujudkan Perencanaan dan Tujuan dan
memprakirakan, instrument dari penataan ruang pengelolaan sasaran UKL-UPL
dan mengevaluasi RPPLH dalam wilayah dan kebijakan adalah untuk
dampak yang melindungi sumber pemanfaatan pelestarian menjamin suatu
mungkin terjadi daya alam dalam sumber daya alam lingkungan hidup rencana usaha dan
terhadap pembangunan yang sesuai dengan dan makhluk /atau kegiatan
lingkungan hidup berkelanjutan daya dukung dan hidup. dapat berjalan
yang disebabkan daya tampung berkesinambunga
oleh kegiatan yang lingkungan hidup n tanpa merusak
direncanakan. yang dapat lingkungan hidup.
menjamin
keberlanjutan suatu
wilayah dalam
mendukung
kebutuhan manusia
dan makhluk hidup
lainnya
pemrakarsa Dirumuskan oleh Perumusan Perumusan Disusun Dirumuskan oleh
perusahaan kebijakan, kebijakan yang pemerintah daerah perusahaan
perencanaan, dan diatur oleh yaitu perangkat
program yang pemerintah pusat daerah (OPD) dan
bersifat daerah ditetapkan dalam
berkelanjutan pada berkoordinasi bentuk perda
suatu daerah dengan dinas
sehingga Lingkungan Hidup
dikordinasikan oleh
pemerintah daerah
Jangkauan Wilayah proyek Nasional, Provinsi, Nasional, Provinsi, Nasional dan Wilayah proyek
wilayah perusahaan Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota Pulau/Kepulauan, perusahaan
Kabupaten/Kota.
Daerah tematik,
seperti kawasan
sektor hutan, air
dan lain-lain.
Pengajuan Kerangka Acuan Diajukan Kebijakan diajukan Kebijakan daerah Diajukan kepada
izin dan pada AMDAL Gubernur kepada  kepada menteri diajukan kepada Menteri dan
pembuatan Dinilai oleh komisi Menteri LHK; menteri (terbentuk guberbur hanya
dokumen penilai Amdal Bupati/Walikota perda) bila berlokasi:-
yang dibentuk  kepada Gubernur Lebih dari 1
Menteri, wilayah-Pada
gubernur, daerah sengketa-
bupati/walikota di wilayah laut>12
mil-Batas negara
(menteri), batas
kabupaten/kota(g
ubernur).

Untuk yang
berlokasi pada
satu wilayah
kabupaten/kota,
dan wilayah laut
1/3 dari wilayah
laut provinsi
disampaikan
kepada
Bupati/walikota
sumber Data sampel, data DDDTLH, kebijakan Data administrasi, Instrument KLHS, Data sampel, data
data dalam lapangan, data pemerintah, Data data spasial Amdal, UPL-UKL, lapangan, data
analisis spasial administrasi, data Data administrasi, spasial
spasial data spasial
Posisi Mencakup studi Mencakup wilayah Mencakup wilayah Mencakup wilayah Mencakup studi
kelayakan daerah administrasi. Tahap administrasi . administrasi. daerah proyek ;
proyek hilir siklus kebijakan, rencana, Tahapan analisis Perencanaan yang hilir siklus
pengambilan & program; hulu yang kemudian terdiri dari hasil pengambilan
keputusan siklus pengambilan dijadikan acuan kajian AMDAL, keputusan
keputusan dalam penyusunan UKL-UPL, dan KLHS
KLHS dan RPPLH berdasarkan
pedoman DDDTLH
Dokumen Dokumen Kebijakan dalam Laporan kajian Peraturan RPPLH Dokumen
yang penilaian, izin RTRW, RPJM/P, RKP DDDTLH tiap dari tiap daerah penilaian dan izin
dihasilkan lingkungan wilayah usaha

Substansi dan perbedaan dari AMDAL, KLHS, DDDLTH, RPPLH, dan UKL-UPL
1. Amdal
Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Amdal dilakukan untuk mendapatkan izin lingkungan
yang dimana hanya diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan.
Dokumen Amdal (Pasal 25 UU 32 Tahun 2009) memuat:
1. Pengkajian dampak rencana usaha dan/atau kegiatan
2. Evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
3. Saran dan masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan
4. Prakiraan terhadap besaran dampak
5. Evaluasi secara holistik untuk menentukan kelayakan atau tidak kelayakan lingkungan hidup
6. RKL-RPL

