Anda di halaman 1dari 44

TUGAS KELOMPOK II

MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN


PROPOSAL
HUBUNGAN USIA KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN
PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS CIKAMPEK
KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2020

Disusun Oleh:
Surtiya Ningsih ( 205401446017 )
Rafika Aulianisa RH ( 205401446073 )
Novi Amalya ( 205401446090 )
Ratu Verinita W.S ( 205401446107 )
Nurhidayah ( 205401446110 )
Eros Rosita ( 205401446119 )

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat-Nya yang selama
ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat
manusia, oleh karenanya kami dapat menyelesaikan tugas proposal dengan judul “Hubungan
Usia Kehamilan Dengan Kejadian Keputihan Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Cikampek
Kabupaten Karawang Tahun 2020” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Ada pula maksud
dan tujuan dari penyusunan proposal ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas metodologi
penelitian yang diberikan oleh dosen metodologi penelitian .
Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai berbagai hambatan, namun berkat
dukungan materil maupun non materiil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik, maka pada kesempatan ini kami menyampaikan
terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah
membantu terselesaikannya tugas ini.
Tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan segala saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas
selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini memberikan ilmu dan manfaat, khususnya bagi
kami dan para pembaca sekalian.

Jakarta, 02 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................3
C. Tujuan penelitian.....................................................................................................4
D. Manfaat penelitian...................................................................................................4

BAB II
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................5
A. Kehamilan................................................................................................................5
B. Keputihan.................................................................................................................13

BAB III
KEANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN....................................................................................................................21
A. Kerangka teori.........................................................................................................21
B. Kerangka konsep....................................................................................................23
C. Hipotesis penelitian.................................................................................................23

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................................24
A. Jenis dan rancangan penelitian................................................................................24
B. Populasi dan sampel................................................................................................24
C. Ruang lingkup penelitian.........................................................................................26
D. Variable penelitian...................................................................................................26
E. Definisi oprasional...................................................................................................27
F. Jenis data..................................................................................................................28
G. Teknik pengumpulan data.......................................................................................28
H. Pengolahan data.......................................................................................................29
I. Instrument penelitian...............................................................................................29
J. Analisis data............................................................................................................30
K. Etika penelitian........................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

iii
DAFTAR TABEL

Table 1.1 Kriteria inklusi dan kriteria eksklusi...................................................................26


Table 1.2 Definisi oprasional...............................................................................................28

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Anatomi Organ Reproduksi Wanita................................................................6


Bambar 1.2 Perjalanan Folikel Matang Ke Endometrium...................................................8
Gambar 1.3 Kerangka Teori................................................................................................21
Gambar 1.4 Kerangka Konsep.............................................................................................23

v
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai


perubahan hormonal di dalam tubuh. Segera setelah terjadinya nidasi pada
dinding endometrium, hormon estrogen dan progesteron akan terus
meningkat secara perlahan hingga kehamilan berakhir (Khuzaiyah,
Krisiyanti, & Mayasari, 2015). Peningkatan kadar hormon estrogen
menyebabkan peningkatan kadar air dalam mukus serviks dan
meningkatkan produksi glikogen oleh sel-sel epitel mukosa superfisial
pada dinding vagina, sehingga sekret vagina bertambah banyak, kemudian
mengalir keluar, dan disebut sebagai keputihan (Usman, 2013).

Pada wanita hamil dikatakan lebih beresiko dan mudah terinfeksi


dibandingkan wanita tidak hamil. Menurut penelitian sebelumnya yang
dilakukan di India pada tahun 2012, dikatakan bahwa insidensi kandidiasis
vaginalis mengalami peningkatan pada wanita hamil sebesar 22,5%
dibanding dengan wanita tidak hamil sebesar 16,66%. Dapat dikatakan
bahwa semakin bertambahnya usia gestasi, maka semakin meningkatnya
kejadian kandidiasis vaginalis. Prevalensi yang terlihat pada kejadian
kandidiasis vaginalis untuk trimester pertama sebanyak 18,5%, trimester
kedua sebanyak 33,3% dan yang paling tinggi sekitar 48,1% pada
trimester ketiga. Oleh karena itu semakin bertambahnya usia gestasi maka
wanita hamil lebih sering mengalami gejala fluor albus patologis (Basri,
2014)

Berdasarkan penelitian tentang Sosiodemographic Characteristics and


Aetiological Factors of Vaginal Discharge in Pregnancy dalam (Mahanani
& Natalia, 2015). Faktor pemicu keputihan pada ibu hamil adalah status
pendidikan, usia, usia kehamilan (Semakin bertambah usia kehamilan
maka kadar hormon estrogen dan progesteron akan terus meningkat. Hal
tersebut menyebabkan angka kejadian keputihan juga
semakin meningkat. Menurut Kusmiran (2011), keputihan sering terjadi
pada kehamilan trimester I tetapi akan lebih meningkat di trimester II
sampai ke trimester III (Anita Herawati, Dede Mahdiyah, 2016).

Jumlah wanita di Dunia yang pernah mengalami keputihan 75%,


sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%. Di
Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal
satu kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya bisa mengalami keputihan
sebanyak dua kali atau lebih (Susanti, 2013)

Kejadian keputihan di Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan


hasil penelitian menyebutkan bahwa tahun 2009, 50% wanita Indonesia
pernah mengalami keputihan. Pada tahun 2010, 60% wanita pernah
mengalami keputihan, sedangkan pada tahun 2011 hampir 70% wanita
Indonesia sudah pernah mengalami keputihan setidaknya satu kali dalam
hidupnya (Sadri, 2014). Berdasarkan hasil penelitian tahun 2010 di 8 kota
besar Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta,
Medan, Banjarmasin dan Makasar dengan mengambil sampel sebanyak
1000 orang ibu hamil ditemukan 823 orang (82,3%) yang mengalami
keputihan (Anita Herawati, Dede Mahdiyah, 2016).

Keputihan mudah menyerang wanita hamil dikarenakan pada masa


kehamilan, vagina menjadi kaya dengan kandungan glukosa yang disebut
dengan glikogen, dan ini merupakan makanan yang baik untuk jamur dan
bakteri tumbuh. Jumlah kandungan glikogen yang tinggi berhubungan
peningkatan hormon estrogen dan penurunan keasamaan vagina
(Mahanani & Natalia, 2015). Bakteri Lactobacillus doderlein pada wanita
yang hamil lebih banyak daripada wanita yang tidak hamil sehingga
menyebabkan banyak pengeluaran sekret. Peningkatan ini yang
menyebabkan pada wanita hamil sering mengalami peningkatan
keputihan. (Marhaeni, 2016). Ibu hamil cenderung akan mengalami
gangguan keputihan lebih sering, daripada tidak sedang hamil, dan
keputihan pada ibu hamil disebabkan oleh jamur dan Bacterial Vaginosis
(BV). (Mahanani & Natalia, 2015).

2
Dampak dari keputihan pada ibu hamil bila tidak diatasi yaitu merasa
tidak nyaman, terjadi kemandulan, kanker rahim, kehamilan ektopik,
kebutaan pada bayi, kematian janin (Denny, 2013) resiko bayi lahir lebih
awal (premature), berat badan bayi lahir rendah (Nurlan, 2013). (Mahanani
& Natalia, 2015).

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melakukan pemeriksaan ibu


hamil selama periode 1 Februari 2020 s/d 15 April 2020 peneliti
melakukan wawancara terhadap ibu hamil di ruang kesehatan ibu, hasil
dari wawancara di dapat 2-3 orang ibu dari 20-35 orang ibu hamil yang
datang ke ruang kesehatan ibu Puskesmas Cikampek dalam sehari dan dari
hasil Studi pendahuluan Di Wilayah Kerja Puskesmas Cikampek
didapatkan data jumlah ibu hamil yang mengalami keputihan dari 02
Januari tahun 2020 - 23 Mei 2020 yaitu sebanyak 52 orang. Oleh karena
itu peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Usia
kehamilan dengan kejadian keputihan pada ibu hamil Trimester 1,2 dan 3
di wilayah kerja Puskesmas Cikampek Kabupaten Karawang tahun 2020”.

B. RUMUSAN MASALAH

Jumlah wanita di Dunia yang pernah mengalami keputihan 75%,


sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%.
Berdasarkan hasil penelitian tahun 2010 di 8 kota besar Indonesia yaitu
Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Medan, Banjarmasin
dan Makasar dengan mengambil sampel sebanyak 1000 orang ibu hamil
ditemukan 823 orang (82,3%) yang mengalami keputihan (Anita Herawati,
Dede Mahdiyah, 2016). Hasil Studi pendahuluan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cikampek didapatkan data jumlah ibu hamil yang mengalami
keputihan dari 02 Januari 2020 - 23 Mei 2020 yaitu sebanyak 52 orang.
Mengingat dampak keputihan pada ibu hamil bila tidak ditangani
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu hamil sampai
mengakibatkan kematian pada janin, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini “apakah ada Hubungan Usia Kehamilan Dengan

3
Keputihan Pada Ibu Hamil Trimester 1,2 dan 3 di Puskesmas Cikampek
Kabupaten Karawang Tahun 2020?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Usia Kehamilan Dengan Keputihan Pada Ibu
Hamil di Puskesmas Cikampek Kabupaten Karawang Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Distribusi Frekuensi usia kehamilan responden di Puskesmas
Cikampek Kabupaten Karawang Tahun 2020.
b. Mengetahui Distribusi Frekuensi kejadian keputihan responden di
Puskesmas Cikampek Kabupaten Karawang Tahun 2020.
c. Mengetahui Hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian Keputihan
Pada Ibu Hamil di Puskesmas Cikampek Kabupaten Karawang Tahun
2020.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti mengenai hubungan
Usia Kehamilan dengan Kejadian Keputihan.
2. Bagi Responden
Hasil penelitian dapat memberikan informasi atau gambaran dalam
mengetahui hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian Keputihan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah sumber informasi mahasiswi Kebidanan Universitas
Nasional yang ingin lebih memperdalam pengetahuannya mengenai
hubungan terjadinya Keputihan dengan Usia Kehamilan serta hasil
penelitian ini merupakan sumber data untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan tentang hubungan Usia kehamilan dengan Kejadian Keputihan
4. Bagi Petugas Kesehatan
Untuk memberikan informasi dan masukan kepada petugas kesehatan
mengenai hubungan terjadinya Keputihan dengan Usia Kehamilan.

4
5
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
a. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keberhasilan dalam proses fertilisasi pada
fase ovulasi dalam siklus menstruasi. Siklus menstruasi adalah siklus
hormonal yang berperan dalam kematangan folikel dalam ovarium. Siklus
ini di regulasi oleh aksis Hipothalamus-Hipofisis-Gonad (ovarium pada
wanita). Aksis ini tidak hanya mengatur siklus hormonal, namun secara
tidak langsung juga berperan dalam perkembangan organ reproduksi
sekunder manusia (Shabrina, 2013).
Kehamilan dapat terjadi akibat proses fertilisasi yaitu penyatuan
gamet pria dan wanita dalam keadaan normal terjadi di ampula pada fase
ovulasi dalam siklus ovarium. Siklus ovarium terdiri dari 2 fase yaitu fase
folikular dan fase luteal. Pada siklus ovarium akan menghasilkan telur
matang yang siap untuk ovulasi, setelah itu folikel- folikel yang tertinggal
di ovarium akan membentuk korpus luteum. Apabila terjadi pembuahan
dan implantasi, maka korpus luteum terus tumbuh. Korpus luteum dapat
meningkatkan hormon progesteron serta estrogen untuk mempertahankan
kehamilan sampai plasenta yang terbentuk mengambil alih fungsi korpus
luteum (Basri, 2014)
b. Perubahan Anatomi dan Fisiologi selama Kehamilan
Perubahan anatomi dan fisiologi pada wanita hamil sebagian besar
sudah terjadi segera setelah fertilasi dan berlanjut terus selama kehamilan.
Perubahan-perubahan ini merupakan bagian dari respon terhadap janin dan
merupakan suatu reaksi kompensasi terhadap hadirnya janin yang
berkembang di dalam rahim wanita hamil.(Basri, 2014)
Gambar 1.1
Anatomi Organ
Reproduksi Wanita
Sumber: Gerard J. Tortora, 2009 dalam (Basri, 2014)

Organ-organ reproduksi ini akan mengalami perubahan yang


sebagian besar dipengaruhi oleh hormon-hormon kehamilan, salah satu
contohnya pada uterus. Selama kehamilan, ukuran uterus akan bertambah
besar dan menjadi suatu organ yang mampu menopang plasenta, janin
dan cairan amnion. Penebalan uterus di awal kehamilan distimulasi
terutama oleh hormon estrogen dan sedikit progesteron, tetapi setelah
usia kehamilan lebih dari 12 minggu penambahan ukuran uterus
didominasi oleh desakan dari janin. Korpus uteri adalah bagian uterus
yang terbesar. Pada kehamilan fungsi utama organ ini sebagai tempat
janin berkembang.
Letak uterus secara fisiologis yaitu antero-versi terhadap rektum dan
antero-fleksi terhadap vesika urinaria, sehingga dengan semakin
membesarnya ukuran uterus maka akan berdampak pada organ vesika
urinaria dan rektum. Pada vagina akan terlihat berwarna keungu-unguan
yang dikenal sebagai tanda Chadwick, hal ini disebabkan adanya
peningkatan vaskularisasi dan terjadi hiperemis pada kulit serta otot-otot
di vulva dan perineum. Selain itu juga, terjadi peningkatan sekresi vagina
yang berasal dari hasil peningkatan produksi asam laktat glikogen yang
dihasilkan oleh kerja dari lactobacillus acidophilus. Sekresi vagina akan
berwarna putih, menebal dan ph sekitar 3,5-6 (Basri, 2014).

