Anda di halaman 1dari 61

Muatan Teknis PEH

bidang PDASRH, PPI,


dan PSKL
Disampaiakan pada Penyegaran Muatan Teknis
Jabatan PEH bagi PPNPN Lingkup KLHK
Oleh : Masudah, S.Hut, MP
PEH Madya Dit. KTA, Ditjen PDASRH
Muatan Teknis PEH bidang PDASRH :
1. Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai;
2. Perbenihan Tanaman Hutan;
3. Rehabilitasi Hutan;
4. Konservasi Tanah dan Air; dan
5. Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove
Dasar Hukum :
1. Undang Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2004.
2. Undang-undang No. 20 tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2O2O tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan.
5. PP Nomor 37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah aliran Sungai
6. Peraturan Menteri LHK Nomor P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020 tentang
Penyelenggraan Perbenihan Tanaman Hutan
7. Peraturan Presiden Nomor 60 tahun 2021 tentang Penyelamatan Danau prioritas Nasional
8. Peraturan Menteri LHK Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perencanaan Kehutanan,
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, serta
Penggunaan Kawasan Hutan.
9. Peraturan Menteri LHK Nomor 23 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan
Dan Lahan.
10. Peraturan Menteri LHK Nomor P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 tentang Penanaman
dalam rangka Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai.
11. Permenhut P.60/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Penyusunan dan Penetapan Rencana
Pengelolaan DAS
12. Permenhut Nomor : P.04/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Reklamasi Hutan.
13. Permenhut Nomor: P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan
Reklamasi Hutan
Muatan Teknis PEH
bidang PDASRH

Perencanaan dan Pengawasan


Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Beberapa Pengertian
1. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-
anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa punggung
bukit atau gunung yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah
hujan, menyimpan, dan mengalirkannya ke danau atau laut secara alami.
2. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan
timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan
segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem
serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara
berkelanjutan
3. Klasifikasi DAS adalah pengkategorian DAS berdasarkan kondisi lahan
serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi
bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah.
4. DAS yang dipulihkan daya dukungnya adalah DAS yang kondisi lahan
serta kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi
bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
5. DAS yang dipertahankan daya dukungnya adalah DAS yang kondisi
lahan, kualitas, kuantitas dan kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi
5. Rencana Umum Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai yang
selanjutnya disingkat RURHL-DAS adalah rencana indikatif kegiatan RHL selama
10 (sepuluh) tahun yang disusun berdasarkan kondisi biofisik dan sosial ekonomi
serta budaya masyarakat setempat dalam satuan unit ekosistem DAS/Sub DAS atau
wilayah DAS.
6. Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya disingkat
RTnRHL adalah rencana RHL yang disusun pada tahun sebelum kegiatan (T-1)
yang bersifat operasional berisi lokasi definitif kegiatan RHL, volume kegiatan,
kebutuhan bahan dan upah serta kegiatan pendukung.
7. Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan yang selanjutnya disingkat RTnRH adalah
rencana rehabilitasi hutan pada kawasan hutan yang disusun pada tahun sebelum
kegiatan (T-1) yang bersifat operasional berisi lokasi definitif kegiatan rehabilitasi
hutan vegetatif maupun rehabilitasi hutan sipil teknis, volume kegiatan, kebutuhan
bahan dan upah serta kegiatan pendukung.
8. Rencana Tahunan Rehabilitasi Lahan yang selanjutnya disingkat RTnRL adalah
rencana rehabilitasi lahan yang dilaksanakan diluar kawasan hutan yang disusun
pada tahun sebelum kegiatan (T-1) yang bersifat operasional berisi lokasi definitif
kegiatan rehabilitasi hutan vegetatif maupun rehabilitasi hutan sipil teknis, volume
kegiatan, kebutuhan bahan dan upah serta kegiatan pendukung.
TUJUAN PENGELOLAAN DAS
• Mencapai Masyarakat yang sejahtera (adil,

makmur, merdeka dan berdaulat;

• Mewujudkan kepedulian, kemampuan dan


partisipasi aktif para pihak yang
menghasilkan harmoni dan sinergi dalam
pengelolaan DAS agar pembangunan dapat
berkelanjutan

• Daya dukung dan daya tampung


lingkungan dan ekosistem DAS meningkat,
termasuk terjaganya produktifitas Hutan
dan lahan

• Tata air DAS optimal (kuantitas,


kualitas, dan kontinuitas dalam
distribusi ruang dan waktu).
Konsep Perencanaan Masukan (Input):

RURHL 1. Rencana Kehutanan


2. RPDAS
(PP 26 Tahun 2020) 3. Rencana Pengelolaan SDA
Disusun dan 4. Rencana Tata Ruang
5. Peta Lahan Kritis
Ditetapkan
6. Peta Mangrove
MENTERI 7. Peta Cekungan Air Tanah
Rencana Umum RHL DAS 8. Peta Kekritisan Daerah Resapan
Masa Berlaku RU-RHL
(RURHL-DAS) DAS Muatan RU-RHL DAS:
1. Rencana Pemulihan Hutan dan Lahan
10 Tahun. 2. Pola Pelaksanaan Kegiatan RHL
3. Pengendalian Erosi & Sedimentasi
Review Ulang
4. Pengembangan SD Air
Setiap 5 Tahun 5. Kelembagaan
6. Sosek