Setiap usaha yang wajib memiliki amdal memiliki kriteria sesuai dengan pasal 23 ayat 1 UU
No. 32/2009, antara lain sebagai berikut.
1. Pengubahan bentuklahan dan bentangalam
2. Terjadi eksploitasi sumberdaya alam, baik terbarukan maupun tidak terbarukan
3. Proses atau kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
4. Proses atau kegiatan yang berpotensi mempengaruhi alam, sosial, dan budaya
5. Proses atau kegiatan yang mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi alam
6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan dan jasad renik
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati
8. Kegiatan yang mempengaruhi pertahanan negara
9. Penerapan teknologi yang mempengaruhi lingkungan hidup

Penysunan dokumen Amdal diharuskan kepada tim penysun yang memiliki seritifikat
kompetensi penyusun Amdal (pasal 28 ayat 1 dan 2 UU 32/2009) yang memiliki kriteria berikut.
1. Penguasaan metodologi Amdal
2. Pengusaan perlingkupan, prakiraan, dan evaluasi dampak serta pengambilan keputusan
3. Kemampuan penysunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

Dokumen Amdal disusun dengan melibatkan masyarakat. Dokumen Amdal dinilai oleh
Komisi Penilai Amdal yang dibentuk oleh Menteri, gubernur.
2. KLHS
KLHS (Pasal 1 Ayat 10 UU 32/2009) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh,
dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program.
KLHS memuat kajian (Pasal 16 UU 32/2009):
1. Kapasitas DDDLTH untuk pembangunan
2. Perkiraan dampak dan risiko lignkungan hidup
3. Kinerja layanan/jasa ekosistem
4. Efisiensi pemanfaatan SDA
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
6. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati

KLHS merupakan bentuk kajian yang wajib dimasukkan dalam penyusunan atau evaluasi
rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana pembangunan jangka panjang
(RPJP), dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Kemudian KLHS menjadi bagian dalam penyusunan kebijakan, perencanaan, program lingkungan
hidup (pasal 15 UU 32 tahun 2009). Hasil KLHS berupa dokumen kebijakan, sistem perencanaan,
dan/atau program pembangunan suatu wilayah.

3. DDDTLH
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (DDDTLH) merupakan kemampuan
lingkungan dalam mendukung dan menampung energy yang masuk untuk kebutuhan manusia dan
makhluk hidup lain dan keseimbangan keduanya. (Pasal 7 dan 8 UU 32 Tahun 2009).
Penysunan DDDTLH ini dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi, dan Daerah
Kabupaten/kota yang berkoordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup. DDDLTH menyusun kajian
kebutuhan manusia terhadap sumber daya alam di dalamnya. Penyusunan DDDLTH menjadi acuan
dalam pembentukan KLHS dan RPPLH.
Dokumen DDDTLH berupa laporan tiap daerah yang memuat metode penyusunan DDDTLH
yang terdiri dari Wilayah ecoregion dan penutupan lahan. Kemudian dokumen tersebut memuat
daya dukung SDA dengan memaparkan jasa ekosistem. Jasa ekosistem terbagi menjadi jasa
ekosistem penyediaan, regulasi, kultural, dan pendukung. Dalam dokumen memuat lampiran berupa
peta dan informasi DDDLTH.

4. RPPLH
Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (RPPLH) dalam Pasal 1 ayat 4 UU
32/2009 merupakan perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta
upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu. Inventarisasi RPPLH
berdasarkan pada tingkat nasional, tingkat pulau/kepulauan, dan tingkat wilayah ecoregion.
RPPLH (Pasal 10 Ayat 4) memuat perencanaan mengenai:
1. Pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya alam
2. Pemeliharaan dan perlindungan terhadap kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup
3. Pengendalian, pemantauan, dan pendayagunaan serta pelestarian sumber daya alam.
4. Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim

Dokumen RPPLH disusun oleh pemerintah Nasional, dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten/kota. RPPLH diatur dalam kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) RPPLH Nasional,
Peraturan Daerah (Perda) RPPLH Provinsi, dan Peraturan Daerah kabupaten/kota (Perda) RPPLH
kabupaten/kota.
Perspektif desain pengelolaan lingkungan mengenai RPPLH memliki bentuk kegiatan dalam
pengelolaan lingkungan dan pelestarian sumber daya alam berdasarkan pedoman DDDLTH dan hasil
instrumen dari RPPLH.

5. UKL-UPL
Dalam perspektif Desain Pengelolaan Lingkungan penyusunan UKL-UPL didasarkan pada
jenis usaha yang tidak perlu dalam pengrusakan alam. Artinya usaha yang dibangun tidak berpotensi
merusak lingkungan. Ketentuan UKL-UPL biasanya berupa kegiatan usaha mikro. Perizinan nya pun
hamper sama seperti pengajuan Amdal.

Anda mungkin juga menyukai