6
c. Fisiologi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keberhasilan dalam proses fertilisasi pada
fase ovulasi dalam siklus menstruasi. Siklus menstruasi adalah siklus
hormonal yang berperan dalam kematangan folikel dalam ovarium. Siklus
ini di regulasi oleh aksis Hipothalamus-Hipofisis-Gonad (ovarium pada
wanita). Aksis ini tidak hanya mengatur siklus hormonal, namun secara
tidak langsung juga berperan dalam perkembangan organ reproduksi
sekunder manusia (Shabrina, 2013).
Normalnya, siklus menstruasi berawal dari aktivasi GnRH
(Gonadotropin Releasing Hormone) di hipothalamus dan akan
mengaktivasi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone) pada hipofisis anterior yang nantinya akan mempengaruhi
folikel primordial pada ovarium untuk berkembang menjadi folikel primer
yang memiliki sel teka internal dan eksternal. Sel teka internal akan
mengubah kolesterol yang didapatkan dari sel teka eksternal menjadi
androgen, kemudian mengirimkannya ke sel granulosa yang memiliki
enzim 5-alpha-reductase sehingga androgen mampu diubah menjadi
estrogen. Estrogen ini sebagian akan disimpan di dalam ruang yang
disebut antrum serta membantu pertumbuhan oogonia hingga menjadi
oosit matang di dalam folikel yang juga akan terus berkembang dan
sisanya dikembalikan ke aliran darah sistemik. Estrogen memiliki
autoregulasi di dalam aliran sistemik. Bila produksi estrogen telah
mencukupi, ia akan memberikan feedback negatif ke hipothalamus dan
hipofisis sehingga produksi GnRH serta FSH akan terhambat dan LH
mengalami peningkatan.
Sekresi progesteron berperan penting mempertahankan uterus ketika
terjadi implantasi pada ovum yang dibuahi. Ketika ovum yang dibebaskan
tidak dibuahi oleh sperma dan tidak terjadi implantasi, maka dalam waktu
14 hari korpus luteum akan berdegenerasi. Sel-sel luteal berdegenerasi dan
difagositosis, lalu jaringan ikat masuk untuk membentuk korpus albikans.
Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, kadar progesteron dan estrogen
plasma menurun drastis. Dengan menurunnya kedua hormon tersebut

7
terutama progesteron, dapat menghilangkan inhibisi di hipotalamus dan
hipofisis anterior, sekresi FSH dan LH berlanjut dan merangsang kembali
pembentukan folikel- folikel baru (Basri, 2014).
Sementara GnRH dan FSH terus di hambat, sel teka juga semakin
berkembang dan mengalami penebalan ditambah dengan sel granulosa +
sel lutein yang di aktivasi oleh peningkatan LH yang begitu dahsyat saat
estrogen mencapai tingkat maksimumnya. Penebalan folikel ini
menyebabkan folikel terisi penuh dengan sel dan menjadikannya corpus
luteum ( badan kuning ). Sel teka luteal dan setelah melewati fimbriae,
oosit ini akan menjadi ovum dan melewati tuba falopii bagian ampulla.
Bila di bagian ampulla ovum bertemu dengan sperma, maka sperma
dengan enzim dan badan akrosomal yang ia miliki akan menembus
dinding ovum yang terdiri dari korona radiata, zona pellucida, dan
membran plasma maka inti sel dari sperma akan di lepaskan ke dalam
sitoplasma ovum dan bertemu dengan inti sel ovum. Bila kedua inti sel
ini berhasil menggabungkan kode genetik yang mereka miliki, maka
inilah yang akan berkembang menjadi morulla, blastula dan seterusnya
hingga terjadi implantasi di dinding uterus bagian dalam (endometrium).
(Shabrina, 2013).

Gambar 2.2 Perjalanan Folikel matang ke endometrium

8
Sumber : Sherwood, Lauralee. Human Physiology : From
Cells to Sytem.2010 dalam(Shabrina, 2013)

d. Perubahan Hormonal Selama Kehamilan

Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan terutama


meliputi perubahan konsentrasi hormon seks yaitu progesteron dan
estrogen. Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan hormon hCG dari
sel- sel trofoblas. Juga terdapat perubahan dari korpus luteum menjadi
korpus luteum gravidarum yang memproduksi estrogen dan progesteron
(AK Ardiani, 2013).
Pada pertengahan trimester satu, produksi hCG menurun, fungsi
korpus luteum gravidarum untuk menghasilkan estrogen dan progesteron
pun digantikan oleh plasenta. Pada trimester dua dan tiga, produksi
estrogen dan progesteron terus megalami peningkatan hingga mencapai
puncaknya pada akhir trimester tiga. Kadar puncak progesteron dapat
Pada pertengahan trimester satu, produksi hCG menurun, fungsi korpus
luteum gravidarum untuk menghasilkan estrogen dan progesteron pun
digantikan oleh plasenta. Pada trimester dua dan tiga, produksi estrogen
dan progesteron terus megalami peningkatan hingga mencapai
puncaknya pada akhir trimester tiga. Kadar puncak progesteron dapat
mencapai 400 μg/hari dan estrogen 20 μg/hari (AK Ardiani, 2013).
Estrogen dan progesteron memiliki peran penting yang
mempengaruhi sistem organ termasuk rongga mulut. Reseptor bagi
estrogen dan progesteron dapat ditemukan pada jaringan periodontal.
Maka dari itu, ketidakseimbangan hormonal juga dapat berperan dalam
patogenesis penyakit periodontal. Peningkatan hormon seks steroid dapat
mempengaruhi vaskularisasi gingiva, mikrobiota subgingiva, sel spesifik
periodontal, dan sistem imun lokal selama kehamilan.
Beberapa perubahan klinis dan mikrobiologis pada jaringan
periodontal :
a) Peningkatan kerentanan terjadinya gingivitis dan peningkatan
kedalaman saku periodontal.
b) Peningkatan kerentanan terjadinya infeksi.

9
c) Penurunan kemotaksis neutrofil dan penekanan produksi antibodi.
d) Peningkatan sejumlah patogen periodontal (khususnya
Porphyromonas gingivalis).
e) Peningkatan sintesis PGE2.

e. Efek Perubahan Hormonal pada Kehamilan


Selama kehamilan, terjadi berbagai perubahan fisiologis di
dalam tubuh ibu, salah satunya adalah perubahan hormonal.
Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan bertujuan untuk
menunjang pertumbuhan janin selama di dalam kandungan. Setelah
terjadinya fertilisasi dan implantasi, akan segera terbentuk plasenta
yang kemudian berperan sebagai organ endokrin. Salah satu fungsi
plasenta adalah menghasilkan hormon steroid (Usman, 2013). Selain
perubahan secara anatomi dan fisiologis dari sistem reproduksi
ibu,juga terjadi perubahan hormon estrogen dan progesteron yang
signifikan. Hormon estrogen dalam bentuk estradiol dan progesteron
menjadi faktor lain yang meningkatkan resiko ibu mengalami fluor
albus pada masa kehamilan (Shabrina, 2013). Hormon steroid terdiri
atas :
a. Progesteron
Sumber utama sintesis progesteron adalah kolesterol LDL (low
density lipoprotein) yang masuk ke dalam sitoplasma sel- sel
trofoblas dengan cara endositosis. Kadar progesteron plasma
maternal meningkat secara linear dari 40 ug/ml pada trimester I,
menjadi lebih dari 175 ug/ml pada trimester III. Peningkatan
kadar progesteron selama kehamilan dapat memicu peningkatan
kekentalan mukus serviks (Usman, 2013).
b. Estrogen
Estrogen yang dihasilkan oleh plasenta sebagian besar berasal
dari konversi prekursor androgen maternal dan adrenal janin.
Kolesterol dikonversi menjadi pregnenolon sulfat di plasenta

