Anda di halaman 1dari 16

COMPLEMENTARY ALTERNATIVE MEDICINE

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komplementer 1


Kebidanan

Disusun Oleh :

1. Novi Amalya 205401446090


2. Rafika Aulianisa Rahma .H 205401446073
3. Rosmery Anjarpuspa 205401446077
4. Sarifatul Ma'rifah 205401446106
5. Shifaunnisa 205401446080

UNIVERSITAS NASIONAL

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPANAN

2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................3

1.1 Latar belakang................................................................................................3

1.2 Tujuan.............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5

2.1 Definisi (CAM).............................................................................................5

2.2 Dasar hukum penyelenggaraan cam...............................................................5

2.3Bagaimana dokter harus bersikap terhadap obat herbal dan pengobatan


alternative.............................................................................................................6

2.4 Jenis-jenis terapi yang dapat diakses ...........................................................10

2.5 Peran Keperawatan dalam Terapi Alternatif dan Latihan...................................12

BAB III PENUTUP...............................................................................................14

3.1 Kesimpulan...................................................................................................14

3.2 saran..............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Komplementer ini.
Dalam menyusun Makalah Komplementer banyak mendapatkan dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian kami selaku penyusun
makalah mengucapkan yang sebesar-besarnya kepada dosen Pembimbing.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan demi perbaikan Makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga
Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, khususnya
penulis.

Jakarta, Oktober 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggunaan terapi komplementer merupakan terapi alternatif yang menjadi banyak


perhatian banyak negara. Saat ini terapi komplementer menjadi bagian penting dalam
pelayanan kesehatan di berbagai negara seperti Amerika Serikat dan negara lainnya.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) sebanyak 80% praktisi kesehatan di
negara berkembang lebih memilih pengobatan alternative disbanding pengobatan kimia
(WHO, 2012).
Di Amerika Serikat sekitar 627 juta orang merupakan pengguna terapi alternatif dan
386 juta orang merupakan pengunjung praktik konvensional (WHO, 2011). WHO
merekomendasikan pengobatan tradisional yang merupakan bagian dari teknik
komplementer dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan
penyakit terutama untuk penyakit kronis, penyakit degenerative dan kanker. WHO juga
mendukung upaya peningkatan keamanan dan khasiat dari obat-obatan tradicional (WHO,
2012).
Perkembangan penggunaan terapi komplementer dan alternatif olen masyarakat di
Indonesia mengalami peningkatan. Terapi komplementer dan alternatif berdasarkan hasil
Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan proporsi rumah tangga yang memanfaatkan
pelayanan kesehatan tradisional adalah 30,4% dengan jenis pelayanan yang paling banyak
digunakan adalah keterampilan tanpa alat sebesar 77,8% dan ramuan sebesar 49%
(Ministry of Health Indonesia, 2013). Kondisi ini menggambarkan bahwa pelayanan
kesehatan tradisional mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan dan
perlu mendapat perhatian yang serius dari sistem pelayanan kesehatan untuk mewujudkan
tujuan  pembangunan kesehatan nasional.
Banyak alasan klien menggunakan terapi komplementer salah satunya adalah filosofi
holistik pada terapi komplementer yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi
kesehatan dalam terapi komplementer selain itu alasan lain yang mendasari klien
meminta pengobatan dengan terapi komplementer adalah klien ingin terlibat dalam
pengambilan keputusan dalam pengobatannya. Tidak sedikit klien bertanya tentang terapi
komplementer kepada tenaga kesehatan. Hal ini dapat menjadi peluang bagi tenaga
kesehatan untuk dapat memberikan terapi komplementer dalam pelayanannya (WHO,
2011).

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil di makalah ini, yaitu :

a. Apa yang dimaksud dengan pengobatan alternatif / komplementer?


b. Apa saja pengobatan alternatif / komplementer?
c. Mengapa pengobatan alternatif / komplementer diperlukan?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang dapat diambil pada makalah ini, yaitu :

a. Mengerti dan mengetahui pengertian pengobatan alternatif / komplementer.


b. Mengerti dan mengetahui macam – macam pengobatan alternatif / komplementer.
c. Mengerti dan mengetahui sebab diperlukannya pengobatan alternatif /komplementer.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pengobatan Alternatif / Komplementer

Complementary and alternative medicine (CAM). CAM merupakan keberagaman dari


kelompok sistem perawatan medis dan kesehatan, praktik, dan produk yang saat ini tidak
dianggap sebagai bagian dari pengobatan konvensional (Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014).
CAM didefinisikan sebagai pendekatan  perawatan kesehatan yang dalam
penggunaannya berdasarkan dari luar obat yang telah ditentukan (mainstream). Berbagai
bentuk CAM telah banyak dilakukan dan dilaporkan dalam berbagai studi. Walaupun dalam
penggunaan CAM mengalami penurunan, sering dengan munculnya antibiotik pada awal
1900-an dan kemudian kembali populer pada tahun 1970an. WHO telah mencatat bahwa
berbagai bentuk CAM telah berfungsi sebagai praktik kesehatan utama di negara-negara
berkembang selama bertahun-tahun dan berkembang di seluruh dunia dan di negara-negara
yang menggunakan obat-obatan konvensional lebih dominan (Kramlich, 2014).
Terapi non-konvensional merupakan salah satu dari terapi medis alternatif atau
komplementer. Terapi komplementer (complementary therapies) adalah semua terapi yang
digunakan sebagai tambahan untuk terapi konvensional yang direkomendasikan oleh
penyelenggaraan pelayanan kesehatan individu (Perry, Potter, 2009). Definisi CAM yang
disepakati adalah suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai sistim,
modalitas dan praktek kesehatan, yang didukung oleh teori dan kepercayaan. Termasuk
didalamnya latihan atau usaha untuk menyembuhkan diri sendiri. CAM digunakan untuk
mencegah dan menyembuhkan penyakit atau juga untuk meningkatkan taraf kesehatan.
Walaupun demikian ada perbedaan antara alternatif dan komplementer.Terapi
alternatif adalah terapi di luar terapi konvensional. Sementara komplementer berarti
pelengkap bagi terapi konvensional yang ada dan telah terbukti bermanfaat. Terapi alternatif
(alternative therapies) meliputi intervensi yang sama dengan terapi komplementer, tetapi
sering kali menjadi pengobatan primer yang mengganti pelayanan medis alopatik. Kedua
terapi alternatif dan komplementer bervariasi derajatnya di mana mereka cocok dengan
pengobatan alopatik.
2.2 Dasar Hukum Pelayanan Pengobatan Komplementer-Alternatif
1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No :1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan
kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar
pelayanan hiperbarik.
4. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No. HK.03.05/I/199/2010
tentang pedoman criteria penetepan metode pengobatan komplementer – alternatif
yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 381/Menkes/SK/III/2007
tentang kebijakan obat tradisional.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang
pengobatan tradisional yang menguraikan tentang cara-cara mendapatkan izin praktik
pengobatan tradisional besertasyarat-syaratnya.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1109/Menkes/PER/X/2007
tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer–alternative difasilitas kesehatan
pelayanan kesehatan, jenis pengobatan tenaga pelaksana termasuk tenaga asing.

2.3 Tipe Terapi Alternatif dan Komplementer


2.3.1   Sistem medis alternatif dibangun di antara sistem teori dan praktik yang
lengkap
A. Akupuntur
suatu metode tradisional china yang menghasilkan analgesia atau
perubahan fungsi sistem tubuh dengan cara memasukan jarum tipis di
sepanjang rangkaian garis atau jalur yang disebut meridian. Manipulasi jarum
langsung pada meridian energi akan mempengaruhi organ internal dalam
dengan pengalihan qi (shi).
Jarum ditusukkan ke titik meridian untuk mempengaruhi Chi yang mengalir ke
organ tubuh bagian dalam, untuk meningkatkan struktur dan fungsi. Jarum juga dapat
digunakan untuk daerah tertentu yang terasa sakit yang mungkin berhubungan dengan
masalah dalam tubuh, seperti cedera akibat olahraga. Sebagai contoh, sebuah jarum
ditusukkan ke daerah tendon yang tertarik atau otot yang kelelahan akan meningkatkan
aliran Chi ke area tersebut. Yang akan menghilangkan rasa sakit dan mempercepat proses
penyembuhan (Hadibroto dkk, 2006).

B. Ayurveda
sistem pengobatan tradisional hindu yang digunakan di India sejak
abad pertama. Suatu kombinasi obat seperti herbal, obat pencahar, dan minyak
gosok untuk mengobati penyakit.
Menurut Ayurveda, setiap orang memiliki energi kehidupan (Doshas), yang terdiri
dari Vata atau udara, Pitta atau panas, dan Kapha atau air. Penyakit terjadi jika ke-3 elemen
ini tidak seimbang. Lingkungan, polusi udara, makanan, minuman, dan faktor genetik dapat
menyebabkan ketidak-seimbangan doshas. Menjaga keseimbangan doshas ini adalah kunci
dari pengobatan Ayurveda.Ayurveda bekerja secara menyeluruh, tidak hanya
menghilangkan gejala yang timbul, tetapi juga bekerja mencegah penyakit dan
menghilangkan akar penyakit.Ayurveda menggunakan seluruh sumber kekayaan alam
untuk membantu meningkatkan kualitas kesehatan manusia (Hadibroto dkk, 2006).

C. Pengobatan Homeopatik
sistem pengobatan medis didasari pada teori bahwa penyakit tertentu
dapat diobati dengan memberikan dosis kecil substansi yang pada individu
sehat akan menghasilkan gejala seperti penyakit. Substansi yang dianjurkan
tersebut adalah obat yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan alami, hewan, atau
substansi mineral.
Hemeopati ditemukan sekitar 200 tahun lalu oleh Samuel Hahnemann,
seorang docter dan apoteker jerman.Prinsip-prinsip pendekatan pengobatan
controversial yang dikembangkan nya ini harus di pertimbangkan berdasarkan
latar belakang praktik medis pada saat itu; lintah, pengeluaran darah, pencahar
dan emetik kuat, dan sediaan yang mengandung logam berat beracun, seperti
arsenik dan merkuri, banyak di gunakan. Ada laporan bahwa Hahnemann
tidak puas dengan strategis pengobatan yang kasar ini dan hal ini
menyebabkan ia menghentikan penggunaan obat. Selama masa ini, ia terorong
untuk melakukan percobaan dengan menggunakan kulit kayu kina (yang
digunakan untuk mengobati malaria) dan menemukan bahwa, ketika
menggunakan obat ini dalam dosis tinggi, ia mengalami gejala-gejala yang
mirip malaria. Kemudian Hahnemann menggunakan metode ini (yang ia sebut
suatu `pembuktian`) pada sukarelawan sehat yang di beri banyak zat lain
untuk membentuk suatu `gambaran gejala` (Heinrich et al., 2009).

D. Pengobatan Hipnoterapi
Hypnosis sangat berguna dalam mengatasi beragam kasus berkenaan
dengan kecemasan, ketegangan, depresi, phobia dan dapat membantu untuk
menghilangkan kebiasaan buruk seperti ketergantungan pada rokok, alkohol
dan obat-obatan.Dengan memberi sugesti, seseorang terapis dapat membangun
berbagai kondisi emosional positif berkenaan dengan menjadi seorang bukan
perokok dan penolakan terhadap rasa ataupun aroma rokok (Az- Zahrani,
2005).

E. Pengobatan Herbalisme Medis


Herbalisme medis- penggunaan obat dari tumbuhan untuk pencegahan
dan pengobatan penyakit. Salah satu prinsip dasar herbalisme adalah bahwa
kandungan herba yang berbeda bekerja bersama dalam beberapa cara (yang
tidak dapat di jelaskan) sehingga menghasilkan efek-efek bermanfaat.Herbalis
medis mengobati berbagai macam kondisi akut (misalnya infeksi), dan yang
lebih lazim, kondisi kronis. Beberapa contoh gangguan yang biasanya
dikonsultasikan orang kepada herbalis yaitu (Heinrich et al., 2009) : Sindrom
iritasi usus, pramenstruasi, gejala- gejala menopause, eksim, depresi, sistitis,
migraine. Herbalis biasanya diformulasi untuk oral (tablet, kapsul) dan sediaan
herba topikal juga dapat di resepkan (Heinrich et al., 2009).