Disusun setiap 1 Tahun sekali Rencana Tahunan RHL Mengacu RU-


Rencana Tahunan RHL (T-1) RHL DAS berdasarkan hasil Pemetaaan
Kapasitas Kelembagaan Skala tapak
(RTnRHL) • RTnRHL Kawasan hutan disusun dan
ditetapkan Menteri, kecuali Tahura oleh
Gub/Bupati/walikota
Informasi: Jenis Keg, Lokasi,
• RTnRL disusun dan ditetpakan oleh Volume, Pembiayaan
Gub
 
Rancangan Rancangan Kegiatan
RHL T-1/T-0
Pemerintah, Provinsi, Kab/Kota
10
MENGAPA
RURHL-DAS REHABILITASI
HUTAN DAN
LAHAN KRITIS

DISUSUN PEMULIHAN
REHAB DAS
DAN
DAS RAWAN REKLAMASI
BENCANA BEKAS
TAMBANG

• Sebagai Dasar pelaksanaan


RHL selama 10 tahun
kedepan. PERLINDUNGAN
CALO
DTA WADUK &
IBUKO
• Dasar Pengangaran 10 tahunECORIPARIAN
SEMPADAN/
NEGAR

ke depan. RURH

L
Dasar pelaksanaan RHL bagi
UPT dan stakeholder lain.
• Dasar Pembuatan PERLINDUNGAN
DAN
KAWASAN
PENINGKATAN
Persemaian Permanen NILAI ESTETIS
LINDUNG DAN
BUDIDAYA DI
KAWASAN
LUAR KAWASA
Modern (30 Unit) WISATA
UNGGULAN
• RHL di Lokasi IKN (65%
dari total areal IKN) PEMULIHAN
EKOSISTEM AREAL BEKAS
KAWASAN TERBAKAR
KONSERVASI

11
Cakupan RU RHL DAS
DAS
Ekosistem Ekosistem
Ekosistem
Mangrove-
Daratan Bergambut
Sempadan Pantai
Dalam Dalam Luar
Luar Sempada
Kawasan Mangrove Kawasan Kawasan
Kawasan n Pantai
Hutan Hutan Hutan

RHL Per-
RHL pada Fungsi RHL pada
RHL Per- Dalam Luar
Kawasan Kawasan Kawasan
Fungsi Kawasan Kawasan
Lindung dan Pada Lindung dan
Kawasan Hutan Hutan
Budidaya Kawasan Budidaya
LIndung 12
Muatan Teknis PEH
bidang PDASRH

Perbenihan Tanaman Hutan


Beberapa Pengertian :
1. Benih Tanaman Hutan yang selanjutnya disebut Benih adalah
bahan tanaman yang berupa bahan generatif (biji, serbuk sari)
atau bahan vegetatif yang digunakan untuk memperbanyak
dan/atau mengembangbiakkan tanaman hutan.
2. Bibit Tanaman Hutan yang selanjutnya disebut Bibit adalah
tumbuhan muda hasil pengembangbiakan secara generatif atau
secara vegetatif.
3. Sumber Benih adalah suatu tegakan di dalam kawasan hutan atau
di luar kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi Benih
berkualitas.
4. Tegakan Benih Teridentifikasi yang selanjutnya disingkat TBT
adalah Sumber Benih dengan kualitas tegakan ratarata atau
memenuhi standar produktivitas, yang ditunjuk dari hutan alam
atau hutan tanaman dan lokasinya teridentifikasi dengan tepat
5. Tegakan Benih Terseleksi yang selanjutnya disingkat TBS adalah Sumber
Benih yang berasal dari TBT dengan kualitas tegakan di atas rata-rata atau
memenuhi standar produktivitas.
6. Areal Produksi Benih yang selanjutnya disingkat APB adalah Sumber Benih
yang dibangun khusus atau berasal dari TBT atau TBS yang ditingkatkan
kualitasnya melalui penebangan pohon-pohon yang fenotipanya tidak bagus
atau memenuhi standar produktivitas.
7. Tegakan Benih Provenan yang selanjutnya disingkat TBP adalah Sumber Benih
yang dibangun dari Benih yang provenannya telah teruji atau memenuhi
standar produktivitas.
8. Kebun Benih Semai yang selanjutnya disingkat KBS adalah Sumber Benih
yang dibangun dari bahan generatif yang berasal dari pohon plus pada tegakan
yang diberi perlakukan penjarangan berdasarkan hasil uji keturunan untuk
memproduksi materi generatif (biji) atau memenuhi standar produktivitas.
9. Kebun Benih Klon yang selanjutnya disingkat KBK adalah Sumber Benih yang
dibangun dari bahan vegetatif yang berasal dari pohon plus pada tegakan yang
diberi perlakukan penjarangan berdasarkan hasil uji keturunan untuk
memproduksi materi generatif (biji) atau memenuhi standar produktivitas.
10. Kebun Pangkas yang selanjutnya disingkat KP adalah Sumber
Benih yang dibangun dari bahan vegetatif yang berasal dari
klon unggul berdasarkan hasil uji klon untuk memproduksi
materi vegetatif atau memenuhi standar produktivitas
11. Sumber Daya Genetik adalah materi genetik yang terdapat
dalam kelompok tanaman hutan dan merupakan sumber sifat
keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau
direkayasa untuk menciptakan jenis unggul dan varietas baru.
12. Areal Konservasi Sumber Daya Genetik adalah areal yang
dikelola untuk mempertahankan keberadaan dan kemanfaatan
Sumber Daya Genetik dari suatu jenis tanaman hutan, dalam
bentuk tegakan konservasi genetik, arboretum, bank gen, atau
bank klon
13. Uji Adaptasi adalah uji lapang untuk mengkaji keunggulan
Varietas yang akan dilepas dan dilakukan di beberapa tempat
TUJUAN PENYELENGGARAAN PTH
(PERMENLHK P.3/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2020)