10
yang kemudian dikonversi kembali menjadi dehidro
epiandrosteron sulfat (DHEA-S). DHEA-S kemudian
mengalami metabolisme lebih lanjut menjadi estron (E1), dan
melalui testosterone menjadi estradiol (E2), serta estriol (E3).
Peningkatan kadar estrogen menyebabkan kadar air dalam
mukus serviks meningkat. Selain itu, peningkatan kadar
estrogen diketahui akan meningkatkan produksi glikogen oleh
sel-sel epitel vagina. Glikogen merupakan sumber bahan
makanan mikroorganisme di vagina. Peningkatan glikogen
menyebabkan lingkungan vagina menjadi lebih memungkinkan
bagi pertumbuhan mikroorganisme patogen, sehingga
meningkatkan risiko terjadinya keputihan patologis.(Usman,
2013).
f. Usia kehamilan
a. Menentukan Usia Kehamilan
Menentukan usia kehamilan yang akurat dapat dilakukan dengan 3
metode yaitu:
1) Metode Rumus Neagle Metode Rumus Neagle digunakan
untuk menghitung usia kehamilan berdasarkan hari pertama
haid terakhir (HPHT) hingga tanggal saat anamnese dilakukan.
Rumus Neagle memperhitungkan usia kehamilan berlangsung
selama 280 hari (40 minggu). Usia kehamilan ditentukan dalam
satuan minggu. Selain umur kehamilan, dengan rumus Neagle
dapat diperkirakan pula hari perkiraan persalinan/lahir (HPL).
Namun rumus ini hanya bisa digunakan untuk ibu yang siklus
haidnya teratur.(Sujiwa, 2014)
2) Metode Pengukuran TFU Metode pengukuran TFU (Tinggi
Fundus Uteri) dapat dilakukan dengan menggunakan pita ukur.
Titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis
dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen
sampai puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang
terukur sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu
kehamilan setelah 22-24 minggu kehamilan.(Sujiwa, 2014)

11
3) Metode Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi
(USG) merupakan salah satu imaging diagnostic (pencitraan
diagnostik) untuk pemeriksaan bagian-bagian dalam tubuh
manusia, dimana dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis,
gerakan serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Penentuan
usia kehamilan dengan USG menggunakan 3 cara yaitu:
a) Mengukur diameter kantong kehamilan pada kehamilan 6-
12 minggu.
b) Mengukur jarak kepala bokong pada kehamilan 7-14
minggu.
c) Mengukur diameter biparietal (BPD) pada kehamilan lebih
12 minggu (Sujiwa, 2014).
b. Menentukan Periode Kehamilan
Lamanya hamil normal yang dimulai dari ovulasi sampai partus
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (HPHT) dan tidak lebih dari 300 hari (43
minggu). Kehamilan seluruhnya dibagi menjadi 3 periode.
Masing–masing periode lamanya 3 bulan (12 Minggu) (Sujiwa,
2014).
1) Trimester I (0-12 Minggu)
Periode trimester I merupakan masa atau fase yang kritis. Pada
fase ini embrio tumbuh tulang belakang, otak syaraf tulang
belakang, jantung, sirkulasi darah dan pencernaan. Jantung
mulai memompa darah, bagian utama otak dapat dilihat, telinga
dibentuk dari lipatan kulit, ginjal memproduksi urine.
Kehamilan pada fase ini mudah terjadi keguguran. Selain itu
pada fase ini sering terjadi gejala mual dan muntah. Serta
berbagai reaksi adaptasi tubuh karena adanya hormon
kehamilan.(Sujiwa, 2014)
2) Trimester II (12-28 Minggu) Periode trimester II merupakan
periode paling stabil, pada periode ini kehamilan sudah
terbentuk sempurna. Aktifitas janin sudah dimulai, gerakan
janin aktif, pernafasan mulai aktif, mulai terbentuk surfaktan.

12
Ibu sudah mulai beradaptasi sehingga tidak sensitif lagi, ibu
merasa senang, sehat dan segar. Secara psikologis ibu sudah
menginginkan kehamilan dan ayah sudah mendambakan
kehadiran anaknya. (Sujiwa, 2014)
3) Trimester III (28-40 Minggu) Periode trimester III janin sudah
mempunyai simpanan lemak yang berkembang dibawah kulit,
mulai menyimpan zat besi, kalium, dan phosphor, sehingga
kondisi ibu kembali menjadi rawan. Kehamilan semakin berat
dan seluruh tubuh akan membengkak. Ini adalah beban berat
bagi si ibu, sehingga ibu sering menjadi cepat lelah dan lemah.
Ibu hamil sering terasa panas dan banyak berkeringat. (Sujiwa,
2014).

B. Keputihan
1) Definisi keputihan
Flour Albus (keputihan) adalah keluarnya cairan selain darah
dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta
disertai rasa gatal setempat.(Sadri, 2014). Keputihan adalah cairan
yang keluar dari vagina. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak
sampai keluar, namun belum tentu bersifat patologis. Pengertian
yang lain dari keputihan adalah:
a. Setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah. Dapat
berupa secret, transudasi atau eksudat dari organ lesi di saluran
genital.
b. Cairan normal vagina yang berlebih, jadi hanya meliputi
sekresi dan trasudasi yang berlebih dan tidak termasuk eksudat
(Yulfitria, 2017)
2) Gejala keputihan
Gejala Keputihan menurut Wijayanti adalah :
a. Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu
dari saluran vagina. Cairan ini berupa encer atau kental dan
kadang-kadang berbusa. Gejala ini merupakan proses normal
sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu.

13
b. Pada penderita tertentu terdapat rasa gatal. Biasanya keputihan
yang normal tidak disertai rasa gatal, keputihan juga dapat
dialami oleh wanita yang lemah atau daya tahan tubuhnya
rendah. Sebagian besar cairan berasal dari leher rahim,
walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat
kelamin luar.(Yulfitria, 2017).
3) Jenis keputihan
Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis keputihan yaitu:
keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal.
a. Keputihan normal
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang
menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16
menstruasi. Keputihan yang fisiologis terjadi akibat pengaruh
hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan selama
proses ovulasi. Setelah ovulasi, terjadi peningkatan vasku-
larisasi dari endometrium yang menyebabkan endometrium
menjadi sembab. Kelenjar endometrium menjadi berkelok-
kelok dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron dari
korpus luteum sehingga mensekresikan cairan jernih yang
dikenal dengan keputihan . Hormon estrogen dan progesteron
juga menyebabkan lendir servik menjadi lebih encer sehingga
timbul keputihan selama proses ovulasi. Pada servik estrogen
menyebabkan mukus menipis dan basa sehingga dapat
meningkatkan hidup serta gerak sperma, sedangkan
progesteron menyebabkan mukus menjadi tebal, kental, dan
pada saat ovulasi menjadi elastis. Keputihan fisiologis terdiri
atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Ciri-
ciri dari keputihan fisiologis adalah cairan berwarna bening,
kadang-kadang putih kental, tidak berbau, dan tanpa disertai
dengan keluhan, seperti rasa gatal, nyeri, dan terbakar serta
jumlahnya sedikit (Marhaeni, 2016).

14
a. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keputihan
fisiologis adalah
a) Bayi yang baru lahir kira- kira 10 hari, keputihan ini
disebab- kan oleh pengaruh hormon estrogen dari ibunya.
b) Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang,
keadaan ini ditunjang oleh hormon estrogen.
c) Masa di sekitar ovulasi karena poduksi kelenjar- kelenjar
rahim dan pengaruh dari hormon estrogen serta
progesterone.
d) Seorang wanita yang terangsang secara seksual. Ransangan
seksual ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk
menerima penetrasi senggama, vagina mengeluarkan cairan
yang digunakan sebagai pelumas dalam senggama.
e) Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah
ke vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan
melunaknya selaput lendir vagina.
f) Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon
estrogen dan progesteron yang dapat meningkatkan lendir
servik menjadi lebih encer.
g) Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang
sedang menderita penyakit kronik. (Marhaeni, 2016)
b. Keputihan abnormal
Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat
kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim,
jaringan penyangga, dan pada infeksi karena penyakit menular
seksual). Ciri-ciri keputihan patologik adalah terdapat banyak
leukosit, jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya
berubah (biasanya kuning, hijau, abu-abu, dan menyerupai
susu), disertai dengan keluhan (gatal, panas, dan nyeri) serta
berbau (apek, amis, dan busuk). (Marhaeni, 2016)
a. Faktor-faktor yang memicu keputihan abnormal adalah
:
a) Kelelahan fisik

15
Kelelahan fisik merupakan kondisi yang dialami oleh
seseorang akibat meningkatnya pengeluaran energi karena
terlalu memaksakan tubuh untuk bekerja berlebihan dan
menguras fisik.Meningkatnya pengeluaran energi menekan
sekresi hormon estrogen. Menurunnya sekresi hormon
estrogen menyebab- kan penurunan kadar glikogen.
Glikogen digunakan oleh Lacto- bacillus doderlein untuk
meta- bolisme. Sisa dari metabolisme ini adalah asam laktat
yang digunakan untuk menjaga keasaman vagina. Jika asa
m laktat yang dihasilkan sedikit, bakteri, jamur, dan parasit
mudah berkembang. (Marhaeni, 2016)
b) Ketegangan psikis
Ketegangan psikis merupakan kondisi yang dialami
seseorang akibat dari meningkatnya beban pikiran akibat
dari kondisi yang tidak menyenangkan atau sulit diatasi.
Meningkatnya beban pikiran memicu peningkatan sekresi
hormon adrenalin. Meningkatnya sekresi hormon adrenalin
menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan
mengurangi elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini
menyebabkan aliran hormon estrogen ke organ- organ
tertentu termasuk vagina terhambat sehingga asam laktat
yang dihasilkan berkurang. Berkurangnya asam laktat
menyebabkan keasaman vagina berkurang sehingga bakteri,
jamur, dan parasit penyebab keputihan mudah berkembang
(Marhaeni, 2016).
c) Kebersihan diri
Kebersihan diri merupakan suatu tindakan untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, Keputihan yang abnormal banyak dipicu oleh cara
wanita dalam menjaga kebersihan dirinya, terutama alat
kelamin. Kegiatan kebersihan diri yang dapat memicu
keputihan adalah penggunaan pakaian dalam yang ketat dan
berbahan nilon, cara membersihkan alat kelamin (cebok)

16
yang tidak benar, penggunaan sabun vagina dan pewangi
vagina, penggunaan pem- balut kecil yang terus menerus di
luar siklus menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan vulva
hygiene sangat mempengaruhi untuk terjadinya keputihan.
Hal ini menunjukkan bahwa perawatan organ reproduksi
dengan melakukan tindakan higienis termasuk mencuci
organ intim dengan air bersih, menjaga kelembaban organ
intim dan tidak menggunakan pembalut yang wangi yang
merupakan merupakan tindakan vulva hygiene sangat
mempengaruhi terjadinya keputihan pada ibu hamil,
sehingga diharapkan agar menjaga personal hygiene,
mengganti celana dalam saat basah dengan yang kering dan
bersih, menghindari penggunaan pantylinear terlalu lama
batas penggunaan pantyliniear maksimal 2 jam atau lembab,
menggunakan air cebok yang mengalir dan bersih dan
cebok dari depan ke belakang serta menghindari stress
dengan dengan cara perbanyak rekreasi dan beribadah dan
melakukan pola aktifitas seksual yang sehat dengan setia
pada pasangan. (AniHerawati, Dede Mahdiyah, 2016).
c. Penyebab keputihan
Menurut Ayuningsih, et al. (2009, p.28) penyebab
keputihan yaitu:
a) Perilaku tidak higienis: air cebok tidak bersih, celana dalam
tidak menyerap keringat, penggunaan pembalut yang
kurang baik.
b) Stres sehingga daya tahan tubuh rendah.
c) Diabetes, menurut Clayton (1984, p.79) wanita penderita
diabetes sangat rentan terhadap keputihan karena kadar gula
dalam darah mereka tinggi atau tidak terkendali. Bila kadar
glukose menjadi terlalu tinggi, gula memilih ke dalam urin.
Ginjal harus menyediakan lebih banyak urin untuk
membawa glukose ini. Tubuh perlu menggantikan jumlah
urin yang berlebihan yang dihasilkan oleh penderita

17
diabetes. Rasa haus dan keinginan untuk buang air kecil
yang meningkat merupakan gejala dini terjadinya
keputihan.
d) Hamil. Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya
distensi selama persalinan dengan memproduksi mukosa
vagina yang tebal, jaringan ikat longgar dan hipertropi otot
polos. Deskuamasi (eksfoliasi) sel- sel vagina yang kaya
glikogen terjadi akibat stimulasi estrogen. Sel- sel yang
tanggal ini membentuk rabas vagina yang kental dan
berwarna keputihan yang disebut leukore (Saryono dan
Pantikawati, 2010, p.54).
e) Mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB.
f) Alergi pada benda-benda yang di masukkan secara sengaja atau
tidak ke dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat
kontrasepsi, rambut kemaluan, serta benang dari selimut,
celana dan lainnya.
g) Luka misalnya tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang
berlangsung lama pada vagina.
h) Infeksi: dipicu oleh bakteri, kuman atau parasit (Anggra, 2014)
4) Patofisiolgi Keputihan.
Keputihan disebabkan oleh faktor endogen dari dalam tubuh dan
faktor eksogen dari luar tubuh, keduanya saling mempengaruhi.
Faktor endogen yaitu kelainan pada lubang kemaluan. Faktor
eksogen dibedakan menjadi dua, yaitu infeksi dan non enfeksi.
Faktor infeksi yaitu bakteri, jamur, parasit, virus, sedangkan faktor
non infeksi adalah masuknya benda asing ke dalam vagina, baik
sengaja atau tidak (pemakaian kontrasepsi IUD), cebok tidak
bersih, daerah sekitar kemaluan lembab, kondisi tubuh, kelainan
endokrin (pada penderita Diabetes Mellitus) atau hormon,
menopouse, stres, kelelahan kronis, peradangan alat kelamin,
adanya penyakit dalam organ reproduksi seperti kanker leher rahim
(Maharani, 2009). Selain itu, menggunakan WC umum yang
tercemar bakteri Clamydia, hubungan seks dengan pria yang

18
membawa bakteri Neisseria gonorrhoea Katharini (2009), selain
faktor yang tersebut di atas, faktor lainnya yang mempengaruhi
keputihan (Fluor Albus) adalah usia, perilaku (Rahmawati, 2016).
5) Pencegahan Keputihan.
Banyak wanita mengeluhkan keputihan. Sangat tidak nyaman,
gatal,berbau, bahkan terkadang perih. Keputihan ternyata berkaitan
dengan kebiasaan sehari-hari, salah satu penyebab keputihan
adalah masalah kebersihan di sekitar organ intim. Bila ingin
terhindar dari keputihan, kita harus menjaga kebersihan daerah
sensitif itu. Kebersihan organ kewanitaan hendaknya sejak bangun
tidur dan mandi pagi, diantaranya adalah : (Sadri, 2014)
a. Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak
mengganggu kestabilan pH disekitar vagina. Salah satunya
produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar susu. Produk
seperti ini mampu menjaga keseimbangan pH sekaligus
meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan
pertumbuhan bakteri yang tak bersahabat. Sabun antiseptic
biasa umumnya bersifat keras dan terdapat flora normal di
vagina. Ini tidak menguntungkan bagi kesehatan vagina dalam
jangka panjang.
b. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan
tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak
memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip disana-
sini dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang di
tempat itu.
c. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian. d.
Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau
lembab, usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan
belum dipakai. Tak ada salahnya membawa cadangan celana
dalam untuk berjaga-jaga manakala perlu menggantinya.
d. Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat,
seperti katun. Celana dari bahan satin atau bahan sintetik lain
membuat suasana di sekitar organ intim panas dan lembab.

19
e. Pakaian luar juga perlu diperhatikan. Celana jeans tidak
dianjurkan karena pori-porinya sangat rapat. Pilihlah seperti
rok atau celana bahan non-jeans agar sirkulasi udara di sekitar
organ intim bergerak leluasa.
f. Ketika haid, sering-seringlah berganti pembalut. h. Gunakan
panty liner di saat perlu saja. Jangan terlalu lama. Misalkan di
saat bepergian ke luar rumah dan lepaskan sekembalinya di
rumah.(Sadri, 2014)
6) Pengobatan
Pengobatan atau Penatalaksanaan leukorea atau keputihan
tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit.
Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan prosesinfeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-
obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya
berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida
dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan
parasite (Susanti, 2013)
Pengobatan keputihan dilakukan dengan menggunakan obat
antijamur untuk keputihan. Tindakan tanpa obat yang mendukung
penyembuhan dapat dilakukan dengan mengindari penggunaan
sabun atau parfum vagina untuk mencegah iritasi, menjaga agar
area bagian kewanitaan tetap bersih dan kering dan menghindari
penggunaan pakaian dalam yang ketat dan tidak menyerap
keringat. Meminum minuman yogurt yang mengandung
Lactobacillus acidophilus setiap hari akan mengurangi
kekambuhan (Widiawati, 2010). Obat-obat antijamur (dalam nama
generik) yang dapat digunakan untuk (Susanti, 2013)
keputihan adalah sebagai berikut: butoconazole, klotrimazol,
mikonazol, tikonazol, ekonazol, fentikonazol, nystatin, terkonazol,
ketokonasol, itrakonazol, dan flukonazol, yang diproduksi oleh
berbagai pabrik obat dengan berbagai merek dagang. Obat-obat
tersebut dapat digunakan secara oral atau diminum, maupun secara
topikal atau penggunaan langsung di daerah kewanitaan. Secara

20
oral direkomendasikan antijamur yang mengandung flukonazol,
sedangkan secara topikal adalah butokonazol, klotrimazol,
mikonazol, nistatin, terkonazol, dan tiokonazol (Susanti, 2013).

21
22

BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN

A. Kerangka Teori

Berdasarkan informasi dan tinjauan kepustakaan tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian keputihan, maka kerangak teorinya

adalah : Penyebab
keputihan
secara umum
Kehamilan

Prilaku tidak
Peningkatan hormone higienis
estrogen dan
progesteron yang Stres
signifikan
Diabetes

Keputihan Alergi terhadap


Fisiologis benda yang
dimasukkan
secara sengaja
Patologis ke vagina
Konsumsi Obat
obatan
hormonal
Luka

Sumber : (Usman, 2013) dan (Anggra, 2014) Infeksi

Gambar 1.3 Kerangka Teori

Keterangan :

: Tidak di teliti

: Di teliti
Penyebab keputihan adalah Perilaku tidak higienis : air cebok tidak bersih,
celana dalam tidak menyerap keringat, penggunaan pembalut yang kurang
baik. Stres sehingga daya tahan tubuh rendah. Diabetes, menurut Clayton
(1984, p.79), wanita penderita diabetes sangat rentan terhadap keputihan
karena kadar gula dalam darah mereka tinggi atau tidak terkendali. Bila
kadar glukose menjadi terlalu tinggi, gula memilih ke dalam urin. Ginjal
harus menyediakan lebih banyak urin untuk membawa glukose ini. Tubuh
perlu menggantikan jumlah urin yang berlebihan yang dihasilkan oleh
penderita diabetes. Rasa haus dan keinginan untuk buang air kecil yang
meningkat merupakan gejala dini terjadinya keputihan. Sel- sel yang
tanggal ini membentuk rabas vagina yang kental dan berwarna keputihan
yang disebut leukore Saryono dan Pantikawati (2010, p.54).
Mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB. Alergi pada benda-
benda yang di masukkan secara sengaja atau tidak ke dalam vagina
misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan, serta
benang dari selimut, celana dan lainnya. Luka misalnya tusukan, benturan,
tekanan atau iritasi yang berlangsung lama pada vagina. Infeksi: dipicu
oleh bakteri, kuman atau parasit (Anggra, 2014).
Kehamilan merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai
perubahan hormonal di dalam tubuh. Segera setelah terjadinya nidasi pada
dinding endometrium, hormon estrogen dan progesteron akan terus
meningkat secara perlahan hingga kehamilan berakhir (Khuzaiyah et al.,
2015). Peningkatan kadar hormon estrogen menyebabkan peningkatan
kadar air dalam mukus serviks dan meningkatkan produksi glikogen oleh
sel-sel epitel mukosa superfisial pada dinding vagina, sehingga sekret
vagina bertambah banyak, kemudian mengalir keluar, dan disebut sebagai
keputihan (Usman, 2013).
Kondisi ini dapat diperberat jika terjadi pada saat kehamilan karena
eningkatan kadar progesteron selama kehamilan dapat memicu
peningkatan kekentalan mukus serviks (Usman, 2013). Peningkatan kadar
estrogen menyebabkan kadar air dalam mukus serviks meningkat. Selain
itu, peningkatan kadar estrogen diketahui akan meningkatkan produksi
glikogen oleh sel-sel epitel vagina. Glikogen merupakan sumber bahan

23
makanan mikroorganisme di vagina. Peningkatan glikogen menyebabkan
lingkungan vagina menjadi lebih memungkinkan bagi pertumbuhan
mikroorganisme patogen, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
keputihan patologis.(Usman, 2013).
B. Kerangka Konsep
Faktor yang tergambar dalam kerangka teori dapat dioperasionalkan
menjadi Variabel Independen (Lapau, 2015). Dengan demikian kerangka
konsep ditunjukkan sebagai berikut :

Usia Kehamilan Keputihan

Gambar 1.4 Kerangka Konsep

C. Hipotesis

Ho : Tidak Ada hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian


Keputihan Pada Ibu Hamil Trimester 1,2,3 Di Puskesmas
Cikampek Kabupaten Karawang Tahun 2020
Ha : Ada hubungan hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian
Keputihan Pada Ibu Hamil Trimester 1,2,3 Di Puskesmas
Cikampek Kabupaten Karawang Tahun 2020

