Anda di halaman 1dari 8

Saturday, 12 December 2020

 search...

(http://pta-samarinda.go.id)

Beranda (/) Tentang Pengadian Layanan Publik Layanan Hukum Transparansi


Halaman Utama Pro l Satker Informasi/Pengaduan Prosedur & Bantuan Hukum Keterbukaan Informasi

Peraturan & Kebijakan Zona Integritas (/zona-integritas) Hubungi Kami


Undang - undang & Surat Edaran Pembangunan ZI Kontak Satker

(http://pta-
Written by Super User on 16 November 2018. Hits: 2328
samarinda.go.id)
PELAKSANAAN MEDIASI DENGAN PENDEKATAN NILAI-NILAI ISLAM
DALAM PERKARA PERCERAIAN, HARTA GONO GINI  
DAN GUGATAN HARTA WARIS
 
Oleh : Sutejo
(Hakim PA Balikpapan) 

          Setiap orang yang berperkara di Pengadilan Agama, terutama masalah perceraian,


gugatan harta bersama maupun gugatan harta waris, maka jika kedua belah pihak hadir di
persidangan, para pihak wajib menempuh proses mediasi dengan i’tikad baik sebagaimana
maksud pasal 7 ayat (1) Perma No. 1 tahun 2016. Dan jika pihak Penggugat untuk gugatan
harta waris/gugatan harta bersama atau gugatan cerai dan atau Pemohon untuk permohonan
cerai talak tidak mau beri’tikad baik untuk menempuh proses mediasi, maka gugatan atau
permohonannya akan diputus dengan tidak dapat diterima atau di NO (Niet-Onvanklijk), karena
mediasi  merupakan syarat mutlak atau sebuah keharusan bagi para pihak yang hadir kedua-
duanya.
            Dan seorang mediator di dalam menjalankan tugas mediasinya boleh memberikan
nasehat yang panjang lebar, tidak terbatas pada posita maupun petitum gugatan sesuai
dengan kehendak Perma No. 1 tahun 2016 pasal 25 ayat (1). Ketidak terbatasan di sini dengan
tujuan agar para pihak (gugatan perceraian) dapat mencabut perkaranya dan kembali rukun
sebagai suami isteri, sedang dalam perkara (harta bersama maupun gugatan harta waris)
agar dapat diselesaikan dengan cara damai secara kekeluargaan. 

          Dari dua pasal tersebut di atas, yaitu pasal 7 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) Perma No. 1
tahun 2016 tersebut, maka penulis mencoba untuk memberikan beberapa sampling
penasehatan, dengan harapan para pihak bisa tersentuh hati untuk berpikir ulang di dalam
melanjutkan perkaranya di Pengadilan agama, sehingga gugatannya akan berakhir dengan
mencabut perkara bagi gugatan perceraian atau permohonan cerai talak untuk rukun kembali
sebagai suami isteri yang baik,  dan terhadap perkara gugatan harta bersama atau gugatan
harta waris dapat berakhir dengan penyelesaian secara damai (terjadi kesepakatan) antara
kedua belah pihak yang berperkara.
          Di sini penulis akan mencoba memberikan sampling penasehatan terhadap pihak-pihak
yang berperkara, khususnya terkait dengan 3 (tiga) perkara yang sering muncul di Pengadilan
Agama sebagaimana telah disampaikan di atas, dan meskipun ada 3 (tiga) perkara, namun di
sini akan dipisahkan ke dalam 2 (dua) sampling saja, yaitu sampling untuk perkara perceraian
dan yang kedua sampling untuk perkara gugatan harta waris maupun gugatan pembagian
harta bersama. 

Pesan
                      Sebelum melakukan penasehatan pada para pihak yang akan bercerai, seorang
mediator terlebih dahulu menjelaskan tentang tugas dan maksud diadakannya mediasi serta
waktu yang disediakan untuk pelaksanaan mediasi, sehingga para pihak sebelum dimediasi
telah mengetahui esensi dari pada diadakannya mediasi itu sendiri. Dan sebelum masuk pada
penasehatan, seorang mediator hendaknya mengetahui penyebab terjadinya perselisihan dan

pertengkaran, yang tentunya bisa digali dari keterangan para pihak ataupun dengan membaca
dan memahami dalil-dalil gugatan cerai atau permohonan cerai talak yang diajukan oleh
Penggugat atau Pemohon. Dan menurut penulis lebih efektif dengan memahami surat
gugatan cerai atau surat permohonan cerai talak, karena hal itu lebih dapat menghindari jawab
jinawab antara para pihak secara emosional.
Setelah mediator paham tentang penyebab timbulnya perselisihan maupun
pertengkaran, selanjutnya mediator bisa melakukan penasehatan melalui pendekatan nilai-
nilai islam terhadap kedua belah pihak secara tepat, sesuai sasaran. Dengan harapan agar
keduanya menyadari kesalahannya masing-masing dan mau saling memaafkan, sehingga bisa
rukun kembali sebagai suami isteri yang baik.
Apabila penyebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran antara suami isteri
disebabkan oleh aspek ekonomi kurang cukup, atau aspek perselingkuhan maupun perjudian
dan minum-minuman keras, maka penasehatannya tetap diawali secara umum tentang
pentingnya pernikahan dan mempertahankan rumah tangga, setelah itu baru masuk pada
penyebab terjadinya pertengkaran dari para pihak, kira-kira sebagai berikut :
          Bapak ibu, yang mudah-mudahan mendapat petunjuk dari Allah SWT., perlu diketahui
bersama, bahwa Allah menciptakan manusia di dunia ini bukan untuk berbuat sesuai kemauan
kita, melainkan hanya untuk mengabdi (beribadah) kepada Allah SWT. semata, sebagaimana
Firman Allah dalam surat Adz-Dzariyaat ayat 56, yang artinya : “Tidaklah Aku ciptakan jin dan
manusia, kecuali hanya untuk mengabdi (beribadah). Dan mengingat manusia diciptakan Allah
dibekali dengan nafsu dan akal. Sementara salah satu kecenderungan nafsu manusia selalu
tertarik pada lawan jenis, maka Allah mengaturnya dengan melalui ibadah dalam bentuk
pernikahan, sehingga jelas bahwa pernikahan itu adalah sebuah ikatan suci dan salah satu
bentuk ibadah kepada Allah yang harus diperjuangkan keutuhannya, karena memperjuangkan
keutuhan rumah tangga akan bernilai ibadah sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang artinya
: “Bila seorang menikah, maka berarti ia telah melengkapi separuh dari agamanya, maka
hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada separuh yang tersisa.” (HR. Baihaqi, hadits Hasan).
dan sebaliknya perceraian adalah sesuatu hal yang halal, namun sangat dibenci oleh Allah
SWT.
Bapak ibu yang mudah-mudahan diberi petunjuk oleh Allah SWT., bahwa untuk
mencapai kehidupan suami isteri dalam rumah tangga yang tentram, sakinah, mawaddah, wa
rahmah sebagaimana do’a saat kita menikah dahulu yang sangat kita harapkan bersama,
maka syaratnya tiada lain adalah kita harus menjadi orang yang beriman yang selalu ingat
kepada Allah SWT dalam kondisi dan situasi apapun, kapan saja dan di mana saja kita berada,
sebagaimana yang ditunjukkan oleh Allah dalam al-Qur’an Surat Al Fath ayat 4, yang artinya “
Dialah (Allah) yang telah  menurunkan ketenangan/ketentraman di hati orang-orang yang
beriman” dan dalam Suart Ar-Ra’du ayat 28, yang artinya “ ......ketahuilah bahwa hanya dengan
mengingat Allah sajalah, hati akan menjadi tenang”.
Adapun sarana terbaik untuk mengingat Allah SWT., adalah dengan senantiasa
menjalankan shalat secara khusu’, dan tidak pernah meninggalkan shalat wajib walau
sekalipun, karena orang yang menyepelekan kewajiban shalat, maka sudah barang tentu orang
tersebut akan menyepelekan kewajiban-kewajiban yang lain termasuk kewajiban sebagai
seorang suami ataupun sebagai seorang isteri, sebab terhadap kewajiban shalat yang
merupakan kewajiban pribadi saja lupa, apalagi kewajiban terhadap orang lain.   
Dan perlu diingat pula, bahwa manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan lemah,
sebagaimana Qs. An-Nisa’ ayat 28, yang artinya : “....dan diciptakannya manusia itu dalam
kondisi lemah”. Maksud ayat ini adalah supaya kita sebagai manusia harus selalu sadar diri di
setiap saat, bahwa sesungguhnya kita ini sebenarnya orang yang lemah, tidak punya apa-apa
dan tidak punya kekuatan apa-apa, sebab harta, jabatan, kekuatan, kesehatan, tubuh kita yang
mulus dan tidak cacat, serta kecantikan maupun ketampanan dan lain-lain yang selama ini
kadang-kadang menjadi kebanggaan kita untuk bersikap arogan dan sewenang-wenang
terhadap pasangan kita, itu sebenarnya hanyalah  titipan dari Allah, yang sewaktu-waktu bisa
diambil kembali dengan sangat mudah oleh Allah SWT dan ingat bahwa titipan itu semua akan
dipertanggung jawabkan nanti di akhirat sebagai alam jaza’ (alam pembalasan).
Jadi kelebihan yang kita miliki saat ini, adalah tidak lebih dari titipan Allah dan kita
tidak punya kekuasaan sedikitpun untuk mempertahankannya, bahkan apa yang kita miliki
sebagai titipan Allah itu dalam kenyataannya sedikit demi sedikit akan hilang (dicabut oleh
Allah) seiring dengan bertambahnya umur kita saat hidup di dunia ini, sebgaimana firman
Allah dalam surat Yasiin ayat 68, yang artinya : “ setiap kali usia manausia bertambah, maka
akan Aku (Allah) kurangi nikmat ciptaan Ku, apakah kalian tidak berfikir”.
Dan sebenarnya kita sering lupa kalau waktu itu cepat berlalu, umur cepat bertambah
tua, kematianpun sudah makin mendekat, dan yang kita rasakan adalah tahu-tahu nikmat
kekuatan kita mulai berkurang, bentuk postur tubuh kita mulai tidak menarik dan lain-lain, oleh
karena itu yang paling pantas bagi kita agar kita tetap mendapatkan kebaikan dan
keselamatan baik di dunia maupun di akhirat nanti, adalah kita harus berbuat bagaimana agar
hidup kita bernilai ibadah, tentunya kita harus senantiasa bersyukur terhadap nikmat yang
dititipkan Allah kepada kita, dan berusaha terus bersabar terhadap kekurangan pasangan kita,
sehingga terbentuk sifat yang selalu bersyukur dan bersabar, sebagaimana sebuah kisah yang