MENJAMIN
MENJAMIN TERSEDIANYA
KELESTARIAN BENIH
SUMBER DAYA DAN/ATAU BIBIT
GENETIK TANAMAN TANAMAN
HUTAN HUTAN DENGAN
& PEMANFAATANNYA MUTU YANG
BAIK
KOMPONEN PENCAPAIAN
SUMBER BENIH UNGGUL YANG DIBANGUN

 PEMBANGUNAN SUMBER BENIH UNGGUL  PEMELIHARAAN SUMBER BENIH


Th Penyi- Pe- Pe- Pengu- Peme Penga Seleksi & Mo-
angan nyi- mu- kuran liha- manan penja- nev
& pen- ra- pu- raan rangan *)
dangi- man kan label
ran *)

I √ √ √ √ √ √ - √

II √ √ √ √ √ √ - √
(+) evaluasi tahun ke-5 *) apabila diperlukan
III √ - √ √ √ √ √ √

Eksploras Survey, Pembibitan Penanaman & IV √ - - √ √ √ √ √


i& pengukuran dst
pemeliharaan
pengum &
tahun berjalan
pulan penyusunan
materi rancangan
genetik
KOMPONEN PENCAPAIAN
BENIH BERKUALITAS
Penyiapan SDM
tenaga sertifikasi sumber benih, Sertifikasi
sertifikasi mutu benih, sertifikasi mutu
sumber benih, mutu benih, mutu bibit
bibit, pengawas peredaran benih dan
bibit, penghitungan potensi produksi
benih, pengelolaan sistem informasi
PTH Penetapan pelaku usaha PTH
Perencanaan kebutuhan benih penilaian & penerbitan
untuk produksi bibit sumber dana APBN rekomendasi, penetapan pelaku
(RHL, persemaian permanen, KBR, KBD, usaha PTH
pembangunan sumber benih) & sumber
dana lainnya

Pemeliharaan fisik & evaluasi Pemantauan & pengawasan


Pemantauan peredaran
pada sumber benih/ASDG yang telah benih & bibit, fasilitasi
dibangun pemasaran benih

*) pemilihan komponen sesuai kebutuhan prioritas di lapangan


KOMPONEN PENCAPAIAN
BIBIT BERKUALITAS

Pemantauan distribusi &


penanaman bibit Produksi &
berkualitas distribusi bibit
Pemeliharaan
sarana & prasarana Operasional
Perencanaan Persemaian
produksi bibit
Permen LHK No. 23Tahun 2021 Pasal 13
(1) Penyediaan bibit dilaksanakan melalui pembuatan bibit atau pengadaan bibit
(2) Pembuatan bibit dilakukan melalui proses produksi bibit pada :
a. Persemaian Permanen;
b. Persemaian Modern; .
c. KBR, KBD dan/atau
d. Persemaian yang dibuat oleh masyarakat atau Badan Usaha
SE.1/PDASRH/SET/DAS.1/2/2022 tentang Pelaksanaan Kegiatan RHL Th 2022
a. Mengutamakan penggunaan bibit hasil produksi persemaian yang dikelola
oleh BPDASHL/BPTH;
b. Memperhitungkan biaya distribusi bibit dan pemeliharaan sementara di
lokasi penanaman; paling banyak 30 % dari komponen penyediaan bibit
dalam HSPK

Pembuatan Bibit khusus jenis sengon, jati, mahoni, gmelina, jabon, cendana, kayu putih,
kemiri, cempaka, pinus, dan gaharu harus menggunakan Benih yang diambil dari Sumber
Benih bersertifikat.
MEKANISME DISTRIBUSI
BIBIT
distribusi
tidak
langsung  Rehabilitasi
Hutan
PERSEMAI Persemaian
 Rawan/Pasca
Bencana
Transit/TPS
AN  Penghijauan
(Hutan Rakyat,
Hutan Kota)
 Penghijauan
Lingkungan
 Hutan Sosial
distribusi
langsung
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN BENIH MENJADI BIBIT BERKUALITAS

KARAKTER
BENIH MUTU
(ORTODOK/ BENIH
REKALSITRAN)

PEMELIHARAN BIBIT MUSIM


BIBIT PASCA BERKUALI BERBUNGA
KEGIATAN & BERBUAH
PENYAPIHAN
TAS

PERLAKUAN
PENDAHULUAN
BENIH
(PERENDAMAN/
SKARIFIKASI)
Muatan Teknis PEH
bidang PDASRH