24
25

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain deskriptif dan jenis


desain studi penampang analitis (Analitic Cross Sectional Study) yang
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor tertentu dan penyakit atau
masalah kesehatan (Lapau, 2015). Dalam studi penampang analitik, faktor
yang dapat dioperasionalkan menjadi variabel independen dihubungkan
secara statistik dengan masalah kesehatan, yang dioperasionalkan menjadi
variabel dependen, yang ditemukan dan dikumpulkan dalam waktu yang
sama. Pada penelitian ini Usia kehamilan (variable independen) dan
kejadian keputihan (variable dependen).
B. Populasi dan sampel

1. Populasi penelitian terdiri atas sekelompok unit penelitian. Cara


mendefinisikan populasi penelitian tergantung pada situasi masalah
yang hendak diteliti. Populasi juga dapat diartikan sebagai sekelompok
penduduk dari mana sampel ditarik (Lapau, 2015). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Ibu hamil trimester 1,2 dan 3 yang
melakukan pemeriksaan di Ruang Kesehatan Ibu (KI) Puskesmas
Cikampek Kabupaten Karawang sebanyak 504 responden.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian unit penelitian yang ada dalam populasi
penelitian. Pengambilan sampel adalah proses pemilihan sejumlah
unitpenelitian dari populasi penelitian (Lapau, 2015). Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester 1,2 dan 3 dengan
keputihan dan tidak keputihan.
26
Kriteria dalam penulisan ini adalah :
Table 1.1 Kriteria Inklusi dan Kriteria eksklusi
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
- Ibu hamil trimester 1,2 - Ibu hamil trimester 1,2
dan 3 dan 3 yang tidak hadir
saat pengambilan data
- Bersedia menjadi - Ibu yang tidak bersedia
responden menjadi responden
- Ibu hamil yang tidak
mengisi kuesioner
dengan lengkap

Dalam menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus


Slovin (Notoatmodjo, 2017), yaitu:
N
n=
1+ N ( d ) ²
Keterangan:
n = Jumlah sampel
d = penyumpangan terhadap populasi atau derajat ketetapan yang
diinginkan sebesar 0,1
N = Jumlah populasi
Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian
dapat dihitung sebagai berikut :
N
n= 2
1+ N ( d )
504
n=
1+504 ( 0,1 ) ²
504
n=
1,0504
= 83
Berdasarkan perhitungan di atas, maka besar sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah 83 responden. Untuk mengantisipasi
responden yang dropout, maka total sampel yang diambil sebanyak 83
orang ditambah 10% sehingga sampel penelitian sebanyak 93 orang.

3. Teknik pengambilan sampel

27
Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan
metode Consecutive Sampling, sehingga seluruh populasi yang ada di
jadikan sebagai sampel selama periode penelitian untuk memenuhi
jumlah sampel minimal, dimana kriteria sampel yang dibutuhkan
adalah ibu hamil trimester 1,2 dan 3 yang bersedia menjadi responden.
C. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi ibu hamil trimester 1,2 dan 3 di
puskesmas Cikampek selama periode Juni 2020
D. Variabel penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan,
status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan
sebagainya. (Notoadmojo, 2017).
1. Variable Independen Variabel bebas (Independent variable) disebut
juga variabel sebab yaitu karakteristik dari subjek yang dengan
keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel lainnya.
Dharma, 2015 dalam (Mayang, 2017). Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Usia Kehamilan.
2. Variabel Dependen Variabel terikat (Dependent variable) adalah
variabel akibat atau variabel yang akan berubah akibat pengaruh atau
perubahan yang terjadi pada variabel independen menurut Dharma,
2015 dalam (Mayang, 2017). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Kejadian Keputihan.

28
E. Definisi Operasional
Table 1.2 Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Alat ukur Hasil ukur Skala
Operasional
1 Independent Lamanya Kuesioner - Trimester Ordinal
Usia gestasi normal berisi 1 (0-12
Kehamilan yang dimulai informasi minggu)
dari ovulasi tentang usia - Trimester
sampai partus, kehamilan 2 (12-28
dihitung dari responden. minggu)
hari pertama - Trimester
haid terakhir 3 (28-40
(HPHT) sampai minggu).
dengan
pengambilan
sampel
dilakukan.
2 Dependent Keluarnya Kuesioner - Ya Ordinal
Kejadian cairan selain berisi - Tidak
Keputihan darah dari liang pertanyaan
Pada Ibu vagina di luar mengenai
Hamil kebiasaan, baik kejadian
berbau ataupun flour albus
tidak, serta terdiri dari
disertai rasa 13
gatal setempat. pernyataan
dilakukan
dengan
wawancara.

F. Jenis data
1. Data primer

29
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara
tersetruktur, atau dikumpulkan dengan cara mengisi angket, sensus,
checklist dan laporan serta catatan lain yang ada (Lapau, 2015). Data
primer dalam penelitian ini adalah lembar checklist yang diisi oleh
responden melalui wawancara.
2. Data sekunder
Data Sekunder dapat diperoleh data atau informasi dari sampel yang
terdiri dari sampel yang terdiri atas unit organisasi atau geografis
(seperti kampong, kabupaten, klinik, rumah sakit). Jika data tidak
tersedia dari sumber itu, maka mungkin perlu memperoleh data unit
organisasi atau geografis dengan mewawancarai penduduk yang adalah
anggota unit itu (Lapau, 2015).
G. Teknik pengumpulan data
Ada dua jenis data yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu data primer
dan data sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan mengunakan cara
sebagai berikut:
1. Data Primer Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui penyebaran
kuesioner pada responden yang berisi pertanyaan tentang informasi
yang ingin diketahui sesuai dengan tujuan penelitian. Pengambilan
data primer dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden, yang di lakukan di Puskesmas Cikampek di sebar oleh
peneliti dan di bantu bidan yang berjaga di ruang Kesehatan Ibu (KI)
dilakukan dalam 3 hari dengan mengambil sampel hari pertama
sebanyak 31 orang, hari kedua 31 orang dan hari ketiga 31 orang.
2. Data Sekunder
Untuk melengkapi data penelitian ini juga diperlukan data dari buku
register ruang kesehatan ibu (KI) Puskesmas Cikampek. Data sekunder
di ambil saat peneliti melakukan studi pendahuluan di Puskesmas
Cikampek pada tanggal 23 Mei 2020.
H. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2017) Penelitian ini menggunakan data

