Anda di halaman 1dari 8

KULIAH KEMANFAATAN ENERGI

Pertemuan ke-15
Tanggal 30 Mei 2020

1. Mengapa pada saat olahraga diperlukan metabolisme penyediaan energi?


Jawaban :
Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang membutuhkan
energi sehingga harus dibarengi dengan metabolisme penyediaan energi. Di
dalam berbagai jenis olahraga baik olahraga dengan gerakan-gerakan yang
bersifat konstan (jogging, marathon dan bersepeda) atau pada olahraga yang
melibatkan gerakan-gerakan yang explosif (menendang bola, smash dalam
olahraga tenis atau bulutangkis), jaringan otot hanya akan memperoleh energi
dari pemecahan molekul adenosine triphospate (ATP). Melalui simpanan
energi yang terdapat di dalam tubuh yaitu simpanan phosphocreatine (PCr),
karbohidrat, lemak dan protein, molekul ATP ini akan dihasilkan melalui
metabolisme energi yang akan melibatkan beberapa reaksi kimia yang
kompleks. Pengunaan simpanan-simpanan energi tersebut beserta jalur
metabolisme energi yang akan digunakan untuk menghasilkan molekul ATP ini
juga akan bergantung terhadap jenis aktivitas serta intensitas yang dilakukan
saat berolahraga.
Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga akan
terdiri dari kombinasi dua jenis aktivitas yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan
dan aktivitas yang bersifat anaerobik.
a. Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap
ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi
sehingga juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ
tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat
mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat
berjalan dengan sempurna. Aktivitas ini merupakan aktivitas olahraga
dengan intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinu
dalam waktu yang cukup lama sepeti jalan kaki, bersepeda atau juga
jogging.
b. Aktivitas anaerobik merupakan aktivitas dengan intensitas tinggi yang
membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat namun tidak
dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama. Aktivitas ini
biasanya juga akan membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat
diregenerasi sehingga kegiatannya dapat dilanjutkan kembali. Contoh dari
kegiatan/jenis olahraga yang memiliki aktivitas anaerobik dominan adalah
lari cepat (sprint), push-up, body building, gimnastik atau juga loncat jauh.
2. Bagaimanakah proses produksi energi di dalam otot?
Jawaban :
Proses hidrolisis ATP yang akan menghasilkan energi ini dapat
dituliskan melalui persamaan reaksi kimia sederhana sebagai berikut:

Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan energi sebesar
31 kJ (7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk lain berupa ADP (adenosine
diphospate) dan Pi (inorganik fosfat). Pada saat berolahraga, terdapat 3 jalur
metabolisme energi yang dapat digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP
yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr), glikolisis anaerobik glukosa serta
pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein.
Otot membutuhkan ATP sebagai energi untuk melakukan proses
kontraksi. Sel otot merupakan tempat yang paling banyak penimbunan ATP.
Ketersediaan atau jumlah ATP pada otot itu terbatas yakni kurang lebih 4-6 m
M/kg otot dan jumlah ATP pada sel otot hanya mampu digunakan selama waktu
3-8 detik untuk aktivitas berat dan cepat.
Demi keberlangsungan proses kontraksi otot maka otot membutuhkan
sistem metabolisme yang berfungsi untuk produksi ATP. Proses produksi ATP
dapat dijelaskan dengan sederhana melalui 3 proses sebagai berikut :
a. Sistem Fosfagen
Pada proses ini terjadi pembentukan ion fosfat dan keratin melalui
pemecahan fosfokreatin. Energy yang digunakan lebih banyak dari ATP
yang dihasilkan.
CP + ADP → C +ATP.
ATP yang diproduksi hanya bisa digunakan sebagai energy untuk
aktifitas fisik berkisar antara 3-8 detik. Pada tahap selanjutnya terjadi
pembentukan fosfat dengan energy tinggi yang berasal dari fosfokreatin.
Kemudian terjadi pembentukan ATP dari AMP dan ADP.
ATP → ADP + Pi + Energi.
ATP yang diproduksi hanya bisa digunakan sebagai energy untuk aktifitas
fisik berkisar antara 1-2 detik
b. Sistem Glikogen- Asam Laktat
Prinsip dari sistem ini adalah menggunakan glikogen sebagai bahan
atau sumber energi. Tahap glikolisis merupakan pemecahan setiap glukosa
menjadi 2 molekul asam piruvat dengan proses pelepasan energi dan
menghasilkan 4 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa. Proses
glikolisis adalah proses anaerob.
Tahap selanjutnya adalah tahap oksidatif, diawali dengan masuknya
asam piruvat ke dalam mitokondria. Asam piruvat akan berikatan dengan
oksigen membentuk ATP. Asam piruvat juga bisa membentuk asam laktat
jika oksigen jumlahnya kurang untuk proses oksidatif. Asam laktat yang
terbentuk berperan dalam pembentukan ATP dengan cara difusi ke cairan
intersisial dan mengubah AMP menjadi ADP kemudian terbentuk ATP.
Glikogen/glukosa + ADP + Pi → ATP + Asam laktat
ATP yang diproduksi hanya bisa digunakan sebagai energy untuk
aktifitas fisik berkisar antara 45-120 detik.
c. Sistem Aerobik
Mitokondria menjadi organel utama yang berperan dalam
memproduksi energi melalui proses oksidasi glukosa, asam amino, dan
asam lemak. Oksigen akan berikatan dengan bahan – bahan tersebut untuk
proses pembentukan ATP.
Glikogen + ADP + Pi + O2 → CO2 + H2O + ATP
ATP yang diproduksi hanya bisa digunakan sebagai energi untuk aktifitas
fisik berkisar relatif lama.
3. Bagaimanakah proses metabolisme energi pada otot rangka?
Jawaban :
Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada
aktivitas kontraktil. Karakteristik khususnya yaitu penghantaran terjadi dalam
waktu sangat singkat karena hanya membutuhkan satu enzimatik yang
berperan dalam pemindahan energi. Jumlah ATP dari sistem kreatin fosfat
dapat menyediakan daya otot maksimal 8-10 detik, hampir cukup untuk lari
sejauh 100 meter.
Sistem energi selanjutnya yang dominan adalah sistem aerob,
berlangsung di dalam mitokondria otot jika tersedia cukup O2. Oksigen
dibutuhkan untuk menunjang rantai transport elektron mitokondria, secara
efisien memanen energi dari penguraian molekul-molekul nutrien dan
digunakan untuk mengasilkan ATP. Jalur ini dijalankan oleh glukosa atau asam
lemak. Meskipun menghasilkan banyak molekul ATP yaitu 36 untuk setiap
molekul glukosa yang diproses, sistem ini relatif lambat karena banyaknya
tahap yang harus dilalui.
Selama olahraga ringan sampai sedang, sel-sel otot membentuk cukup
ATP melalui sistem aerob untuk mengimbangi kebutuhan energi dalam jumlah
sedang untuk waktu yang cukup lama. Untuk mempertahankankan kelanjutan
sistem ini, otot memerlukan penyaluran O2 dan nutrien yang adekuat.
Karena sistem aerob membutuhkan oksigen dalam proses untuk
menghasilkan ATP, maka konsumsi oksigen maksimal (VO2 max) juga
mempengaruhi sistem ini. Konsumsi oksigen maksimal sendiri dapat diartikan
sebagai kapasitas maksimal untuk mengantarkan dan menggunakan oksigen
selama melakukan latihan secara maksimal sampai akhirnya terjadi kelelahan.