disampaikan oleh Abul Hasan Al-Madini, dia berkata : Suatu hari Imran bin Hatthan
mendatangi istrinya. Imran ini adalah laki-laki buruk rupa dan berbadan pendek. Sementara
istrinya adalah seorang wanita yang cantik. Pada saat itu dia telah berdandan, maka dia
semakin cantik dan menawan di mata suaminya, sehingga Imran tidak kuasa kecuali terus
menerus memandangi istrinya. Lalu istrinya bertanya, “Ada apa denganmu?” Dia menjawab,
“Demi Allah kamu sangat cantik.” Istrinya berkata, “Bergembiralah, aku dan dirimu akan masuk
Surga.” Ia bertanya, “Dari mana kamu tahu itu?” Dia menjawab, “Kalau kamu dianugerahi istri
cantik sepertiku dan kamu bersyukur, sementara aku diuji dengan suami sepertimu, maka aku
bersabar. Orang yang sabar dan orang yang bersyukur itu ada di Surga”.
Bapak ibu yang mudah-mudahan diberi kesadaran oleh Allah SWT., bahwa maksud
syukur dalam rumah tangga di sini, bukan hanya mencakup masalah kecantikan wajah dari
pasangan kita saja, akan tetapi juga segala kebaikan yang muncul dari pasangan kita
berapapun kecilnya kebaikan itu, maka hendaknya kita harus bisa bersyukur. Dan maksud
sabar di sini juga tentu bukan saja karena buruknya muka pasangan kita, tetapi juga
mencakup keburukan yang muncul dari sifat-sifat pasangan kita, berapapun besarnya
keburukan itu, harus kita hadapi dengan penuh kesabaran. Oleh karena itu yang harus kita
munculkan dari sifat kesyukuran dan kesabaran kita adalah dengan senantiasa berusaha
sekuat mungkin untuk selalu bisa menerima dan mudah memberikan maaf pada kesalahan
dan kekurangan pasangan kita, juga selalu mendo’akan dan meminta pasangan kita agar bisa
berubah sesuai apa yang kita harapkan.
Dan oleh karena kejadian-kejadian berupa kesalahan maupun salah paham yang
datang pada diri kita dan pasangan kita selama ini, sudah menjadi ketentuan dan kehendak
Allah SWT, yang tidak bisa diganggu gugat, maka tidak sepantasnya bagi kita untuk selalu
menyalahkan pasangan kita secara terus menerus tanpa ampun,  akan tetapi yang paling tepat
adalah justru dengan cara mudah memaafkan dan meminta agar pasangan kita mau
merubahnya, sebab dalam Qs. Ar Ra’d ayat 11, Allah berfirman yang artinya :” .... Allah tidak
akan merubah suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri mau merubahnya ....”. 
Selanjutnya perlu diingat pula bahwa dalam kontek taqdir ini, kita tidak dibenarkan
menjadikan kesalahan diri kita yang terkait dengan masalah dosa untuk disandarkan sebagai
taqdir dari Allah SWT., seperti berselingkuh, berjudi, minum-minuman keras dan lain-lain, sebab
itu semua adalah murni kesalahan diri kita yang telah melakukan pelanggaran terhadap
aturan-aturan Allah, kecuali jika kesalahan itu disebabkan oleh sesuatu kejadian yang kita tidak
bisa mengelak, seperti kebangkrutan, kekurangan ekonomi, kekurangan kondisi fisik kita
karena sakit dan lain-lain, ini barulah bisa disandarkan bahwa itu adalah taqdir dari Allah SWT
yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran (keuletan).    
Bapak ibu yang mudah-mudahan diberi kesadaran oleh Allah,  bahwa setiap manusia
hidup di dunia ini (semuanya, tanpa kecuali), mesti akan diuji oleh Allah SWT., sesuai
keadaannya, dan ujian itu tidak akan pernah berakhir sebelum nafas kita berakhir (meninggal
dunia), ibarat bahtera yang berlayar di lautan luas, sudah barang tentu bahtera itu tidak akan
sepi dari goncangan ombak dan angin kencang. Begitu juga kehidupan rumah tangga yang
kita alami ini, tidak akan pernah sepi dari berbagai permasalahan yang datang silih berganti, 
termasuk beliau Rasulullah Saw sendiri sebagai manusia yang terbaik, yang harus kita jadikan
teladan dalam kehidupan kita di dunia ini, juga rumah tangga beliau pernah digoncang
masalah dengan para isterinya, namun dalam menghadapi permasalahan keluarga, beliau
tetap berlaku bijaksana, selalu bersifat lembut dengan keluarganya, selalu membantu
pekerjaan rumah tangga dan selalu menjadi contoh yang terbaik terhadap keluarga dan
umatnya, dan inilah contoh teladan kita selaku umat islam.
Untuk itu, sikap kita yang terbaik dalam menghadapi ujian hidup ini adalah dengan
memunculkan inti dari keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, yaitu dengan iman
akan senantiasa muncul sifat sabar dan syukur dalam mengahadapi segala ujian yang datang
dari Allah SWT, sehingga dikatakan dalam sebuah hadits, yang artinya “ alangkah indahnya,
alangkah beruntungnya kehidupan orang yang beriman itu, ketika diuji dengan kesusahan, ia
selalu bisa bersabar dan ketika diuji dengan kesenangan, ia selalu bisa bersyukur”. Begitu juga
inti dari bertaqwa kepada Allah, yaitu kita bisa selalu ikhlas menerima ujian dari Allah SWT,
seperti ikhlas menerima segala kekurangan pasangan kita, karena tidak ada manusia yang
sempurna di dunia ini, dan semua kekurangan yang terjadi pada pasangan kita tidak lepas dari
kehendak Allah SWT, yang tidak dapat kita hindari, selanjutnya kita berusaha untuk
memaafkannya.
Kemudian jika kita menginginkan agar hidup ini sukses dan menyenangkan hati, maka
syaratnya adalah kita harus bisa mengamalkan isi dari Surat Al-Anfal ayat 45-47, yaitu di sini