Rehabilitasi Hutan
Beberapa Pengertian
1. Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya disingkat RHL adalah
upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi
hutan dan lahan guna meningkatkan daya dukung, produktivitas dan
peranannya dalam menjaga sistem penyangga kehidupan
2. Agroforestri adalah optimalisasi pemanfaatan lahan dengan sistem
kombinasi tanaman berkayu, buahbuahan, atau tanaman semusim
sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis di antara komponen
penyusunnya
3. Lahan Kritis adalah lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan
yang telah menurun fungsinya sebagai unsur produksi dan media pengatur
tata air DAS.
4. Reboisasi adalah upaya penanaman jenis pohon pada kawasan hutan,
untuk mengembalikan fungsi hutan.
5. Penghijauan adalah kegiatan untuk memulihkan dan meningkatkan daya
dukung lahan di luar kawasan hutan untuk mengembalikan fungi lahan
Rehabilitasi Hutan dilakukan pada
kawasan
a. Hutan Konservasi, ditujukan untuk pemulihan ekosistem,
pembinaan habitat dan peningkatan keanekaragaman hayati;
b. Hutan Lindung, ditujukan untuk memulihkan fungsi
hidrologis DAS dan meningkatkan produksi HHBK serta
jasa lingkungan; dan
c. Hutan Produksi, ditujukan untuk meningkatkan produktivitas
kawasan Hutan Produksi
Reboisasi dengan pola intensif
• Reboisasi dengan pola intensif dilakukan pada kawasan hutan yang tidak
terdapat aktivitas pertanian masyarakat
• Jenis tanaman pada hutan lindung berupa
1) tanaman yang mempunyai perakaran dalam;
2) evapotranspirasi rendah;
3) tanaman HHBK yang menghasilkan getah/kulit/buah; dan/atau
4) tanaman kayu-kayuan.
• Jenis tanaman pada produksi berupa “
1) nilai komersialnya tinggi;
2) teknik silvikulturnya telah dikuasai;
3) mudah dalam pengadaan Benih dan Bibit yang berkualitas;
4) disesuaikan dengan kebutuhan pasar; dan/atau
5) sesuai dengan agroklimat
• Jumlah tanaman sebanyak 625 (enam ratus dua puluh lima) batang/hektare
sampai dengan 1.100 (seribu seratus) batang/hektare
Reboisasi dengan pola agroforestry
• dilaksanakan pada kawasan hutan yang terdapat aktivitas pertanian masyarakat
• Jenis tanaman pada hutan lindung berupa
1) tanaman yang mempunyai perakaran dalam;
2) evapotranspirasi rendah;
3) tanaman HHBK yang menghasilkan getah/kulit/buah; dan/atau
4) tanaman kayu-kayuan.
• Jenis tanaman pada produksi berupa “
1) nilai komersialnya tinggi;
2) teknik silvikulturnya telah dikuasai;
3) mudah dalam pengadaan Benih dan Bibit yang berkualitas;
4) disesuaikan dengan kebutuhan pasar; dan/atau
5) sesuai dengan agroklimat
• Jumlah tanaman pokok dengan jenis tanaman kayu-kayuan dan/atau pohon HHBK
paling sedikit 400 (empat ratus) batang/hektare dan tanaman sela/pagar/sekat bakar
paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari tanaman pokok; atau dalam hal
telah terdapat tanaman sela/pagar/sekat bakar/semusim paling sedikit 500 (lima
ratus) batang/hektare, tanaman pokok ditanam paling sedikit 200 (dua ratus)
batang/hektare.
Pelaksanaan kegiatan Reboisasi meliputi
tahapan
1. penyusunan rancangan kegiatan;
2. persiapan;
3. penyediaan Bibit;
4. penanaman; dan
5. Pemeliharaan.
Muatan Teknis PEH
bidang PDASRH

Konservasi Tanah dan Air


TUJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN
KONSERVASI TANAH DAN AIR

Menurunkan laju sedimentasi dan erosi.

Memperlambat aliran permukaan


(surface run-off).
Melindungi bangunan vital
Menampung dan meresapkan air.
• Penerapan Teknik Konservasi Tanah adalah salah satu
pelaksanaan kegiatan dalam rehabilitasi hutan yang dilakukan
dengan pembuatan bangunan berupa dam pengendali, dam
penahan, teras, saluran pembuangan air, sumur resapan,
embung, parit buntu (rorak), atau bangunan pelindung tebing
sungai/waduk/danau
Penerapan Teknik Konservasi Tanah
a. vegetatif; dilakukan melalui:
• penanaman strip rumput;
• budi daya tanaman lorong (alleycroping);
• perlindungan kanan-kiri/tebing sungai; dan/atau
• tanaman penutup tanah lainnya.
b. teknik kimiawi, dilakukan melalui pemberian amelioran
paling sedikit berupa penggunaan: a. kapur; b. dolomit;
dan/atau c. bitumen.
c. sipil teknis, dilakukan melalui pembuatan bangunan
konservasi tanah dan air
1. DAM PENAHAN (DPn)
adalah bendungan kecil yang lolos air dengan konstruksi
bronjong batu, pasangan batu spesi atau trucuk
bambu/kayu dibuat pada alur jurang dengan tinggi
maksimum 4 meter yang berfungsi untuk mengendalikan/
mengendapkan sedimentasi/erosi dan aliran permukaan
(run off).
Syarat Tehnis:
1. Luas DTA 10 - 30 ha;
2. Kemiringan alur ≤ 35%;
3. Tinggi maksimum 4 meter;
4. Kemiringan rata-rata DTA 10 - 35%;
5. Untuk DPn yang secara seri, persyaratan luas DTA mengikuti kondisi
lapangan;
6. Dengan tingkat erosi dan sedimentasi yang tinggi dan mampu
menampung aliran permukaan yang besar; dan/atau
7. Merupakan lokasi penanganan dampak bencana alam.
GULLY PLUG (GP)
adalah upaya teknik konservasi tanah untuk mencegah/mengendalikan erosi jurang
agar tidak meluas dan berkembang sehingga merusak lingkungan sekitarnya.