4. Mengapa asam laktat penyebab pegal dan otot kaku?
Jawaban :
Reaksi glikolisis berlangsung di sitosol sel otot dalam keadaan
anaerob (tanpa oksigen). Glikolisis anaerobik sangat bermanfaat dalam
penyediaan energi dalam waktu yang relatif cepat dan tanpa menggunakan
oksigen. Namun, glikolisis anaerobik juga memiliki kelemahan, yaitu
menghasilkan suatu produk akhir berupa asam laktat yang sangat merugikan
karena dapat menyebabkan kelelahan kerja otot.
Asam laktat adalah biomolekul tiga karbon dengan gugus karboksil
dan gugus hidroksil. Asam laktat merupakan asam yang cukup kuat. Asam
laktat yang terbentuk dari glikolisis anaerobik akan menurunkan pH sehingga
suasana otot berubah menjadi asam. Keadaan ini dapat meningkatkan
keasaman darah apabila berlangsung lama. Perubahan pH dalam otot yang
menjadi asam ini akan menghambat kerja enzim-enzim glikolisis sehingga
akan mengganggu reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel. Hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya energi yang dihasilkan sehingga kontraksi otot
semakin lemah dan pada akhirnya otot akan mengalami kelelahan, pegal dan
kaku.
Akumulasi asam laktat dalam otot akan menurunkan kemampuan
otot untuk bekerja. Selain dapat menyebabkan asidosis pada sel otot dan
terganggunya koordinasi otot, peningkatan kadar asam laktat yang cukup
tinggi juga dapat meningkatkan risiko cedera serta mengganggu sistem
fosfokreatin dan oksidasi asam lemak. Penumpukan asam laktat pada
tendon otot seringkali mengakibatkan rasa pegal atau nyeri setelah melakukan
pekerjaan
Reduksi piruvat menjadi asam laktat adalah reaksi akhir dari
glikolisis, asam laktat tidak dapat dikatabolis lebih lanjut. Setelah diproduksi
asam laktat dapat meninggalkan sel, menumpuk di dalam sel, atau dioksidasi
kembali ke piruvat karena enzim Laktat Dehidrogenase (LDH) bersifat
reversible. Asam laktat ini akan menunggu keadaan otot menjadi aerobuntuk
diubah lagi menjadi asam piruvat oleh sel di jaringan otot atau di limpa dan hati.
Kelelahan timbul karena penumpukan asam laktat dalam jaringan.
Hal ini disebabkan oleh kemampuan tubuh menetralisir tumpukan asam
laktat tersebut tidak sebanding dengan kecepatan asam laktat yang terbentuk
akibat beratnya aktivitas yang dilakukan.
5. Bagaimanakah proses sumber energi metabolisme aerobik dan anaerobik
dimanfaatkan tubuh manusia?
Jawaban :
a. Proses metabolisme secara anaerobik
(1) Sistem PCr
Asam amino Creatine (Cr) tersimpam di dalam otot sebagai sumber
energi. Bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi yaitu phosphocreatine
(PCr) mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme energi
secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP. Dengan
bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang tersimpan
di dalam otot dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat) dan creatine, proses
ini juga akan disertai pelepasan energi sebesar 43 kJ (10.3 kkal) /1 mol
PCr. Pi yang dihasilkan dapat mengikat kepada molekul ADP (adenosine
diphospate) kemudian kembali membentuk molekul. Karena terbatasnya
simpanan PCr yang terdapat di dalam jaringan otot (+14-24 mmol ATP/
kg berat basah) maka energi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis
hanya bertahan untuk mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik.
(2) Glikolisis
Proses metabolisme energi mengunakan simpanan glukosa yang akan
diperoleh dari glikogen otot dan dari glukosa dalam aliran darah untuk
menghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam
sitoplasma sel ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam
piruvat dimana proses ini juga akan disertai dengan membentukan ATP.
Jumlah ATP yang dapat dihasilkan oleh proses glikolisis bergantung
berdasarkan asal molekul glukosa. Molekul glukosa yang berasal dari
dalam darah menghasilkan 2 ATP sedangkan molekul glukosa dari
glikogen otot menghasilkan 3 ATP. Mokelul asam piruvat yang terbentuk
dari proses glikolisis ini dapat mengalami proses metabolisme lanjut
bergantung terhadap ketersediaan oksigen di dalam tubuh. Pada saat
berolahraga dengan ketersediaan oksigen cukup besar, molekul asam
piruvat yang terbentuk ini diubah menjadi CO2 dan H2O dalam
mitokondria. Dan jika ketersediaan oksigen terbatas atau pembentukan
asam piruvat terjadi secara cepat seperti saat melakukan sprint, maka
asam piruvat tersebut akan terkonversi menjadi asam laktat.
b. Metabolisme energi secara Aerobik

Untuk meregenerasi ATP, 3 simpanan energi akan digunakan oleh tubuh


yaitu simpanan karbohidrat (glukosa,glikogen), lemak dan juga protein.

(1) Pembakaran Karbohidrat


Glukosa akan mengalami proses glikolisis yang dapat menghasilkan
molekul ATP serta menghasilkan asam piruvat. Di dalam proses ini,
Molekul glukosa yang berasal dari dalam darah menghasilkan 2 ATP
sedangkan molekul glukosa dari glikogen otot menghasilkan 3 ATP.
Asam piruvat yang di hasilkan diubah menjadi Asetil-KoA di dalam
mitokondria, proses berjalan dengan ketersediaan oksigen serta
menghasilkan produk samping berupa NADH yang juga dapat
menghasilkan 2-3 molekul ATP. Asetil-KoA hasil konversi asam piruvat
akan masuk ke dalam siklus asam-sitrat untuk kemudian diubah menjadi
karbon dioksida (CO2 ), ATP, NADH dan FADH melalui tahapan reaksi
yang kompleks. Reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses yang telah
disebutkan dapat dituliskan melalui persamaan reaksi sederhana
sebagai berikut:

Metabolisme energi dari glukosa akan dilanjutkan kembali melalui


proses fosforlasi oksidatif. Dalam proses ini, molekul NADH dan juga
FADH yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat akan diubah menjadi
molekul ATP dan H2O. Dari 1 molekul NADH akan dapat dihasilkan 3
buah molekul ATP dan dari 1 buah molekul FADH akan dapat
menghasilkan 2 molekul ATP. Proses metabolisme energi secara 2
aerobik melalui pembakaran glukosa/glikogen secara total akan
menghasilkan 38 buah molukul ATP dan juga akan menghasilkan
produk samping berupa karbon dioksida (CO2) serta air (H2O).
Persamaan reaksidituliskan sebagai berikut :

(2) Pembakaran Lemak


Melalui proses pemecahan simpanan lemak yang terdapat di dalam
tubuh yaitu trigeliserida. Trigeliserida akan tersimpan di dalam jaringan
adipose serta di dalam sel-sel otot (intramuscular triglycerides). Melalui
proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida yang tersimpan ini akan
dikonversi menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol. Pada proses ini,
untuk setiap 1 molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul asam
lemak dan 1 molekul gliserol. Kedua molekul yang dihasilkan melalu
proses ini kemudian akan mengalami jalur metabolisme yang berbeda di
dalam tubuh. Gliserol akan masuk ke dalam siklus metabolisme untuk
diubah menjadi glukosa atau juga asam piruvat. Sedangkan asam lemak
yang terbentuk akan dipecah menjadi unit-unit kecil melalui proses yang
dinamakan ß-oksidasi untuk kemudian menghasilkan energi (ATP) di
dalam mitokondria sel. Proses ß-oksidasi berjalan dengan adanya
oksigen dan karbohidrat untuk menyempurnakan pembakaran asam
lemak. Pada proses ini, asam lemak yang pada umumnya berbentuk
rantai panjang yang terdiri dari ± 16 atom karbon akan dipecah menjadi
unit-unit kecil yang terbentuk dari 2 atom karbon. Tiap unit 2 atom karbon
yang terbentuk ini kemudian dapat mengikat kepada 1 molekul KoA
untuk membentuk asetil KoA. Molekul asetil-KoA yang terbentuk ini
kemudian akan masuk ke dalam siklus asam sitrat dan diproses untuk
menghasilkan energi seperti halnya dengan molekul asetil-KoA yang
dihasil melalui proses metabolisme energi dari glukosa/glikogen.

Sumber :

Baskoro, Firza Yoga, H2A013054 (2017) Hubungan Pemanasan Fisik Awal dan Gaya
Berenang Terhadap Kejadian Kram Otot Triceps Surae Pada Atlet Renang di
Semarang. Undergraduate thesis, UNIMUS.

Hidayah, I. (2018). Peningkatan Kadar Asam Laktat Dalam Darah Sesudah Bekerja.
The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 7, No. 2 Mei–
Agustus 2018: 131–141

Irawan, M. A.. (2007). METABOLISME ENERGI TUBUH & OLAHRAGA. Diperoleh 30


Mei 2020 pada
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318122/pendidikan/metabolisme+energi.pdf

Mardian, Fadli and Marijo, Marijo and Indraswari, Darmawati


Ayu (2016) PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN MINUMAN
ISOTONIK DAN JUS PISANG TERHADAP DAYA TAHAN OTOT SELAMA
AKTIVITAS LARI 30 MENIT. Undergraduate thesis, Diponegoro University

Anda mungkin juga menyukai