ada 6 (enam) syarat, yang pertama kita harus tangguh dan istiqomah dengan nilai-nilai ajaran
islam dalam menghadapi ujian apapun bentuknya, yang kedua kita harus selalu banyak ingat
kepada Allah SWT. dimanapun kita berada, yang ketiga kita harus taat pada Allah dan Rasul
Nya dengan cara berusaha untuk melaksanakan segala perintah Allah dan berusaha
menghindari larangannya, serta taat pada Rasulullah Saw, dengan cara berusaha
melaksanakan 7 kebiasaan Rasulullah yang tidak pernah ditinggalkan oleh beliau, seperti
(shalat tahajjud, membaca al-Qur’an dengan maknanya, memakmurkan masjid dengan shalat
berjama’ah, shalat sunnah dhuha, selalu bersedekah, menjaga wudlu terus menerus, dan
selalu beristighfar setiap saat). Dan syarat yang ke empat hindarilah pertengkaran dengan
cara mengingat-ingat kebaikan pasangan kita dan mengingat-ingat kesalahan serta 
kekurangan diri kita serta utamakan untuk segera saling memaafkan, dan yang terpenting
bahwa itu semua adalah ujian dari Allah, yang kelima bersabar dalam menghadapai segala
permasalahan bahwa itu semua datang atas kehendak Allah SWT, dan yang terakhir keenam
adalah ikhlas karena Allah semata dalam menerima kekurangan apapun, baik yang datang dari
pasangan kita maupun dari diri kita sendiri.
Setelah nasehat ini selesai, barulah kita masuk pada penyebab terjadinya
pertengkaran antara para pihak, misalkan penyebab pertengkaran adalah masalah ekonomi
kurang cukup, maka nasehatilah tentang kekurangan ekonomi, bahwa sesungguhnya dalam
Qs. Al Baqoroh ayat 155, dijelaskan: “ Allah telah menguji manusia dengan rasa ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta dan lain lain...”, artinya jika kita menyadari bahwa itu semua
sudah menjadi ketentuan dan kehendak Allah, maka semestinya kita harus bisa menerima apa
adanya sebagai orang yang qona’ah, dengan penuh kesabaran, tanpa harus menimbulkan
pertengkaran, sebab sangat tidak pantas jika Allah mentaqdirkan pada diri kita ditimpa
kekurangan ekonomi, kemudian kita saling menyalahkan pasangan kita masing-masing, dan
mengedepankan emosi dari nafsu kita dengan mengambil jalan yang salah yaitu bercerai
padahal itu sangat dibenci oleh Allah meskipun itu halal.
Dan janganlah sekali-kali kita beranggapan bahwa dengan memilih pasangan yang
kaya, lalu hidup kita akan bahagia, itu adalah anggapan yang sangat keliru, sebab dalam
sebuah hadits dikatakan yang artinya: “ kawinilah wanita karena 4 hal, yaitu karena
kecantikannya, karena keturunannya, karena harta kekayaannya dan karena agamanya, tapi
pilihlah dengan patokan yang agamanya baik, sebab hal itu akan bisa menyenangkan dan
menentramkan hati kalian”.
Sehingga tidak benar kalau yang penting pasangan kita kaya, agama tidak penting, lalu
hidup kita menjadi bahagia, sebab yang sering terjadi di kalangan masyarakat pada umunya
adalah justru sebaliknya, yaitu kita akan selalu merasa sering tersakiti hatinya, sebab ternyata
suami yang kaya tapi miskin agama, dia akan menganggap dirinya adalah orang yang paling
sukses karena punya kemampuan yang luar biasa, dan lupa bahwa itu semua sebenarnya
murni titipan dari Allah, akibatnya dia tidak akan mensyukuri kekayaan itu, melainkan akan
menggunakan kekayaan itu untuk memenuhi tuntutan nafsu syahwatnya, seperti untuk
selingkuh dimana-mana dan akan bersikap semena-mena dengan meninggalkan
kewajibannya sebagai seorang suami yang baik.
Sebaliknya jika kita cari isteri yang cantik dan kaya tapi miskin agama, sedang
penghasilan kita di bawah penghasilan isteri atau bahkan kita tidak bekerja, maka yang akan
terjadi adalah sang suami akan menjadi pembantu rumah tangga, tidak mendapat
penghormatan sama sekali dari isterinya dan tidak bisa memimpin isteri, padahal fitrah laki-
laki dalam islam adalah sebagai pemimpin (Qowwam) bagi isterinya. Akhirnya yang terjadi
adalah isteri sulit diatur maupun dikendalikan, sering menolak ajakan suami dan lain-lain.
Sementara itu orang yang baik agamaya, ketika ditinggal pergi akan menjaga harta
dan kehormatannya.  Sebaliknya wanita yang cantik tapi miskin agamanya, maka akan
menyusahkan hidup kita,  karena jika isteri kita terlalu cantik, sudah barang tentu kita akan
selalu khawatir dan was-was ketika meninggalkan isteri sendirian di rumah sementara kita
sedang bekerja, sebab saat kita mengajak jalan-jalan bersama isteri di tempat umum saja,
banyak orang yang memperhatikan dan melototi isteri kita, apalagi jika isteri yang cantik itu
hanya cantik luarnya saja sedang dalamnya (agamanya) tidak ada, maka sudah barang tentu
isteri kita akan melayani ajakan dan gangguan dari para sipenggoda, dan atau dia akan selalu
menuntut yang serba mahal, karena mentang-mentang banyak laki-laki yang suka padanya. Ini
realita umum yang ada di dalam kehidupan masyarakat sekarang ini. Oleh karena pilihlah yang
agamanya baik, meskipun cantiknya pas-pasan saja, karena untungnya isteri yang kurang
cantik wajahnya, kita tidak khawatir akan digoda oleh laki-laki lain ketika kita pergi bekerja, dan
biasanya isteri yang kurang cantik tidak akan menuntut yang mahal-mahal. 
Oleh sebab itu janganlah mengejar-ngejar wanita yang cantik atau laki-laki yang