2.3.2   Terapi secara Biologis-Menggunakan Substansi dari Alam, seperti


Herbal, Makanan, dan Vitamin
A. Zona : program diet yang memerlukan makanan berprotein, karbohidrat, dan lemak
dalam perbandingan 30:40:30%. 30% kalori dari protein, 40% dari karbohidrat, dan
30% dari lemak. Digunakan untuk menyeimbangkan insulin dan hormon lain untuki
kesehatan yang optimal.
B. Diet Makribiotik : diutamakan diet vegetarian (tidak ada produk hewan kecuali ikan ).
Awalnya digunakan dalam manajemen berbagai kanker. Penekanan pada semua biji-
bijian padi, sayur-sayuran, dan makanan yang tidak diawetkan.
C. Pengobatan ortomelekular (megavitamin) : meningkatkan masukan nutrisi seperti
vitamin C dan beta karoten. Diet mengobati kanker, skizofrenia, penyakit autis, dan
penyakit kronis tertentu seperti hiperkolesterolemia dan penyakit arteri koroner.
D. European phytomedicines : produk yang dikembangkan di bawah kontrol kualitas
yang ketat pada pabrik farmasi yang berpengalaman, dibungkus secara profesional
dalam tablet atau kapsul. Contoh obat-obatan herbal yang telah diteliti dengan baik
adalah gingko biloba, susu dari tanaman liar, dan bilberry.
E. Obat-obatan tradisional herbal China : lebih dari 50.000 jenis tabaman obat, banyak
yang telah diteliti secara luas. Herbal dipertimbangkan sebagai tulang belakang
pengobatan.

2.3.3  Manipulasi dan Metode Didasari Tubuh-Didasari pada Manipulasi dan/ atau
Pergerakan dari Satu atau lebih Bagian Tubuh
A. Akupresur : teknik terapeitik mempergunakanj tekanan digital dalam cara
tertentu pada titik yang dibuat pada tubuh untuk mengurangi rasa nyeri,
menghasilkan analgesia, atau mengatur fungsi tubuh.
B. Pengobatan kiropraktik : sistem terapi yang melibatkan manipulasi kolumna
spinalis dan memasukan fisioterapi dan terapi diet.
C. Metode Feldenkrais : terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang
baik melalui perbaikan pergerakan tubuh. Teknik ini mengintegrasikan
pemahaman fisika tentang pola pergerakan tubuh dengan kewaspadaan
seseorang dalam mempelajari gerak, sikap, dan interaksi.
D. Tai Chi : teknik yang menggabungkan pernapasan, gerakan, dan meditasi
untuk membersihkan, memperkuat, dan sirkulasi energi dan darah kehidupan
yang penting. Terapi merangsang sistem imun dan mempertahankan
keseimbangan internal dan eksternal.
E. Terapi pijat : manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan, atau
meremes untuik meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot, dan
relaksasi.
2.3.4  Intervensi Tubuh-Pikiran-Menggunakan Berbagai Teknik yang Dibuat untuk
Meningkatkan Kapasitas Pikiran guna Memengaruhi Fungsi dan Gejala Tubuh
A. Terapi dansa : sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan ekspresi
langsung dari pikiran dan tubuh. Terapi ini mampu mengobati individu dengan masalah
sosial, emosional, kognitif, atau fisik.
B. Terapi pernapasan : menggunakan segala jenis pola pernapasan untuk merelaksasi,
memperkuat, atau membuka jalur emosional.
C. Imajinasi terbimbing : teknik terapeutik untuk mengobati kondisi patologis dengan
berkonsentrasi pada imajinasi atau serangkaian gambar.
D. Meditasi : praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaksasi tubuh dan menenangkan
pikiran menggunakan ritme pernapasan yang berfokus.
E. Terapi musik : menggunakan musik untuk menunjukan kebutuhan fisik, psikologis,
kognitif, dan sosial individu yang menderita cacat dan penyakit. Terapi memperbaiki
gerakan dan atau komunikasi fisik, mengembangkan ekspresi emosional, memperbaiki
ingatan, dan mengalihkan rasa nyeri.
F. Usaha pemulihan (doa) : berbagai teknik yang digunakan dalam budaya menggabungkan
pelayanan, kesabaran, cinta, atau empati dengan target doa.
G. Psikoterapi : pengobatan kelainan mental dan emosional dengan teknik psikologi.
H. Yoga : teknik yang berfokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernapasan, dan
kesadaran tubuh. Tujuan yoga adalah memperoleh kesejahteraan mental dan fisik
melalui pencapaian kesempurnaan tubuh dengan olahraga, mempertahankan postur
tubuh, pernapasan yang benar, dan meditasi.

