Anda di halaman 1dari 54

Didiek Poernomo

Metodologi Berpikir Sukarno


November 2010

Kupersembahkan kepada yang tercinta :


Resti Wedyowati
Aryo Baskoro Jati
Arimbi Laraswati

Desain Cover
Didiek Poernomo
Hendiq

Desain Lay Out


Mohammad Za’im
A. Mulhanie

Penerbit :
Perkumpulan Renaissance Indonesia
Perkumpulan Renaissance Indonesia, Perenesia, himpunan orang-orang yang mendambakan
bangkitnya kejayaan Indonesia. Dalam mencapai tujuannya Perenesia melakukan kegiatan
berbasis intelegensia. Perhimpunan berdiri sejak 2006 atas prakarsa Ridwan Saidi, Eddi Elison,
Didiek Poernomo, Husni Ibrahim, dan A Ridwan Dalimunthe.

Keterangan Sampul Depan


Gambar sketsa generasi penerus perjuangan Sukarno dalam mengabdi kepada sesama manusia
sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Ejaan Soekarno menjadi Sukarno dimaksudkan untuk
memudahkan pembacaan bagi generasi sekarang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.

Alamat
Jl Merak IV/31 Blok N3
Bintaro Jaya Sektor I
Jakarta 12330
Tel. 021-7356108, 021-7363454
Kata Pengantar

Alam semesta dan isinya bergerak dinamis dengan keteraturaannya, dari elektron suatu
atom sampai planet pada tatasurya semuanya melakukan gerakan yang teratur. Peristiwa
pergerakan berdasarkan waktu melahirkan sejarah, catatan sejarah atau pengalaman merupakan
sumber empiris untuk menentukan suatu teori. Berdasarkan teori dengan mempertimbangkan
berbagai parameter, kita dapat memperkirakanatau mendekati peristiwa yang akan terjadi baik
secara kwantitatif maupun kwalitatif

Perjuangan untuk ke suatu tujuan harus mengunakan teori, karena efektifitas lebih tinggi
dan arah perjuangan terfokus, sehingga waktu dan energi yang dikeluarkan untuk mencapai
tujuan menjadi lebih kecil dibandingkan tanpa menggunakan teori. Metoda dan analisa akan
mempermudah pemecahan atau menanggapi suatu masalah, karena dapat menjelaskan mengapa
peristiwa atau suatu hal bisa terjadi serta bagaimana menyikapinya.

Ilmu pengetahuan merupakan produk rasional dan intelektual manusia untuk menjelaskan
gejala atau perilaku alam, salah satu hasil pengembangannya adalah teknologi yang berguna
untuk membantu manusia dalam menjalankan kehidupannya. Fenomena alam jumlahnya tidak
berhingga, hingga saat ini ilmu pengetahuan sudah mampu menjelaskan secara rasional beberapa
hal yang sebelumnya dianggap sesuatu yang gaib, penemuan radio menjelaskan ada suara orang
tanpa terlihat wujudnya, kemudian berkembang teknologi televisi bisa berinteraksi dengan orang
pada saat yang sama lengkap dengan gambarnya walaupun berjarak ribuan kilometer. Ilmu
astronomi menjelaskan terjadinya Planet-planet atau Bumi merupakan pembekuan dan
pemampatan permukaan gumpalan gas berkecepatan tinggi di alam semesta, bukan terjadi karena
ciptaan Tuhan, dan lain-lain.

Ungkapan Sukarno : Dan djangan dikira bahwa manusia Sukarno ini jang ”weruh
sadurunging winarah”. Djangan dikira Sukarno memiliki ilmu gaib jang begini-begitu! Tidak!
Manakah aku meramalkan hal ini atau hal itu, ramalanku itu aku dasarkan kepada
pemahamanku atas hukum-hukum objektif sedjarah masjarakat. Dalam peristiwa sehari-hari
misalnya kita akan menempuh jarak 50 km dapat dipastikan akan ditempuh dalam waktu 1 (satu)
jam apabila kita bergerak dengan kecepatan rata-rata 50 km perjam, untuk dapat mencapai
kecepatan rata-rata 50 km perjam kita harus mengetahui hal apa saja yang menyebabkan
perubahan kecepatan serta pada waktu jam berapa kondisi jalan tidak padat dan sebagainya
(catatan empiris atau historis). Perubahan sosiologi masyarakat juga mengikuti aturan-aturan
(hukum-hukum) tertentu sehingga menjadikan sejarah masyarakat. Ketajaman dan ketepatan
seseorang dalam memahami hukum-hukum alam merupakan rahmat dari Tuhan, oleh karena itu
setiap manusia hendaknya memahami Ke-Tuhanan Yang Maha Esa dalam menjalankan
kehidupan. Masih banyak fenomena alam yang belum diijinkan olehNya dapat dipahami oleh
akal manusia, sebaliknya juga jangan mengaib-gaibkan fenomena alam kalau belum faham benar
dan belum mampu menjelaskan secara rasional, karena kita sekarang hidup di jaman rasional,
sehingga akan mengurangi kesalahpaman dan pertentangan. Kita manusia sebagai makhluk
Tuhan mempunyai kewajiban menjaga keselarasan, keharmonisan antar manusia dan alam.

Buku ini saya tulis dengan maksud untuk memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa
Sukarno berjuang untuk membawa masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur
berlandaskan intelektualitas dan pengabdian beliau. Kalau ada pro dan kontra terhadap cara
perjuangannya merupakan suatu hal yang wajar karena kondisi sosial, kepentingan dan
intelektualitas masyarakat Indonesia bahkan dunia sangat beragam, tetapi kita harus menegakkan
nilai-nilai universal perjuangan pengabdian kepada kemanusiaan khususnya perjuangan Sukarno
karena cepat atau lambat sejarah akan meluruskannya. Nilai-nilai perjuangan dan pengabdian
Sukarno kepada kemanusiaan bisa menjadi referensi generasi yang akan datang dalam
menjalankan kehidupannya menuju suatu keadaan yang lebih baik dari hari ini. Bahwa sejarah di
segala jaman dan tempat selalu mencatat, ada segelincir orang yang memaksakan keinginannya
tanpa memperdulikan faktor kemanusiaan, dan pada saatnya diimbangi oleh munculnya segelintir
orang yang perduli terhadap kemanusiaan. Sejarah peradaban mengingatkan kita bahwa
peradaban diawali oleh ide-ide seseorang yang kemudian diikuti oleh banyak orang.

Atas petunjuk, tuntunan, dan restuNya buku ini dapat selesai dengan segala kekurangannya,
dengan lapang dada saya akan menerima segala kritik, koreksi, dan saran terkait dengan materi
buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan kehidupan di masyarakat.

Jakarta, Februari 2011

Didiek Poernomo
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN

MARXISME
Sejarah Logika Dialektika
Historis Materialisme

PENGETRAPAN METODOLOGI BERPIKIR SUKARNO


Periode sebelum 17 Agustus 1945
Periode sesudah 17 Agustus 1945 – 1965
Periode di masa kini dan akan datang
PENDAHULUAN

Di dalam menjalankan aktivitas kehidupan apalagi perjuangan berbangsa dan bernegara


menuju masyarakat adil dan makmur seharusnya menggunakan metoda berpikir atau teori. Teori
dapat mengarahkan proses perjuangan ketingkat pendekatan dan keberhasilan yang lebih tinggi.
Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia Bung Karno mengunakan Marhaenisme sebagai
asas atau landasan perjuangan menuju Indonesia merdeka. Sekarang Indonesia telah merdeka dan
berumur lebih dari 65 tahun tetapi kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara masih sangat
memprihatinkan, bahkan menjauh dari cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Hubungan antara pemimpin dan rakyat tidak ada keterikatan dan keterkaitannya, masing-masing
berjalan sesuai dengan kepentingannya.

Nuansa dominasi kapitalisme dan liberalisme sangat dominan, rakyat menjadi terasing dari
tanah airnya sementara sebagian kecil warganegara menikmati keduniawian secara berlebihan.
Menarik sejarah peradaban manusia kebelakang, situasi sosial di Indonesia saat ini kurang lebih
hampir sama dengan situasi di Eropa pertengahan abad XVIII dan abad XIX. Perbedaannya
kaum intelektual di Eropa pada saat itu berjuang untuk menjaga keseimbangan sosial
masyarakatnya, sedangkan di Indonesia kaum intelektualnya larut dalam eforia kaptalistik dan
liberalistik. Situasi ini dijelaskan oleh pemikir sosiologi George Ritzer dan Douglas J.Goodman
1
:

1. Kapitalisme cenderung menabur bibit kehancuran dirinya sendiri


2. Dunia sosial ditentukan oleh prinsip hubungan timbal balik dalam memberi dan
menerima
3. Manusia menciptakan dunia sosial yang pada hakekatnya justru memperbudak
mereka sendiri
4. Masyarakat adalah sebuah ”juggernaut” yang senantiasa berpeluang mengamuk
5. Sementara tampak bahwa dunia Barat telah mengalami proses liberalisasi, dalam
kenyataannya dunia Barat semakin opresif (menindas)
6. Dunia yang memasuki era post modern didefinisikan berdasarkan
ketidakautentikannya, kepalsuannya, dan simulasi realitasnya

Dunia sedang didominasi kaum liberalisme dan kapitalisme terindikasi dengan adanya globalisasi
di segala bidang, karena sifat keserakahan hidupnya ditempuh dengan ketegangan dan emosional,
hilangnya rasa kesetiakawanan (solideritas) dan tepo seliro, keberhasilan diperoleh dari
kepalsuan dalam bentuk pencitraan (tebar pesona). Rekrutmen pemimpin disamakan dengan
menjual kecap yang semuanya nomer satu dan uang adalah Tuhan mereka.

Pembangunan infra-struktur untuk kelompok kapitalis tampak meningkat, sebaliknya kaum


rakyat kecil di jaman sekarang bukannya terangkat naik kehidupannya dengan kemajuan industri,
kemajuan teknologi, pengerukan kekayaan alam, tetapi bahkan senantiasa makin jatuh merosot di
bawah garis kemiskinan. Mereka menjadi orang melarat dan kemelaratan berkembang lebih cepat
daripada penduduk dan kekayaan. Nilai dan Jiwa Proklamasi terkubur dengan kehidupan liberal
individu yang tidak sesuai dengan karakter bangsa dan alam Indonesia, ideologi Pancasila

1
George Ritzer - Douglas J.Goodman, Teori Sosiologi Modern, Edisi ke 6, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2007 cetakan ke 4, hal. 4.
dituduh penyebab keterpurukan, Undang-Undang Dasar 1945 diamandemen tanpa prosedur yang
benar karena dianggap tidak aspiratif, multitafsir, dan menimbulkan kekuasaan absolut. Padahal
UUD 1945 merupakan bentuk implementasi Pembukaan UUD 1945 lengkap dengan 5 (lima) sila
Pancasila.

Di Era Orde Baru, Suharto sebagai tokoh sentral yang disejajarkan dengan diktator, tapi
sebenarnya yang ikut serta membuat penderitaan rakyat banyak adalah kaum borjuis baru
disekeliling kekuasaan Suharto yang muncul setelah lemahnya kekuasaan Sukarno dan sekaligus
melengserkan Suharto di kemudian hari. Di era Reformasi tidak ada pemimpin kuat, kaum
borjuis dadakan (instant) muncul mengatur hampir semua sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Potret kemiskinan dan kemelaratan makin meningkat, tidak bisa diterima akal sehat
karunia Tuhan berupa kekayaan alam dikuras untuk kenikmatannya, sementara rakyat
kebanyakan dipaksa membeli hasil bumi Tanah Air dengan harga mahal, terkadang melewati
batas ukuran kemampuan masyarakat dengan alasan hantu subsidi untuk menopang anggaran
negara, analoginya sama dengan saya diminta membeli mangga dari pohon yang tumbuh di
halaman rumah saya dengan harga sama dengan membeli di penjual buah, rakyat menjadi
terasing (alienasi) dari negeri sendiri. Situasi ini menurut saya akan menimbulkan fasisme yang
didukung kaum liberal borjuis seperti pendapat Leon Trotsky tentang terbentuknya fasisme Italia
:

Melalui agen fasis, kapitalisme menggerakkan massa borjuis kecil yang irasional dan
kelompok-kelompok lumpen proletariat yang rendah dan terdemoralisasi – seluruh
manusia yang telah digiring ke dalam kesengsaraan dan kemarahan oleh kapitalisme. Dari
fasisme, kaum borjuis menuntut sebuah pekerjaan yang menyeluruh; setelah selesai
menggunakan perang sipil, kaum borjuis menuntut kedamaian untuk periode bertahun-
tahun. Dan agen fasis, dengan menggunakan borjuis kecil sebagai alat penghancur,
dengan menabrak semua halangan yang ada di jalannya, melakukan tugasnya dengan
baik. Setelah fasisme menang, kapital finansial segera dan langsung memusatkan di
tangannya semua organ dan institusi kekuasaan, eksekutif administratif, dan pendidikan
negara; seluruh aparatus negara bersama dengan tentara, pemerintahan daerah,
universitas-universitas, sekolah-sekolah, pers, serikat buruh, dan koperasi

Di halaman lain :
Di dalam era kebangkitan, pertumbuhan, dan mekarnya kapitalisme, biasanya kaum
borjuis kecil secara patuh berada dalam kontrol kapitalis, walaupun kadang-kadang
terjadi ledakan-ledakan ketidakpuasan yang singkat2

Situasi Internasional ke depan akan terjadi perubahan sangat cepat dan bisa tidak menentu, tentu
akan mempengaruhi situasi dalam negeri, oleh karena itu diperlukan pemikiran langkah-langkah
antisipasi yang terjadi di masa depan. Akibat buruk siklus perubahan sosial politik dunia
diharapkan tidak menghancurkan eksistensi Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
tahun 1929 terjadi krisis akibat Wall Street jatuh merupakan salah sau penyebab Perang Dunia II
dan tahun 2008 kembali Wall Street jatuh, pada saat ini Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang
mengalami resesi, sedangkan negara-negara di Timur Tengah seperti Tunisia, Mesir, Libya,
Maroko, Yaman, Arab Saudi dan lainnya pada saat ini mengalami perubahan politik yang sangat
luar biasa sebagai akibat terjadinya benturan kelompok-kelompok politik dalam negerinya, dan
bukan tidak mungkin akan melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hal ini

2
Leon Trotsky: Fascism: What It is and How to Fight It, , 1944. Diterjemahkan oleh Dewey
Setiawan. Diedit oleh Ted Sprague (Oktober 2007)
tidak terlepas dari persaingan kelompok ekonomi Barat dengan kelompok ekonomi Cina & India,
untuk itu bangsa Indonesia perlu landasan perjuangan agar mampu menyelami perkembangan
dunia dan menjalankan pembukaan UUD 1945. Mengambil ungkapan Sukarno :

”Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, perjuanganmu lebih susah karena
melawan bangsamu sendiri”3
Perkiraan dan nasehat Sukarno ternyata terbukti kebenarannya, sekaligus mengguggah kembali
untuk mendalami, mengkritisi dan memperbaiki ajaran Sukarno sesuai kondisi sekarang dan di
masa yang akan datang.

Apa itu metodologi berpikir Sukarno? Perlu kita telusuri sejarah dan substansi materi di
dalamnya, untuk itu di bawah ini petikan penjelasan Bung Karno mengenai Marhaenisme :

Kalau ada orang mau mengatakan :” Inilah marhaenisme tulen jang dipahami oleh Bung
Karno”, saja mendjawab : ”Nanti dulu’. Kalau dihubungkan dengan nama Bung karno, saja
minta supaja marhaenismenja itu seperti marhaenismenya Bung Karno. Djangan kok
sekedar isme-isme lantas dikatakan inilah marhaenisme tulen. Nanti dulu, tanja dulu sama
Bung Karno. Sebab, katakanlah jang mentjiptakan marhaenisme Bung Karno; dus tanja dulu
apa jang dimaksud oleh Bung Karno dengan marhaenismenya. Kalau tidak tjotjok dengan
marhaenisme Bung Karno itu, kasih nama lain; djangan dikatakan marhaenisme. Nah, di
Bogor tatkala didatangi rombongan itu saja berkata :” Marhaenisme adalah marxisme jang
diselenggarakan, ditjotjokan, dilaksanakan di Indonesia. Marhaenisme ini bahasa asingnja”
is het in Indonesie toegepate marxist”4

Sebelum melangkah lebih jauh memahami metodologi berpikir Sukarno haruslah memahami
marxisme dan situasi kondisi Indonesia.

Marxisme itu adalah satu “ denkmethode”, satu tjara pemikiran. Tjara pemikiran untuk
mengerti perkembangan bagaimana perdjoangan harus didjalankan, agar supaja bisa
tertjapai masjarakat jang adil ………
Marxisme adalah histories materialisme. Materialisme itu matjam-matjam, ada jang anti
Tuhan, tetapi bukan histories materialisme………………
Nah, histories materialisme itu apa? Itu adalah satu tjara pengertian, bahwa sedjarah itu
telah membuktikan, bahwa alam-alam pikiran jang berdjalan di dalam masjarakat itu adalah
terbawa oleh bentuk daripada economie verhoudingen, productie-wijze di dalam masjarakat.
Itu adalah histories materialisme, djadi bukan wijsgerig materialisme………….
Bukan bewustzjin, kesadaran manusia, alam pikiran manusia itu jang menentukan tjorak
segala materiil masjarakat itu, tjara produksi, tjara mentjari makan dll, akan tetapi
sebaliknja tjara produksi, tjara ekonomi, tjara mentjari makan dll. Dari masjarakat itulah
jang menentukan bagaimana tjorak alam pikiran, kesadaran manusia. Ini adalah marxisme.5

Penjelasan Sukarno di atas cukup untuk menelusuri dasar-dasar pemikirannya dalam menentukan
kebijakkannya ketika memimpin revolusi Indonesia. Yang diambil dari pemikiran Karl Marx
oleh Bung Karno adalah teori Dialektika Materialis sebagai metodologi berpikir, bukan
pemikiran mengenai ekonomi Karl Marx atau pemikiran komunisme sebagai cara mengakhiri
kapitalisme seperti dituangkan dalam Manifesto Komunis. Pada bab selanjutnya saya mencoba

3
Kompas 21 Agustus 2009 hal.1 artikel Fokus : Nasionalisme ”Paripurna” di Tapal Batas.
4
Departemen Penerangan R.I. Tjamkan Pantja Sila! Pantja Sila Dasar Falsafah Negara, Djakarta 1964, hal. 149-150
5
Departemen Penerangan R.I. Tjamkan Pantja Sila!. hal. 151-152.
untuk menelusuri bahan-bahan yang dijadikan rujukan ajaran marhaenisme, dan mudah-mudahan
dapat memberikan tambahan pengetahuan dan tidak memperkeruh pemahaman marhaenisme
ajaran Sukarno dan memahami metodologi berpikir Sukarno.

Maxisme dan Marhaenisme adalah produk ilmu pengetahuan (scientific), hal-hal yang
dibahas mengenai masalah riil (yang nyata bukan abstrak) berkaitan dengan perkembangan
masyarakat. Sebagai ilustrasi :
• Ilmu otomotif : Mobil dapat bergerak karena ada pembakaran bahan bakar di ruang
bakar mesin yang menggerakkan piston dan memutar roda, bukan mobil bergerak karena
dorongan oleh makhluk halus.
• Ilmu kedokteran : Salah satu penyebab manusia bisa hidup karena adanya sirkulasi darah
yang mengalir di dalam tubuh manusia dan jantung berfungsi sebagai pompa, atau
semua organ tubuh berfungi baik, bukan berpendapat bahwa orang bisa hidup karena
punya nyawa.
• Ilmu astronomi : Planet-planet, termasuk bumi dibentuk dari gas bertemperatur tinggi
dan berputar dengan kecepatan tinggi, karena waktu, gas tersebut membeku dan padat,
tetapi dalam agama dijelaskan sebagai ciptaan Tuhan.
• Ilmu biologi : Manusia terlahir melalui proses pembuahan sel telur oleh sperma.
• Ilmu telekomusikasi : Telepon selular atau telivisi dapat mengirimkan suara dan gambar
karena gelombang elektromagnetik (masyarakat menyebut sinyal), mungkin ini
penjelasan ilmiah yang dulu dikenal sebagai ilmu telepati.
• Dan sebagainya.

Penjelasan di atas dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai


kedudukan dan fungsi ilmu pengetahuan dalam kehidupan. Dalam ilmu pengetahuan, proses
yang terjadi di alam semesta tidak dikaitkan dengan Tuhan. Sehingga dapat terhindar dari
pertentangan-pertentangan yang tidak bermanfaat. Dan untuk memudahkan pembahasan saya
tidak menggunakan kata Marhaenisme untuk menyebut metodologi berpikir Sukarno, karena
Marhaenisme ajaran Sukarno lebih tepat digunakan pada periode sebelum proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pada periode berikutnya metodologi berpikirnya sama tetapi
variable atau parameter yang digunakan pada Marhaenisme sudah berubah karena perubahan
bentuk penjajahan (neoimperalisme), sosiologi rakyat Indonesia, kemajuan ilmu pengetahuan &
teknologi dan lain sebagainya.
MARXISME

3.1 Logika Dialektika Klasik

Awal dari metoda berfikir atau biasa disebut logika formal adalah sebuah ilmu-pengetahuan
tentang bagaimana proses berfikir. Sejarah logika formal diajarkan oleh pemikir-pemikir Yunani
kuno, seperti Aristoteles, mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengkritik dan mensistimasikan
hasil-hasil positif dari berbagai pemikiran dan membangun sebuah sistim berfikir. Euklides
melakukan hal yang sama untuk dasar-dasar geoemetri; Archimides untuk dasar-dasar mekanika;
Ptolomeus dari Alexandria kemudian menemukan astronomi dan geografi, dan Galen untuk
anatomi.6

Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berbuah Revolusi Industri yang
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku sosial politik di Eropa pada abad 18-19 berakibat
jatuhnya sistem monarki, dan surutnya pengaruh agama yang cenderung abstrak atau masalah
akhirat digantikan oleh inteleginsia dengan meninggalkan spekulasi dan imajinasi tetapi lebih
berpegang kepada obyektivitas berdasarkan realitas/kenyataan, pengalaman, pengamatan
peristiwa yang lebih eksak, seperti pemikiran sosiologi klasik yang dipelopori oleh Claude Henri
Saint-Simon (1760-1825), Auguste Comte (1798-1857 )7

Logika Aristoteles mempengaruhi cara berfikir umat manusia selama dua ribu tahun, sebelum
munculnya logika dialektika. Dialektika muncul sebagai cara fikir terbaru dari filsuf-filsuf besar
dalam revolusi teori Politik di Eropa Barat pada abad ke-XVIII dan abad ke-XIX. Hegel, seorang
tokoh dari sekolah filsafat idealis Jerman, adalah seorang guru besar yang pertama kali
mentransformasikan ilmu logika, seperti di sebutkan oleh Marx: “bentuk-bentuk umum gerakan
dialektika yang memiliki cara yang komprehensif dan sadar sepenuhnya”.

Hegel mendirikan satu rangkaian ketentuan-ketentuan: perubahan kuantitas menjadi kualitas,


perkembangan melalui kontradiksi, konflik mengenai isi dan bentuk, interupsi dari kontinuitas,
perubahan posibilitas menjadi hal yang tak dapat dihindarkan adanya, yang lebih dikenal dengan
cara berpikir tiga tahap : tesis, antitesis, dan sintesa. Karl Marx dan Ludwig Feuerbach adalah
pengikut Hegel di bidang ilmu Logika, tergabung dalam Hegelian Muda. Dalam ilmu logika,
mereka yang kemudian melakukan revolusi pada pemikiran Hegelian—dengan mengabaikan
elemen mistik dalam dialektikanya, dan menggantikan dialektika idealistik dengan sebuah
landasan material yang konsisten. Feuerbach memperbaiki pemikiran Hegel dengan
menghilangkan sama sekali faktor idealisme (metafisika/mistik) menjadi ke material, kemudian
pemikiran Feuerbach dikembangkan oleh Karl Marx dari yang bersifat pemikiran kepada praktek
dalam kehidupan.

Hukum gerak mekanik Newton diinspirasi dari gerak massa, dari logika buah apel jatuh
hingga berkembang menjadi analisa gerak peredaran sistim tata surya. Semua ilmu-pengetahuan
lahir dan merupakan bagian dari hukum identitas. Hukum identititas mengarahkan hingga bisa
mengenali keragaman, perubahan permanen, kesamaan, pemisahan dan penampakan yang

6
George Novack, An Introduction to The Logic of Marxism, bahan kuliah Terjemahan Indonesia : Jurnal
KIRI, Volume 3, Oktober 2000, Penerbit Neuron. Versi Online : Indomarxist.Net, November
2002; Marxists Internet Archive, Desember 2002
7
Giddens Anthony, Daniel Bell, Michel Forse, dll, Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya, Kreasi Wacana
2005
berbeda, dalam bentuk matematika disebut variabel penentu. Hukum alam bersifat universal yang
digunakan sebagai landasan logika dialektika yang dikenal dengan hukum Kekekalan Energi atau
Kekekalan Momentum atau hukum kesimbangan atau Kebenaran Universal untuk memecahkan
berbagai persoalan kehidupan. Hukum ini menjelaskan bahwa jumlah energi sebelum dan
sesudah terjadi dalam suatu peristiwa alam adalah tetap sama atau resultan momentum suatu
kejadian adalah nol

Σ Εawal = Σ Εakhir
(Jumlah energi sebelum peristiwa = Jumlah energi setelah peristiwa)

Untuk benda bergerak dan bertumburan :

Σ Momentumawal = Σ Momentumakhir
(Jumlah momentum sebelum peristiwa = Jumlah momentum setelah peristiwa)
Σ Mawal Vawal = Σ Makhir Vakhir

Dimana : M = massa benda


V = kecepatan benda

Dengan memasukkan identitas dalam kontradiksi dan melalui suatu dialektika semua material
akan mengalami perubahan kualitas atau kuantitas, tergantung dari kondisi objektif yang diamati.
Dialektika adalah cara berpikir yang menekankan pada proses, hubungan, dinamika, konflik dan
kontradiksi, sehingga menjadikan lebih dinamis. Pada awalnya hukum ini diterjemahkan sebagai
hukum sebab akibat tanpa memperdulikan prosesnya, kemudian Hegel memperbaiki dengan
dialektika prosesnya sebatas pemikiran (gagasan atau ide adalah primer) dan berlandaskan
metafisika, kemudian Feuerbach mengkritik (menyempurnakan) dengan pemikiran dialektika
material objek benda (sekunder) tanpa mempertimbangkan aspek metafisika (religi), Karl Mark
menyempurnakan bahwa yang terpenting bukanlah pemikiran atau gagasan sejarah material saja,
tetapi lebih kepada prakteknya, terutama pada kehidupan ekonominya. Praktek atau empiris akan
memberikan informasi kepada teori untuk dianalisa dan mengembangkan teori tersebut, sehingga
dinamika pemikiran terus menerus bergulir sesuai dengan perjalanan sejarah.

Penyempurnaan Marx terhadap pemikiran Feuerbach mengenai diabaikannya faktor


teologis individu manusia terkait dengan fakta,

7. Oleh karenanya, Feuerbach tidak melihat bahwa "sentimen keagamaan" itu sendiri
adalah hasil sosial, dan, bahwa perorangan yang abstrak yang dianalisanya nyatanya
termasuk bentuk khusus dari masyarakat.
8. Kehidupan sosial pada hakekatnya adalah praktis. Segala keghaiban yang secara
menyesatkan membawa teori kepada mistik menemukan pemecahannya yang rasionil
dalam praktek manusia dan dalam pemahaman praktek itu8

pemahaman religi tidak memberikan produk nyata (materi) dalam sejarah manusia, tetapi alam
bawah sadar atau pemikiran ( bisa jadi karena pemahaman religi/spiritualnya) individu manusia

8
Tesis Tentang Feuerbach Ditulis oleh Marx dalam musim semi 1845. Mula-mula diterbitkan oleh Engels dalam
1888 sebagai Lampiran pada edisi yang tersendiri dari karyanya Ludwig Feuerbach. Dicetak menurut naskah edisi
tersendiri pada tahun 1888 dan diperiksa dengan manuskrip Karl Marx.
dapat mempengaruhi perilaku manusia tersebut, yang kadang kala tindakannya di luar rasional,
seperti tindakan memaafkan, dendam, bunuh diri dan sebagainya. Pemikiran manusia selalu
berubah dan berkembang mengikuti perkembangan umat manusia, oleh karena itu hukum
berpikir berubah sesuai dengan perubahan yang ada di dalam masyarakat. Logika formal
merupakan sejarah produksi intelektual sedangkan kapitalisme merupakan salah satu produk
sejarah sosial masyarakat.

Teori material dialektika terinspirasi dari penemuan-penemuan teori dan hasil empirik ilmu
pengetahuan alam, seperti matematika (kalkulus), ilmu fisika, ilmu kimia, biologi, kedokteran,
dan lain-lain. Perubahan-perubahan kualitas dan kuantitas mengikuti hukum alam sesuai dengan
sejarah dan batasan-batasannya. Perubahan kualitatif hanya dapat terjadi apabila ada penambahan
kualitatif atau pengurangan kuantitatif dari materi atau gerak (energy), hukum alam yang berlaku
untuk benda-benda mati juga berlaku untuk benda-benda hidup tetapi beroperasi dengan kondisi-
kondisi yang lebih kompleks.9

Berpikir secara esensial merupakan produksi intelektual, dan keterbatasan peralatan


berpikir akan menghasilkan cara yang sama. Pada saat kita mentok dengan logika formal maka
kita harus menggunakan logika lainnya, yakni logika dialektik, atau mengkombinasikan logika
formal dengan logika dialektik untuk mendapatkan kebenaran. Itu lah yang disebut dialektika.
Sama seperti peralatan-peralatan di pabrik yang harus dikombinasikan agar bisa mengoperasikan
pabrik tersebut. Jadi, kalau kita menginginkan hasil yang paling tepat dalam produksi intelektual
kita, maka kita harus mengembangkan ide-ide dialektika itu sendiri10

Pengambaran sederhana hukum identitas dan logita dialektika dalam masyarakat seperti
berikut ini11 : saya adalah seorang bernama Poernomo (identitas pribadi) dengan karakter atau
kualitas tertentu (kepribadian), apabila mengalami penambahan kuantitif dengan identitas yang
lain yang yaitu sesorang bernama Resti (istri) melalui proses perkawinan akan menghasilkan
perubahan kuantitas menjadi 4 orang termasuk 2 (dua) orang anak sekaligus mengalami
perubahan kualitas yaitu rumah tangga Poernomo-Resti dengan 2 (dua ) orang anak. Peranan
gabungan seorang Poernomo dan Resti akan berubah dalam masyarakat setelah menjalani proses
perkawinan bukan hanya karena perubahan jumlah orang (kuantitas) tetapi juga kualitasnya yaitu
peranan keluarga Poernomo dalam masyarakat, walaupun identitas kepribadian masing-masing
tidak berubah. Hukum ini juga berlaku pada perkembangan komunitas manusia dalam jumlah
yang lebih besar dalam kehidupan bermasyarakat. Analogi ini dalam ilmu fisika kimia
menggambarkan reaksi sederhana, pembakaran hidrogen :

2 H2 + O2 2 H2O

Pemikiran dialektika Karl Marx sangat dipengaruhi oleh pemikiran Hegel dan Feuerbach,
pemikiran dialektika idealisme diperoleh dari Hegel sedangkan diaklektika materialisme
diperoleh dari Feuerbach. Berbagai pendapat tentang dialektika Marxisme, antara lain :

9
Friederich Engels, Dialektika Alam, Edisi Indonesia, Hasta Mitra 2005
10
George Novack, An Introduction to The Logic of Marxism, bahan kuliah Terjemahan Indonesia : Jurnal KIRI,
Volume 3, Oktober 2000, Penerbit Neuron. Versi Online : Indomarxist.Net, November 2002; Marxists Internet
Archive, Desember 2002.
11
Penggunaan nama keluarga penulis dimaksudkan untuk memudahkan penulis dalam
memberikan ilustrasi dan untuk menghindari kemungkinan negatif dalam pemakaian nama.
1. Lenin : “ Preposisi fundamental dialektika Marxisme: semua batasan dalam alam dan
masyarakat adalah konvensional dan bergerak, artinya: tak ada satu fenomena pun yang,
ketika berada di bawah kondisi-kondisi tertentu, tidak berubah menjadi bertentangan,”
2. Leon Trotsky berkata bahwa : ”Kesadaran tumbuh dari ketidak sadaran, psikologi dari
luar psikologi, dunia organik dari non-organik, sistim tata surya dari nebula.
Pikiran dialektis menganalisa semua hal dan fenomena dalam perubahannya yang terus
berlangsung, sambil menetapkan dalam kondisi-kondisi material dari perubahan-
perubahan tersebut yang batas kritis.
3. William Blake : Tanpa perbedaan tidak ada kemajuan dan Anda tidak pernah bisa
mengetahui apa yang disebut cukup sampai anda mengetahui apa yang disebut lebih dari
cukup itu.

Sangatlah tepat kalau Bung Karno memilih Marxisme sebagai metodologi berpikir untuk
perjuangan karena sesuai dan mengikuti perkembangan peradaban manusia modern, mulai dari
titik awal perubahan revolusioner di abad ke-19, yang direpresentasikan oleh filsafat klasik
Jerman mengenai materialisme, ekonomi politik Inggris mengenai sistem ekonomi kapitalisme
dan sosialisme Perancis. Dengan memahami dialektika Marxisme kita dapat mempelajari
pengaruh timbal balik terus menerus dari berbagai kekuatan-kekuatan sosial.

3.4 Historis Materialisme

Marx mengemukakan sejarah perkembangan masyarakat (evolusi manusia) menunjukan


bahwa :

1. Kesadaran atau alam pikiran masyarakat, fakta-fakta nyata (riil) proses hidupnya,
seperti moralitas, seni, ilmu, hukum, dan politik dibentuk oleh cara produksi, cara
ekonomi atau pekerjaannya. Dalam jangka panjang kondisi atau faktor-faktor ekonomi
selalu menjadi faktor yang menentukan kondisi sosial masyarakat.

2. Perkembangan dasar ekonomi masyarakat diatur oleh hukum pokok yaitu pengalaman
(empirik), daya cipta dan kebutuhan masyarakat yang selalu meningkat sesuai dengan
berjalannya waktu. Peningkatan kebutuhan masyarakat menyebabkan perkembangan
kekuatan produktif terus menerus tidak akan pernah berhenti, seperti kemajuan ilmu
pengetahuan & teknologi, hukum, dan ketrampilan. Evolusi manusia terjadi karena
terjadinya pertentangan terus menerus antara kekuatan produksi dengan kondisi
produksi, proses evolusi mencapai titik akhir setelah sosialisme tercapai.

Kata meterialisme yang digunakan untuk menjelaskan bahwa yang dibicarakan masalah riil, yang
nyata bukan angan-angan atau abstrak. Sedangkan kata historis untuk menjelaskan kebenaran
proses perubahan sesuai dengan perjalanan waktu. Sebagai ilustrasi : Materi dimisalkan seorang
bernama A, yang melakukan perpindahan lokasi untuk bekerja dari rumah ke kantor. Proses
perjalanan perpindahan A tersebut menuju kantornya dapat dilakukan dengan berbagai cara
(bisa jalan kaki atau berkendaraan) dan hal-hal yang dilakukan dan terjadi selama dalam
perjalanan sampai di kantor tersebut dapat direkam, adalah historis (sejarah). Setiap tingkat
perkembangan produksi merupakan hasil perkembangan sejarah dan hasil pencapaian generasi
manusia sebelumnya. Dalam teori histori materialisme Marx, manusia diletakkan sebagai subyek
kolektif sejarah.
Kekuatan-kekuatan produksi menurut Marx antara lain teknologi, ilmu pengetahuan dan
ketrampilan manusia. Hal ini terbukti dengan penemuan-penemuan oleh ilmu pengetahuan dan
kemajuan teknologi merubah peradaban manusia berlangsung secara revolusioner, sebagai
contoh kekuasaan feodal digantikan dengan kekuasaan borjuis kapitalis di pertengahan Abad
XVIII & XIX. Masyarakat berubah melalui tingkatan yang ditandai dengan berbagai bentuk
kepemilikan. Pemilikan masyarakat kuno di jaman Romawi misalnya didasarkan pada peranan
budak, pemilikan feodal (tanah) didasarkan atas pemerasan hamba, dan pemilikan kapitalis atas
dasar eksploitasi kaum proletariat pekerja upahan (buruh) yang tidak mempunyai apa-apa.

Menurut Karl Marx tingkatan terakhir dari perkembangan manusia adalah sosialis
(komunis) setelah perkembangan kapitalis mencapai titik klimaknya dan kemiskinan di titik
terbawah. Perubahan perkembangan manusia berbentuk spiral dan setiap perubahan tingkatan
melalui proses revolusi (titik temu garis spiral dengan kotak tingkatan peradaban) atau terjadi
perubahan cepat dan mendasar. Lihat gambar Perkembangan Historis Materialisme.
Pertanyaannya apakah proses perubahan itu sudah terjadi atau belum saat ini?. Jawabannya sudah
dan dalam perkembangan menuju keseimbangan/stabil. Ibarat reaksi kimia penambahan
kuantitatif teori Marx menggeser kapitalisme menuju perubahan kualitatif ke arah stabilitas yaitu
sosialisme.
Perkembangan Historis Materialisme

Sosialisme / Komunisme

Kapitalisme

Feodalisme

Perbudakan

Masya
rakat
kuno

Perubahan revolusioner Hubungan produksi


system produksi yang secara historis
menyempit

Perkembangan taat asas


kekuatan-kekuatan produktif

Sumber : Thomas Meyer, Sosialisme Demokratis dalam 36 Thesis,


Perwakilan Friederich-Ebert-Stiftung, Jakarta. 1988
Bung karno mengatakan bahwa tingkat atau fase industrialisasi (kapilatisme) tidak harus
dilampaui kalau masyarakat Indonesia menggunakan demokrasi terpimpin, mungkin maksudnya
bangsa Indonesia harus belajar untuk tidak mengulang bentuk penindasan berikutnya setelah
penjajahan, tetapi sejarah membuktikan lain, Bung Karno dihujat ramai-ramai sampai wafatnya
oleh sebagian bangsanya sendiri, demokrasi terpimpin menjadi bersifat semu, kapitalisme
menguasai ekonomi Indonesia. Di jaman kepemimpinan presiden Suharto mengalami penindasan
politik, dan penindasan ekonomi dalam skala belum tinggi, tetapi di era Reformasi eskalasi
penindasan ekonomi meningkat tajam mengakibatkan keterasingan rakyat terhadap negara,
negara bangsa milik elit politik dan rakyat dimanfaatkan sebatas sebagai formalitas.

Ekonomi Politik Klasik

Dalam Marxisme masalah ekonomi merupakan masalah yang penting karena menentukan
perkembangan manusia, Marx belajar dari perkembangan ekonomi di Inggris, negeri kapitalis
yang paling maju saat itu. Marx mengembangkan pemikiran ekonomi Adam Smith dan David
Ricardo, yang meletakkan dasar-dasar dari teori nilai kerja. Selisih biaya produksi dan hasil
produksi disebut surplus (laba) diambil oleh kapitalis karena mampu membeli alat produksi yang
diperlukan sedangkan pekerja hanya menerima upah saja. Di dalam masyarakat kapitalis bahwa
nilai dari setiap komoditi ditentukan oleh kuantitas waktu kerja yang diharuskan secara sosial,
yang digunakan untuk memproduksi komoditi itu. Menurut teori Adam Smith, pertumbuhan
adalah proses akumulatif di mana setiap langkah dari perluasan pasar menyediakan basis untuk
pertumbuhan selanjutnya, proses perkembangan ekonomi yang terus menerus tersebut digunakan
Marx untuk dasar analisanya tentang kapitalisme. Sedangkan Ricardo berpendapat bahwa nilai
sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja, digunakan oleh Marx sebagai analisa terhadap kaum
proletar (buruh).

Pendapat Lenin mengenai hubungan modal (kapital) dengan pekerja :

Jika para ahli ekonomi borjuis melihat hubungan antar-benda (pertukaran antar-
komoditi), Marx memperhatikan hubungan antar-manusia. Pertukaran komoditi
mencerminkan hubungan-hubungan di antara para produser individual yang terjalin
melalui pasar. Uang memperlihatkan bahwa hubungan itu menjadi semakin erat, yang
tanpa terpisahkan menyatukan seluruh kehidupan ekonomi dari para produser. Modal
(kapital) memperlihatkan suatu perkembangan lanjutan dari hubungan ini: tenaga kerja
manusia menjadi suatu komoditi. Para pekerja upahan menjual tenaga kerjanya kepada
para pemilik tanah, pemilik pabrik dan alat-alat kerja. Seorang pekerja menggunakan
sebagian waktu kerjanya untuk menutup biaya hidupnya dan keluarganya (mendapat
upah), sebagian lain waktu kerjanya digunakan tanpa mendapat upah, semata-mata hanya
mendatangkan nilai lebih untuk para pemilik modal. Nilai lebih merupakan sumber
keuntungan, sumber kemakmuran bagi kelas pemilik modal.........
Modal, yang sebenarnya terbentuk dari hasil kerja para pekerja, justru menghantam para
pekerja, memporakporandakan para pemilik modal kecil dan menciptakan barisan
pengangguran.12

12
V.I. Lenin (1913), Tiga Sumber dan Tiga Komponen Marxisme ,Collected Works, Volume 19, pp. 23-28.
Dikutip dari : Situs Indo-Marxist – Situs Kaum Marxist Indonesia,
Watak kapitalisme yang menguntungkan kaum kapitalis secara berlebihan (serakah) dan perilaku
penindasan kepada kaum proletar menimbulkan ketidakadilan dan keterasingan (alienasi) kaum
prorelatar.

Berdasarkan kondisi obyektif pertengahan abad XIX tersebut dan berlandaskan teori
dialektika histotis materialisme, untuk menghapus penindasan Karl Marx dan F. Engels
mencetuskan Manifesto Komunis yang revolusioner (1848). Hal ini cocok untuk jamannya,
untuk kondisi saat ini sudah tidak tepat lagi karena kapitalisme klasik mengalami pergeseran,
tetapi nilai-nilai universal yang terkandung dalam teori Marx masih bisa kita gunakan untuk
memecahkan permasalahan masyarakat dari bentuk-bentuk penindasan dan kekerasan.

Revolusi

Beberapa definisi dan pemahaman tentang revolusi, antara lain :13

1. Pemberontakan radikal kondisi sosial tanpa penentuan yang pasti mengenai apakah ini
harus dicapai dengan cara damai ataukah kekerasan
2. Pemberontakan radikal yang komprehensif terhadap kondisi sosial dalam jangka
pendek.
3. Perubahan konstitusi politik dengan kekerasan, berlawanan dengan perkembangannya
sesuai dengan hukum
4. Penghapusan dengan kekerasan tatanan sosial lama dan dengan bersamaan dengan itu
penegakan demokrasi dan perombakan kondisi sosial dalam jangka pendek dan secara
meluas

Definisi Revolusi menurut Sukarno adalah simfoni pembongkaran (destruktif) dan


sekaligus pembangunan (konstruktif) untuk mengubah tatanan masyarakat lama yang sedang
“sakit” menjadi tatanan masyarakat baru yang lebih baik. Untuk dapat menjalankan revolusi
harus memahami teori revolusi, karena tanpa teori revolusioner tidak mungkin ada gerakan
revolusioner. Revolusi hanya tercipta melalui massa aksi yang radikal revolusioner berasaskan
non-kooperasi dan asas perlawanan anti-tesis nasionalisme – imperalisme dengan berpedoman
pada hukum revolusi. Revolusi harus mengikuti hukum-hukum revolusi :

Syarat revolusi : Romantika, dinamika, dialektika


Tujuan revolusi : menuju Masyarakat Adil dan Makmur
Hukum-hukum revolusi menurut Sukarno, sebagai berikut :14

1. Revolusi mesti punya siapa kawan dan punya lawan, dan kekuatan-kekuatan revolusi
serta harus tahu siapa kawan dan lawan; maka harus ditarik garis pemisah- pemisah
jang terang dan harus diambil sikap yang tepat terhadap kawan dan terhadap lawan
2. Revolusi jang benar-benar Revolusi bukanlah, bukan “revolusi istana” atau “revolusi
pemimpin” melainkan “Revolusi Rakyat” oleh sebab itu, maka revolusi tidak boleh
main ”atas” sadja, tetapi harus didjalankan dari atas dan dari bawah

13
Thomas Meyer, Sosialisme Demokratis dalam 36 Tesis, Perwakilan Friedrich-Ebert-
Stiftung,cetakan I, Jakarta, 1988, hal. 40.
14
Ir. H. Soekarno, Dari Proklamasi sampai Takari, Tahun “ Vivere Pericoloso” 1964, Terbitan
Berisi Pidato Proklamasi Diucapkan oleh P.J.M Presiden Republik Indonesia pada tiap tanggal
17 Agustus sejak tahun 1945 sampai 1965, B.P. Prapantja-Djakarta, 1965 hal. 616
3. Revolusi adalah simfoninja destruktif dan konstruktif, simfoninja pendjebolan dan
pembangunan, karena destruksi sadja atau pendjebolan sadja tanpa konstruksi atau
pembangunan adalah sama dengan anarchi, dan sebaliknja; konstruksi atau
pembangunan sadja tanpa pendjebolan berarti kompromi atau reformisme
4. Revolusi selalu punja tahap-tahapannja, dalam hal revolusi kita : tahap nasional
demokratis dan tahap sosialis, tahap jang pertama meretas djalan buat jang kedua,
tahap jang pertama harus dirampungkan dulu, tetapi sesudah rampung harus
ditingkatkan kepada tahap jang kedua;--inilah jang dinamakan dialektika revolusi
5. Revolusi harus punja konsepsi dan program yang djelas dan tepat, seperti dalam
Manipol..........
6. Revolusi harus punya sokoguru jang tepat dan punja pimpinan jang tepat, jang
berpandangan djauh ke muka, jang konsekwen, jang sanggup melaksanakan tugas-
tugas revolusi sampai pada achirnja, revolusi djuga harus punja kader-kadernja dan
tinggi semangatnja.

Pemahaman revolusi oleh Sukarno berbeda dengan 4 (empat) definisi tersebut di atas,
karena hukum revolusi menurut Sukarno mempunyai tahapan dan melalui proses dialektika serta
tidak ada bentuk-bentuk kekerasan (anarki). Revolusi tidak dilakukan dalam waktu jangka
pendek oleh satu tokoh pemimpinnya, tetapi usaha merubah tatanan masyarakat menuju yang
lebih baik secara bertahap dan secara berkesinambungan antar generasi (memerlukan kader-kader
penerus). Bukan berarti revolusi menurut Sukarno adalah evolusi yang dipercepat karena evolusi
tanpa perencanaan yang matang (berjalan alamiah) dan tanpa tujuan yang jelas tetapi hanya
sebatas prediksi.
PENGETRAPAN METODOLOGI BERPIKIR SUKARNO

4.1 Periode sebelum 17 Agustus 1945


Sukarno (Koesno Sosro Karno) lahir di Lawang Seketeng, Surabaya, pada tanggal 6 Juni
1901, ayah orang Jawa Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibu Ida Ayu Nyoman Rai keturunan
ninggrat Bali. Di masa kecilnya sampai remaja sangat dekat dengan kehidupan masyarakat
bawah dan menengah, tidak terlepas dari adat istiadatnya (Jawa & Bali) serta kondisi sosial
lingkungannya. Menjelang dewasa, ketika duduk di bangku HBS tinggal di rumah tokoh
pergerakan Sarekat Islam H.O.S Tjokroaminoto, lingkungan perjuangan kemerdekaan
memberikan landasan jiwa nasionalisme. Di THS Bandung, Bung Karno selain mengenal adat
istiadat Sunda, beliau banyak bergaul dengan orang-orang pergerakan anti penjajahan (faham
sosialis), baik dari Bumiputera maupun orang asing, sehingga mempunyai referensi dan
informasi situasi dunia pada saat itu. Oleh karena itu, walaupun mempelajari Marxisme dan
pengetahuan barat lainnya, pandangan politiknya tidak serta merta menjadi seorang komunis
apalagi berfaham liberalisme, tetapi lebih mempertahankan nilai-nilai Nusantara yang dikemas di
dalam nuansa modern. Bahkan pandangan politik sektarianpun ditinggalkan walaupun harus
berseberangan dengan mertuanya H.O.S Tjokroaminoto. Ideologi Sukarno adalah Pancasila
(sosialisme religius), yang dapat ditelusuri pada penjelasan-penjelasan, kuliah-kuliah Bung
Karno tentang Pancasila, dan saya tulis dalam buku ” Pancasila dan Sumber-Sumber Peradaban
Yang Digali”

Marhaenisme dicetuskan di Bandung, nama Marhaen diambil dari nama seorang petani
kecil yang hanya mempunyai alat produksi di daerah Cigalereng, Bandung Selatan. Seperti
ungkapan Bung Karno pada bab pendahuluan buku ini mengenai apa itu Marhaenisme?, yaitu
Marxisme yang dicocokkan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Demikian juga pemikiran
Marx tidak lepas dari situasi dan kondisi yang dialami olehnya, pada saat itu sedang gandrung-
gandrungnya ilmuwan menemukan fenomena-fenomena alam yang digali melalui ilmu
pengetahuan, dan perubahan situasi sosial politik akibat dominasi kaum kapitalis borjuis.
Gerakan-gerakan pembebasan dari bentuk-bentuk penindasan atau penjajahan bermunculan
menggunakan teori dari pemikiran revolusioner Karl Marx, tentu ada alasannya mengapa ajaran
Marxisme digunakan sebagai cara berpikir gerakan pembebasan dari penindasan atau penjajahan,
antara lain :

a. Metodologi Dialektika Material Marx digunakan untuk memberikan keseimbangan


kehidupan manusia, antara penindas (kapitalisme/imperialisme) dan yang tertindas
(proletar/marhaen) secara revolusioner, sehingga tidak ada lagi bentuk-bentuk
penindasan manusia oleh manusia (exploitation del’homme par l’homme)
b. Teori Marx tidak hanya terbatas pada pemikiran ide-ide saja tetapi lebih kepada
dinamika dan fakta-fakta sejarah material
c. Materialisme ialah masyarakat manusia, atau umat manusia yang bermasyarakat.
Pendapat ini merupakan landasan ide massa aksi (macht vorming)

Situasi sosial politik pertengahan abad XVIII dan XIX mengalami ketidakteraturan akibat
revolusi industri dan politik di Eropa, menyebabkan kegelisahan ilmuwan, terutama timbulnya
kapitalisme bourjuis dan penindasan terhadap kaum buruh (proletar). Feodalisme yang didukung
gereja (agama) mengalami menurunan pengaruh, dan posisinya diganti oleh kaum bourjuis
revolusioner berwatak kapitalis yang pada awalnya rasional meninggalkan keagamaan (gereja),
tetapi pada saat berhadapan dengan kaum proletar mereka merangkul gereja untuk melawannya.
Oleh karena itu perjuangan kaum proletar pada awalnya meninggalkan agama sebagai taktik
menuju pembebasan dari penindasan oleh kaum kapitalis bourjuis. Pada kenyataannya
keagamaan digunakan untuk kepentingan politik dan secara ideologi keagamaan lebih dekat
dengan kapitalisme.

Ketika dunia kuno ada di penghujung hidupnya, kepercayaan kuno digantikan Kristianitas.
Ketika ide-ide Kristen menyerah pada ide-ide pikiran rasionil pada abad ke-18, kaum
feodal menghadapi perang kematiannya dengan borjuis revolusioner. Ide-ide kebebasan
beragama dan kebebasan kesadaran hanya memberikan ungkapan bagi kekuasaan
persaingan bebas yang berada dalam wilayah pengetahuan. "Tak diragukan lagi," ide-ide
religius, moral, filsafati, dan yuridis telah dimodifikasi dalam perkembangan sejarah.
Tetapi agama, moralitas, filsafat, ilmu politik dan hukum, tetap survive dalam perubahan
ini.
"Kecuali itu, ada kebenaran-kebenaran abadi, semacam Kemerdekaan, Keadilan, dsb.,
yang lazim berlaku untuk segala keadaan masyarakat. Tetapi Komunisme menghapuskan
kebenaran-kebenaran abadi, ia menghapuskan semua agama, dan semua moral, dan
bukannya menyusun semuanya itu atas dasar yang baru; karenanya ia bertindak
bertentangan dengan segala pengalaman sejarah yang lampau." 15

Pemikiran Marxisme menekankan kondisi obyektif material (masyarakat) tidak melepaskan


kenyataan bahwa manusia mempunyai bakat alam yang bernama religi, sejarah perkembangan
religi umat manusia juga mengalami dinamika sehingga digunakan oleh manusia tertentu untuk
membelenggu kebebasan manusia lain selama ribuan tahun. Oleh karena itu setelah perjuangan
Marxian berhasil melepaskan penindasan dari kapitalisme, faktor religi harus ditempatkan
kembali sesuai dengan peranannya, dan Lenin melaksanakan hal tersebut. Hal ini terbukti masih
banyak tempat-tempat ibadah berfungsi dengan baik di era Uni Soviet.

Agama harus dinyatakan sebagai urusan pribadi. Dalam kata-kata inilah kaum sosialis
biasa menyatakan sikapnya terhadap agama. Tetapi makna dari kata-kata ini harus
dijelaskan secara akurat untuk mencegah adanya kesalahpahaman apapun. Kita minta
agar agama dipahami sebagai sebuah persoalan pribadi, sepanjang seperti yang
diperhatikan oleh negara. Namun sama sekali bukan berarti kita bisa memikirkan agama
sepanjang seperti yang diperhatikan oleh Partai. Sudah seharusnya agama tidak menjadi
perhatian negara, dan masyarakat religius seharusnya tidak berhubungan dengan otoritas
pemerintahan. Setiap orang sudah seharusnya bebas mutlak menentukan agama apa yang
dianutnya, atau bahkan tanpa agama sekalipun, yaitu, menjadi seorang atheis, dimana
bagi kaum sosialis, sebagai sebuah aturan. Diskriminasi diantara para warga sehubungan
dengan keyakinan agamanya sama sekali tidak dapat ditolerir. Bahkan untuk sekedar
penyebutan agama seseorang di dalam dokumen resmi tanpa ragu lagi mesti dibatasi.....
....... Dimanapun kaum borjuis reaksioner hanya memperhatikan dirinya sendiri, dan
sekarang sudah mulai memperhatikan dirinya di Rusia, dengan menggerakkan perselisihan
agama – karenanya dalam rangka membelokkan perhatian massa dari problem-problem
ekonomi dan politik yang demikian penting dan fundamental, pada saat ini diselesaikan
alam praktek oleh semua proletariat Rusia yang bersatu dalam perjuangan revolusioner.16.

15
Marx dan Engels, Manifesto Komunis (1848), Yayasan Bintang Merah, hal. 26
16
V.I. Lenin Sosialisme dan Agama, 1905 V.I. Lenin, Collected Works, Edisi Bahasa Inggris yang ke-4, Progress
Publishers, Moscow, 1972, Cetakan ke-3, halaman 83-87 Penerjemah: Anonim (1997). Diedit oleh Anonim
(Desember 1998)
Pemahaman religi seseorang akan menciptakan apresiasi orang (individu) tersebut dalam
bentuk tindakan yang mempengaruhi alam sekitarnya, jadi religi menciptakan peradaban yang
dimulai dari individu, sebagai contoh : di jaman Mesir kuno Ikhnaton (Firaun Amenhotep IV)
mengajarkan pemahaman religinya yaitu faham Aton kepada rakyat Mesir dan mampu merubah
kepercayaan bangsa Mesir dari menyembah dewa-dewa menjadi berTuhan Aton. Oleh karena itu
sesama makhluk hidup, binatang tidak mengalami evolusi peradaban, sedangkan manusia
mengalami evolusi peradaban sepanjang sejarah kehidupannya. Ambil contoh untuk kasus 2
individu yang terkait dengan pembahasan dalam buku ini yaitu Karl Marx dan Sukarno, bahwa
dorongan religi dari dalam dirinya menciptakan tindakan bukan oleh karena keinginan
ekonominya :

ƒ Karl Marx, anak seorang Rabbi Yahudi (terakhir pindah ke Protestan) melahirkan
paham komunisme yang dalam teorinya mengesampingkan dogma-dogma agama,
sementara Marx berjuang menghapus penindasan kaum kapitalis terhadap kaum
proletar, dengan konsekuensi mengalami pembuangan dan merelakan dirinya dalam
keadaan miskin sampai akhir hayatnya, hanya karena prinsip dan keyakinannya.
Marx selalu mengatakan : Ilmu tidak boleh menjadi kesukaan diri sendiri. Mereka yang
beruntung mampu mencurahkan dirinya kepada pengabdian ilmu, harus yang pertama-
tama menempatkan pengetahuan mereka untuk mengabdi umat manusia. Bekerjalah
untuk manusia.17
ƒ Bung Karno, tokoh kemerdekaan Indonesia bahkan Asia Afrika, yang merelakan
dirinya diasingkan dan dipenjara bertahun-tahun hanya karena mempertahankan prinsip
hidupnya untuk menghapus penjajahan dari bumi Indonesia.
Ungkapan Bung Karno kepada Solichin Salam dalam buku ” Bung Karno Putera
Fajar” :18
Saya adalah manusia biasa. Saya dus tidak sempurna. Sebagai manusia biasa saya
tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Hanya kebahagiaanku ialah dalam
mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Air, kepada bangsa. Itulah ” declaration of
life-ku”. Jiwa pengabdian inilah yang menjadi falsafah hidupku, dan menghikmati serta
menjadi bekal hidup dalam seluruh gerak hidupku. Tanpa jiwa pengabdian ini saya
bukan apa-apa. Akan tetapi dengan jiwa pengabdian ini saya merasa hidupku bahagia
dan bermanfaat.

Penjelasan saya di atas dimaksudkan untuk memberikan perkiraan gambaran nuansa batin tokoh-
tokoh tersebut, terlepas dari kita suka atau tidak suka terhadap pemikiran atau tindakannya tetapi
fakta menunjukkan mereka mampu mengukir sejarah, menurut keyakinan saya mereka
menjalankannya karena tuntunan Tuhan, tetapi sekarang tugas mereka sudah paripurna setelah
wafat, namun ilmunya masih berbuah. Ajaran pejuangan untuk merubah tatanan sosial tidak
perlu menggunakan bentuk-bentuk kekerasan melainkan dengan pemikiran yang jauh dari
anarkis dan peperangan. Massa aksi bukan berarti anarkis tetapi lebih kepada membangkitkan
kesadaran (bewust) secara kolektif. Pelajaran dari revolusi politik Perancis dilakukan oleh kaum
borjuis penuh dengan berlumuran darah kaum feodal, tentunya ini bukan jalan revolusi yang
sesuai pemikiran Sukarno.

Awal abad XX ajaran Marxisme mencapai puncaknya, sehingga memberikan inspirasi


pembebasan dari penindasan tidak hanya di Eropa tetapi juga wilayah wilayah jajahan atau

17
Njoto, Marxisme Ilmu dan Amalnya, TePLOK PRESS, Jakarta, 2003, cetakan kedua
18
Solichin Salam, Bung Karno Putera Fajar, Gunung Agung, Jakarta, 1987, cetakan ke lima
koloni bangsa-bangsa Eropa seperti di Rusia (Lenin), China (Mao Tse Tung), Indonesia
(Sukarno), dan Amerika Latin ( Fidel Castro & Che Geuvara).

Kaum borjuis kecil bersikap sama terhadap rakyat tanah jajahan (daerah-daerah kolonial)
. Sungguhpun mereka tahu betul bahwa --hasil-hasil bumi--, kenyamanan penghidupan,
standar penghidupan yang lebih tinggi, hak-hak istimewa yang mereka kecap - sebagian
besar dihasilkan dari penghisapan atas rakyat-rakyat tanah jajahan. Dengan dinginnya
mereka membiarkan begitu saja pengambilalihan daerah-daerah koloni… mereka juga
tidak mempedulikan kekerasan, penindasan, maupun kemorosaotan penghidupan yang
menimpa rakyat tanah jajahan. Sekali lagi mereka memilih bungkam terhadap proses
perbudakan yang berlangsugn bersamaan dengan kebijaksanaan dan praktek-praktek
kolonial maupun imprealis. Sama sekali tak terlintas dalam mereka, perihal keharusan
untuk memblejeti praktek-praktek tersebut di atas ; dalam rangka mendidik kaum buruh.
Dengan membangkitkan keadaran klasnya, dan membangun ikatan
solidaritas/persaudaraan antar klas buruh dari negeri-negeri yang paling terinjak-injak.
Namun kesatuan dan kebulatan tekad yang di pertunjukan oleh kaum sosialis dari berbagai
negeri untuk mencegah meletusnya perang ; di kacaukan oleh seruan-seruan untuk segera
melakukan mobilisasi (wajib militer). Seruan-seruan wajib militer dengan dalih
menyelematkan "tanah air tercinta" ternyata di sambut oleh mayoritas massa. Sedemikian
rupa sehingga begitu memukul solidaritas sosial Internasional.19

Cara berpikir diaklektika material sebenarnya sudah ada dari sejak adanya kehidupan
manusia, leluhur bangsa Indonesia sudah menggunakan dialektika material jauh sebelum
Aristoteles. Hegel, Feuerbach, dan Karl Marx, hal ini dapat kita pelajari pada nilai filosofi huruf
Jawa Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga, yaitu dialektika
kehidupan khususnya mengenai kepentingan Dora dengan Sembada terkait dengan status sebilah
keris milik Ajisaka, dan pergulatan lahiriah masalah kehidupan dalam berbagai episode cerita
wayang. Dalam suatu dialog, setiap pertanyaan kepada Kyai Semar mengenai suatu rencana,
tidak pernah dijawab setuju atau tidak/dilarang, tetapi Kyai Semar selalu memberikan nasehat
berisikan tentang konsekuensi setiap langkah yang akan diambil, di sini menunjukkan bahwa
proses dialektika digunakan untuk mengambil suatu keputusan terakhir. Seperti uraian dalam
buku saya Pancasila dan Sumber-Sumber Peradaban Yang Digali menjelaskan bahwa religi
Nusantara memisahkan secara tegas mengenai Sangkan Paraning Dumadi (hubungan vertikal
bersifat pribadi) dan Manunggaling Kawula Gusti (hubungan horisontal), persoalan individu
dengan penciptanya tidak digambarkan (dimaterikan) tetapi diyakini bahwa asal usul kehidupan
(sumber kehidupan) itu ada, dan hidup di dunia diartikan sebagai bentuk pengabdian kepada
sumber kehidupan. ---- Orang Jawa menyikapi hidupnya sesuai dengan ungkapan “ Oleh golek
ilmu gaib, nanging ojo ninggalake ilmu sarak, amarga kuwi utamaning hurip” (boleh mencari
ilmu spiritual/religi, tetapi jangan meninggalkan ilmu duniawi, karena ilmu duniawi merupakan
pokok dari kehidupan). Hal ini merupakan salah satu refleksi dari teologi Manunggaling Kawula
Gusti, oleh karena itu ajaran moral Jawa lebih menekankan kepada budi pekerti daripada ritual,
sehingga menyentuh secara langsung hubungan antar sesama manusia berlandaskan religi,
biasa digunakan istilah : pengabdian kepada Tuhan.---- Oleh karena ajaran religi Nusantara
tidak berbentuk kitab suci tetapi berupa ajaran lisan bersifat perlambang (pasemon) seperti dalam
episode cerita wayang dan pitutur, tidak hanya menerangkan hukum sebab akibat tetapi proses
dialektikanya juga digambarkan. Contoh nasehat berbentuk legenda : Joko Tingkir (Mas Karebet)
dengan Banteng ketaton yang mengamuk di alun-alun Demak, banteng mengamuk karena

19
George Novack SEJARAH INTERNASIONAL PERTAMA DAN INTERNASIONAL KEDUA, Terjemahan
Indonesia : oleh Abdul Syukri, Agustus 1999. Versi Online : http://come.to/indomarxist, Nov 2002
telinganya disumpal oleh Joko Tingkir dan tidak ada yang berhasil menjinakkannya, melalui
sayembara Joko Tingkir mampu menaklukkannya, dengan histori dialektika legenda ini
memberikan nasehat bahwa seseorang dengan mudah dapat menyelesaikan suatu persoalan patut
dicurigai bahwa orang itulah penyebabnya.

Suatu kontradiksi (tesis dan antitesis) akan menjadi bermanfaat (sintesa) kalau di dalam
kontradiksi itu dilakukan proses dialektika dan romantika. Sebagai contoh :

• Kutub positif dan negatif aliran listrik dipertemukan secara langsung akan menimbulkan
percikan listrik dan merusak kedua sumbernya atau kutubnya, tetapi apabila
dipertemukan melalui elemen lampu listrik akan timbul pijar lampu yang bermanfaat
sebagai sumber penerangan, bila dilewatkan melalui kumparan kawat tembaga akan
menimbulkan medan magnet untuk menggerakkan motor listrik.
• Manusia perempuan dan laki-laki bila dipertemukan dengan nuansa dialektika dan
romantika akan memberikan keselarasan dan kebahagian sebuah keluarga, dan
sebagainya.

Kondisi obyektif tersebut di atas merupakan hukum alam (hukum Tuhan), mengetrapkan yang
terlalu ekstrim dari salah satu indentitas kontradiksi memberikan hasil yang tidak baik, seperti
Marxisme yang diterapkan oleh Lenin (Marxisme - Leninisme) yang dikenal dengan Diktaktur
Proletariat menimbulkan penindasan dalam bentuk yang lainnya. Oleh karena itu, untuk
menghilangkan ketegangan sosial, Sukarno mengoreksi dengan ideologi Pancasila yang
terinspirasi dari tatanan dan hubungan masyarakat di Nusantara yang heterogen dalam segala hal,
tetapi dapat melangsungkan kehidupan dengan selaras.

Teori Dialektika Historis Materialis Karl Marx menginspirasi dan membangkitkan Sukarno
untuk menggali sumber-sumber kekuatan yang dapat mendukung perjuangan menuju Indonesia
Merdeka dan Adil Makmur, sehingga pada konggres Partindo tahun 1933, Bung Karno
mencetuskan asas perjuangan Marhaenisme lengkap dengan definisi dan parameter-
parameternya, yang dikenal dengan 9 (sembilan tesis Marhaenisme) :20

1. Marhaenisme, jaitu sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi21


2. Marhaen, jaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia jang melarat dan kaum
melarat Indonesia yang lain-lain
3. Partindo memakai perkataan Marhaen dan tidak proletar, oleh karena perkataan
proletar itu sudah termaktub di dalam perkataan Marhaen, dan oleh karena perkataan
proletar itu bisa juga diartikan bahwa kaum tani dan lain-lain kaum jang melarat tidak
termaktub di dalamnja
4. Karena Partindo berkejakinan, bahwa di dalam perdjoangan, kaum melarat Indonesia
lain-lain itu jang harus menjadi elemen-elemennja (bagian-bagiannja), maka Partindo
memakai perkataan Marhaen itu

20
Ir. Sukarno, Di Bawah Bendera Revolusi, penerbit : Dibawah Bendera Revolusi, 1964. hal.
253
21
Dalam hal pandangan tentang sosialisme Sukarno dipengaruhi atau sama dengan pemikiran
Karl Kautsky (1918) : Bagi kami, sosialisme tanpa demokrasi adalah mustahil. Yang kami
maksud dengan sosialisme modern bukanlah semata-mata organisasi sosial produksi
melainkan organisasi demokratis masyarakat.......Tak ada sosialisme tanpa demokrasi. Dikutip
dari : Thomas Meyer, Sosialisme Demokratis dalam 36 Tesis, Perwakilan Friedrich-Ebert-
Stiftung,cetakan I, Jakarta, 1988, hal. 65
5. Di dalam perdjoangan Marhaen itu maka Partindo berkejakinan, bahwa kaum proletar
mengambil bagian jang besar sekali
6. Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susuan masjarakat dan susunan negeri
jang di dalam segala hal hanja menjelamatkan Marhaen
7. Marhaenisme adalah pula cara perdjoangan untuk mencapai susunan masjarakat dan
susunan negeri jang demikian itu, jang oleh karenanja harus satu cara perdjoangan yang
revolusioner
8. Djadi Marhaenisme adalah cara perdjoangan dan azas jang menghendaki hilangnja tiap-
tiap kapitalisme dan imperialisme
9. Marhaenis adalah tiap-tiap orang bangsa Indonesia jang mendjalankan Marhaenisme.

Untuk menyakinkan bahwa asas perjuangan Marhaenisme adalah Marxisme yang dicocokkan
dengan kondisi Indonesia, Bung Karno menyatakan sebagai berikut :

Namun, -- ada satu kalimat jang sangat sekali perlu diterangkan lebih luas, karena
memang sangat penting sekali. Kalimat itu ialah kalimat kelima. Ia berbunji :” Di dalam
perdjoangan Marhaen itu, maka Partindo berkenjakinan, bahwa kaum proletar
mengambil bagian jang besar sekali”.
Satu kalimat ini sahadja sudahlah membuktikan, bahwa tjara-perdjoangan jang
dimaksud ialah tjara-perdjoangan jang tidak ngalamun, tjara perdjoangan jang rasionil,
tjara perdjoangan jang rasionil, tjara perdjoangan jang menurut kenjataan”,--tjara
perdjoangan jang modern.22

Kalau Marxisme adalah asas perjuangan untuk membebaskan kaum proletar (buruh) dari
penindasan kapitalisme, sedangkan Marhaenisme berjuang membebaskan kaum Marhaen dari
Imperialisme & kolonialisme Belanda, kapitalisme, dan feodalisme di Indonesia.

Dan djangan dikira bahwa manusia Sukarno ini jang” weruh sadurunging winarah”.
Djangan dikira Sukarno memiliki ilmu gaib jang begini-begitu! Tidak! Manakah aku
meramalkan hal ini atau hal itu, ramalanku itu aku dasarkan kepada pemahamanku atas
hukum-hukum objektif sedjarah masjarakat. Kalaupun ada ”ilmu gaib” jang kumiliki – itu
adalah karena aku kenal Amanat Penderitaan Rakjat, karena aku kenal situasi, dan karena
aku kenal ilmu jang kompetent jaitu Marxisme.23

Ungkapan Sukarno di atas mempertegas bahwa dengan mengusai teori Maxisme dan mengetahui
faktor-faktor dalam permasalahan masyarakat, kita akan mampu memprediksi dan mengarahkan
ke mana arah dan tujuan dari perubahan tersebut.

Masyarakat di Hindia Belanda sebelum Proklamasi Kemerdekaan 1945 terdiri dari orang
Eropah, Bumiputera, dan orang Timur Asing. Bumiputera adalah penduduk asli kepulauan
Nusantara. Pada jaman penjajahan, Bumiputera yang paling rendah tingkat sosial ekonominya, di
luar kaum feodal, khususnya petani, nelayan, buruh, pengrajin, dan orang melarat lainnya.
Industri yang tumbuh adalah industri terkait dengan pertanian dan perkebunan. Pada
kenyataannya perjuangan menuju Indonesia merdeka yang berinisiatif dan menjadi motor
perjuangan adalah kaum Marhaenis dan golongan menengah (priyayi menengah & rendah), kaum

22
Ir. Sukarno, Di Bawah Bendera Revolusi jilid I. Hal. 254
23
Ir. H. Soekarno, Dari Proklamasi sampai Takari, Tahun “ Vivere Pericoloso” 1964, Terbitan
Berisi Pidato Proklamasi Diucapkan oleh P.J.M Presiden Republik Indonesia pada tiap tanggal
17 Agustus sejak tahun 1945 sampai 1965, B.P. Prapantja-Djakarta, 1965, hal. 613
Marhaen hanya bersifat mendukung dan pasif, berbeda dengan di Eropa, kaum proletar
mendominasi gerakan-gerakan perlawanan terhadap penindasan oleh kapitalis. Hal ini mungkin
karena beberapa faktor antara lain :

1. Marhaen merupakan bagian dari masyarakat agraris paternalistik


2. Tingkat pendidikan kaum Marhaen sangat rendah (pada saat itu mayoritas buta huruf)
3. Watak penghambaan karena feodalisme masih kuat
4. Suburnya tanah tempat tinggal Marhaen sehingga tidak perlu berjuang keras untuk bisa
hidup, mudah mendapatkan bahan makanan. Untuk bertahan hidup cukup dengan
menanam singkong, sayuran, dan memetik buah di pekarangan rumah tinggalnya.
5. Lunturnya nilai-nilai adat sehingga menganggap tidak perlu ada perjuangan
mempertahankan nilai-nilai adat.

Kekuatan massa aksi yang tidak cukup untuk menekan pemerintah Hindia Belanda walaupun di
negeri Belanda sendiri dalam keadaan lemah karena krisis dan resesi ekonomi serta menuju
konflik fisik (Perang Dunia I & Perang Dunia II), pejuang kemerdekaan tidak mampu
melepaskan diri dari cengkeraman Belanda, bahkan tokoh-tokoh pejuang banyak yang ditangkap
dan dibuang (diasingkan)24. Keberhasilan massa aksi yang dilakukan pendiri bangsa adalah
menyadarkan seluruh lapisan masyarakat Hindia Belanda bahwa kemerdekaan dalam bingkai
negara bangsa itu penting untuk memperbaiki kesejahteraan dan kemakmuran.

Kondisi obyektif di atas membuat Bung Karno merubah taktik, pada saat Jepang masuk
Hindia Belanda, beliau memilih bekerjasama dengan Jepang, mungkin menganggap bahwa hanya
Jepang yang mampu mengusir Belanda dari Bumi Nusantara secara permanen, di samping alasan
solidaritas bangsa Asia, dan terbukti taktik Bung Karno benar, Jepang tidak mencurigai aktivitas
perjuangan menuju kemerdekaan sampai terbentuknya Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Untuk menghadapi sekutu, Jepang melakukan pendidikan
militer kepada rakyat Indonesia, sehingga bangsa Indonesia mempunyai kemampuan militer
modern. Faktor keterbatasan kaum Marhaen dan perbedaan pandangan di antara pejuang
kemerdekaan turut menjadi permasalahan lain dalam perjalanan menuju Indonesia Merdeka.
Dalam Perang Pasifik, Jepang mengalami kekalahan dan terjadi kekosongan kekuasaan di Hindia
Belanda maka kesempatan itu dipergunakan oleh Pejuang Kemerdekaan Sukarno-Hatta untuk
memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

4.2 Periode sesudah 17 Agustus 1945 – 1965


Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan dalam suasana kekosongan kekuasaan
imperialis, membuat perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan sangat penuh dengan
dinamika. Sekutu sebagai pemenang perang berusaha untuk menguasai wilayah koloninya
kembali, dinamika politik memerlukan ketahanan dalam segala bidang dalam keadaan ekonomi
serba kekurangan, infrastruktur negara bangsa belum lengkap, kecuali semangat atau spirit
menjadi bangsa yang merdeka. Perjuangan tidak hanya dalam lapangan politik diplomasi tetapi
juga perjuangan fisik : Pemboman kota Surabaya dalam peristiwa 10 November 1945 oleh
Sekutu, Agresi Militer Belanda I (1947), dan Agresi Militer Belanda II (1948). Pendidikan

24
Yang saya maksudkan dengan massa aksi kaum buruh (proletar) seperti yang terjadi di Eropa
disertai aksi-aksi fisik seperti pemogokan dan lain sebagainya, di Hindia Belanda kalau ada
massa aksi sifatnya seporadis dan belum terorganisir secara nasional seperti di Eropa.
militer modern oleh Jepang kepada sebagian bangsa Indonesia turut menyumbangkan
kemampuan militer bangsa Indonesia dalam menghadapi agresi militer Belanda.

Substansi materi sembilan (9) tesis Marhaenisme dalam konggres Partindo 1933, sebagian
terakomodasi dalam ideologi bangsa Indonesia Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
terutama butir 1, 6, 7, dan 8, dan kaum Marhaen lebur menjadi rakyat Indonesia. Tahap
perjuangan berikutnya adalah membawa bangsa Indonesia menuju masyarakat yang adil dan
makmur. Tesis pada periode ini adalah mempertahankan kemerdekaan dan menyejahterakan
rakyat Indonesia. Teks Pancasila yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 :

1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Kalau kita menggunakan pemikiran Karl Marx dialektika materialis, prediksi Marx dan F.Engels
bahwa titik akhir setelah masyarakat kapitalis mengalami kehancuran akan menjadi masyarakat
sosialisme (komunisme), tetapi perkembangan sejarah manusia di abad XXI menunjukkan bahwa
pendapat Sukarno yang benar, untuk menghilangkan ketegangan hubungan masyarakat
disarankan menggunakan pola masyarakat Pancasila, seperti yang diusulkan pada sidang Majelis
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1960 dengan landasan Pancasila membentuk Dunia
Yang Baru (To Built The Wolrd A New) yang adil, tidak ada ketegangan (istilah Sukarno : jegal-
jegalan), bergotong-royong dan bebas dari penjajahan. Mengapa? Watak kapitalisme yang buruk
adalah pembawaan dari watak ego manusia yang cenderung serakah, dan watak sosialisme
karena manusia hidup saling ketergantungan, kedua watak tersebut merupakan pembawaan dari
alam tidak mugkin dihilangkan salah satu. Dalam masyarakat Pancasila kontradiksi kapitalisme
(industrialisme atau modernisme) dengan sosialisme dijaga keselarasannya di dalam bingkai
demokrasi terpimpin.

Tahapan-tahapan revolusi yang oleh Sukarno disebut sebagai Jalannya Revolusi Kita
(DJAREK), sebagai berikut :

1. Mempertahankan Kemerdekaan
2. Pengakuan Kedaulatan Indonesia
3. Wilayah Sabang – Merauke
4. Social Economy Investment
5. Kerjasama Internasional

4.2.1 Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1950)

Seperti dijelaskan di atas bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dilakukan pada
saat terjadi kekosongan kekuasaan penjajah. Jepang yang mengalami kekalahan dan menyerah
kepada Sekutu pada Perang Dunia II dapat dipastikan tidak akan mempermasalahkan Proklamasi
tersebut, Belanda sebagai bagian dari Sekutu berkeinginan untuk kembali menguasai wilayah
Hindia Belanda, terbukti dengan Peristiwa Surabaya 1945, Agresi Militer I & II, dan Belanda
menyatakan pengakuan kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Mempertahankan
kemerdekaan harus memperhatikan faktor luar negeri dan dalam negeri baik yang mendukung
maupun yang tidak mendukung kemerdekaan. Faktor luar negeri, negara-negara sosialis pada
umumnya mendukung Indonesia, faktor dalam negeri lebih kompleks, paling tidak ada kelompok
yang ingin berkuasa dan kelompok yang ingin menjadi boneka Belanda. Situasi di atas
mengharuskan menerima keinginan menjadi negara Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai
bagian dinamika revolusi Indonesia.

Diplomasi dengan negara-negara sahabat dijalankan terus-menerus, sedangkan dengan


pihak Belanda melalui perundingan-perundingan, misalnya perjanjian Linggarjati (November
1946) secara de facto Republik Indonesia mendapat pengakuan dari Belanda karena di dalam
perundingan itu Indonesia dan Belanda duduk sebagai negara pada tingkat yang sama, dipilihnya
Sutan Sjahrir sebagai ketua delegasi Indonesia mempunyai alasan tersendiri walaupun terjadi pro
dan kontra dilaksanakannya perundingan dan perjanjian Linggarjati.

Tempat pembicaraan empat mata Sukarno dengan Lord Killearn 10 November 1946
di Linggarjati sebagai saksi bisu

Perjanjian Renville (Desember 1947-Januari 1948), ketua delegasi Indonesia adalah Amir
Syarifuddin Harahap, Perjanjian Roem-Van Roijen (April – Mei 1949), ketua delegasi Indonesia
adalah Mohammad Roem, Konferensi Meja Bundar (Agustus 1949 –Desember 1949), ketua
delegasi Indonesia adalah Drs. Mohammad Hatta. Dinamika diplomasi dengan pihak Belanda,
didorong melalui diplomasi dengan negara sahabat, dan dengan kombinasi unjuk kekuatan
militer serta dukungan rakyat, pada 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Republik
Indonesia. Pengakuan tersebut memperlemah moral tokoh-tokoh penganut negara boneka
Belanda dalam Republik Indonesia Serikat, sebagian besar dari mereka sepakat kembali ke
Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga gangguan asing secara terbuka tidak terjadi lagi.
Periode ini disebut Periode Physical Revolution (1945-1950).

4.2.2 Mengembalikan Demokrasi Proklamasi (1950-1955)


Usaha imperialis untuk kembali menjajah tidak berhenti setelah pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia, upaya selanjutnya memanfaatkan lawan politik Sukarno (yang mempunyai
hubungan dengan imperialis) untuk mengganggu dari dalam, beberapa pemberontakan anti
pemerintah yang didukung imperialis antara lain DI/TII, PRRI-Permesta, RMS, dan lain-lainnya.
Situasi ini dapat terjadi karena didukung oleh konstitusi UUDS 50 yang bersifat liberal, oleh
karena itu segera dipersiapkan pemilu untuk memilih anggota DPR dan anggota Konstituante
untuk menyusun konstitusi baru. Pada tahun 1955 pemerintah Indonesia berhasil
menyelenggarakan pemilu I sehingga dapat menempatkan orang-orang revolusioner ke dalam
lembaga demokrasi DPR dan Konstituante untuk mempersiapkan tahapan berikutnya.
Keberhasilan Pemilu tahun 1955 sangatlah penting, bangsa Indonesia menunjukkan kepada dunia
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang demokratis. Langkah ini sebenarnya mengandung
resiko yang cukup besar, seandainya Pemilu gagal masih bisa diulang, tetapi apabila unsur-unsur
personal anggota DPR dan Konstituante tidak bisa dikendalikan membuat konstitusi baru yang
menyimpang dari jalur revolusi Indonesia, maka jalannya revolusi menjadi lebih panjang lagi
atau bahkan cita-cita proklamasi menjadi kandas, oleh karena itu periode ini disebut periode
survival. Pemilu merupakan sarana antara, untuk meletakkan konstitusi yang sesuai dengan
kondisi Indonesia agar tidak mudah disusupi oleh kepentingan-kepentingan yang merugikan
bangsa Indonesia, seperti pada kelemahan sistem demokrasi parlementer “sosial demokrat” di
mana partai politik sebagai tulang punggungnya dan penopang kaum borjuis kapitalis. Periode
ini disebut Periode Survival. (1950-1955)

4.2.3 Konsolidasi Wilayah & Pembangunan (1955-1965)

Implementasi dialektika material dan Amanat Penderitaan Rakyat dalam usaha mencapai
cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945 melalui tahapan selanjutnya, adalah melakukan social
construction, yaitu human skill investment, material investment (pembangunan infra struktur),
mental investment, dan mengutuhkan wilayah NKRI (membebaskan Irian Barat dari kolonialis
Belanda). Untuk merealisasikan social construction memerlukan sistem negara yang sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia, yaitu Undang Undang Dasar yang sesuai. Keberhasilan
Pemilu untuk menentukan anggota DPR dan Dewan Konstituante merupakan modal politik untuk
melangkah kepada tahapan berikutnya. Dengan memanfaatkan kekuatan politik yang ada dan
kegagalan Majelis Konstituante menyusun konstitusi baru, pemerintah mengusulkan untuk
kembali ke UUD 1945. Pada 5 Juli 1959 Presiden Sukarno mengumumkan Dekrit Presiden
kembali kepada Undang-Undang Dasar 194525 – Kembalinya Konstitusi Proklamasi -.Tahun
1959 merupakan tahun penemuan kembali Revolusi ( Rediscovery of our Revolution). Periode
ini disebut Periode Investment (1955- ...........)

Dengan berlakunya kembali UUD 1945 sebagai konstitusi negara (hukum dasar), perangkat
keras (NKRI) dan perangkat lunak (UUD1945) revolusi Indonesia telah menjadi satu kesatuan,
sebagai landasan untuk mewujudkan cita-cita membentuk masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan mental-rohani dalam rangka "nation building" dan
"character building" serta pembangunan materiil dan tata-perekonomian melalui pelaksanaan
Rencana-Rencana Pembangunan Semesta terus-menerus, maka dibentuklah Dewan Perancang
Nasional (Depernas) yang bertugas menyusun Blue Print Pembangunan Indonesia jangka

25
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 merupakan tindakan penyelamatan negara bukan karena
kekuasaan, disebut “ Sauvetage D’etat”, sedangkan Coup D’etat adalah tindakan
mengambilalihan kekuasaan. Pembubaran Partai Politik PSI dan Masyumi dikarenakan mereka
terlibat dalam kegiatan PRRI-PERMESTA, berakibat kekosongan kursinya di DPR, untuk itu
perlu dilakukan RETOOL, bukan pembubaran DPR.
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang menuju masyarakat adil dan makmur. Dewan
Perancang Nasional merupakan cikal bakal Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
disingkat Bappenas.

Menurut Sukarno menjalankan revolusi Indonesia hendaknya menggunakan landasan


Manipol/USDEK : Manifesto politik / Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia,
Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia (Manipol/USDEK).
Sukarno adalah seorang pemimpin dan arsitek negara bangsa Indonesia, tahapan-tahapan
membangun dan menuju masyarakat adil dan makmur dikonsep dengan baik, dialektika dan
dinamika proses menuju cita-citanya dijalankan dengan tekun, dan terkadang langkahnya tidak
dimengerti oleh orang lain bahkan dikritik sebagai ide yang tidak realistik (angan-angan) tetapi
pada akhirnya terbukti pendapatnya benar. Kata revolusi didengar oleh orang lain sebagai suatu
tindakan yang penuh dengan kekerasan, tetapi revolusi di mata Sukarno adalah perjuangan yang
penuh dialektika dan dinamika sesuai keadaan nyata (objective) bahwa perjalanan suatu
kehidupan terjadi tidak linier begitu saja tetapi penuh fluktuasi (gelombang) dan kontradiksi,
dalam bahasa sehari-hari disebut penuh liku-liku kehidupan.

Pembebasan Irian Barat merupakan salah satu bagian dari tahapan revolusi Indonesia
karena berdasarkan Konferensi Meja Bundar penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda
tidak termasuk Irian Bagian Barat yang masih menjadi koloni Belanda. Usaha melalui
perundingan dan diplomasi tidak membuahkan hasil, menjelang dan awal tahun 1960-an situasi
internasional sedang memuncaknya perang dingin antara Blok Barat (kapitalis) dan Blok Timur
(komunis). Kondisi sosial politik dalam negeri menunjukkan kekuatan kaum komunis makin
meningkat (mensosialisasikan kekuatan politik NASAKOM), kedua situasi tersebut di atas
digunakan oleh Bung karno sebagai kekuatan diplomasi dan penekanan secara militer. Dengan
kekuatan diplomasi dan militer tersebut, pada tanggal 15 Agustus 1962 diadakan perundingan
antara Indonesia dan Belanda di Markas Besar PBB di New York, dari hasil perundingan,
selanjutnya pada tanggal 1 Mei 1963 UNTEA menyerahkan pemerintahan Papua Barat kepada
Indonesia.

Pembangunan infrastruktur pada periode ini (1960-1965), dimulai dengan membangun


berbagai fasilitas fisik yang dianggap proyek mercu suar pada saat itu, tetapi Bung Karno
berpikir jauh ke depan, untuk menjadi negara bangsa besar memerlukan kebanggaan nasional dan
penggambaran (image) Indonesia modern di mata dunia. Infrastruktur itu antara lain : Tugu
Monas, Hotel Indonesia, Tugu Selamat Datang, Krakatau Steel, Gedung Toserba Sarinah,
Jembatan Semanggi, Stadion Senayan, Gedung Conefo (sekarang gedung DPR-MPR RI), Patung
Dirgantara, Patung Pak Tani, Jembatan Ampera (Palembang), jalan raya By Pass Cawang-
Tanjung Priok, Pabrik Semen Gresik, dan lain-lainnya.

Mungkin terinspirasi dari Restorasi Meiji, sejak pertengahan tahun 1950-an, pemerintah
mengirimkan anak-anak muda untuk menempuh pendidikan di segala disiplin ilmu ke luar negeri
baik ke Eropa Barat & Amerika Serikat maupun ke Eropa Timur & Uni Soviet, yang sebagian
tidak pulang ke tanah air dengan satu alasan tidak mudah mendapatkan warganegara Indonesia
kembali, penulis pernah ketemu di Eropa dalam keadaan sudah sepuh dan tanpa warganegara
(stateless) khususnya yang belajar di negara Blok Timur. Tenaga-tenaga terdidik tersebut
dipersiapkan sebagai generasi penerus, untuk mengelola kekayaan alam serta membangun
Indonesia menjadi negara modern yang adil dan makmur. Hal ini merupakan social construction
khususnya human skill investment untuk mendukung tercapainya Berdikari di Bidang Ekonomi.
Tahapan revolusi Indonesia di bidang demokrasi, pada periode ini tatanegara dilaksanakan
dengan 2 (dua) konstitusi yaitu UUD Sementara 1950 (1950-1959) dan UUD 1945 (1959-1965).
Sistem demokrasi berdasarkan UUD Sementara 1950 adalah multi partai berwatak liberal,
kondisi obyektif ini berlangsung sampai Dekrit Presiden 5 Juli 1959 diberlakukannya UUD 1945
yang bersifat Sauvetage D’etat, sehingga tidak ada perubahan kekuasaan secara drastis. Kita
mengetahui sistem demokrasi berdasarkan UUD 1945 (Sila ke IV Pancasila, Demokrasi
Terpimpin dengan Musyawarah Mufakat), menurut Prof. Mr. Notonagoro :26

Negara Indonesia adalah mono-dualis (atas dasar dwitunggal sifat individu dan makhluk
sosial daripada manusia), tidak individulis(atomistis) dan tidak
organis(absolutis)........Maka sekarang ternjata, bahwa dalam hal susunannja
pemerintahan, Negara Indonesia mempunjai djuga sistem demokrasi, jang sendiri, tegas-
tegas djuga berlainan dengan sistem demokrasi jang manapun. Sifatnja mono-dualis dalam
arti keseimbangan atau saling batas membatasi antara alat-alat perlengkapan Negara,

Berdasarkan sejarah, partai politik merupakan instrument demokrasi parlementer (faham


sosial demokrat) berwatak liberal, secara bertahap untuk mengurangi peranan partai politik yang
rawan ditunggangi kepentingan kapitalis, dibentuk Front Nasional dan Sekretaris Bersama
Golongan Karya (Sekber Golkar) yang dipersiapkan untuk mengganti peran partai politik sebagai
instrumen demokrasi. Keberadaan Front Nasional banyak tidak dipahami orang, dianggap
sebagai alat kekuasaan Sukarno. Demikian juga pembentukan Sekber Golkar tahun 1964,
tidaklah mungkin berdiri tanpa restu Sukarno di jaman itu. Kedua kekuatan sosial tersebut
dipersiapkan untuk mengisi unsur fungsional dan golongan di lembaga MPR tanpa melalui
proses pemilu untuk mengimbangi kemungkinan dampak buruk demokrasi kepartaian, sesuai sila
ke IV Pancasila : Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, Demokrasi Terpimpin.Tahapan revolusi tersebut dimaksudkan
menuju tercapainya Berdaulat Dalam Bidang Politik.

Hubungan Internasional

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang terbentuk setelah Perang Dunia ke II yang
berfungsi menangani masalah-masalah dunia, berdasarkan komposisi anggota tetap Dewan
Keamanan bisa diperkirakan bahwa PBB tidak akan memberikan stabilitas dunia. Untuk
mengatisipasi terjadinya konflik di tingkat internasional, Sukarno menggalang negara-negara
baru merdeka untuk bersatu diawali dengan Konferensi Asia Afrika yang pertama (KAA I)
diadakan di kota Bandung pada tanggal 19 april 1955 dan dihadiri oleh 29 negara kawasan Asia
dan Afrika. Gerakan ini memberikan inspirasi bangsa-bangsa terjajah khususnya di wilayah Asia
Afrika bangkit berjuang mencapai kemerdekaan. Selanjutnya gerakan negara-negara tersebut
menjadi Gerakan Negara-Negara Non Block ( Non Alignment Movement), direncanakan
Gerakan Non Blok diperluas menjadi Conference of The New Emerging Forces (Conefo) yang
dijadwalkan tahun 1966 dan disiapkan gedung MPR/DPR sekarang sebagai tempat konferensi
(Konferensi tidak terlaksana akibat peristiwa berdarah 1965).

26
Prof. Mr. Drs. Notonagoro : Kutipan Dari Hasil Pembahasan Ilmiah Mengenai Susuanan
Pemerintahan Negara Republik Indonesia, dipersembahkan bagi Negara dan Bangsa oleh
Pengurus Senat dan Senat Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta, 17 Juni 1960. Dikutip dari :
Pedoman untuk melaksanaan Amanat Penderitaan Rakyat, djilid II, tjetakan III, Permata
Surabaya, 1961.
Bung Karno mengritik PBB yang hanya menguntungkan imperialisme dan merugikan
negara-negara berkembang, pada sidang Majelis Umum PBB tanggal 30 September tahun 1960
yang terkenal dengan sebutan To Built The World A New.27 Pada 1 Januari 1965 Indonesia
keluar dari PBB. Di akhir abad XX dan awal abad XXI terjadi ketidakadilan yang dialami
negara-negara sedang berkembang (dunia ke III) dan PBB sebagai kendaraan negara-negara
besar untuk melakukan ketidakadilan, memberikan bukti bahwa pendapat Sukarno benar, bahkan
instabilitas internasional di masa depan sangat mengawatirkan akibat konflik di antara sesama
kelompok kapitalis dunia yang mempunyai senjata pemusnah massal (senjata nuklir).

Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Jasmerah)

Kita sering mendengar bahwa pengalaman adalah guru terbaik, dari pengalaman bisa
menentukan aktivitas berikutnya dengan harapan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
Pengalaman tidak terbatas pada batas waktu tertentu dan bersifat individu, untuk jangka waktu
yang lebih lama dan tidak terbatas pada individu, pengalaman itu disebut sejarah. Dari
memahami sejarah menumbuhkan jiwa kearifan, memandang segala sesuatu tidak sebatas hitam
putih.

Keteraturan alam semesta ditunjukan dengan peristiwa siklus terhadap waktu, berulangnya
suatu bentuk peristiwa seperti terjadinya siklus siang dan malam, tetapi bersamaan dengan siklus
tersebut terjadi proses evolusi yang terhadap waktu berbentuk spiral. Kemajuan teknologi dari
penemuan roda sebagai alat bantu memindahkan benda sampai teknologi yang dicapai di abad
modern merupakan evolusi terhadap waktu, kwalitas dan kwantitas meningkat tetapi melebar
bersinggungan dengan kehendak peradaban, sama seperti perkembangan historis materialisme
Karl Marx.

Pada saat menulis buku ini, kasus keistimewaan Yogyakarta sedang diperdebatkan dan saya
berpendapat pemerintah saat ini tidak memahami sejarah dan perjuangan. Perjuangan
membebaskan diri dari penjajah secara kesinambungan antar generasi telah dilakukan sejak
Pangeran Mangkubumi (Hamengku Buwono I) berhasil mendapatkan teritorial sendiri di
Yogyakarta sesuai perjanjian Giyanti 13 Februari 1755, generasi penerusnya menjalankan
perjuangan secara terus menerus untuk melepaskan diri dari penjajahan antara lain : Sultan
Hamengku Buwono II tahun 1792 melawan pemerintahan Inggris dan Belanda karena beliau
terus berusaha menghindari campur tangan asing dalam pemerintahannya, berakhir dengan
pembuangan beliau ke Pinang. Terhentinya perjuangan Pangeran Diponegoro berakibat puluhan
bangsawan pengikutnya berjuang melalui penyamaran menjadi rakyat biasa, mereka menjual
harta bendanya pada orang asing terutama penduduk keturunan Cina.28 Tokoh-tokoh perjuangan
modern dr. Wahidin Sudirohusodo dan Ki Hajar Dewantara merupakan generasi penerus
Hamengku Buwono I, jadi peranan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat seperti yang dilakukan

27
Dalam sidang Majelis Umum PBB tanggal 30 September 1960, Sukarno mengusulkan agar
Republik Rakyat Tiongkok diterima sebagai anggota PBB, mendorong terhampusnya
imperialisme dan kolonialisme terhadap bangsa Asia & Afrika, menghilangkan perlombaan
senjata (Perang Dingin Blok Amerika vs Blok Uni Soviet) yang mampu menghancurkan umat
manusia, masalah pembebasan Irian Barat, mengusulkan prinsip-prinsip Pancasila dimasukkan
dalam Piagam PBB, menyampaikan resolusi agar Presiden Amerika Serikat dan Ketua Dewan
Menteri Uni Soviet Sosialis mengadakan perundingan memecahkan ketegangan di antara
mereka.
28
Aryo Baskoro Jati, Kedudukandan dan Hubungan Keraton dengan Pemerintah Daerah di
Daerah Istimewa Yogyakarta, draft skripsi strata S1 Universitas Gajahmada, 2010
Hamengku Buwono IX dalam mendukung terbentuknya negara merdeka Republik Indonesia
bukanlah bersifat sesaat tetapi merupakan kelanjutan perjalanan perjuangan para pendahulu
Keraton Yogyakarta menuju kemerdekaan dari penjajah. Pola perjuangan melalui tahapan dan
berkesinambungan juga diterapkan oleh Sukarno setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945 yang dikenal dengan Djalannya Revolusi Kita (Djarek) seperti pada uraian sebelumnya.

Pada pidato Presiden Sukarno pada 17 Agustus 1966 berjudul “ Jangan Sekali-kali
Meninggalkan Sejarah”, presiden Sukarno memperkirakan peristiwa berdarah Gestok 1965 akan
mengembalikan pendulum perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia balik ke titik 20 tahun
ke belakang dari tahun 1965 (berarti kembali ke jaman Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945). Dalam pidato tersebut beliau mengapresiasi Jenderal Suharto, tentu ada alasan yang
mendasar pernyataan orang sekaliber Sukarno, hal ini perlu pendalaman untuk mencari sejarah
yang sebenarnya. Perkiraan Sukarno benar, pemerintahan Suharto tidak mampu membendung
paham liberalisme/kapitalisme, bahkan di era reformasi kemunduran makin dalam. Kenyataan
hal ini menjadi tampak lebih jelas setelah rejim reformasi memerintah Indonesia, secara sosial
politik mundur ke jaman penjajahan, nilai-nilai Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak menjadi
pedoman dalam menjalankan pemerintahan. UUD 1945 di amandemen dan dilupakannya
falsafah Pancasila sebagai bukti kemunduran dalam berbangsa dan bernegara seperti yang dicita-
citakan pendiri bangsa.

Di era Reformasi kondisi kemakmuran dan keadilan makin menjauh dari cita-cita,
pengambilan (eksploitasi) kekayaan alam oleh sekelompok elite bekerjasama dengan asing tidak
memberikan dampak lebih baik kepada kemakmuran rakyat Indonesia, keadilan hanya untuk
kelompok elite, bahkan ada yang mengatakan era reformasi adalah jaman menuju kehancuran
negara Republik Indonesia. Mengulang sistem demokrasi liberal yang sudah pernah diterapkan
pada tahun 1950 sampai dengan 1959, yang ada instabilitas/ketidaktentraman sosial politik dan
ekonomi, mudah disusupi kepentingan asing. Rejim Reformasi mengulangi sejarah tersebut
terbukti berdampak dengan makin sulitnya kehidupan rakyat untuk memenuhi kebutuhan pokok
hidupnya, harga bahan pokok merangkak naik terus menjauh dari kemampuan daya beli
masyarakat walaupun kekayaan alam telah dieksploitasi besar-besaran, seperti minyak bumi, batu
bara, hutan, dan hasil tambang lainnya tidak dapat dinikmati rakyat dengan alasan seperti yang
saya jelaskan sebelumnya yaitu biaya subsidi.
Diagram Revolusi Indonesia
Menuju Masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur
Di Era Sukarno
PENJAJAHAN
Belanda &
Jepang

REPUBLIK INDONESIA
Periode Physical Revolution (1945-1950)

Linggarjati

Renville

Roem - Roijen

KMB

Periode Survival (1950-1955)


Pemilu 1955

Periode Investment (1955-.....)


Dekrit Presiden
5 Juli 1959

MANIPOL/USDEK

Depernas/Bapenas

Trisakti

4.3 Periode sesudah 1965 – 1998


Pada kurun waktu pemerintahan Orde Baru 1965 sampai dengan tahun 1998, ajaran
Marxisme dan Marhaenisme dilarang diajarkan, bahkan buku-buku yang bertendensi ke ajaran
tersebut tidak boleh beredar. Selama 33 tahun bangsa Indonesia (kecuali sebagian diajarkan
sebagai bahan perkuliahan di perguruan tinggi) tidak mempelajari teori atau cara berpikir untuk
memecahkan masalah-masalah sosial yang timbul dalam masyarakat.

Di jaman ini terjadi kontradiksi dalam pelaksanaan ideologi Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, Pancasila dikatakan mempunyai kesaktian dan diartikan lain dari jati diri Pancasila
itu sendiri, kita mengetahui membicarakan Pancasila tidak terlepas dari membicarakan Sukarno.
Perhatikan cuplikan pidato Presiden Sukarno tanggal 17 Agustus 1961 berjudul RESOPIM :29

Djangan mempergunakan Pantja Sila untuk memecah belah Nasakom, mempertentangkan


kaum nasionalis dengan kaum agama, kaum agama dengan kaum komunis, kaum
nasionalis dengan kaum komunis. Siapa yang main-main dengan Pantja Sila untuk
maksud-maksud pengadu-dombaan itu,--ia adalah orang jang sama sekali tak mengerti
Pantja Sila, atau orang jang durhaka kepada Pantja Sila, atau orang jang .........kepalanja
sinting !...........Sekarang ada orang-orang jang mau “menseminarkan” Proklamasi. Lho,
Proklamasi kok mau “diseminarkan” ! Apalagi jang mau dikutak kutik mengenai
Proklamasi?

Pada saat pidato di atas diucapkan, kondisi objektif sebagian besar kekuatan sosial politik di
masyarakat Indonesia terdiri dari unsur Nasionalis, Agama, dan Komunis, hal ini harus difahami.
Di jaman Orde Baru dalam doktrinnya memegang Pancasila tetapi memberangus substansinya,
kalau tidak sefaham dengan pemikiran kaum komunis itu tidak dilarang tetapi menghancurkan
kehidupan (bahkan membunuh) manusianya bukanlah tindakan yang bijaksana dan dibenarkan.
Indoktrinasi yang salah selama 33 tahun menimbulkan kekakuan dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, Pancasila seperti berdiri sendiri, tidak terkait dengan UUD 1945 yang
seharusnya sebagai petunjuk pelaksanaan Pancasila. Kesalahan tersebut berakibat 2–3 generasi
tidak memahami nilai-nilai perjuangan kemerdekaan menuju masyarakat adil dan makmur, yang
ada hanyalah perselisihan antar anak bangsa dan pola-pola kekerasan serta anarkis yang mereka
fahami. Akibat dari semua itu bangsa Indonesia tidak mempunyai kader yang berkesinambungan
dengan pendahulunya.

Teori historis materialisme dan Amanat Penderitaan Rakyat bukan digunakan untuk
meneruskan revolusi yang dicanangkan Sukarno, tetapi lebih banyak digunakan untuk tujuan-
tujuan tertentu dari kelompok, golongan, bahkan penguasa sendiri, seperti peristiwa Malari
(1974), peristiwa Tanjung Priok, Peristiwa Ambon, peristiwa Poso, Peristiwa Trisakti dan
Semanggi (1998), bahkan mungkin keberadaan terorisme terkait dengan kekuasaan, dan lain
sebagainya. Demokrasi terpimpin lebih diartikan dipimpin oleh kekuasaan seseorang secara
absolut, di bidang ekonomi menjadi tidak berdikari, di bidang politik tidak berdaulat ( diatur
negara-negara yang memberi hutang), kepribadian di bidang budaya terkikis, adat istiadat
leluhurnya dianggap kuno dan usang.
Pada era ini ekonomi liberal sudah mulai menguasai perekonomian Indonesia, sehingga apa
yang dikawatirkan Sukarno terjadi yaitu kemelaratan dan penindasan terhadap masyarakat lemah,
walaupun masih dalam batas-batas tertentu karena kepemimpinan Suharto yang otoriter. Tetapi
akibat krisis moneter tahun 1998 dan keterlibatan asing, Suharto lengser berikut kroninya tetapi

29
Ir. H. Soekarno, Dari Proklamasi sampai Takari, RE-SO-PIM, 1961, Terbitan Berisi Pidato
Proklamasi Diucapkan oleh P.J.M Presiden Republik Indonesia pada tiap tanggal 17 Agustus
sejak tahun 1945 sampai 1965, B.P. Prapantja-Djakarta, 1965, hal. 520
tidak termasuk rejimnya yaitu kapitalis (konglomerat), kapitalis birokrat, elit politik komprador,
dan LSM-LSM komprador. Mereka menyatakan diri sebagai kaum reformis, sehingga sejak 1998
sampai sekarang disebut era reformasi.

4.4 Periode sesudah 1998 - sekarang


Di era reformasi pada awalnya diekspresikan sebagai kebebasan dari ketakutan terhadap
kekuasaan Suharto, termasuk kebebasan mendapatkan referensi terkait dengan Marxisme dan
Marhaenisme, tetapi di balik situasi tersebut tanpa disadari negara di bawa ke situasi tahun 1950-
an. Pemilu 1999 terlaksana dengan sukses, dan mungkin terinspirasi oleh taktik Presiden Sukarno
untuk mengembalikan UUD 1945 (mengubah konstitusi) setelah berhasil melaksanakan Pemilu
1955, DPR dan MPR hasil Pemilu 1999 digunakan untuk mengamandemen Undang Undang
Dasar 1945 sebanyak 4 kali.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi telekomunikasi atau


informasi menyebabkan perubahan revolusioner perilaku manusia, bentuk-bentuk penindasan
berpindah tempat. Pada jaman klasik penindasan kaum buruh dilakukan oleh kaum kapitalis
melalui industri cerobong asap, tetapi sekarang penindasan tidak harus melalui indrustri cerobong
asap. Kemajuan teknologi informasi, industri komunikasi & informasi, tanpa cerobong asap,
membuat penindasan kepada pekerja programer memberikan keuntungan sangat besar kepada
kapitalisnya, seperti Google, Yahoo, Microsoft dan lain sebagainya.

Bentuk industri lain yang belum ada di jaman ekonomi klasik adalah jasa penghubung
(brooker atau makelar), mereka bermodalkan jaringan (networking) dan bekerjasama dengan
menyedia teknologi informasi mampu mengendalikan produsen maupun konsumen. Sebagai
konsekuensi yang timbul akibat spesialisasi dalam industri mengakibatkan saling ketergantungan
terhadap produk industri lainnya menjadi lebih tinggi. Pasar berada dalam dunia maya dengan
kecepatan yang tinggi tanpa mengenal batas-batas negara, misalnya : transaksi barang-barang
konsumen, jasa pemetaan satelit, jasa korespondensi dan iklan (email dan website)

Bagi kaum marxis, perangkat keras selalu lebih penting dari perangkat lunak; revolusi
komputer kini mengajarkan kepada kita bahwa sebaliknyalah yang benar.
Pengetahuhanlah yang mendorong perekonomian, bukan perekonomian yang
mendorong pengetahuan.30

Pendapat Alvin Toffler di atas terlalu disederhanakan, yang dijadikan subyek oleh Marx
bukanlah produk otot (fisik) manusia (sesuai dengan jamannya) tetapi manusia (masyarakat),
apapun yang dihasilkan manusia itulah pokok pembahasan Marx termasuk pekerja otak yang
memproduksi dan mengembangkan ilmu pengetahuan, oleh sebab itu Marx dimasukkan sebagai
pemikir sosiologi klasik walaupun dirinya tidak mau disebut sebagai sosiolog. Pada saat ini kita
tidak mampu menentukan hal mana yang lebih dulu mempengaruhi perkembangan manusia
ekonomi atau pengetahuan? Hal ini seperti telur dengan ayam, mana yang lebih dulu ada?.

Analisa Alvin Toffler untuk masa depan abad XXI terjadi pergeseran kekuasaan yang
bergantung pada tiga pilar sumber daya, yaitu kekerasan (kemampuan atau kekuatan militer),
kekayaan (kapital), dan pengetahuan (ilmu pengetahuan dan teknologi). Keseimbangan akan
terjadi berdasarkan posisi tiga faktor tersebut, setiap negara mempunyai kelebihan masing-

30
Alvin Toffler, Pergeseran Kekuasaan (Bagian Kedua), PT Pantja Simpati, Cetakan Pertama,
Jakarta, 1992
masing di tiga faktor tersebut (lihat gambar Tiga Pilar kekuasaan). Dalam pembahasannya Alvin
Toffler hanya melihat berdasarkan kekuatan-kekuatan negara atau bangsa-bangsa yang dikatakan
sudah maju pada saat ini, disinggung sedikit mengenai kemungkinan bangkitnya agama. Menurut
saya agama (dilembagakan) sulit untuk bangkit karena manusia sudah mempunyai dasar rasio
cukup kuat selama 4 (empat) abad lebih sejak jaman Pencerahan, Renaissance, sampai sekarang
sehingga tidak mungkin agama digunakan lagi untuk landasan menyusun kekuasaan.

Selama tiga ratus tahun sains Barat melukiskan dunia sebagai jam atau mesin raksasa, di
mana sebab-sebab yang dapat diketahui menghasilkan akibat-akibat yang dapat
diramalkan. Ini adalah penggambaran sebuah alam semesta yang determinis dan benar-
benar tertib, yang telah sekali bergerak, akan memprogramkan seluruh tindakan
berikutnya. Jika ini sebuah pelukisan yang akurat mengenai dunia nyata, maka kita semua
akan tak berdaya. Karena jika kondisi awal setiap proses telah menentukan hasilnya, maka
campur tangan manusia tidak akan dapat mengubahnya.31

Untuk menyempurnakan pendapat di atas saya menambahkan perlunya landasan religi pada
setiap individu manusia, agar mendapatkan keseimbangan yang benar-benar selaras antara
spiritual dengan rasionalnya, seperti yang dituangkan pada sila Pertama Pancasila, Ke-Tuhanan
Yang Maha Esa, sehingga kita kita tidak salah membaca arah dan keihklasan menerima
pergerakan alam semesta (rencana Tuhan)32.

TIGA PILAR KEKUASAAN

Ilmu Pengetahuan

Religi

Kekerasan Kapital/
Kekayaan

Globalisasi

Globalisasi lebih dimaknai sebagai globalisasi ekonomi, kalau ada perkembangan


globalisasi budaya, hal itu sebagai konsekuensi dari kemajuan teknologi telekomunikasi dan
informasi, tetapi sumber pokoknya adalah globalisasi ekonomi. Bentuk nyata Globalisasi
ekonomi yang banyak dipahami masyarakat adalah ekonomi pasar/perdagangan bebas (demi

31
Alvin Toffler, Pergeseran Kekuasaan (Bagian Kedua), hal. 268.
32
Didiek Poernomo, Pancasila & Sumber-Sumber Peradaban Yang Digali, Perkumpulan
Renaissance Indonesia, Jakarta, 2010
akumulasi modal) ataupun kapitalisme global. Kaum kapitalis merasa memenangkan Perang
Dingin, sehingga setelah runtuhnya blok komunis Uni Soviet dan Eropa Timur memicu kaum
kapitalis mengembangkan kapitalisme global atau globalisasi ekonomi yang diawali dengan
pertemuan General Agreement on Trade and Tarrif (GATT) di Maraquesh, Maroko, 1993, pada
8 Desember 1994 disepakati GATT menjadi WTO (World Trade Organization) yang
menjalankan fungsinya sebagai badan pengawas perdagangan bebas dunia. Lembaga-lembaga
keuangan trans-nasional lainnya yang digunakan sebagai instrumen kapitalisme global, antara
lain : International Monetery Fund (IMF), Bank Dunia (The World Bank), Asian Development
Bank (ADB), dan lain-lain.

Kapitalisme klasik wilayah operasinya hanya dalam satu negara atau regional, tetapi
kapitalisme global melintasi batas-batas wilayah negara. Dengan modus pasar bebas perusahaan-
perusahaan multinasional beroperasi di wilayah lintas negara, untuk kepentingan operasinya
mereka memerlukan kenyamanan. Untuk itu melalui lembaga-lembaga keuangan trans-nasional
sebagai negara peminjam (donor), mereka melakukan intervensi terhadap peraturan dan
perundang-undangan negara sasaran. Secara substansif perilaku kapitalisme global sama dengan
bentuk imperialisme tanpa kolonisasi secara fisik atau neo-imperialisme. Contoh salah satu
kegiatan tersebut seperti yang diungkapkan oleh John Perkins dalam bukunya ”Confessions of an
Economic Hit Man, Pengakuan Seorang Ekonom Perusak”, dia ditugaskan oleh Bank
Pembangunan Asia dan USAID untuk memberikan ide penyesatan pada pembangunan infra
struktur, seperti di Indonesia membangun fasilitas kelistrikan yang tidak mungkin mampu
mengembalikan biaya investasinya.33

Melalui IMF dan Bank Dunia, negara-negara berkembang didorong untuk membuka diri
menerima modal asing, diberi pinjaman dengan bunga yang sangat tinggi, berakibat lumpuhnya
perkembangan usaha lokal. Krisis keuangan diakhir tahun 1990-an, membuat ekonomi Indonesia
terpuruk dan pada waktu itu pemerintah mengundang IMF sebagai dokter, tetapi dengan berbagai
persyaratan yang makin memperpuruk bahkan menindas rakyat. Prof. Joseph Stiglitz, mantan
penasehat senior Bank Dunia mengatakan bahwa kemajuan Korea Selatan dan Malaysia jauh
lebih besar daripada Indonesia oleh karena tidak mengikuti resep IMF. IMF sebagai sarana
pelaksanaan ideologi ekonomi AS yang tertuang dalam ”Washington Consensus” yang
bermuatan globalisasi, liberalisasi dan privatisasi. Untuk Indonesia menjadi lebih parah tingkat
kerusakannya karena tingginya derajat Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).

Kalau Sukarno dalam sidang kabinet setelah terjadi Gestok 1965 mengatakan revolusi
Indonesia mundur 20 tahun, maka era reformasi menyebabkan Indonesia mundur ke jaman
penjajahan. Indikator perubahan yang paling mendasar adalah amandemen Undang-Undang
Dasar 1945, karena dengan perubahan substansi konstitusi akan merubah ketatanegaraan, sistem
ekonomi, sistem budaya, dan sistem hukum34. Dalam proses amandemen UUD 1945 terindikasi
keterlibatan asing seperti yang dilakukan Andrew Ellis, konsultan senior NDI (National
Democratic Institution), dalam rapat-rapat PAH I BP MPR.35 Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) bukan lagi merupakan lembaga tertinggi, Perubahan pasal 33 misalnya, menjadi berwatak
liberal, bentuk implementasinya seperti : Penghapusan pemanfaatan bahan bakar minyak tanpa

33
John Perkins, Confessions of an Economic Hit Man, Pengakuan Seorang Ekonom Perusak,
Abdi Tandur, Jakarta,2005
34
Prof. Dr. A.S.S Tambunan SH, Tentang Demokrasi Indonesia, Makalah, 27 Maret 2004. Oleh
karena itu dalam makalah ini hasil amandemen UUD 1945 disebut sebagai UUD 2002
35
Amin Aryoso. SH & dkk, Ancaman Terhadap Jati Diri Bangsa, Lewat Politik”Adu Domba
dan Kuasai” dari Nekolim, Yayasan Kepada Bangsaku, Jakarta, 2008
mengutamakan kepentingan rakyat36, privatisasi beberapa BUMN, penanaman modal asing tanpa
batas, perubahan undang-undang terkait dengan kekayaan alam (UU Migas, UU Sumber Daya
Air, dsb).

Demokrasi dan Ketatanegaraan

Demokrasi Indonesia berdasarkan UUD 1945 tidak menganut trias politika secara penuh
karena ada peran MPR sebagai lembaga tertinggi yang mewakili rakyat dari berbagai kekuatan
sosial politik (partai politik, golongan, fungsional, utusan daerah). Di bawah ini pendapat dari
Prof. Dr. A.S.S Tambunan SH mengenai demokrasi di Indonesia :37

Kalau di pedesaan seluruh rakyat secara gotong royong bersama-sama merundingkan dan
memutuskan masalah-masalah pokok yang menyangkut kehidupan di desanya, maka begitu
juga di tingkat negara. Seluruh masyarakat yang diwakili oleh utusan-utusan dari seluruh
lapisan, golongan dan organisasi yang ada dalam masyarakat Indonesia secara gotong
royong bersama-sama membahas dan memutuskan masalah-masalah pokok yang
menyangkut hari depan kehidupan negara. Hal itu menjelma dalam pengorganisasian
negara terutama di MPR.

Gambar diagram struktur ketatanegaraan berdasarkan UUD 1945, pemerintah terdiri dari DPR,
Presiden, BPK, DPA, dan MA. Kelima lembaga negara tersebut dikepalai oleh presiden sebagai
kepala pemerintahan dan kepala negara-Madataris MPR. Apabila terjadi konflik diantara
lembaga negara, MPR dapat melakukan tindakan penyelesaian. Untuk kondisi masyarakat
Indonesia Demokrasi Terpimpin berdasarkan UUD 1945 paling ideal diterapkan, mengingat
situasi keberagaman sosial budaya dan wilayah kepulauan, sehingga tidak ada ketegangan tetapi
kegotong-royonganlah yang diutamakan.

36
Saya tidak menggunakan istilah ”subsidi” karena kata tersebut menyesatkan seperti pada
penjelasan Bab Pendahuluan
37
Prof. Dr. A.S.S Tambunan SH, Tentang Demokrasi Indonesia.
STRUKTUR KETATANEGARAAN
BERDASARKAN UUD 1945

RAKYAT PEMEGANG
KEDAULATAN

UTUSAN
GOLONGAN
UTUSAN
DAERAH
MAJELIS
PERMUSYAWARATAN
RAKYAT

MANDAT

PRESIDEN DEWAN
DIBANTU PERWAKILAN
MAHKAMAH BPK DPA
WAKIL PRESIDEN RAKYAT
AGUNG
YUDIKATIF EKSEKUTIF LEGISLASI

STRUKTUR KETATANEGARAAN
SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945/UUD 2002

RAKYAT PEMEGANG
KEDAULATAN

AMANDEMEN UUD
1945/UUD 2002

MPR

DEWAN DEWAN PRESIDEN & BPK


PERWAKILAN PERWAKILAN MK - MA - KY
RAKYAT DAERAH
WAPRES

LEGISLATIF EKSEKUTIF YUDIKATIF


Sistem demokrasi berdasarkan Amandemen UUD 1945/UUD 2002 bersifat liberal
individulisme. Pada praktek pelaksanaannya sama dengan demokrasi parlementer daripada
presidensiil, kebijakannya lebih kepada untuk kepentingan pemodal/kapitalis daripada ke rakyat.
Struktur ketatanegaraan tidak mempunyai lembaga tertinggi (MPR dalam UUD 1945 sebelum
diamandemen) seperti pada diagram di atas, setiap lembaga negara dapat melaksanakan
kekuasaannya sesuai dengan persepsinya masing-masing, apabila terjadi konflik antar lembaga
tersebut tidak ada lembaga yang lebih tinggi yang dapat menyelesaikannya. Rezim Reformasi
telah melanggar norma moralitas berbangsa dan bernegara karena hasil Amandemen UUD 1945
masih menggunakan nama UUD 1945, walaupun substansinya sudah jauh berbeda, sehingga
masyarakat awam menjadi lebih tidak melihat adanya perubahan UUD, dan prosedur amandemen
yang tidak memenuhi prosedur hukum.

Pelaksanaan Amandemen UUD 1945/UUD 2002 mengalami berbagai permasalahan, antara


lain :

1. Beberapa nilai-nilai mendasar Pancasila dalam pembukaan UUD1945 tidak


terakomodasi pada batang tubuh Amandemen UUD 1945/UUD 2002
2. Ekploitasi kekayaan alam tidak terencana dan tidak terkendali
3. Konflik antar lembaga tinggi negara yang tidak mudah diselesaikan
4. Dis-koordinasi di semua sektor, contoh : penanganan sektor pertambangan, penanganan
bencana alam, pembangunan infrastruktur, dsb
5. Permasalahan dalam Pemilu, Pemilu KaDa
6. Pemimpin terpilih tidak memuaskan dan tidak bersifat amanah
7. Perekonomian masyarakat merosot, kesenjangan sosial makin lebar, dan lain-lain.

Kerusakan tatanan berbangsa dan bernegara sebagai akibat kesalahan merubah konstitusi oleh
intervensi kekuatan Barat, yang kurang memperhitungkan karakteristik bangsa dan geografi
Indonesia. Pada kenyataannya kondisi itu tidak menguntungkan Barat seperti pada kasus Irak &
Afganistan, dan peradaban manusia, yaitu rusaknya lingkungan.

Wilayah Nusantara pernah menjadi pusat peradaban manusia, seperti yang diteorikan oleh
Stephen Oppenheimer, Prof. Arysio Santos dari Brasil, dan bertebarannya benda arkeologi
Sarkofagus (kebudayaan Mesir kuno) di Sumatera, Kalimantan, Bali & Sumbawa, situs Batu
Jaya & Muaro Jambi menunjukkan bukti-bukti adannya interaksi antar manusia ribuan tahu yang
lalu di Nusantara. Oleh karena itu sejarah peradaban Nusantara yang disajikan pada pendidikan
sekolah perlu dikoreksi.

INDONESIA DI MASA MENDATANG

Kalau di era Perang Dingin dunia terbagi menjadi dua kutub ideologi yaitu Kapitalis dan
Sosialis (Komunis), sekarang situasi dunia terbagi karena persaingan ekonomi antara kelompok
Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan kelompok China, India, Rusia, Brasil.
Kegagalan globalisasi ekonomi diikuti yang diikuti dengan globalisasi di segala bidang pada
akhirnya merugikan Barat, yang terjadi adalah capital flight, transfer teknologi secara cepat, dan
fundamentalisme pasar dengan praktek ekonomi gelembung mengakibatkan krisis moneter dan
resesi dunia (barat khusnya) dimulai dari jatuhnya Wall Street pada tahun 2008. Kontraksi
ekonomi ini tidak terlalu besar dampaknya yang dirasakan oleh rakyat Amerika Serikat pada saat
itu, salah satu contoh karena harga bahan bakar (gasoline) setara Pertamax turun dari berkisar US
$ 4 menjadi berkisar US$ 2 per galon. Kondisi tersebut tentunya membuat efek domino
penurunan harga-harga barang yang lain, ditambah lagi pemerintah Obama berjuang untuk
melakukan bail out US$ 700 milyar pada sektor main street (untuk kepentingan rakyat termasuk
asuransi dan santunan pengangguran/wellfare). Hal ini menunjukkan adanya intervensi
pemerintah Amerika Serikat dalam mengendalikan ekonomi, jadi tidak murni mengetrapkan
ekonomi liberal sebagaimana negara kapitalis, seperti yang digambarkan pada faham kapitalisme
klasik, dan pergeseran ini membuktikan kebenaran teori Karl Marx mengenai perkembangan
historis materialisme (gambar perkembangan spiral). Peristiwa di Amerika Serikat berbeda
dengan kondisi di Indonesia pada waktu terjadi krisis yang sama, barang-barang kebutuhan
menjadi melambung tinggi menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat, seperti digambarkan
karikatur pada harian Kompas 15 Januari 2011. Masyarakat Indonesia khususnya kalangan
bawah resisten terhadap krisis ini bukan karena fundamental ekonominya yang baik tetapi karena
dukungan budaya dan kekayaan alamnya. Penjelasan di atas dimaksudkan untuk menjelaskan
bahwa fungsi negara apapun bentuk dan sistemnya seharusnya mementingkan kepentingan
rakyatnya seperti tercantum pada sila ke empat Pancasila yaitu Kerakyatan.

Kita mengetahui modal (capital) dan sebagian besar fasilitas produksi industri di Eropa dan
Amerika Serikat dipindahkan ke China, barang-barang bermerek Eropa dan Amerika Serikat
dibuat di Cina (made in China) mulai dari peralatan rumah tangga, pakaian, tool, peralatan
instrumen, peralatan komunikasi & elektronik, industri otomotif, dan sebagainya. Karena tidak
dilindungi oleh hukum yang memadai, selanjutnya Cina meniru produk Barat tersebut dan dijual
di pasar yang sama dengan harga yang jauh lebih murah. Masyarakat Eropa dan Amerika dari
mana teknologi itu berasal menjadi konsumen murni, modal atau kapital tidak mampu
menghambat kondisi tesebut. Hal ini dialami juga oleh rakyat Indonesia hampir semua produk
pakaian yang dijual di pasar Tanah Abang, Mangga Dua, Pasar Turi dan Pasar Atom Surabaya
adalah produk Cina, industri pakaian dalam negeri banyak yang gulung tikar ”Pemerintah harus
membatasi produk Cina supaya produk dalam negeri punya nilai jual”, ujar Sang Khiong,
pedagang di ITC Mangga Dua, Jakarta Pusat.38 Contoh yang lain : pada awalnya Bawang Putih
impor dari Cina dijual murah Rp. 4,000 per kilogram setelah petani Bawang Putih lokal sekarat
harganya meningkat di atas Rp. 15,000 per kilo gram, buah-buahan impor membanjiri pasar dan
kios-kios buah. Barang-barang konsumen impor dijual murah walaupun kwalitasnya sangat
rendah, mematikan industri dalam negeri sehingga terjadi proses deindustrialisasi yang diikuti
membengkaknya angka pengangguran. Untuk mengembalikan kemampuan produksi barang
memerlukan modal, waktu, dan usaha keras, yang tidak dilakukan oleh pemerintah Indonesia
sekarang ini, ketahanan nasional di sektor konsumsi bahan pangan dan sandang sangat rawan dan
rentan terhadap krisis. Resesi sebagai dampak situasi seperti di atas dialami masyarakat Barat dan
Jepang sampai akhir tahun 2010 bahkan mungkin berjalan terus sampai waktu yang tidak
menentu.

38
Harian Kompas, artikel “Omzet Turun” 28 Desember 2010, hal 2.
Sumber : Harian Kompas 15 Januari 2011
Yang patut disesalkan adalah perilaku sebagian warganegara keturunan Cina, baik yang
bergerak disektor jasa maupun manufaktur, dalam kehidupan sehari-hari tidak menunjukan rasa
nasionalisme sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Dengan kekuatan jaringan mereka menguasai
semua sektor ekonomi retail dari tingkat desa sampai nasional, di tingkat desa warung-warung
kecil sekarat, dan memasukan barang-barang produk Cina melalui jaringan retail tersebut, tentu
hal ini dapat diargumentasi kesyahannya dengan situasi kebijakan pemerintah tentang pasar
bebas. Saya mengindikasikan adanya usaha-usaha mendominasi ekonomi Indonesia oleh
kelompok-kelompok tersebut tanpa didasari nasionalisme (kepentingan nasional), dasar
pemikiran ini dapat menjelaskan mengapa Indonesia belum mampu membuat kendaraan sendiri ?
Sepeda motor Vespa (Piagio-Italy) pernah diproduksi di India dan Indonesia, India dapat
mengembangkan jadi produk Bajaj sedangkan Indonesia tidak!, Malaysia mempunyai Proton dari
pengembangan produk Mitsubishi sedangkan Indonesia tidak!, pengusaha-pengusaha otomotif
yang perlu dimintai tanggungjawab, yang hanya cari keuntungan tanpa memperdulikan
kepentingan kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh lain yang mudah dilihat adalah
membawa hasil korupsi dan manupulasi ekonomi ke luar negeri, seperti tidak ada keterikatan dan
tanggungjawab sebagai warganegara. Saya tidak bermaksud mengenaralisir situasi ini tetapi
kenyataan ini sangat mudah dilihat oleh orang awam sekalipun. Nuansa eksklusif kelompok kecil
etnis Cina sangat mencolok, dari mulai letak eksklusif perumahannya sampai dengan pandangan
rendah terhadap insan Peribumi dalam hubungan kerja. Situasi ini mungkin karena masih adanya
perlakuan pemerintah Hindia Belanda yang mendudukkan etnis Tionghoa di atas masyarakat
Peribumi, mudah-mudahan pendapat ini tidak berjalan terus.

Seperti yang dicatat oleh Fujitsu Research di Tokyo (Naisbitt, 1997:19-20) yang
mengamati daftar perusahaan-perusahaan di 6 (enam) negara kunci di Asia, di dalamnya
di gambarkan betapa perusahaan-perusahaan tersebut secara mayoritas dikuasai oleh
etnis China perantauan, misalnya, Thailand sebanyak 81%, Singapura sebanyak 81% di
Indonesia sebanyak 73% dan lain-lain.39

Situasi tersebut di atas menjadi tantangan yang harus dihadapi bangsa ini sekarang dan masa
depan yang semakin berat dan kompleks, permasalahan di atas menjadi semakin rumit dengan
diimplementasikannya China Asean Free Trade Agreement (CAFTA) yang sudah mulai
berlaku sejak awal tahun 2010 serta adanya pandangan solidaritas kepada tanah leluhur.

Untuk tidak mengulang sejarah dari jaman kolonial peristiwa 9 Oktober 1740 di Batavia
sampai dengan kerusuhan Mei 1998, di mana etnis Cina menjadi sasaran amuk massa, terlebih-
lebih situasi internasional yang sedang bersitegang antara kekuatan ekonomi negeri Tiongkok
dengan ekonomi Barat, belum terlambat rasanya untuk bersikap lebih arif demi kepentingan
nasional dan kemanusiaan. Mungkin Presiden Sukarno berdasarkan catatan sejarah sudah
memprediksikan situasi tersebut di atas sehingga untuk membatasi peran mereka di bidang
ekonomi bagi keturunan asing agar tidak mengulang tragedi buruk kemanusiaan dengan
menerbitkan PP No.10/1959 tentang Larangan Bagi Usaha Perdagangan Kecil Eceran yang
bersifat asing di luar Ibukota Daerah Swatantra tingkat I, II, serta Karesidenan. Tentu tidak bisa
disamakan maknanya dengan penerbitan PP No. 14/1967, yang berisi larangan kegiatan
keagamaan, kepercayaan, dan adat Cina di Indonesia, didasari oleh tuduhan keterlibatan RRT
pada tragedi 1965.

39
Dikutip dari : http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/09/24/peranan-etnis-china-dalam-
pertumbuhan-bisnis-indonesia/
Sebagai bangsa kita sudah mempunyai ideologi Pancasila dan Konstitusi (Hukum Dasar
Negara) Undang-Undang Dasar 1945 dan teritorial dari Sabang sampai Merauke. Untuk keluar
dari krisis dalam berbangsa dan bernegara, kita harus melanjutkan revolusi Indonesia seperti
yang pernah dibuat tahapannya oleh Sukarno, dengan segera mengembalikan ideologi dan
konstitusi proklamasi :

Pancasila sesuai Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi, dan Undang-Undang Dasar
1945 sebagai hukum dasar dalam berbangsa dan bernegara (National and Character
Building)

Sebagai konsekuensi kembalinya konstitusi proklamasi maka perlu pemilu untuk memilih
anggota DPR yang baru, karena retooling tidak akan menaikkan kwalitas anggota DPR,
penegakan hukum harus dilaksanakan dengan benar (law enforcement), sistem demokrasi
disesuaikan dengan budaya dan perkembangan masyarakat, memperbaiki alam yang telah
dirusak akibat eksploitasi kekayaan alam, menggali dan memperdalam kebudayaan lokal, oleh
karena itu tahapan ini disebut Periode Rehabilitasi.

Di masa mendatang bangsa yang besar dan kuat adalah bangsa yang hidup di daerah yang
kaya sumber daya alam, menguasai teknologi, dan mampu mempertahankan wilayahnya.

Petanian, Perikanan, Perkebunan, dan Peternakan

Indonesia sebagai negara agraris dan kepulauan dengan kekayaan sumberdaya alam dengan
tingkat kesuburan tanah yang tinggi serta keanekaragaman hayati. Kesuburan tanah dan kekayaan
lautan ini pula yang membuat keunggulan komparatif Indonesia dibandingkan dengan negara
lain. Keunggulan komparatif ini yang seharusnya dipertahankan untuk menaikan keunggulan
kompetetif. Sebagian besar rakyat Indonesia hidup sebagai petani dan nelayan, dan tingkat
ekonomi mereka termasuk masih rendah bahkan miskin. Dari wawancara dengan beberapa petani
di daerah Bekasi sampai Cikampek, lahan persawahan sudah dimiliki oleh orang Jakarta, bukan
dimiliki warga setempat apalagi petani penggarap.

Tenaga produktif di sekitarnya hanya sebagai buruh tani dan buruh musiman saja,
sementara budaya konsumtif sudah melanda pola hidup mereka, kepemilikan mobile phone (
Hand Phone) menjadi keharusan dengan biaya operasi (pulsa) cukup tinggi hanya untuk chating
atau komunikasi yang tidak produktif. Kondisi sosial masyarakat Indonesia sudah banyak
berubah, kalau dulu pekerja kasar atau pembantu rumah tangga pulang kampung membawa uang
untuk modal bertani, beternak, atau memperbaiki rumah tetapi sekarang mereka pulang kampung
dengan membawa Hand phone, membeli sepeda motor, dan ongkos pulang balik secukupnya,
hasil jerih payah bekerja dihabiskan untuk membeli pulsa. Keseriusan, ketekunan, dan kejujuran
dalam bekerja jauh merosot dalam 2 (dua) dekade belakangan ini.

Seorang pemodal bisa memiliki puluhan hektar lahan sawah dan perkebunan dalam bentuk
sertifikat hak milik yang dipecah menjadi beberapa lembar serfitikat dengan luas 2 (dua) hektar
bersertifikat hak milik atas tanah. Lahan-lahan yang tidak dibudidayakan harus difungsikan atau
dijadikan hutan kembali, dan sebagainya. Untuk mengatasi problematika ini, perlu adanya
penegakan hukum terkait dengan pengelolaan tanah sesuai dengan Undang-Undang Pokok
Agraria No.5 tahun 1960.

Di bidang pertanian sebagai negara agraris yang mempunyai keunggulan komparatif inilah,
pemerintah harus menggunakan pendekatan sektor pertanian dengan pengelolaan yang
terintegrasi (integrated farming). Sistem pengelolaan terintegrasi merupakan penerapan usaha
tani terpadu melalui pendekatan low external input antara ternak dan tanaman. Sistem ini sangat
menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan hijauan pakan atau limbah pertanian sebagai
pakan, selain menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Sistem pengelolaan terintegrasi juga dapat mengurangi input produksi dengan mengolah kotoran
ternak menjadi kompos. Pupuk kompos selanjutnya digunakan untuk pemupukan tanaman atau
dapat dijual kepada petani lain atau masyarakat yang membutuhkannya. Usaha tani terintegrasi
menerapkan pendekatan sistem dalam satu kesatuan daur produksi.

Pada intinya integrated farming sangat menguntungan masyarakat karena dapat


mengurangi biaya input produksi, meningkatkan output produksi yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan dan ketahanan pangan. Koperasi harus dikelola oleh tenaga-tenaga
profesional dan terbuka, sehingga mampu menyerap tenaga kerja produktif setiap unit koperasi
minimal 6 orang tenaga trampil. Dan satu lagi yang tidak boleh dilupakan adalah integrated
farming merupakan pengelolaan pertanian ramah lingkungan yang dapat mengurangi pemanasan
global. Pola dan metodologi integrated farming dapat digunakan pada sektor perikanan,
peternakan, dan perkebunan.

PEMERINTAH/
BULOG

= Saprotan Kembalikan Modal


Rencana Teknis
= Biaya Manajemen & Keuntungan
& Biaya

UNIT KOPERASI
KELOMPOK TANI

= Saprotan Hasil Hasil


= BimTek Penjualan Produk Prduksi

PETANI
PESERTA PROGRAM

Gambar : Hubungan Pemerintah, Koperasi Petani, dan Petani

Kondisi pertanian Indonesia saat ini sangat memperihatinkan, rejim reformasi dan sistem
tatanegara yang liberal membiarkan petani bertarung dengan kekuatan modal tanpa perlindungan
dan bimbingan dari pemerintah, pemerintah tidak memperdulikan infrastruktur pertanian secara
baik sebagai contoh tidak ada penambahan atau perbaikan system irigasi menjadi lebih baik,
tidak ada pengembangan bibit unggul, tidak ada pengembangan teknologi/mekanisasi pertanian,
makin miskinnya petani dan buruh tani dan diikuti membengkaknya urbanisasi dari desa ke kota.
Pemerintah menerbitkan berbagai konsep pengembangan pertanian antara lain Revitalisasi
Pertanian, Go Organik, permodalan pola Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL atau
CSR- Corporate Social Responsibility ), subsidi pertanian, dan lain-lain.

Kita perhatikan prosentase kredit perbankan nasional di sektor pertanian di bawah ini :

Kredit Perbankan untuk Pertanian 1999-2003 (Rp. Miliar)


Tahun Nasional Pertanian %
1999 225.133 23.777 10,56
2000 269.000 19.503 7,25
2001 307.594 20.863 6,78
2002 365410 22.332 6,11
2003 432.230 23.950 5,54
Sumber : BPS

Alokasi Penyaluran Kredit Perbankan Nasional 2004-2008 (%)

Sektor Ekonomi Tahun


2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Pertanian 5.54 5.92 5.34 5.70 5.68 5.14 5.21
Pertambangan 1.16 1.40 1.17 1.78 2.62 2.46 2.46
Perindustrian 28.11 25.90 24.62 23.23 20.52 20.74 20.87
Perdagangan 19.24 20.21 19.53 20.63 21.64 19.85 19.51
Jasa Listrik, konstruksi, pengangkutan 20.35 7.80 7.50 8.51 8.86 10.69 10.64
Jasa Lain 25.59 38.77 41.83 40.16 40.68 41.11 41.32
Total 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : Bank Indonesia dalam Aviliani (2009)

menurunnya dan kecilnya presentase kredit bukan berarti petani dalam usahanya menggunakan
modal sendiri, kemungkinan modal berasal dari tengkulak, pengijon dan tuan tanah. Contoh
lainnya program go organik & subsidi pupuk organik, industri pupuk organik tidak
dikembangkan dengan baik tetapi pengadaan dan regulasinya dilakukan oleh BUMN yang
berakibat menghambat pertumbuhan industri kecil pupuk organik di berbagai daerah.

Dalam rangka mengantisipasi situasi politik ekonomi internasional dan mempertahankan


kedaulatan serta eksistensi bangsa Indonesia, pemerintah harus segera memperkuat ketahanan
pangan dengan memperdayakan masyarakat semaksimal mungkin dengan memperkecil
keterlibatan pemerintah dalam produksi hasil pertanian, untuk itu pola Pertanian Terpadu yang
paling sesuai untuk dilaksanakan, di mana semua bahan pertanian diproduksi secara
desentralisasi atau cluster. Di setiap wilayah dengan luas area pertanian tertentu harus mampu
memproduksi bibit, pupuk organik, alat pertanian, membangun infrastruktur tertier,
menumbuhkan kembali lumbung-lumbung padi. idealnya minimum setiap Unit Koperasi Petani
mengelola lahan pertanian 100 Ha.
Pencemaran Air & Tanah Turun
Kesuburan Tanah Naik
Keanekaragaman Hayati Tersedia Baku Air Minum
Tambah Tersedia Baku Air Rumah Tangga
Biaya Input Produksi Turun Mengurangi Global Warming Terhindar dari Zoonosis
Produktivitas Hasil Naik NILAI KESEHATAN
NILAI EKOLOGI
Lapangan Kerja Baru
Nilai Tambah Hasil
Pertanian
Menghemat Devisa
INTEGRATED FARMING / NILAI SOSIAL
NILAI EKONOMI PERTANIAN TERPADU
Angka Pengangguran Turun
Angka Kemiskinan Turun
Mencegah Urbanisasi
Mencegah Konflik sosial
Swasembada Pangan & Pupuk
NILAI EDUKASI
NILAI WISATA

AGRO EDUKASI
WISATA AGRO
Peluncuran kosep atau kebijakan pemerintah pada kenyataannya tidak ada keberpihakan
kepada petani, hal ini terbukti dengan lesunya kegiatan pertanian, makin menurunnya
kemampuan ekonomi petani. Perhatikan tabel perhitungan biaya produksi padi untuk satu kali
masa panen di bawah ini :

BIAYA PRODUKSI PADI PER HEKTAR

URAIAN NILAI
1 Pengolahan Lahan Rp. 600,000.0
2 Bibit Rp. 640,000.0
3 Pemupukan Rp. 1,390,000.0
4 Pestisida/obat-obatan Rp. 270,000.0
5 Upah Pemeliharaan Rp. 2,000,000.0
6 Pemanenan Rp. 1,200,000.0

Total Rp. 6,100,000.0

Biaya produksi padi di atas tidak termasuk sewa lahan sawah (kalau diperhitungkan), apabila
harga jual gabah kering panen Rp. 2,200 per kg dengan hasil panen rata-rata 5 ton per hektar
maka pendapatan petani total Rp. 11,000,000,-. Berdasarkan perhitungan di atas pendapatan
petani kurang lebih Rp. 815,000,- perbulan, bisa kita perkirakan pendapatan buruh tani yang
tidak punya lahan. Apalagi bila kita pada kenyataan di masyarakat pertanian kesulitan
mendapatkan modal untuk bertanam dimanfaatkan oleh pengijon dan tengkulak, dan berbagai
mafia mulai dari mafia pupuk, bibit, dan off taker, dan sebagainya. Dengan kondisi di atas
jelaslah bahwa masyarakat pertanian masih sangat miskin, untuk itu perlu intensifikasi dan
pengelolaan yang baik dalam dunia pertanian, integrated farming solusinya sehingga mandiri
dalam bertani untuk mampu meningkatkan produksi padi kering panen minimal 7-8 ton per masa
tanam. Dengan analogi pola pengelolaan yang sama dapat dilakukan pada bidang peternakan,
perikanan & nelayan, dan perkebunan.

Untuk mengantisipasi perubahan situasi sosial, politik, dan ekonomi internasional, bangsa
Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi konsekuensi gejolak internasional tersebut, agar
tetap dapat bertahan dan memanfaatkan situasi dengan optimal. Seperti kita ketahui dalam
pertemuan G-20 di Seoul 12 November 2010 tidak memberikan jaminan pelaksanaan
kesepakatan untuk memberikan keseimbangan perdagangan antar negara, barat tidak mampu
membendung kejayan Asia yang dipimpin Cina.40 Peristiwa penembakan arteleri Korea Utara ke
Pulau Yeonpyeong wilayah Korea Selatan Selasa 23 November 2010 merupakan indikasi
kegagalan kesepakatan G-20 di Seoul. Peningkatan anggaran pengadaan persenjataan dan
penggalangan aliansi sangat intensif, seperti kesepakatan yang digalang Barack Obama terhadap
India dan Indonesia, ajakan pemerintah China kepada sekutunya untuk tidak menghadiri
pemberian Nobel kepada pembangkang Republik Rakyat China. Geopolitik, geomiliter, dan
resourses Indonesia sangat strategis di kawasan Asia Pasifik. Seandainya terjadi konflik fisik di
kawasan Asia Pasifik, politik luar negeri Indonesia harus tetap berpegang pada amanat
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu bebas aktif.

Tambahan lagi, China tidak akan tunduk begitu saja dengan tekanan AS, sebab mereka
menilai negara adidaya itu tak mengelola kebijaksanaan perdagangannya sesuai dengan
prinsip-prinsip bisnis. Perlawanan itu terlihat dalam berbagai pernyataan para pejabat
pemerintah China. Pada akhirnya, kita mencemaskan kesepakatan-kesepakatan normatif
tidak akan berlaku lagi, lantaran nuansa kepentingan nasional sudah sangat kuat. Yang
terpukul kemungkinan besar adalah negara-negara berkembang yang menjadikan negara-
negara maju sebagai pasaran ekspornya. Selayaknya, kita harus mempersiapkan diri
dengan perkembangan yang terburuk. Tidak usah dengan membuat strategi ini atau
strategi itu, sebab kenyataannya itu cuma gaya di konsep saja.41

Melihat ke belakang sejarah Sumpah Pemuda yang melahirkan bangsa Indonesia oleh
pemuda-pemudi Bumi Putera, bahwa kekuatan sosial politik Indonesia adalah Bumi Putera, jadi
membangkitkan kembali nilai-nilai sosial budaya Bumi Putera akan memperkokoh persatuan.
Menggali dan mengembangkan nilai-nilai kearifan dan budaya lokal (adat istiadat lokal) perlu
dilaksanakan, dengan motto Bhineka Tunggal Ika dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, bangsa
Indonesia tidak mudah disusupi kepentingan asing. Kerajaan Majapahit menjadi kuat karena
memberikan apresiasi kepada nilai-nilai lokal wilayahnya, bukan negara sektarian. Kerajaan-
kerajaan di Nusantara berlandasaskan sektarian tidak pernah menjadi besar, dimulai sejak
Salakanagara (Hindu) abad IV, Mataram Hindu abad VIII sampai dengan Kesultanan Demak dan
Mataram Islam abad XVI –medio XX, hal ini merupakan fakta sejarah.

Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Salah satu tugas terpenting generasi sekarang adalah mempersiapkan generasi penerus yang
mampu melaksanakan kesinambungan revolusi menuju masyarakat adil dan makmur. Untuk itu
faktor pendidikan atau human skill invesment di segala bidang sangatlah penting, kemampuan
bersaing dan mempertahankan diri dari serbuan bangsa lain harus ditingkatkan sesuai dengan
perkembangan jaman. Kesempatan mendapatkan pendidikan sampai batas kemampuan bagi
seluruh rakyat Indonesia menjadi tanggungjawab negara, berapapun ongkosnya. Tidak

40
KOMPAS, Kejayaan Asia Makin Terasa, Rabu 10 November 2010 – Hal. 10
41
http://www.sinarharapan.co.id/berita/content/read/dunia-yang-penuh-kepalsuan/
sepatutnya institusi pendidikan dijadikan Badan Usaha yang mencari keuntungan, biaya
pendidikan harus semurah mungkin.

Di Sekolah Dasar sampai Sekolah Menegah Atas, buku pelajaran utama disediakan oleh
sekolah seperti pada saat penulis duduk di bangku Sekolah Dasar tahun 1960-1970-an , tidak
seperti sekarang setiap tahun ganti buku padahal materi dasar mata pelajaran pokok (Matematika,
Fisika, Biologi, Kimia, dan lain-lainnya) tidak berubah, sehingga memberatkan rakyat untuk
mendapatkan pendidikan karena biayanya mahal. Masih banyak lagi hal-hal yang harus
diperbaiki dalam bidang pendidikan termasuk memberikan kehidupan yang selayaknya kepada
tenaga guru atau pengajar, fasilitas belajar mengajar yang lebih baik, dan lain sebagainya.

Penguasaaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh bangsa sendiri, akan mewujudkan
Trisakti Bung Karno : Berdikari di bidang Ekonomi karena mampu mengelola kekayaan alam
secara mandiri untuk kesejahteraan rakyat, Berdaulat dalam bidang Politik karena mampu
mengatur kehidupan sosial politik tanpa campur tangan bangsa lain, dan Berkepribadian di
bidang Budaya karena kebudayaan merupakan ekspresi dari jiwa manusia dalam memaknai arti
hidup di dunia.

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari industri. Tenaga kerja
(buruh) berkualitas dalam industri sangatlah penting, sumberdaya manusia merupakan salah satu
aset industri dalam berinvestasi. Pendidikan sumberdaya manusia yang baik akan menunjang
industri yang komptetif dengan kwalitas tinggi, serta mampu mengikuti perkembangan teknologi.
Kenyataan yang terjadi dewasa ini, cukup banyak tenaga terdidik harus bekerja di luar negeri
karena tidak ada tempat untuk mengetrapkan ilmunya dan pendapatan yang sangat rendah tidak
sesuai dengan kwalifikasinya. Hal ini dialami teman-teman penulis berkeahlian di bidang
teknologi perminyakan & Gas, penerbangan dan manufaktur berteknologi tinggi. Sementara
kekosongan tenaga kerja terlatih dan terdidik akan diambil oleh tenaga-tenaga dari Cina dan
India, sebagai bagian dari syarat atau konsekuensi pinjaman/kredit ekspor dari negara-negara
tersebut dengan upah yang sangat rendah untuk kualifikasi yang sama. Situasi tersebut di atas
sangat membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara di masa mendatang, pemimpin
bangsa harus memperhitungkan keadaan tersebut. Cina dan India merupakan negara maju dengan
jumlah penduduk besar, persentase kesenjangan sosial kemiskinan kedua negara tersebut
mungkin kecil tetapi dari segi jumlah sangat besar, dan untuk mengurangi kesenjangan itu
meraka memanfaatkan kredit ekspor yang diberikan kepada Indonesia seperti yang saya jelaskan
di atas.

Tenaga kerja Indonesia saat ini sangat rendah tingkat pendidikannya, bekerja di luar negeri
sebagain besar sebagai tenaga buruh kasar (unskilled labour) dan pembantu rumah tangga yang
akhir-akhir ini banyak bermasalah dengan perlakuan penyiksaan oleh majikannya. Sedangkan di
dalam negeri, tenaga buruh dinilai dengan Upah Minimum Regional (UMR) yang sangat rendah
dan jauh dari dapat memenuhi kehidupan pokok kaum buruh. Kaum buruh lebih banyak
dieksploitasi oleh kerjasama birokrat, pengusaha dan organisasi buruh, sehingga buruh tidak
mempunyai kemampuan lebih selain hanya sebatas memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup. Hal
ini dapat dilihat pada UU No. 13 Tahun 2003 yang beberapa pasal (pasal 64, 65, 66) menjauhkan
kaum buruh dari kesejahteraan, antara lain terkait pengaturan praktek buruh kontrak, harian lepas
dan borongan (outsourcing) yang diberlakukan pada seluruh perusahaan dan berlaku seumur
hidup. Praktek out sourcing terbukti memiskinkan buruh dan memberikan ketidakpastian
kehidupan buruh.
Kebudayaan

Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur,
termasuk religi dan sistem politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, karya seni,
dan lain-lain sebagai ekspresi sosial kepribadian komunitas tersebut dalam menjalankan pedoman
aktivitasnya. Kepribadian di bidang budaya sangat penting dalam berbangsa dan bernegara,
berkepribadian budaya memberikan kepercayaan diri bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa
yang berperadaban tinggi dan beridentitas. Bangsa Indonesia merupakan bangsa modern yang
terbentuk di wilayah kepulauan Nusantara. Peradaban Nusantara merupakan hasil pertemuan
peradaban asli, Polinesia, Egypt, dan Asia Barat yang berinteraksi ratusan bahkan ribuan tahun
sebelum masehi. Hal ini dapat dirujuk dari sudut linguistik, benda-benda arkeologi, upacara-
upacara ritual spiritual, dan sebagainya, begitu pula sebaliknya terdapat liquistik dan
pengambaran kelebihan Bumi Nusantara dalam mitologi peradaban di luar Nusantara.42 Rempah-
rempah untuk mummi dan kapur barus (kapur dari daerah perdagangan purba di Barus-Sumatera)
berasal dari Nusantara ditransaksikan ribuan tahun yang lalu.

Ajaran-ajaran moral dalam bentuk episode-episode wayang sudah ada di Nusantara 2,500
tahun sebelum masehi, nilai-nilai kearifan lokal diberbagai suku di Nusantara menggambarkan
kemanusiaan dan keselarasan antara manusia dengan alam. Kearifan lokal yang bersifat universal
terhadap kemanusiaan dan kelestarian alam harus dipertahankan dan dikembangkan, serta
diselaraskan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena kejenuhan manusia
terhadap kemajaun ilmu pengetahuan dan teknologi akan membahayakan manusia itu sendiri,
seperti permainan anak-anak dengan komputer memisahkan mereka dengan lingkungan, menjadi
berbahaya pada saat mereka harus melakukan aktivitas sosial, meningkatnya angka bunuh diri,
dan penggunaan senjata nuklir akan menghancurkan peradaban manusia di muka bumi apabila
semua senjata nuklir digunakan dalam suatu konflik fisik. Peradaban Nusantara purba merupakan
sumber dari filosofi Pancasila di mana keselarasan kehidupan antar manusia dan keselarasan
interaksi antara manusia dengan alam dijelaskan, sehingga kebersamaan, gotong royong,
kerukunan dilaksanakan dalam rangka Memayu Hayuning Bawana (Membawa Keindahan
Dunia).43 Beberapa ahli sejarah mengeluarkan teori bahwa peradaban masyarakat Nusantara
pernah menjadi sumber peradaban masyarakat dunia.

Keberagaman adat istiadat yang dilandasi satu pandangan hidup (Pancasila) merupakan
kekuatan Nusantara dalam membendung pengaruh dari luar, kondisi objektif bahwa sesuatu yang
homogen sangat mudah untuk dilebur dengan satu pelarut, terutama dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini terbukti walaupun ribuan tahun dipengaruhi kebudayaan asing, nilai-nilai
adat-istiadat dan budaya tetap melekat pada masyarakat Nusantara. Jadi berdasarkan hal tersebut
di atas bangsa Indonesia seharusnya berkepribadian di dalam bidang budaya dan harus menggali
kembali nilai-nilai Budaya Nusantara.

Bangsa Indonesia dengan wilayah Nusantara diberi berkah oleh Tuhan dapat hidup layak
tanpa mengganggu bangsa lain, tetapi apabila tidak mempunyai ilmu pengetahuan dan kekuatan
sesuai pendapat Alvin Toffler akan menjadi bangsa kuli seperti prediksi Sukarno. Situasi ini
benar-benar terjadi dewasa ini, Indonesia hanya mampu mengirimkan TKI dengan kualifikasi

42
Ridwan Saidi, Potret Budaya Manusia Betawi, Perkumpulan Renaissance Indonesia, Jakarta,
2010
43
Didiek Poernomo, Pancasila & Sumber-Sumber Peradaban Yang Digali . Renaissance
Indonesia, Jakarta, 2010
tenaga kasar dan pembantu rumah tangga, padahal wilayahnya kaya raya. Semoga Tuhan
memberikan rahmatNya kepada bangsa Indonesia untuk dapat menyumbangkan peranan kepada
dunia dan untuk kemanusiaan tanpa kekerasan, seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-
Undang dasar 1945.
DAFTAR PUSTAKA

1. Aryo Baskoro Jati, Kedudukandan dan Hubungan Keraton dengan Pemerintah Daerah di
Daerah Istimewa Yogyakarta, draft skripsi strata S1 Universitas Gajahmada, 2010
2. Departemen Penerangan R.I. Tjamkan Pantja Sila! Pantja Sila Dasar Falsafah Negara,
Djakarta 1964
3. Didiek Poernomo, Pancasila & Sumber-Sumber Peradaban Yang Digali, Renaissance
Indonesia, Jakarta, 2010
4. Friederich Engels, Dialektika Alam, Edisi Indonesia, Hasta Mitra 2005
5. George Ritzer - Douglas J.Goodman, Teori Sosiologi Modern, Edisi ke 6, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2007
6. George Novack, An Introduction to The Logic of Marxism, bahan kuliah Terjemahan
Indonesia : Jurnal KIRI, Volume 3, Oktober 2000, Penerbit Neuron. Versi Online :
Indomarxist.Net, November 2002; Marxists Internet Archive, Desember 2002
7. Giddens Anthony, Daniel Bell, Michel Forse, dll, Sosiologi Sejarah dan Berbagai
Pemikirannya, Kreasi Wacana 2005
8. George Novack, An Introduction to The Logic of Marxism, bahan kuliah Terjemahan
Indonesia : Jurnal KIRI, Volume 3, Oktober 2000, Penerbit Neuron. Versi Online :
Indomarxist.Net, November 2002; Marxists Internet Archive, Desember 2002.
9. Ir. H. Soekarno, Dari Proklamasi sampai Takari, Tahun “ Vivere Pericoloso” 1964,
Terbitan Berisi Pidato Proklamasi Diucapkan oleh P.J.M Presiden Republik Indonesia pada
tiap tanggal 17 Agustus sejak tahun 1945 sampai 1965, B.P. Prapantja-Djakarta, 1965
10. Ir. Sukarno, Di Bawah Bendera Revolusi jilid I
11. Leon Trotsky: Fascism: What It is and How to Fight It, , 1944. Diterjemahkan oleh Dewey
Setiawan. Diedit oleh Ted Sprague (Oktober 2007)
12. Marx dan Engels, Manifesto Komunis (1848), Yayasan Bintang Merah
13. Njoto, Marxisme Ilmu dan Amalnya, TePLOK PRESS, Jakarta, 2003, cetakan kedua
14. John Perkins, Confessions of an Economic Hit Man, Pengakuan Seorang Ekonom Perusak,
Abdi Tandur, Jakarta,2005
15. Prof. Mr. Drs. Notonagoro : Kutipan Dari Hasil Pembahasan Ilmiah Mengenai Susuanan
Pemerintahan Negara Republik Indonesia, dipersembahkan bagi Negara dan Bangsa oleh
Pengurus Senat dan Senat Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta, 17 Juni 1960. Dikutip dari :
Pedoman untuk melaksanaan Amanat Penderitaan Rakyat, djilid II, tjetakan III, Permata
Surabaya, 1961.
16. Prof. Dr. A.S.S Tambunan SH, Tentang Demokrasi Indonesia, Makalah, 27 Maret 2004.
17. Ridwan Saidi, Potret Budaya Manusia Betawi, Perkumpulan Renaissance Indonesia, Jakarta,
2010
18. Solichin Salam, Bung Karno Putera Fajar, Gunung Agung, Jakarta, 1987, cetakan ke lima
19. Thomas Meyer, Sosialisme Demokratis dalam 36 Tesis, Perwakilan Friedrich-Ebert-
Stiftung,cetakan I, Jakarta, 1988
20. V.I. Lenin (1913), Tiga Sumber dan Tiga Komponen Marxisme ,Collected Works, Volume 19
Dikutip dari : Situs Indo-Marxist – Situs Kaum Marxist Indonesia,
21. V.I. Lenin Sosialisme dan Agama, 1905 V.I. Lenin, Collected Works, Edisi Bahasa Inggris
yang ke-4, Progress Publishers, Moscow, 1972, Cetakan ke-3, halaman 83-87 Penerjemah:
Anonim (1997). Diedit oleh Anonim (Desember 1998)
22. Harian KOMPAS, Kejayaan Asia Makin Terasa, Rabu 10 November 2010
23. Harian KOMPAS artikel Fokus : Nasionalisme ”Paripurna” di Tapal Batas. 21 Agustus
2009
24. Harian KOMPAS, Kejayaan Asia Makin Terasa, Rabu 10 November 2010
25. Harian KOMPAS, artikel “Omzet Turun” 28 Desember 2010
26. http://www.sinarharapan.co.id/berita/content/read/dunia-yang-penuh-kepalsuan/
27. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/09/24/peranan-etnis-china-dalam-pertumbuhan-
bisnis-indonesia/
Hukum kekekalan energi menjelaskan bahwa jumlah energi sebelum dan
sesudah terjadi dalam
suatu peristiwa alam adalah tetap sama atau resultan momentum suatu
kejadian adalah nol :

Σ Εawal = Σ Εakhir
(Jumlah energi sebelum peristiwa = Jumlah energi setelah peristiwa)

Untuk benda bergerak dan bertumburan :

Σ Momentumawal = Σ Momentumakhir
(Jumlah momentum sebelum peristiwa = Jumlah momentum setelah
peristiwa)
Σ Mawal Vawal = Σ Makhir Vakhir

Dimana : M = massa benda


V = kecepatan benda

Anda mungkin juga menyukai