tampan tapi miskin agama, karena akan sering menyakitkan hati kalian, tapi pertahankan yang
telah ada ini dengan memupuk rasa kasih sayang kita dengan cara belajar sedikit demi sedikit
nilai-nilai ajaran islam untuk bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari terutama terhadap
pasangan kita masing-masing. Dan jangan pernah puas dengan pemahaman kita terhadp nilai-
nilai ajaran islam selama ini, sebab masih banyak sekali ilmu-ilmu ajaran islam yang perlu kita
pahami, yang bisa menjadikan hati kita lembut, akhlak kita baik, kesabaran kita kuat dan lain-
lain, sehingga gunakan Hp ini untuk mencari pemahaman islam melalui goegle, jangan
gunakan untuk perselingkuhan baik melalui sms, catingan maupun fesbookan. 
Jadi intinya dengan mengedepankan kekayaan maupun keindahan wajah, tapi jauh
dari pemahaman dan pengamalan agama, maka kehidupan rumah tangga, tidak akan nyaman
selamanya dalam perasaan hati kita. Oleh karena itu  mari kita perbaiki bersama, dengan cara
kita kembalikan seluruh permasalahan kita pada Allah SWT yang menguasai kita, yang
mengatur kita, yang memberi rizki pada kita dan yang memberikan kebahagiaan kepada kita
semua serta yang memberikan solusi terbaik bagi kita. 
Kemudian jika salah satu pihak berbuat selingkuh dengan orang lain, maka ketahuilah
bahwa selingkuh itu dosa, bukan ibadah, padahal Allah memerintahkan agar segala tindakan
kita di dunia supaya bernilai ibadah, sehingga Allah menetapkan bahwa berhubungan badan 
dengan pasangan kita adalah ibadah, sebagaimana berzina juga dosa. Dan karena berzina itu
dosa, maka pasti Allah akan memberikan azabnya bisa saja di dunia berupa berbagai penyakit
yang mematikan atau rumah tangganya selalu panas, dan atau berupa dosa besar yang harus
diterima balasannya di akhirat kelak.
Begitu juga jika kita selalu menyenangkan pasangan kita dengan selalu berhubungan
badan sebagai nafkah batin suami terhadap isterinya, maka hidup kita akan selalu berkah, dan
yakinlah bahwa rasa nikmatnya orang berhubungan badan dengan pasangan kita akan sama
dengan orang lain, sehingga diibaratkan memilih mana makan daging bangkai yang haram
dengan memakan daging segar yang halal, tentu kita akan lebih memilih memakan daging
segar yang halal, itulah pasangan kita yang sudah menjadi suami isteri sah.  
Jika para pihak bersikeras untuk memilih bercerai, berarti kita telah memilih sesuatu
yang dibenci oleh Allah SWT, oleh karena bercerai itu sesuatu yang dibenci Allah, maka yang
akan terjadi nanti bukan sesuatu yang meringankan beban kita, melainkan akan menambah
beban permasalahan baru yang lebih beresiko lagi, yaitu :
Yang pertama, ketika kita bercerai, maka yang menjadi kurban adalah anak-anak kita, sebab
sampai kapanpun anak itu menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya hingga anak dewasa
atau mandiri, sementara kalian berdua akan hidup sendiri-sendiri, sebagai orang lain,
akibatnya bisa terjadi saling berebut anak atau sebaliknya saling melepas tanggung jawab
untuk mendidik anak, akibatnya anak menjadi terlantar.
Yang kedua, jika kalian menikah lagi dengan orang lain, maka anak-anak bawaan kalian akan
menjadi masalah tambahan yang dapat mengganggu ketentraman rumah tangga kalian
dengan pasangan baru. 
Yang ketiga, selain masalah anak, tujuan pernikahan kalian yang sudah lama dijalani, yang
mungkin hampir mencapai finis, akhirnya tujuan menjadi bubar berantakan. Seperti tujuan
untuk memiliki rumah idaman, transportasi idaman dan ibadah haji bersama menjadi kacau,
begitu juga untuk mendidik anak menjadi  shaleh/shalekhah akan sulit tercapai sebab rumah
harus dibagi dua, begitu juga motor ataupun mobil dan hajipun tidak menentu lagi, mendidik
anak pun menjadi tidak seirama.
Yang keempat, jika kalian menikah baru, maka tujuan hidup di dunia akan dimulai dari nol lagi,
sementara usia kita sudah semakin tua, tapi jika kalian rukun kembali, maka kita tinggal
melanjutkan tujuan kita yang belum tercapai dalam membina rumah tangga ke depan.  
Dan jika kita memilih untuk rukun kembali, lalu mencabut gugatan cerainya, maka
insya Allah rumah tangga kalian berdua akan menjadi berkah dan permasalahan akan bisa
diminimalisir, dibanding jika kalian tetap melanjutkan perceraian.  
Kemudian, jika salah satu pihak sebagai penjudi atau pemabuk atau terlibat narkoba,
maka ketahuilah sekali lagi bahwa Allah menjadikan diri kita hanya untuk beribadah, bukan
untuk mengumbar hawa nafsu. Dan semua yang diperintahkan oleh Allah itu mesti akan
bermanfaat dan menjadi kebaikan bagi manusia itu sendiri, seperti ketika kita berjudi, maka
sebenarnya kita telah merusak tatanan kehidupan yang baik menjadi kehidupan yang rusak
dan tidak sehat, karena tidak ada sejarahnya orang kaya di dunia ini disebabkan karena
menang judi, tapi justru sebaliknya dengan judi, orang menjadi miskin tidak punya apa-apa dan
kaya akan hutang dimana-mana, akibatnya tukang judi akan bersikap kasar terhadap
pasangannya. Begitu juga dengan narkoba maupun minuman keras, sesungguhnya sesuatu
yang dilarang Allah itu akan membahayakan kesehatan tubuh kita, sehingga tidak sedikit
orang yang telah tercandu oleh narkoba dan pemabuk itu akan merusak oragan-oragan tubuh
yang penting, dan lambat laun ketika menjelang tua, jantung, paru-paru dan hati kita menjadi
rusak karena akibat menkonsumsi barang-baranag terlarang tersebut. Disamping dampak
dunia akan membahayakan diri kita seperti hidup akan berantakan dan fisik akan menjadi
rusak serta shalat dan do’a akan jauh dari diterima ataupun dikabulkan Allah SWT., maka di
akhirat kelak pun akan menjadi orang yang dimurkai oleh Allah SWT, dan akan menjadi orang
yang sangat menyesal.
Jika kemudian para pihak tiba-tiba mengatakan hubungan kami berdua sudah tidak
ada kecocokan lagi, maka perlu dijelaskan bahwa sesunguhnya tidak ada manusia yang
sempurna di dunia ini, mau dicari dimanapun dan sampai kapanpun tidak akan pernah
menemukan yang namanya  pasangan itu cocok dan sesuai  dengan selera, harapan kita,
sebab kehidupan suami isteri adalah pertemuan antara dua jenis manusia yang berbeda
karakter menjalani kehidupan secara bersama-sama, sudah barang tentu dibutuhkan adanya
persamaan persepsi, adanya saling memahami dan perlu penyesuaian antara keduanya
dengan melalui berbagai permasalahan dan perselisihan yang timbul dalam waktu yang tidak
singkat, selain itu sifat manusia itu sendiri tidak pernah sepi dari  berbagai kekurangan dan
kelemahan, karena memang manusia diciptakan oleh Allah SWT. dalam keadaan lemah,
sebagaimana Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 28 di atas.
Oleh karena dalam mengarungi kehidupan berkeluarga ini, sangat dibutuhkan
kedewasaan dan kematangan jiwa untuk menghadapi masalah-masalah rumah tangga yang
bermunculan. Dan dalam islam kedewasaan serta kematangan itu hanya dimiliki oleh orang 
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT sebagaimana telah diuraikan di atas.  
  Apalagi kita tahu, bahwa Qs. Ath-Tholak (65) ayat 2, barang siapa yang bertaqwa
kepada Allah, maka Allah  akan memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang ada.  
           Dan selain berupaya untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa dengan sebenar-
benarnya, juga perlu disempurnakan dengan adanya saling husnuzhzhan antara suami isteri,
yaitu menjauhkan diri dari mengungkit-ungkit kejelekan masa lalu pasangan kita, dengan cara
berusaha menutupi kesalahan pasangan kita dan mengingat kebaikan pasangan kita, karena
barang siapa menutupi aib orang lain termasuk pasangan kita, maka Allah akan menutupi aib
dan kejelekan kita di akhirat nanti. Dan sebalikmnya siapa yang membuka/membeberkan aib
orang lain termasuk saudara kita atau pasangan kita, maka Allah juga akan membuka dan
membeberkan aib dan kejelekan kita di akhirat nanti. Dan juga siapa yang mempermudah
urusan di dunia, maka urusannya akan dipermudah di akhirat nanti, dan siapa yang mudah
memaafkan orang, apalagi pasangan hidup kita, maka itu lebih dekat dengan sifat taqwa.  
           Dan sebagai kata akhir, jika kita bisa ikhlas menerima segala kekurangan pasangan kita,
bisa bersyukur menerima kelebihan pasangan kita serta bisa bersabar terhadap 
permasalahan bahwa semua yang terjadi adalah merupakan sebuah ujian dan kehendak dari
Allah Swt, kemudian bisa memaafkan dengan dada yang lapang terhadap pasangan kita,
maka semakin besar peluang kita untuk merasakan kehidupan rumah tangga ini dengan
sakinah mawaddah wa rahmah serta akan membuka peluang besar masuknya kita ke dalam
surganya Allah Swt. Mau apa lagi kalau ingin masuk golongan yang beruntung tentunya akan
berfikir jernih dan akan mencabut perkara ini dengan segera dan sebaliknya jika tidak mau
mencabutnya, maka Rasulullah telah bersabda bahwa cerai adalah hal yang Allah benci
meskipun dihalalkan dan itu hanya bisa dilakukan jika dalam keadaan yang sangat darurat.
           Namun demikian saya hanyalah sekedar memberi saran saja kepada kalian, kalau kalian
mau bersatu kembali dalam satu ikatan yang kuat sebagai suami isteri, maka itu adalah
harapan kami dan sangat disukai oleh Allah SWT.   Dan saya berharap dan berdo’a semoga
sepulang dari sini kalian berdua mau memikirkan apa yang saya sampaikan tadi dan semoga
kalian mendapat petunjuk dari Allah sehingga sidang yang akan datang, kalian sudah rukun
kembali sebagai suami isteri yang baik, dan berubah menjadi pasangan yang shaleh dan
shalehah. Amiin, amiin, amiin ya Rabbal ‘Aalamiin.
          Lalu bagaimana pendapat bapak ibu sekalian, apakah hari ini mau dicabut atau pikir-pikir
dulu, saya serahkan kepada kalian berdua.
Bapak Ibu, perlu difahami bersama bahwa hidup di dunia ini hanyalah sebentar dan
sementara, sebagaimana orang yang sedang melancong dan berhenti sejenak untuk istirahat,
setelah itu kita harus melajutkan perjalanannya lagi menuju ke tujuan yang sebenarnya yaitu
alam akhirat, alam pembalasan yang abadi. Dan di dalam pemberhentian di dunia yang hanya
sesaat ini,   janganlah kalian beranggapan bahwa dunia ini sebagai satu-satunya kehidupan
yang harus dinikmati, sebab dunia ini sebenarnya merupakan daarul ‘amal yang pendek
waktunya, sebagai tempat ujian untuk dibalasi di akhirat kelak. Sedangkan alam akhirat adalah
“daarul jaza’, alam pembalasan yang panjang (abadi), sebagaimana Qs. 21 ayat 35 :” Kami
akan mengujimu dengan keburukan & kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kami-lah kamu akan dikembalikan”.
Ibnu Mas'ud berkata : "Manusia tidak menjalankan aktivitasnya kecuali hanya seorang
tamu, dan harta yang dicaripun hanya sebuah pinjaman. Tentunya tamu akan pulang dan
pinjaman pasti dikembalikan".
          Dan Ibnu Abbas RA berkata : "Sungguh Allah SWT menjadikan dunia pada 3(tiga) bagian
: sebagian untuk orang mukmin, sebagian untuk orang munafik dan sebagian lagi buat orang
kafir. Orang mukmin jelas untuk mempersiapkan bekal, orang munafik dipakai untuk berhias
dan orang kafir untuk bersenang-senang".
Tinggal kita merasa sebagai seorang mukmin atau tidak, jika kita merasa sebagai seorang
mukmin tentu carilah harta yang halal, karena bekal akhirat hanya diterima manakala bekal itu
bersumber dari harta/barang yang halal.
          Dalam sebuah hadits dijelaskan, bahwa Jabir bin Abdillah ra bekata, “Rasulullah SAW
pernah memasuki sebuah pasar yang di kanan kirinya dipadati manusia. Ketika itu beliau
melewati seekor kambing kuper (telinganya kecil) yang telah menjadi bangkai. Lantas Beliau
menenteng telinga kambing itu seraya berseru, “Siapakah yang mau membeli kambing ini
dengan harga satu dirham?” Pengunjung pasar menjawab, “Sedikitpun kami tidak
menginginkannya“. Beliau bertanya lagi, “Apakah kalian mau jika anak kambing ini kuberikan
cuma-cuma kepada kalian?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kalaupun anak kambing itu hidup,
kami tidak akan menerimanya karena cacat, maka bagaimana kami mau menerimanya setelah
menjadi bangkai?” Mendengar hal ini Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya
dunia itu lebih hina dalam pandangan Allah daripada bangkai kambing kuper ini dalam
pandangan kalian” (HR. Muslim).
Diriwayatkan lagi bahwa “Sesungguhnya  Nabi SAW berdiri di dekat tempat sampah,
beliau SAW bersabda : "Mari kita lihat dunia". Kemudian beliau SAW mengambil pakaian usang 
dan rusak di bak sampah itu, berikut beberapa tulang yang hancur. Beliau SAW bersabda :
"Inilah dunia, sebagai lambang bahwa perhiasan dunia akan rusak seperti tulang-tulang ini".
Kalau ada orang sayang atau memakan bangkai, maka ia dianggap tidak siuman.
Tetapi sekiranya ia gunakan bangkai untuk menyuburkan tanamannya dan hasilnya menjadi
buah subur yang dapat dimakan, itulah orang cerdik dan siuman. Demikian juga dengan dunia,
ia cuma ‘tempat tanaman’ atau ‘alat’ untuk menyuburkan amalan yang diperintahkan dan
sesudah itu hasilnya akan dipungut dan diambil faedahnya (pahala) di akhirat nanti.
Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke
laut, air yang tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia” (dari Al-Mustaurid ibn Syaddad
r.a, Hadits Riwayat Muslim). Artinya dunia yang saat ini direbutkan oleh banyak manusia itu
jumlahnya sangat sedikit sekali dan terbatas, sementara akhirat yang jumlah kenikmatannya
tak terbatas kenapa kita tidak mau berebut.
Bahkan, para nabi dan orang-orang shaleh, memandang dunia sebagai sesuatu yang
tidak   memiliki nilai sama sekali dan mencintai dunia merupakan sumber malapetaka (HR.
Baihaqi dalam Syu'abul Iman). Sehingga segala macam kerusakan yang terjadi di muka bumi
ini, sebagian besarnya disebabkan oleh sikap kita yang terlalu cinta terhadap dunia. Hingga
muncul pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, permusuhan sesama saudara, mendzalimi
saudaranya sendiri   dan kerusakan-kerusakan lainnya merupakan buah dari menipisnya
keimanan terhadap hari akhir dan kecintaan kita terhadap dunia yang berlebihan.
Lukman berkata : "Wahai anakku, dunia ibarat laut yang dalam, dia telah
menenggelamkan banyak manusia. Maka perahumu ialah takwa kepada Allah 'Azza Wa Jalla,
muatannya iman kepada  Allah SWT, dan layarnya berupa tawakkal pada-Nya agar kamu
selamat. Dan aku melihatmu saat ini bukan orang yang selamat".
Inilah penggambaran luar biasa yang menunjukkan betapa tak ada nilainya dunia ini
dibanding keluarbiasaan alam akhirat yang sering dilupakan oleh manusia.
Bapak ibu yang sedang diuji masalah oleh Allah SWT, pesan Rasulullah yang jelas
seperti itu kenapa kita tidak sikapi saja dengan baik untuk keselamatan hidup kita ke depan,
supaya hidup menjadi berkah dengan harta yang halal dan di akhirat akan lepas dari keadilan
Allah SWT. Sebab barang siapa yang mempermudah urusan di dunia, maka Allah akan
mempermudah urusannya di Akhirat kelak. Dan siapa saja yang mempersulit atau merugikan
saudara kita di dunia, maka di akhirat kelak kita juga akan dipersulit dan akan mengalami
kerugian besar yang sulit untuk ditebus dengan apapun. 
Oleh karena itu saya menghimbau kepada bapak dan ibu alangkah indahnya hidup kita
kalau perkara ini kita akhiri dengan perdamaian secara kekeluargaan, sehingga hubungan
sillaturrahim tetap terjalin, hidup menjadi berkah, dijauhkan dari bala’ dan bencana/musibah
baik di dunia maupun di akhirat. Apalah artinya kita menang hanya mendapat keuntungan
secara kasat mata katakanlah sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah), tetapi ternyata
hukuman Allah lebih besar dari jumlah itu, apalagi kalau kemenangan kita hanya dibawah dari
jumlah itu.
Ingatlah, bahwa sebaiknya jauhkan nafsu kita dan kedepankan akal dan hati kita,
sebab nafsu akan selalu ambisi untuk mengeruk dunia yang sebanyak-banyaknya, hingga
dikatakan dalam sebuah hadits : “Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda,
“Seandainya anak keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas, niscaya dia masih
akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang kedua, maka dia menginginkan
lembah emas yang ketiga. Tidak akan pernah menyumbat rongga anak Adam selain tanah,
dan Allah menerima taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat.” (HR. Al-Bukhari No.6438).
  Dari hadits ini, bisa kita katakan untuk apa kita mengumpulkan harta yang banyak kalau
akhirnya nanti akan menjadi rebutan anak-anak kita yang tidak mau mendo’akan kita sebagai
pahala jariyah (anak shaleh yang selalu mendo’akan orang tuanya).
Bapak Ibu, perlu diketahui bahwa dalam berperkara, boleh saja yang pintar akal, kuat
ekonomi dan kuat bukti akan selalu menang dalam peradilan di dunia, karena pengadilan
manusia sifatnya terbatas tidak dapat menjangkau kebenaran yang hakiki, tapi kita harus ingat
bahwa masih ada peradilan di akhirat yang pasti akan ditegakkan keadilan yang hakiki. Dan
ingat pula bahwa kemenangan secara curang adalah termasuk golongan orang-orang yang
sangat mencintai dunia dan orang yang mencintai dunai tidak akan membawa pada
kesenangan hidup, karena Nabi SAW juga bersabda : "Barangsiapa yang mencintai dunia, Allah
tidak akan menolongnya dalam urusan apapun. Selain itu  Allah akan menempatkan 4 hal
dalam hatinya: 1. Selamanya dirundung kesusahan, 2. Diberikan kesibukan yang tak pernah
berhenti, 3. Selamanya akan merasakan fakir, tidak pernah merasa cukup (selalu butuh dan
butuh, bahkan kurang dan kurang), dan 4.Khayalannya tidak akan berhenti untuk selamanya.
                  Apalagi kalau kecintaan kita terhadap dunia hingga sampai berbuat meandzalimi
saudara kita maupun orang lain, dengan cara batil sehingga dapat memenangkan perkaranya
di pengadilan dengan cara mendzalimi saudaranya, merampas hak orang lain, maka
kemenangan itu akan dijauhkan dari keberkahan dan lebih bahaya lagi do’anya orang yang
terdzalimi itu akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Apa itu yang dimaksud tidak berkah, yang dimaksud adalah tidak memberikan 
dampak positif bagi kita baik di dunia maupun di akhirat, seperti misalnya :
dengan kebangkrutan dalam usaha, atau dengan berbagai musibah kecelakaan yang
dikehendaki oleh Allah SWT. 
          Akhirnya kami hanya bisa mengajak pada kalian semua, bahwa hukum Allah pasti akan
terjadi dan mesti akan berlaku secara adil pada kalian semua. Kalau kalian percaya pada
hukum Allah, maka sebaiknya kalian saling bersikap jujur dan bersikap adil dan selanjutnya
perkara ini bisa kita akhiri dengan pembagian secara semestinya, secara adil dan secara
kekeluargaan, dan hal seperti ini lebih dekat kepada kebaikan serta akan terjaga tali
silatuirrahim diantara kalian semua dan akan menjadi harta yang diberkahi Allah SWT.
Akan tetapi sebaliknya, jika kalian terus mengikuti nafsu serakah sebagai manusia,
maka tidak mustahil hubungan persaudaraan kalian akan terjadi putus hubungan, dan ingat
do’anya orang yang kalah karena terdzalimi oleh salah satu dari kalian adalah maqbul dan
siapa yang telah memutuskan tali sillatur rahim, maka rizkinya di dunia akan sulit dan di
akhirat akan mendapat siksa yang berat dari Allah SWT. Na’udzubillahi min dzaalik.
Bapak ibu yang saya hormati, kalau masalah harta gono gini, maka menurut aturan
undang-undang sperti ini....dan pembagiannya seperti ini, jadi sudah jelas. Begitu juga
masalah harta waris, maka pembagiannya menurut ilmu faro’id ahli warisnya adalah ini dan ini,
lalu pembagiaannya adalah seperti ini.... jadi sebenarnya bisa dikatakan “alhalaalu bayyinun
wal haroomu bayyinun”. Artinya kecurangan atau keculasan dalam pembagian nanti, yang
mengetahui adalah kalian berdua, saya tidak mengetahuinya, kecuali hanya pesan saran
kepada kalian semua hati-hati hidup yang hanya sekali ini jangan kita kotori dengan hal-hal
yang berdosa, karena penyesalan di akhirat tidak ada gunanya.
Demikain tulisan yang dapat saya sampaikan sebagai sampling penasehatan,
sekaligus sebagai sharing saja. Sebab saya tahu kita semua telah terbiasa menasehati orang,
umumnya dalam mendamaikan saudara kita yang berselisih sebagai suatu kewajiban bagi
setiap mukmin (Qs. Al-Hujurat ayat 10), dan khususnya dalam proses mediasi, namun
demikian saya tetap mencoba untuk memunculkan tulisan ini dengan harapan bisa
bermanfaat khususnya pada diri saya pribadi dan para pembaca pada umumnya, sebagai
acuan awal untuk kemudian bisa dilengkapi dan dikembangkan sesuai keadaan para pihak
yang akan kita mediasi nanti.
Sebelum dan sesudahnya mohon untuk dimaafkan.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi wabarokaatuh.

Informasi Cepat

Putusan Banding 

Buku Register Perkara 

Bantuan Hukum 

Informasi Pendaftaran Perkara 

Statistik Perkara 

Pengaduan Pelayanan 

Hasil Survey

Anda mungkin juga menyukai