Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

BAB XI
UJI PARASITOLOGI

DISUSUN OLEH :

TRI SUBEKTI

1192111

2 REGULER C

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI NUSAPUTERA


SEMARANG
PRODI DIII FARMASI
2019 / 2020
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
BAB XI
UJI PARASITOLOGI

I. TUJUAN
1. Mendiagnosa adanya infeksi cacing parasite pada orang yang diperiksa fesesnya.
2. Mengetahui teknik pemeriksaan telur pada tinja anak – anak.
3. Mengetahui bentuk dari cacing parasite.

II. DASAR TEORI


Cacing merupakan salah satu parasit yang menghinggapi manusia. Penyakit
infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tetap ada dan masih tinggi prevalensinya,
terutama di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Hal ini merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang masih perlu ditangani. Penyakit infeksi yang disebabkan
cacing itu dapat di karenakan di daerah tropis khususnya Indonesia berada dalam posisi
geografis dengan temperatur serta kelembaban yang cocok untuk berkembangnya cacing
dengan baik (Kadarsan, 2005).
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang di makan
yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Jumlah normal produksi 100 – 200
gram/hari. Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri dan
bahan patologis, Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah
maupun konsistensinya dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-
minggu (Gandahusada, dkk., 2000)
Dalam identifikasi infeksinya perlu adanya pemeriksaan, baik dalam keadaan
cacing yang masih hidup ataupun yang telah dipulas. Cacing yang akan diperiksa
tergantung dari jenis parasitnya. Untuk cacing atau protozoa usus akan dilakukan
pemeriksaan melalui feses atau tinja (Kadarsan, 2005).
Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini
telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern, dalam beberapa
kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan
lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan
feses, cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar
akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi (Soejoto dan soebari,
2002).

III. ALAT & BAHAN


1. Metode Natif
Alat : Gelas Objek, pipet tetes, Lidi, Cover glass, Mikroskop.
Bahan : Tinja anak kecil, Eosin 2%.
2. Metode Apung
Alat : Objek glass, Mikroskop, Cover glass, Penyaring the, Tabung reaksi, Pengaduk,
beker glass.
Bahan : Tinja, larutan NaCl jenuh ( 33% ), Aquadest.
3. Metode Harada Mori
Alat : Kantong plastic ukuran 30 x 200 mm, Kertas saring ukuran 3 x 15 cm, Lidi
bamboo, Penjepit, Mikroskop.
4. Metode Kato
Alat : Selophane, Gelas preparat, Karton berlubang, Soket bamboo, Kawat saring, Kertas
Minyak.
Bahan : Aquadest, Gliserin, Melachite green, Tinja.

IV. SKEMA KERJA


1. Metode Natif

teteskan 1 - 2 tetes NaCl fisiologis atau Eosin 2% diatas gelas objek yang
bersih

ambil sedikit tinja menggunakan lidi, taruh pada larutan tersebut. ratakan
kemudia tutup dengan cover glass, amati di mikroskop.
2. Metode Apung

campurkan 10 g tinja dengan 200 ml NaCl jenuh ( 33% ), aduk ad larut, jika
terdapat serat selulosa disaring dengan penyaring teh.

diamkan 5 - 10 menit. ambil larutan permukaan dengan lidi, taruh diatas objek
glass, tutup dengan cover glass, periksa dibawah mikroskop

tuangkan ke dalam tabung reaksi sampai penuh, yaitu rata dengan permukaan
tabung, diamkan 5 -10 menit, tutup/ letakkan di objek glass dan angkat segera.
letakkan di atas preparat glass dengan cairan berada di antara preparat glass dan
cover glass, kemudian cek di mikroskop.

3. Metode Harada Mori

isi plastik dengan aquadest steril kurang lebih 5 ml.

oleskan tinja pada kertas saring sampai sepertiga bagian tengah. masukkan ke
dalam plastik.

cara memasukkannya :
di lipatkan membujur dengan ujung kertas menyentuh permukaan aquadest
steeril dan tinja jangan terkena aquadest.

beri label nama penderita, tanggal penamaan, tempat penderita dan nama
mahasiswa. tutup tabung dengan plastik.

disentrifuge dan diambil dengan pipet tetes kemudian diamati di mikroskop.


4. Metode Kato
sebelum digunakan, masukkan pita selophane ke dalam larutan malachite
green selama kurang lebih 24 jam.

taruh tinja di atas kertas minyak sebesar sebutir kacang, tumpangi tinja
dengan kawat saringan dan tekan hingga didapat tinja yang kasar
tertinggal dibawah kawat dan tinja yang halus di atas penyaring.

ambil tinja halus kurang lebih 30 mg dengan lidi, dengan cetakan karton
yang berlubang ditaruh di preparat glass yang bersih

tutup dengan pita selophane dan ratakan tinja diseluruh permukaan pita
hingga tebal dengan bantuan preparat glass lainnya.

biarkan dengan temperatur kamar selama 30 - 60 menit supaya menjadi


transparan.

periksa seluruh permukaan dengan menghitung jumlah semua telur yang


ditemukan pada perbesaran lemah.

V. HASIL PERCOBAAN
-
VI. PEMBAHASAN
-
VII. KESIMPULAN
-
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Kadarsan, S. 2006. Binatang Parasit. Lembaga Biologi Nasional-LIPI, Bogor.
Soejoto dan Soebari. 2002. Parasitologi Medik Jilid 3 Protozoologi dan
Helmintologi. EGC, Solo.
Gandahusada, S.W. Pribadi dan D.I. Herry. 2000. Parasitologi Kedokteran.
Fakultas Kedokteran UI : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai