Pertemuan ke-15
Tanggal 30 Mei 2020
Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan energi sebesar
31 kJ (7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk lain berupa ADP (adenosine
diphospate) dan Pi (inorganik fosfat). Pada saat berolahraga, terdapat 3 jalur
metabolisme energi yang dapat digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP
yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr), glikolisis anaerobik glukosa serta
pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein.
Otot membutuhkan ATP sebagai energi untuk melakukan proses
kontraksi. Sel otot merupakan tempat yang paling banyak penimbunan ATP.
Ketersediaan atau jumlah ATP pada otot itu terbatas yakni kurang lebih 4-6 m
M/kg otot dan jumlah ATP pada sel otot hanya mampu digunakan selama waktu
3-8 detik untuk aktivitas berat dan cepat.
Demi keberlangsungan proses kontraksi otot maka otot membutuhkan
sistem metabolisme yang berfungsi untuk produksi ATP. Proses produksi ATP
dapat dijelaskan dengan sederhana melalui 3 proses sebagai berikut :
a. Sistem Fosfagen
Pada proses ini terjadi pembentukan ion fosfat dan keratin melalui
pemecahan fosfokreatin. Energy yang digunakan lebih banyak dari ATP
yang dihasilkan.
CP + ADP → C +ATP.
ATP yang diproduksi hanya bisa digunakan sebagai energy untuk
aktifitas fisik berkisar antara 3-8 detik. Pada tahap selanjutnya terjadi
pembentukan fosfat dengan energy tinggi yang berasal dari fosfokreatin.
Kemudian terjadi pembentukan ATP dari AMP dan ADP.
ATP → ADP + Pi + Energi.
ATP yang diproduksi hanya bisa digunakan sebagai energy untuk aktifitas
fisik berkisar antara 1-2 detik
b. Sistem Glikogen- Asam Laktat
Prinsip dari sistem ini adalah menggunakan glikogen sebagai bahan
atau sumber energi. Tahap glikolisis merupakan pemecahan setiap glukosa
menjadi 2 molekul asam piruvat dengan proses pelepasan energi dan
menghasilkan 4 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa. Proses
glikolisis adalah proses anaerob.
Tahap selanjutnya adalah tahap oksidatif, diawali dengan masuknya
asam piruvat ke dalam mitokondria. Asam piruvat akan berikatan dengan
oksigen membentuk ATP. Asam piruvat juga bisa membentuk asam laktat
jika oksigen jumlahnya kurang untuk proses oksidatif. Asam laktat yang
terbentuk berperan dalam pembentukan ATP dengan cara difusi ke cairan
intersisial dan mengubah AMP menjadi ADP kemudian terbentuk ATP.
Glikogen/glukosa + ADP + Pi → ATP + Asam laktat
ATP yang diproduksi hanya bisa digunakan sebagai energy untuk
aktifitas fisik berkisar antara 45-120 detik.
c. Sistem Aerobik
Mitokondria menjadi organel utama yang berperan dalam
memproduksi energi melalui proses oksidasi glukosa, asam amino, dan
asam lemak. Oksigen akan berikatan dengan bahan – bahan tersebut untuk
proses pembentukan ATP.
Glikogen + ADP + Pi + O2 → CO2 + H2O + ATP
ATP yang diproduksi hanya bisa digunakan sebagai energi untuk aktifitas
fisik berkisar relatif lama.
3. Bagaimanakah proses metabolisme energi pada otot rangka?
Jawaban :
Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada
aktivitas kontraktil. Karakteristik khususnya yaitu penghantaran terjadi dalam
waktu sangat singkat karena hanya membutuhkan satu enzimatik yang
berperan dalam pemindahan energi. Jumlah ATP dari sistem kreatin fosfat
dapat menyediakan daya otot maksimal 8-10 detik, hampir cukup untuk lari
sejauh 100 meter.
Sistem energi selanjutnya yang dominan adalah sistem aerob,
berlangsung di dalam mitokondria otot jika tersedia cukup O2. Oksigen
dibutuhkan untuk menunjang rantai transport elektron mitokondria, secara
efisien memanen energi dari penguraian molekul-molekul nutrien dan
digunakan untuk mengasilkan ATP. Jalur ini dijalankan oleh glukosa atau asam
lemak. Meskipun menghasilkan banyak molekul ATP yaitu 36 untuk setiap
molekul glukosa yang diproses, sistem ini relatif lambat karena banyaknya
tahap yang harus dilalui.
Selama olahraga ringan sampai sedang, sel-sel otot membentuk cukup
ATP melalui sistem aerob untuk mengimbangi kebutuhan energi dalam jumlah
sedang untuk waktu yang cukup lama. Untuk mempertahankankan kelanjutan
sistem ini, otot memerlukan penyaluran O2 dan nutrien yang adekuat.
Karena sistem aerob membutuhkan oksigen dalam proses untuk
menghasilkan ATP, maka konsumsi oksigen maksimal (VO2 max) juga
mempengaruhi sistem ini. Konsumsi oksigen maksimal sendiri dapat diartikan
sebagai kapasitas maksimal untuk mengantarkan dan menggunakan oksigen
selama melakukan latihan secara maksimal sampai akhirnya terjadi kelelahan.
4. Mengapa asam laktat penyebab pegal dan otot kaku?
Jawaban :
Reaksi glikolisis berlangsung di sitosol sel otot dalam keadaan
anaerob (tanpa oksigen). Glikolisis anaerobik sangat bermanfaat dalam
penyediaan energi dalam waktu yang relatif cepat dan tanpa menggunakan
oksigen. Namun, glikolisis anaerobik juga memiliki kelemahan, yaitu
menghasilkan suatu produk akhir berupa asam laktat yang sangat merugikan
karena dapat menyebabkan kelelahan kerja otot.
Asam laktat adalah biomolekul tiga karbon dengan gugus karboksil
dan gugus hidroksil. Asam laktat merupakan asam yang cukup kuat. Asam
laktat yang terbentuk dari glikolisis anaerobik akan menurunkan pH sehingga
suasana otot berubah menjadi asam. Keadaan ini dapat meningkatkan
keasaman darah apabila berlangsung lama. Perubahan pH dalam otot yang
menjadi asam ini akan menghambat kerja enzim-enzim glikolisis sehingga
akan mengganggu reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel. Hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya energi yang dihasilkan sehingga kontraksi otot
semakin lemah dan pada akhirnya otot akan mengalami kelelahan, pegal dan
kaku.
Akumulasi asam laktat dalam otot akan menurunkan kemampuan
otot untuk bekerja. Selain dapat menyebabkan asidosis pada sel otot dan
terganggunya koordinasi otot, peningkatan kadar asam laktat yang cukup
tinggi juga dapat meningkatkan risiko cedera serta mengganggu sistem
fosfokreatin dan oksidasi asam lemak. Penumpukan asam laktat pada
tendon otot seringkali mengakibatkan rasa pegal atau nyeri setelah melakukan
pekerjaan
Reduksi piruvat menjadi asam laktat adalah reaksi akhir dari
glikolisis, asam laktat tidak dapat dikatabolis lebih lanjut. Setelah diproduksi
asam laktat dapat meninggalkan sel, menumpuk di dalam sel, atau dioksidasi
kembali ke piruvat karena enzim Laktat Dehidrogenase (LDH) bersifat
reversible. Asam laktat ini akan menunggu keadaan otot menjadi aerobuntuk
diubah lagi menjadi asam piruvat oleh sel di jaringan otot atau di limpa dan hati.
Kelelahan timbul karena penumpukan asam laktat dalam jaringan.
Hal ini disebabkan oleh kemampuan tubuh menetralisir tumpukan asam
laktat tersebut tidak sebanding dengan kecepatan asam laktat yang terbentuk
akibat beratnya aktivitas yang dilakukan.
5. Bagaimanakah proses sumber energi metabolisme aerobik dan anaerobik
dimanfaatkan tubuh manusia?
Jawaban :
a. Proses metabolisme secara anaerobik
(1) Sistem PCr
Asam amino Creatine (Cr) tersimpam di dalam otot sebagai sumber
energi. Bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi yaitu phosphocreatine
(PCr) mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme energi
secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP. Dengan
bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang tersimpan
di dalam otot dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat) dan creatine, proses
ini juga akan disertai pelepasan energi sebesar 43 kJ (10.3 kkal) /1 mol
PCr. Pi yang dihasilkan dapat mengikat kepada molekul ADP (adenosine
diphospate) kemudian kembali membentuk molekul. Karena terbatasnya
simpanan PCr yang terdapat di dalam jaringan otot (+14-24 mmol ATP/
kg berat basah) maka energi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis
hanya bertahan untuk mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik.
(2) Glikolisis
Proses metabolisme energi mengunakan simpanan glukosa yang akan
diperoleh dari glikogen otot dan dari glukosa dalam aliran darah untuk
menghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam
sitoplasma sel ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam
piruvat dimana proses ini juga akan disertai dengan membentukan ATP.
Jumlah ATP yang dapat dihasilkan oleh proses glikolisis bergantung
berdasarkan asal molekul glukosa. Molekul glukosa yang berasal dari
dalam darah menghasilkan 2 ATP sedangkan molekul glukosa dari
glikogen otot menghasilkan 3 ATP. Mokelul asam piruvat yang terbentuk
dari proses glikolisis ini dapat mengalami proses metabolisme lanjut
bergantung terhadap ketersediaan oksigen di dalam tubuh. Pada saat
berolahraga dengan ketersediaan oksigen cukup besar, molekul asam
piruvat yang terbentuk ini diubah menjadi CO2 dan H2O dalam
mitokondria. Dan jika ketersediaan oksigen terbatas atau pembentukan
asam piruvat terjadi secara cepat seperti saat melakukan sprint, maka
asam piruvat tersebut akan terkonversi menjadi asam laktat.
b. Metabolisme energi secara Aerobik
Sumber :
Baskoro, Firza Yoga, H2A013054 (2017) Hubungan Pemanasan Fisik Awal dan Gaya
Berenang Terhadap Kejadian Kram Otot Triceps Surae Pada Atlet Renang di
Semarang. Undergraduate thesis, UNIMUS.
Hidayah, I. (2018). Peningkatan Kadar Asam Laktat Dalam Darah Sesudah Bekerja.
The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 7, No. 2 Mei–
Agustus 2018: 131–141