Persyaratan Teknis
Lokasi

1. Kemiringan DTA > 35 % dan terjadi erosi parit/alur;


2. Pengelolaan lahan sangat intensif atau lahan terbuka;
3. Luas DTA 1 - 5 ha;
4. Kemiringan alur ≤ 10%;
5. Tingkat erosi dan sedimentasi yang tinggi dan mampu menampung
aliran permukaan yang besar; dan/atau
6. Merupakan lokasi penanganan dampak bencana alam.
3. SUMUR RESAPAN AIR (SRA)
adalah prasarana untuk menampung dan meresapkan air
hujan ke dalam tanah.
Fungsi : Menampung dan menahan air hujan ke dalam tanah
sehingga tidak langsung hilang dari pekarangan rumah, tetapi
mengisi kembali air tanah dangkal sebagai sumber air bersih.
Syarat Tehnis:
a. Daerah pemukiman padat penduduk dengan curah hujan tinggi;
b. Aliran permukaan (run off) tinggi;
c. Vegetasi penutup tanah <30 % ;
d. Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai
permeabilitas tanah ≥ 2,0 cm/jam;
e. Kedalaman air tanah minimum 1,50 m pada musim hujan;
f. Diutamakan pada morfologi hulu dan tengah DAS; dan
g. Jarak penempatan SRA terhadap bangunan adalah:
1) Terhadap sumur air bersih 3 meter.
2) Terhadap resapan tangki septik, saluran air limbah, cubluk,
pembuangan sampah 5 meter.
3) Terhadap pondasi bangunan 1 m.
Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
Dasar
Hukum 2. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN
HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR 23
TAHUN 2021 TENTANG PELAKSANAAN
REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
1.Peraturan Pemerintah
Nomor 26 tahun 2020
Tentang Rehabilitasi 3. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN NOMOR P.59/MENLHK/SETJEN/
dan Reklamasi Hutan KUM.1/10/2019 TENTANG PENANAMAN DALAM
RANGKA REHABILITASI DAERAH ALIRAN SUNGAI

4. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN


P.04/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN
REKLAMASI HUTAN

5. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR


P.60/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN
PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI
HUTAN
SEBAGIAN KEWAJIBAN PEMEGANG
IPPKH / PPKH
1 2
REKLAMASI REHABILITASI
HUTAN DAS
 LUAS sesuai areal terganggu  PPKH Tujuan Komersial
dalam IPPKH (YANG  PPKH yang dilimpahkan
DIKERJAKAN) kewenangannya kepada Gubernur
berupa pertambangan rakyat oleh
 Waktu penyelesaian : perseorangan/koperasi
 Sesegera mungkin bila sudah (baik yang melampaui, sama dengan,
selesai ditambang (bertahab) atau kurang kecukupan luas Kawasan
 1 tahun sebelum IPPKH hutannya
berakhir/ dikembalikan (selesai  Luas kuwajiban 1:1
secara keseluruhan)  Waktu penyelesaian
 ½ N (untuk izin di atas 5 Th)
 ½ N+ 1(untuk izin kurang 5 Th)

 Bagi PPKH untuk pembangunan


Infrastruktur seperti jalan atau
bendungan (non
kmeresial/pemerintah)
TAHAPAN STEP
Output
REHABILITASI DAS 06 PENILAIAN SERAH TERIMA Harus
Baik
[P.59/MENLHK/SETJE
N/ KUM.1/10/2019 ] PEMELIHARAAN
STEP Th. Berjalan
05 Th. Pertama (P1)
Th. Kedua (P2)
 Pemegang PPKH
 PDAS/Dinas Kehutanan
Pembinaan:
 Bimtek
STEP  Evaluasi/Pendampingan
 Wajib ke lapangan
PENANAMAN
04  Pelatihan2
 Pemegang PPKH
 Menyusun
 Menilai PENYUSUNAN
STEP RENCANA
 Mengesahkan
 BPDAS/Pemangku/Pengelola 03 KEGIATAN
PENANAMAN
Supervisi

PENETAPAN STEP  Ditetapkan oleh Dirjen


LOKASI 02 PDASRH a.n. Manteri LHK

 Deskstudy/tidak harus ke lapangan


STEP
PENGAJUAN  Bila tidak punya usulan lokasi akan
01 LOKASI disediakan DIT KTA/ yang penting
ajukan surat usulan penetapan
TAHAPAN REKLAMASI HUTAN AKIBAT PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN [PP 26/2020]
1. Pengumpulan data
INVENTARISASI
dan Informasi
LOKASI 2. Survei Lapangan

PENETAPAN Ditetapkan Luas & - Dinilai oleh Menteri LHK


Lokasi Reklamasi - Muatan :
LOKASI a. kondisi Kawasan Hutan sebelum
dan sesudah aktivitas;
Rencana Umum b. rencana pembukaan Kawasan
(Disusun untuk satu Hutan;
c. program Reklamasi Hutan;
PERENCANAAN jangka waktu Izin)
d. rancangan teknis Reklamasi
REKLAMASI Hutan;
Rencana Tahunan e. tata waktu pelaksanaan;
f. rencana biaya; dan
(disusun tiap tahun)
g. peta lokasi dan peta rencana
kegiatan reklamasi.
a. penataan lahan;
Kawasan Hutan mengalami
b. pengendalian erosi dan
perubahan permukaan
sedimentasi; dan
PELAKSANAAN tanah dan tutupan lahan
c. Revegetasi.
REKLAMASI
HUTAN Kawasan Hutan hanya a. pengendalian erosi dan
mengalami perubahan sedimentasi; dan
tutupan lahan b. Revegetasi.
PENILAIAN

STEP
PEMELIHARA
AN
04

STEP
REVEGETA
TAHAPAN 03 SI

PELAKSANAAN
REKLAMASI HUTAN PENGENDALI
AN EROSI &
STEP

SEDMENTASI 02

STEP
PENATAAN
01 LAHAN

Lokasi Reklamasi
Muatan Teknis PEH
bidang PDASRH

Rehabilitasi Perairan Darat dan


Mangrove
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2021
TENTANG PENYELAMATAN DANAU
PRIORITAS NASIONAL
1. Danau adalah wadah Air di permukaan bumi dan ekosistemnya yang terbentuk
secara alami yang dibatasi sekelilingnya oleh sempadan danau.
2. Danau Prioritas Nasional adalah Danau yang memenuhi kriteria sebagai Danau
Prioritas Nasional sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden ini
3. Penyelamatan Danau Prioritas Nasional adalah upaya untuk mengendalikan
kerusakan, menjaga, memulihkan, dan mengembalikan kondisi dan fungsi badan
air danau, daerah tangkapan air, dan sempadan danau sehingga bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
4. Daerah Tangkapan Air Danau adalah suatu wilayah daratan yang menampung
dan menyimpan Air dari curah hujan dan mengalirkannya ke Danau secara
langsung atau melalui sungai yang bermuara ke Danau.
5. Sempadan Danau adalah luasan lahan yang mengelilingi dan berjarak tertentu
dari tepi badan Danau yang berfungsi sebagai kawasan pelindung Danau,
fasilitas publik, masyarakat, dan kepentingan aspek lingkungan
15 (lima belas) Danau Prioritas Nasional
1. Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara,
2. Danau Singkarak di Provinsi Sumatera Barat,
3. Danau Maninjau di Provinsi Sumatera Barat,
4. Danau Kerinci di Provinsi Jambi,
5. Danau Rawa Danau di Provinsi Banten,
6. Danau Rawa Pening di Provinsi Jawa Tengah,
7. Danau Batur di Provinsi Bali,
8. Danau Tondano di Provinsi Sulawesi Utara,
9. Danau Kaskade Mahakam (Melintang, Semayang, dan Jempang) di Provinsi
Kalimantan Timur,
10. Danau Sentarum di Provinsi Kalimantan Barat,
11. Danau Limboto di Provinsi Gorontalo,
12. Danau Poso di Provinsi Sulawesi Tengah,
13. Danau Tempe di Provinsi Sulawesi Selatan,
14. Danau Matano di Provinsi Sulawesi Selatan, dan
15. Danau Sentani di Provinsi Papua.
Manfaat
1
KRAH mendukung perbaikan ekonomi
1 dan peningkatan kesejahteraan bagi

KRAH ??? masyarakat madani (civil society)

Kampung Ramah Air Hujan adalah 2 KRAH mendukung perbaikan kinerja


lingkungan dan berkontribusi langsung
sebuah kampung yang telah menerapkan pada upaya pengendalian perubahan
iklim. Hal ini karena salah satu bauran
aksi KRAH adalah menanam vegetasi.
prinsip-prinsip konservasi tanah dan air
3
secara optimal baik secara vegetatif KRAH secara nasional dapat membantu
dalam upaya mitigasi bahaya banjir dan
kekeringan. Apabila air hujan dapat
maupun teknik sipil sehingga air hujan yang dikelola dengan baik maka bencana
dapat diminimalisir
jatuh di wilayah tersebut dapat
4 KRAH secara nasional dapat membantu
dimanfaatkan secara baik dan sisanya dapat dalam upaya mitigasi bahaya banjir dan
kekeringan. Apabila air hujan dapat
dikelola/diatur guna mencegah/mitigasi dikelola dengan baik maka bencana
dapat diminimalisir
potensi bahaya banjir dan/atau kekeringan
045
yang mungkin terjadi
Pembangunan model kampung Dasar Hukum
ramah air hujan dilakukan
 Pasal 33 UUD 1945
dengan tujuan mengoptimalisasi
pengelolaan potensi air hujan  Pasal 7 UU nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan

untuk menanggulangi banjir dan Air


kekeringan  Surat Direktur RPDM No. 02/RPDM/RPD/DAS.4/1/2022 Tentang
Kegiatan Rehabilitasi Perairan Darat di UPT.
 Surat Direktur RPDM No. 09/RPDM/RPD/DAS.4/2/2022 Tentang
Kerangka Acuan Kerja Kegiatan Rancangan Tapak Areal Model
Kampung Ramah Air Hujan (KRAH)
JENIS KEGIATAN PEMBANGUNAN KRAH

Pembinaan pembuatan dan


Sumur Penghijauan
pemeliharaan mengacu pada Resapan
PermenLHK yang mengatur
tentang Tata Cara Pelaksanaan,
Kegiatan Pendukung, Pemberian
Insentif, serta dan Pengendalian
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Embung/Kolam Retensi Lubang Biop
Lahan

IPAH

Integrasi Kegiatan ?
047
Pola Tanam Pada Ekosistem Mangrove
1. Pola tanam murni : lokasi berupa hamparan, ombak tidak terlalu besar, dan/atau
tidak terdapat aktivitas pertambakan; dibedakan menjadi pola merata dan/atau
pola strip (jalur); Jumlah tanaman per hektare 3.300 – 10.000 batang/ha
2. Pola tanam Wana mina/Sylvofishery : dikombinasikan dengan kegiatan
pertambakan; ada 4 (empat) pola, yaitu: a) empang parit tradisional, b)
komplangan, c) empang parit terbuka dan d) kao-kao; Jumlah tanaman sedikitnya
800 batang per hektare
3. Pola tanam rumpun berjarak : anakan ditanam rapat membentuk rumpun-rumpun,
dimaksudkan untuk kekokohan, menjerat lumpur atau hara dan sesuai dengan
media pasir yang labil akan ombak laut, cocok pada Ekosistem Mangrove di
pulau-pulau kecil; Jumlah yang ditanam paling sedikit 5.000 batang per hectare;
pada saat menanam Bibit, kantong plastik (polybag) media tanam tidak perlu
dilepas tetapi cukup dirobek atau dilubangi bagian dasarnya.
4. Pola pengkayaan tanaman; dilakukan pada lokasi mangrove dengan kerapatan
jarang, untuk mempercepat proses revegetasi dan menambah keanekaragaman
jenis; jenis disesuaikan dengan jenis yang tumbuh pada habitat tersebut atau jenis
baru sesuai kondisi tapaknya; jumlah Bibit/Benih sebanyak 1.000 – 3.000 batang
per hektare
Muatan Teknis PEH bidang PSKL :
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9
TAHUN 2021 TENTANG PENGELOLAAN
PERHUTANAN SOSIAL

1. Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang


dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau Hutan Hak/Hutan
Adat yang dilaksanakan oleh Masyarakat Setempat atau
Masyarakat Hukum Adat sebagai pelaku utama untuk
meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan
dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan Desa, Hutan
Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Adat dan
kemitraan kehutanan
2. Pengelolaan Perhutanan Sosial adalah kegiatan pemanfaatan hutan
yang dilakukan oleh kelompok Perhutanan Sosial melalui
Persetujuan Pengelolaan HD, HKm, HTR, kemitraan kehutanan,
dan Hutan Adat pada kawasan Hutan Lindung, kawasan Hutan
Produksi atau kawasan Hutan Konservasi sesuai dengan fungsinya
3. Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial adalah pemberian
akses legal Pemanfaatan Hutan yang dilakukan oleh
kelompok Perhutanan Sosial untuk kegiatan Pengelolaan HD,
Pengelolaan HKm, Pengelolaan HTR, kemitraan kehutanan,
dan Hutan Adat pada kawasan Hutan Lindung, kawasan
Hutan Produksi atau kawasan Hutan Konservasi sesuai
dengan fungsinya
4. Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial (PIAPS) adalah peta
yang memuat areal kawasan hutan yang dicadangkan untuk
Perhutanan Sosial.
Lima skema Perhutanan Sosial
1. Hutan Desa adalah kawasan hutan yang belum dibebani izin, yang dikelola oleh
desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa
2. Hutan Kemasyarakatan adalah kawasan hutan yang pemanfaatan utamanya
ditujukan untuk memberdayakan masyarakat.
3. Hutan Tanaman Rakyat adalah hutan tanaman pada Hutan Produksi yang
dibangun oleh kelompok Masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas
Hutan Produksi dengan menerapkan sistem silvikultur dalam rangka menjamin
kelestarian sumber daya hutan
4. Hutan Adat adalah hutan yang berada di dalam wilayah Masyarakat Hukum Adat
5. Kemitraan Kehutanan adalah kemitraan yang diberikan kepada pemegang
perizinan berusaha Pemanfaatan Hutan atau pemegang persetujuan penggunaan
kawasan hutan dengan mitra/Masyarakat untuk memanfaatkan hutan pada
kawasan Hutan Lindung atau kawasan Hutan Produksi.
Kemitraan Konservasi adalah kerja sama antara kepala unit pengelola kawasan
atau pemegang perizinan berusaha pada kawasan konservasi dengan
mitra/Masyarakat Setempat
Bentuk Akses Legal Pengelolaan PS