2.4 Jenis-jenis Terapi yang Dapat Diakses Keperawatan/Kebidanan


Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan komplementer bersifat umum dan
menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran dan konsentrasi, sentuhan ringan,
pergerakan, dan lain-lain) untuk membanti individu merasa lebih baik dan beradaptasi dengan
kondisi akut dan akut. Berikut jenis-jenis terapi yang dapat diakses keperawatan/kebidanan,
yaitu :
A.   Terapi Relaksasi
Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum kognitif, fisiologis, dan stimulasi
perilaku. Relaksasi juga melibatkan penurunan stimulasi. Proses relaksasi memperpanjuang
serat otot, mengurangi pengiriman impuls neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi
aktivitas otak juga sistem tubuh lainnya. Relaksasi membantu individu membangun
keterampilan kognitif untuk mengurangi cara yang negatif dalam merespon situasi dalam
lingkungan mereka. Keterampilan kognitif adalah seperti sebagai berikut :
1.   Fokus (kemampuan untuk mengidentifikasi, membedakan, mempertahankan perhatian pada,
dan mengembalikan perhatian pada rangsangan ringan untuk periode yang lama).
2.   Pasif (kemampuan untuk menghentikan aktivitas analisis dan tujuan yang tidak berguna).
3.   Kesediaan (kemampuan untuk menoleransi dan menerima pengalaman yang tidak pasti, tidak
dikenal, atau berlawanan).
Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu memonitor dirinya secara terus-
menerus terhadap indikator ketegangan, serta untuk membiarkan dan melepaskan dengan
sadar ketegangan yang terdapat di berbagai bagian tubuh.
B.   Meditasi dan Pernapasan
Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan rangsangan dengan perhatian
langsung pada suatu rangsangan yang berulang atau tetap (Rakel dan Faas, 2006). Ini
merupakan terminasi umum untuk jangkauan luas dari praktik yang melibatkan relaksasi
tubuh dan ketegangan pikiran. Menurut Benson, komponen relaksasi sangat sederhana, yaitu :
(1) ruangan yang tenang, (2) posisi yang nyaman, (3) sikap mau menerima, dan (4) fokus
perhatian. Praktik meditasi tidak membutuhkan seorang pengajar, banyak individu
mempelajari prosesnya dari buku atau kaset, dan mudah untuk diajarkan (Fontaine, 2005).
Sebagian besar teknik meditasi melibatkan pernapasan, biasanya pernapasan perut yang
dalam, relaks, dan perlahan. Meditasi menimbulkan keadaan santai, menurunkan konsumsi
oksigen, mengurangi frekuensi pernapasan dan denyut jantung, serta menghasilkan laporan
penurunan kecemasan.
Ada banyak indikasi untuk meditasi, diantaranya adalah sebagai berikut :
·  Kecemasan atau suasana yang menegangkan
·  Sindroma kelelahan kronis
·  Rasa nyeri kronis
·  Kegelisahan
·  Depresi ringan
·  Gangguan tidur
Meskipun meditasi telah menunjukan perbaikan dalam bebragai penyakit psikologis, meditasi
merupakan kontraindikasi bagi beberapa individu. Sebagai contoh, individu yang memiliki
ketakutan akan kehilangan kontrol dapat menerima meditasi sebagai bentuk pengontrolan
pikiran dan mungkin menolak untuk mempelajari teknik tersebut.
C. Terapi Latihan Spesifik
Terapi latihan spesifik merupakan pengobatan medis alternatif atau komplementer di mana
perawat yang boleh melakukannya hanya perawat yang telah menyelesaikan suatu pelatihan
atau kursus pelajaran khusus. Perawat harus memiliki sertifikat, gelar, atau ijazah di luar izin
perawat RN untuk dapat memberikan sebagian besar terapi tersebut.
a.   Akupuntur : akupuntur merupakan metode stimulasi titik tertentu (akupoin) pada tubuh
dengan memasukan jarum khusus untuk memodifikasi persepsi rasa nyeri. Menormalkan
fungsi fisiologis, serta mengobati atau mencegah penyakit. Akupuntur mengatur atau
meluruskan kembali aliran qi. Menurut pengobatan tradisional China, jarum akupuntur
melepskan obstruksi energi dan membangun kembali aliran qi melalui meridian, selanjutnya
menstimulasi dan mengaktifkan mekanisme penyembuhan diri oleh tubuh. Penggunaan arus
listrik lemah dan kuat meningkatkan efek dari jarum tersebut (Fontaine, 2005).
b.   Terapi Herbal : peneliti memperkirakan sekitar 25.000 jenis tumbuhan digunakan secara
medis di seluruh dunia. Ini merupakan bentuk pengobatan lama yang diketahui untuk
manusia, dan bukti arkeologi mengatakan bahwa Belanda menggunakan obat herbal sejak
60.000 tahun yang lalu (Fontaine, 2005).
Meskipun pengobatan herbal memberikan efek yang berguna bagi berbagai kondisi, sejumlah
masalah timbul. Ketika pengobatan herbal dikembangkan, konsentrasi bahan-bahan aktif
beragam bentuknya. Kontaminasi dengan herbal atau bahan kimia lain, termasuk pestisida
dan logam berat juga terjadi. Beberapa herbal juga mengandung produk yang sangat toksik
dan dapat menyebabkan kanker (Fontaine, 2005).

2.5 Peran Keperawatan dalam Terapi Alternatif dan Latihan


Ketertarikan pada terapi medis alternatif dan komplementer meningkat secara
signifikan pada 20 tahun terakhir. Pendekatan kedokteran terintegrasi konsisten dengan
pendekatan holistik yang dipelajari perawat untuk dipraktikkan. Perawat memiliki potensi
untuk menjadi partisipan utama dalam jenis filosofi pelayanan kesehatan ini. Banyak perawat
sudah mempraktikkan manfaat sentuhan. Pahami terapi medis alternatif atau komplementer
untuk membuat rekomendasi yang tepat kepada penyelenggaraan pelayanan primer alopatik
tentang terapi mana yang bermanfaat bagi klien. Selain itu, berikan nasihat kepada klien
tentang kapan waktu yang tepat untuk mencari terapi konvensional atau terapi medis
alternatif dan komplementer.
Perawat bekerja sangat dekat dengan klien mereka dan berada dalam posisi mengenali titik
pandang budaya spiritual klien. Perawat biasanya dapat menentukan terapi medis alternatif
atau komplementer mana yang lebih sesuai dengan kepercayaan dan menawarkan
rekomendasi yang sesuai (Potter, Perry, 2009).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengobatan komplementer/alternatif merupakan pengobatan non konvensional yang


ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Perkembangan penggunaan terapi komplementer dan
alternatif olen masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan. Masyarakat indonesia
banyak yang menggunakan terapi komplementer sebagai pengobatan pendamping dari
pengobatan dokter yang mereka terima.Terapi komplementer di indonesia sudah banyak di
gunakan sejak dulu contohnya adalah penggunaan minuman jamu, akupuntur, bekam,
ayurveda, dan juga pijat tubuh.

3.2 Saran

Diharapkan terapi komplementer terus berkembang dan dikenal oleh masyarakat di


Indonesia sebagai pengobatan alternatif atau pengobatan pendamping dokter. Dan tenaga
kesehatan dapat mempelajari pengobatan komplemeter bukan hanya pengobatan medis
sehingga pengetahuan dan skill tenaga Kesehatan semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA

Benson H. 1975. The Relaxtion Respone. New York : Avon.


Fontaine K. 2005. Healing Practices : Alternative therapies For nursing. Edisi 2. Prentice
Hall.
Perry, Potter. 2009. Fundamentals of Nursing Buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.
Rakel DP, Faass N. 2006. Complementary medicinen in clinical practice, Sudbury, Mass,
2006, Jones & Battlett.
Az-Zahrani, M. 2005. “Konseling Terapi”.Jakarta : Penerbit Gema Insani.

Anda mungkin juga menyukai