30
primer. Oleh karena itu, alat atau instrument penelitian yang digunakan
berupa format/lembar kuesioner isian yang akan diisi oleh responden.
Aspek pengukuran variable (Instrumen Penelitian) yang digunakan
dalam
penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan, yaitu :
1. Kuesioner A yang berisi informasi tentang biodata responden yang
terdiri nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan terakhir, kehamilan
ke- responden.
2. Kuesioner B yang berisi usia kehamilan responden.
3. Kuesioner C Kuesioner ini berisi beberapa pertanyaan mengenai
karakteristik keputihan ini bertujuan untuk mengetahui kejadian
keputihan pada ibu hamil. Kuesioner ini menggunakan skala Gutmann
yang terdiri dari dua katagori jawaban yaitu Ya dan tidak. Untuk
pernyataan positif (favourable) bernilai 1 untuk jawaban Benar dan 0
untuk jawaban tidak. Untuk pernyataan negatif (unfavourable) bernilai
0 untuk jawaban benar dan 1 untuk jawaban Salah. Pernyataan dalam
kuisioner ini terdiri dari 13 pernyataan, yang terdiri dari 8 pernyataan
normal (1,2,3,4,5,6,7,8) dan 5 pernyataan tidak normal
(8,9,10,11,12,13). Pertanyaan mengenai kejadian flour albus dilakukan
dengan wawancara, dengan kriteria : Ya, bila x ≥ Median dan Tidak,
bila x ≤ Median .
I. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan
penelitian setelah pengumpulan data (Notoatmojo, 2017).
Ada 4 tahapan dalam pengolahan data yaitu:
1. Editing (Menyunting data).
Editing dilakukan dengan memeriksa pengecekan isi format cheklis
data yang ada sudah lengkap ,jelas, relevan, dan konsisten.Bila
terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data maka
dilakukan pengecekan ulang. Dengan tujuan data yang masuk dapat
diolah secar a benar, sehingga pengolahan data dapat memberikan
hasil yang dapat menggambarkan masalah yang diteliti.
2. Coding (mengkode data)

31
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf (kategori)
menjadi data berbentuk angka/ bilangan (numerik).
3. Processing.
Processing data dilakukan dengan cara mengentry data dari format
yang ada untuk dilakukan perhitungan.
4. Cleaning (Membersihkan data)
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di
entry apakah ada kesalahan atau tidak.
J. Analisis data
1. Analisis Univariat
Menurut Notoatmodjo (2017), Analisis Univariat dilakukan
terhadap tiap variabel dan hasil penelitian. Pada umumnya hasil
analisis ini menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Data disajikan dalam bentuk tabel dan di interpretasikan.
Rumus : P = __F___ X 100%
n
Keterangan :
P : Persentase (%)
F : Frekuensi Setiap Kategori
N : Jumlah sampel
100% : Bilangan tetap (Notoatmodjo, 2017)
2. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan dengan dua variabel yang diduga
berhubungan atau korelasi (Notoatmodjo, 2017). Analisis bivariat juga
ditujukan untuk menguji hipotesis penelitian. Jenis analisis bivariat
menggunakan uji Statistik Chi Square. Uji Chi Square termasuk
kedalam statistik non parametrik. Adapun rumus uji Chi Square
menurut Sugyono (2016), adalah sebagai berikut

(E−o)2
X2 =∑
E
Keterangan :
O : Nilai Observasi
X2 : Chi square

32
E : Nilai harapan
Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara
membandingkan nilai P (value) dengan nilai a= 0.05 pada taraf
kepercayaan 95% dan derajat kebebasan sama dengan 1 dengan kaidah
keputusan sebagai berikut:
a. Jika nilai P < a berarti ada hubungan antara variabel bebas dengan
terikat.
b. Jika nilai P ≥ a berarti tidak ada hubungan antara variabel terikat
dengan variabel bebas. (Sugyono, 2016)
K. Etika Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menekankan masalah etik yang
meliputi :
1. Lembar persetujuan (informed consent) Lembar persetujuan ini
diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang
memenuhi kriteria inkulsi dan disertai judul penelitian serta manfaat
penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti tujuan dan maksud
penelitian dilakukan. Bila subjek menolak maka peneliti tidak
memaksa kehendak dan menghormati hak-hak subyek.
2. Tanpa Nama (Anonymity) Untuk menjaga kerahasiaan identitas
subyek, peneliti tidak akan mencantumkan nama jelas subyek pada
lembar penelitia melainkan hanya mencantumkan inisial dari subyek
yang diteliti.
3. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasian informasi mengennai
responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan sebagai hasil penelitian (Nurlita, 2014).

33
DAFTAR PUSTAKA

Ak Ardiani. (2013). Kehamilan, 7–32.

Anggra, Y. (2014). Bab Ii Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Teori 1. Keputihan, 8–

41.

Anita Herawati, Dede Mahdiyah, H. K. (2016). Hubungan Pekerjaan Dan Vulva

Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sungai

Bilu Banjarmasin, 2(2), 279–287.

Basri, N. R. (2014). Kejadian Fluor Albus Pada Wanita Hamil Usia 13-40 Minggu

Di Rs Prikasih Pondok Labu Periode Januari-April 2014, (April).

Khuzaiyah, S., Krisiyanti, R., & Mayasari, I. C. (2015). Karakteristik Wanita


Dengan Fluor Albus, Vii(1).

Lapau, B. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan (3rd Ed.). Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia. Https://Doi.Org/739.31.9.2013

Mahanani, S., & Natalia, D. (2015a). Perawatan Organ Reproduksi Dan Kejadian

Keputihan Pada Ibu Hamil. Jurnal Stikes, Vol. 8, No, 136–145.

Mahanani, S., & Natalia, D. (2015b). Perawatan Organ Reproduksi Dan Kejadian

Keputihan Pada Ibu Hamil Srinalesti Mahanani, Debby Natalia, 8, 136–145.

Marhaeni, G. A. (2016). Keputihan Pada Wanita, 13, 30–38.

Mayang. (2017). Program Studi Si Ilmu Keperwatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Medistra Indonesia Bekasi 2017.


Notoadmodjo, S. (2017). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Nurlita, W. (2014). Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan


Perilaku Menjaga Kebersihan Organ Genetalia Eksterna Pada Siswi Mi

Pembangunan.

Rahmawati, R. (2016). Flour Albus Di Ruang Poli Kandungan.

Sadri. (2014). Hubungan Personal Hygiene Dan Peran Orang Tua Terhadap

Kejadian Keputihan (Flour Albus) Pada Remaja Putri Di Sma Negeri I

Calang Kabupaten Aceh Jaya. Retrieved From Personal Hygine, Peran Orang

Tua, Kejadian Flour Albus

Shabrina, A. (2013). Hubungan Perubahan Keasaman Vagina Dengan Kejadian

Fuor Albus Pada Usia Kehamilan 11-24 Minggu Di Rs Medirossa Cikarang

Periode April-Juni 2013.

Sujiwa, I. (2014). Bab 3 Landasan Teori, 13–29.

Susanti, D. (2013). Hubungan Pengetahuan, Dan Personal Hygiene Remaja Putri

Dengan Kejadian Flour Albus (Keputihan) Di Gampong Paloh Naleueng

Kecamatan Titeu Kabupaten Pid. Karya Tulis Ilmiah.

Sugyono. (2016). Metodologi Pemilihan Kuantitatif, Dan R & D. Bandung: Cv

Alphabeta

Usman, B. P. R. (2013). Hubungan Perilaku Hygiene Organ Genitalia Eksterna

Dengan Jenis Keputihan Pada Ibu Hamil Usia Gestasi 11-24 Minggu (Studi

Kasus Dilakukan Di Rumah Sakit Medirossa Cikarang Periode April-Juni

2013).
Yulfitria, F. (2017). Pissn 2477-3441 Eissn 2477-345x Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Dalam Meningkatkan Effects Of Health Education In Improving

Knowledge Of Pathological Flour Albus Prevention Jurnal Bidan “ Midwife

Journal ” Volume 3 No . 02 , Juli 2017 Pissn 2477-3441 Eissn , 3(02), 82–92.

Anda mungkin juga menyukai