• Akses legal Pengelolaan Perhutanan Sosial diberikan oleh


Menteri dalam bentuk persetujuan atau penetapan.
• Persetujuan Pengelolaan Perhutanan Sosial meliputi:
a. Persetujuan Pengelolaan HD;
b. Persetujuan Pengelolaan HKm;
c.. Persetujuan Pengelolaan HTR; dan
d. Persetujuan kemitraan kehutanan.
• Penetapan , untuk penetapan status Hutan Adat.
Pengelolaan Perhutanan Sosial dilakukan
melalui:
a. penataan areal dan penyusunan rencana;
b. pengembangan usaha;
c. penanganan konflik tenurial;
d. Pendampingan; dan
e. Kemitraan Lingkungan
Muatan Teknis PEH bidang PPI :
Dasar Hukum :
1. PERATURAN PRESIDEN NOMOR 98 TAHUN 2021 TENTANG
PENYELENGGARAAN NILAI EKONOMI KARBON UNTUK
PENCAPAIAN TARGET KONTRIBUSI YANG DITETAPKAN
SECARA NASIONAL DAN PENGENDALIAN EMISI GAS
RUMAH KACA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
2. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN
2022 TENTANG TATA LAKSANA PENERAPAN NILAI
EKONOMI KARBON
3. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
P.32/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 TENTANG
PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
Beberapa Pengertian :
1. Kontribusi yang Ditetapkan secara Nasional atau Nationally
Determined Contribution yang selanjutnya disingkat NDC adalah
komitmen nasional bagi penanganan perubahan iklim global dalam
rangka mencapai tujuan Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka
Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim (Pais
Agreement to the United Nations Frametaork Conuention on
Climate Change).
2. Nilai Ekonomi Karbon yang selanjutnya disingkat NEK adalah
nilai terhadap setiap unit emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari
kegiatan manusia dan kegiatan ekonomi
3. Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disingkat GRK adalah gas yang
terkandung dalam atmosfer, baik alami maupun antropogenik, yang
menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah
4. Emisi GRK adalah lepasnya GRK ke atmosfer pada suatu
area tertentu dalam jangka waktu tertentu.
5. Ketahanan Iklim adalah kemampuan untuk mengantisipasi,
mempersiapkan dan merespon dampak, risiko dan kerentanan
akibat perubahan iklim pada wilayah dan kehidupan
masyarakat.
6. Mitigasi Perubahan Iklim adalah usaha pengendalian untuk
mengurangi risiko akibat perubahan iklim melalui kegiatan
yang dapat menurunkan emisi atau meningkatkan penyerapan
GRK dan penyimpanan/penguatan cadangan karbon dari
berbagai sumber emisi.
7. Aksi Mitigasi Perubahan Iklim adalah kegiatan yang dapat
mengurangi Emisi GRK, meningkatkan serapan karbon
dan/atau penyimpanan/penguatan cadangan karbon.
1. Kebakaran Hutan dan Lahan yang selanjutnya disebut Karhutla
adalah suatu peristiwa terbakarnya hutan dan/atau lahan, baik
secara alami maupun oleh perbuatan manusia, sehingga
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang menimbukan
kerugian ekologi, ekonomi, sosial budaya dan politik.
2. Pencegahan Karhutla adalah semua usaha, tindakan atau
kegiatan yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi
kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan/atau lahan.
3. Pemadaman Karhutla adalah semua usaha, tindakan atau
kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan atau mematikan
api yang membakar hutan dan/atau lahan.
4. Penanganan Pasca Karhutla adalah semua usaha, tindakan atau
kegiatan yang meliputi inventarisasi, monitoring dan koordinasi
dalam rangka menangani hutan dan/atau lahan setelah terbakar.
5. Manggala Agni adalah organisasi pengendalian kebakaran hutan dan
lahan pada tingkat Pemerintahan Pusat yang mempunyai tugas dan
fungsi pencegahan, pemadaman, penanganan pasca kebakaran,
dukungan evakuasi dan penyelamatan, serta dukungan manajemen yang
dibentuk dan menjadi tanggung jawab Menteri
6. Pusat Daerah Operasi yang selanjutnya disebut Pusdalops adalah
organisasi pusat Manggala Agni yang dipimpin oleh Direktur yang
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal.
7. Daerah Operasi yang selanjutnya disebut Daops adalah organisasi
pelaksana tugas teknis Manggala Agni di lapangan yang dipimpin oleh
Kelapa Daops yang bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal.
8. Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang selanjutnya
disebut Brigdalkarhutla adalah satuan kerja yang mempunyai tugas dan
tanggung jawabuntuk melaksanakan kegiatan pencegahan, pemadaman,
penanganan pasca kebakaran, serta dukungan evakuasi dan
penyelamatan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan di
lapangan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai