Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, TERHADAP KEJADIAN

DIARE PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS NAPAL PUTIH


BENGKULU UTARA
TAHUN 2021

DISUSUN OLEH:
TRIDARA FEBRUALUKI
09180000069

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA, 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Tingginya angka kesakitan dan kematian penyakit diare disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain lingkungan yang kurang memadai, keadaan gizi, keadaan

demografis, pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara

langsung atau tidak langsung yang mempengaruhi keadaan penyakit diare. Penyebab

utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan

elektrolit melalui tinja. Berbagai faktor mempengaruhi kejadian diare, diantaranya

adalah faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi

dan perilaku masyarakat.

Diare merupakan sebuah kondisi ketika pengidapnya buang air besar (BAB)

lebih sering dari biasanya. Selain itu, feses pengidap diare juga lebih encer. Meski

diare bisa berlangsung singkat, ada kalanya diare bisa berlangsung selama beberapa

hari. Dalam beberapa kasus, diare juga bisa terjadi hingga berminggu-minggu.

Dehidrasi merupakan gejala paling umum yang menyertai diare. Pada anak-

anak, diare dapat ditandai dengan jarang buang air kecil, mulut kering, serta menangis

tanpa mengeluarkan air mata.

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting

dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis

seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat berpengaruh diantaranya kebudayaan,

sosial,keluarga, pendidikan. Persepsi seseorang terhadap kesehatan,serta

perkembangan.

Insiden diare pada balita di Indonesia sebanyak 6,7%. Lima provinsi dengan

insiden diare tertinggi adalah Aceh 10,2%, Sulawesi Selatan 8,1%, Papua 9,6%, DKI
Jakarta 8,9% dan Banten 8,0%. Sedangkan provinsi Jawa Tengah sebesar 4,7%.

Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12 – 23 bulan 7,6%

(Riskesdas, 2013).

Diare adalah penyakit yang terjadi Ketika perubahan konsistensi feses selain

dari frekuensi buang air besar. Tahun 2014 di Provinsi Bengkulu jumlah target

penemuan sebanyak 39. 479 kasus diare, sebanyak 19.479 ditangani (50%).

Tingginya angka kesakitan dan kematian penyakit diare disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain lingkungan yang kurang memadai, keadaan gizi, keadaan

demografis, pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara

langsung atau tidak langsung yang mempengaruhi keadaan penyakit diare. Penyebab

utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan

elektrolit melalui tinja. Berbagai faktor mempengaruhi kejadian diare, diantaranya

adalah faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi

dan perilaku masyarakat.

Pengetahuan tetang perilaku personal hygiene ibu adalah penting dan harus

dilakukan dengan kesadaran dan kontinyu untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan diri untuk ibu dan yang terpenting adalah untuk balitanya. Mengingat balita

adalah individu yang rentan, belum mandiri, dan pasif (belum bisa melakukan segala

sesuatu tanpa bantuan dari ibunya). Kejadian diare yang dialami oleh balita masih

banyak terjadi dikarenakan perilaku personal hygiene ibu yang masih kurang.

Personal hygiene dilakukan untuk melindungi tubuh dari masuknya kuman

kedalam tubuh manusia. Perilaku personal hygiene ibu dapat mempengaruhi

kesehatan pada balita, diantaranya kebiasaan ibu mencuci tangan menggunakan

sabun, perilaku ibu menjaga kebersihan kuku, kebiasaan dalam memberi makanan
anak balita yang meliputi pengolahan makanan, menjaga bahan makanan dan

penyimpanan makanan balita pada suhu kamar yang semestinya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa

air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari

(Depkes RI 2011). Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai

perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang

berlangsung kurang dari satu minggu.

Dari hasil 10 wawancara pada ibu diPuskesmas Napal Putih Bengkulu Utara 9 orang yang

tidak mengetahui tentang Personal Higine untuk menghindari kejadian Diare terutama

tentang bagaimana mencuci tangan dengan baik dan benar.

Dari hasil wawancara tersebut, maka penulis mengambil judul tentang “ Hubungan

Pengetahuan, Personal Hygiene dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas

Napal Putih Bengkulu Utara tahun 2021”.

1.3 PERTANYAAN

A. Apakah ada Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diare pada Balita di

Puskesmas Napal Putih Bengkulu Utara tahun 2021?

B. Apakah ada Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Diare pada Balita

di Puskesmas Napal Putih Bengkulu Utara tahun 2021?

C. Apakah ada Hubungan Pengetahuan dan Personal Hygiene dengan Kejadian

Diare pada Balita di Puskesmas Napal Putih Bengkulu Utara tahun 2021?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DIARE

Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan

konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam).

Ingat, dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya

buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire.

Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga

kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian Diare didefinisikan

sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang

ditandai dengan diare, muntahmuntah yang berakibat kehilangan cairan dan

elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi

feses selama dan frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan diare bila

feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih,

atau buang air besar berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa diare adalah bertambahnya frekuensi

defekasi lebih dan 3 kali perhari pada bayi dan lebih dari 6 kali perhari pada

anak, yang disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi encer.


BAB III

KERANGKA, DEFINISI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 KERANGKA TEORI

GAMBAR 3.1

KERANGKA TEORI

Faktor Faktor
1. Riwayat Penyakit Infeksi
2. Persediaan pangan
3. Pengetahuan ibu
4. Pelayanan kesehatan Kejadian Diare
5. Sosial budaya
6. Sosial Ekonomi
7. Personal Hygiene

Sumber : Andriani, M. & Wirjatmadi, B. (2012a) Pengantar gizi masyarakat. Jakarta:


Kencana prenada media group.

3.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Personal Hygiene Kejadian Diare


2. Pengetahuan

Gambar 3.2.
Kerangka Konsep
3.3. Kerangka Analisis

X1
X2 Y
X3

Gambar 3.3
Kerangka Analisis
Keterangan:

X1 = Variabel Independen (Kejadian Diare)


X2 = Variabel Independen (Pengetahuan)
X3 = Variabel Independen (Personal Hygiene)
Y = Variabel Dependen (kejadian Diare)

3.4 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara “Hubungan Pengetahuan, Personal Hygiene dengan

Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Napal Putih Bengkulu Utara tahun

2021”.

DAFTAR PUSTAKA
1. Andriani, M. & Wirjatmadi, B. (2012a) Pengantar gizi masyarakat. Jakarta:

Kencana prenada media group.

2. Avicenna Journal of Health Research. Hubungan Pengetahuan Perilaku Personal

Hygiene Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita. Vol 2 No 2. Oktober 2019.

3. Suparno. 2015. Faktor-Faktor yang berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada

Balita Di Kelurahan Saung Naga Kecamatan Baturaja Barat Tahun 2014. Jurnal

Keperawatan Sriwijaya, Volume 2- Nomor1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459

Anda mungkin juga menyukai