NIM : 210510047
Kelas/Semester : 1B/I
Mata Kuliah : Manusia dan Kebudayaan Indonesia
Dosen : Dr. Yustinus Slamet Antono
A. Pengantar
Manusia tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan, karena manusia yang menghadirkan
dan menghidupi kebudayaan. Manusia hidup dengan kebudayaan, dan kebudayaan akan
selalu hidup jika manusia mau merawatnya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu
menggunakan kebudayaan. Kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.1 Dengan
demikian, benarlah bahwa kebudayaan adalah seluruh sistem ide, aktivitas, dan hasil
penemuan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang menjadi milik dari manusia
dengan cara belajar.2 Dalam paper ini penulis akan memaparkan sejarah munculnya
kebudayaan, perbedaan dan persamaan setiap kebudayaan, dan pengertian kebudayaan
menurut para ahli.
B. Isi
1. Sejarah Munculnya Kebudayaan
Manusia membutuhkan waktu kurang lebih empat juta tahun untuk berevolusi. Pada
saat itu telah muncul kebudayaan dan telah ada bahasa sebagai alat komunikasi untuk
perkembangan sistem pembagian kerja dan interaksi antar warga kelompok. Dengan
kemampuan akalnya manusia dapat mengembangkan konsep-konsep yang disimpan dalam
bahasa, dan yang bersifat akumulatif. Pada saat itu ada alat-alatnya yang pertama, seperti
sebatang kayu untuk tongkat pukul atau senjata tusuk, dan segumpal batu untuk senjata
lempar atau senjata potong. Berkat kemampuan akal dan beberapa peralatan sederhana itu,
manusia mampu hidup selama hampir dua juta tahun.3
Kebudayaan berevolusi dengan lambat, sejajar dengan evolusi organismenya, dan
baru dua ratus ribu tahun kemudian tampak sedikit kemajuan, ketika manusia bisa
menguasai api dan bisa mengembangkan kesenian dan konsep dasar religi. Dalam seratus
dua puluh ribu tahun bentuk organisme manusia berubah dari bentuk homo neandertal
menjadi bentuk homo sapiens, seperti manusia sekarang. Alat-alat batu lebih bervariasi yang
digabungkan dengan kayu atau bambu. Kemudian hanya lima puluh ribu tahun proses
evolusi kebudayaan telah mulai tampak alat-alat dengan teknologi rumit seperti busur
panah. Adapun suatu perkembangan yang meloncat cepat adalah ketika dalam waktu hanya
dua puluh ribu tahun saja, berkembang kepandaian manusia untuk bercocok tanam.4
Peristiwa kepandaian bercocok tanam mengubah kebudayaan dan cara hidup
manusia. Manusia tidak lagi pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menetap. Tetapi
telah mulai membentuk desa-desa dan telah mengembangkan masyarakat dengan organisasi
sosial yang dasar dan jauh berbeda dengan organisasi sosial saat mereka menetap di tempat
1
Elly M. Setiadi, et al., Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Edisi Ketiga (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 40.
2
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi ( Jakarta: Aksara Baru, 1985), hlm. 180.
3
Koentjaraningrat, Pengantar…, hlm. 180.
4
Koentjaraningrat, Pengantar…, hlm. 183.
1
berburu. Mereka mulai dapat membuat alat-alat yang banyak tanpa menghadapi masalah
pengangkutan. Manusia juga telah pandai membuat periuk belanga dari tanah liat, membuat
rumah-rumah atap, menenun, dan sebagainya. Pertumbuhan jumlah manusia melonjak
karena revolusi bercocok tanam dan kehidupan menetap.5
Revolusi perkembangan masyarakat kota muncul enam ribu tahun kemudian.
Peristiwa ini pertama kali terjadi di pulau Kreta, kira-kira pada tahun 4.000 S.M., yang
terjadi di daerah subur di perairan Sungai Tigris dan Sungai Efrat (daerah yang sekarang
menjadi negara Siria dan Irak), dan di daerah muara Sungai Nil (daerah yang sekarang
menjadi Mesir sekitar kota Kairo).6
Dalam jangka waktu hanya lima ribu lima ratus tahun banyak unsur baru dengan
suatu ragam yang besar berkembang di berbagai tempat di dunia. Hingga kira-kira sekitar
tahun 1.500 M, beberapa tokoh bangsa-bangsa di Eropa Barat mengembangkan teknologi
dan ilmu pengetahuan baru. Pada zaman paroh kedua abad ke-18-20 ini, kebudayaan
manusia mengalami suatu revolusi ketiga, yaitu Revolusi Industri. Dalam proses perubahan
mendadak itu kebudayaan manusia, terutama dalam teknologi, peralatan fisik, organisasi
sosial, dan religius semakin kompleks.7
proses evolusi dan perkembangan kebudayaan manusia dan evolusi organismenya
memiliki kecepatan yang sama. Dengan melalui dua peristiwa revolusi kebudayaan, yaitu
revolusi pertanian dan revolusi perkotaan, proses perkembangan tampak membubung tinggi
dengan suatu kecepatan yang seolah-olah tidak dapat dikendalikan sendiri, dalam waktu
hanya dua ratus tahun saja, melalui peristiwa yang disebut Revolusi Industri. A. L. Kroeber
mengatakan proses perkembangan kebudayaan yang seolah-olah melepaskan diri dari
evolusi organik, dan terbang sendiri membubung tinggi ini disebut proses perkembangan
superorganik dari kebudayaan.8
Tiga tahap kebudayaan perkembangan menurut van Peursen antara lain: Pertama,
tahap pemikiran mistis, merupakan sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib sekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan
kesuburan, seperti dipentaskan mitologi-mitologi bangsa-bangsa primitif. Sekalipun bentuk
kebudayaan dan cara pemanfaatan benda-benda sangat berbeda dengan dunia modern,
namun dalam sebuah mitos kita dapat menyaksikan bagaimana manusia menyusun strategi,
dan mengatur hubunga antara kekuatan alam dan manusia, sehingga dapat dipahami bahwa
dalam dunia mistik menampakkan suatu sifat manusiawi yang umum. Kedua, tahap
pemikiran ontologis, manusia tidak hidup lagi dalam hal-hal mistis, melainkan kebebasan
mengetahui segala hal. manusia mengambil jarak kepada sesuatu yang dahulu dirasakan
sebagai pengekang.
Ketiga, tahap pemikiran fungsional, sikap dan alam pikiran yang makin tampak
pada manusia modern, yang mana tidak lagi terpesona oleh lingkungan mistis, dan tidak lagi
dengan kepala dingin mengambil jarak dengan objek penyelidikan ontologis, namun
manusia ingin mengadakan relasi-relasi baru dalam lingkungannya. Konsep Timur-Barat
merupakan sebuah konsep kontras dengan kebudayaan. Konsep ini mendiskusikan
mengenai kontras antara kebudayaan Timur yang mempunyai pandangan yang
mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, pikiran pre-logis, keramah-tamahan, dan
kehidupan sosial. Sebaliknya, kebudayaan Barat mempunyai pandangan hidup yang
5
Koentjaraningrat, Pengantar…, hlm. 183.
6
Koentjaraningrat, Pengantar…, hlm. 184.
7
Koentjaraningrat, Pengantar…, hlm. 184.
8
Koentjaraningrat, Pengantar…, hlm. 185.
2
mementingkan kehidupan materiil, pikiran logis, hubungan berdasarkan asas guna dan
individualism.9
Kebudayaan berkembang secara dinamis sesuai perkembangan manusia dan zaman.
Ada lima faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan, yakni: perubahan
lingkungan alam, perubahan karena adanya kontak dengan kelompok lain atau budaya
asing, perubahan karena menemukan sesuatu yang baru dan sesuai dengan kehidupan
setempat, perubahan yang terjadi karena mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material
yang telah berkembang di tempat lain, dan perubahan yang terjadi karena memodifikasi cara
hidup dengan mengenakan suatu pengetahuan atau keyakinan yang baru, atau karena
perubahan dalam pandangan tentang kenyataan. Namun, perubahan ini tentu perubahan
yang memberikan manfaat yang baru bagi kelangsungan hidup manusia. Suatu kelompok
sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna
untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan yang dihadapi masyarakat setempat.10
Terdapat tiga wujud kebudayaan, yaitu: pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya. Wujud ini bersifat
abstrak, tidak dapat diraba dan tidak dapat difoto. Lokasinya ada di dalam kepala atau dalam
alam pikiran masyarakat tempat kebudayaan bersangkutan itu hidup. Kalau masyarakat
menyatakan gagasan mereka tadi dalam tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal sering
berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis masyarakat bersangkutan.
Sekarang kebudayaan ideal juga banyak tersimpan dalam disket, arsip, koleksi microfilm
dan microfish, kartu komputer, silinder, dan pita komputer. Ide dan gagasan hidup bersama
dan memberi jiwa kepada masyarakat itu. Sistem ini disebut sistem budaya atau cultural
system, atau dalam bahasa Indonesia disebut adat atau adat-istiadat.
Kedua, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini disebut sistem sosial atau social system,
mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-
aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain, selalu
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas
manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial ini bersifat konkret, terjadi di sekeliling, bisa
diobservasi, difoto, dan didokumentasi.
Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.Wujud ini
disebut kebudayaan fisik. Berupa seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Ada benda-benda yang sangat besar, kompleks
dan canggih, besar dan bergerak, hasil seni arsitek, dan benda-benda kecil lainnya.11
Proses pembudayaan budaya ada dua, yakni, pertama, proses belajar budaya. Dalam
proses ini terdapat beberapa proses, seperti: pertama, proses internalisasi dilihat dari
potensi-potensi bawaan manusia, baik itu perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi. Setiap manusia
pasti beradaptasi dan belajar dari lingkungan sosial dan budayanya. Kedua, proses
sosialisasi yakni proses individu belajar cara bertindak dan berinteraksi dengan sesamanya.
Ketiga, proses enkulturasi yaitu proses individu mempelajari dan menyesuaikan alam
pikiran dan sikapnya terhadap adat istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan budaya
tempat tinggalnya.
Kedua, proses perkembangan budaya. Proses ini dibagi dalam beberapa hal: cultural
evolution adalah proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisis oleh
seorang peneliti secara dekat atau jauh. Diffusion proses adalah proses yang terjadi karena
9
Muhammad Syukri Albani Nasution, et al, Ilmu Sosial Budaya Dasar (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2015), hlm. 23-24.
10
Elly M. Setiadi, et al., Ilmu…, hlm. 44-45.
11
Elly M. Setiadi, et al., Ilmu…, hlm. 28-30.
3
penyebaran dan migrasi dari manusia. Manusia berimigrasi maka budaya juga ikut dengan
manusia tersebut. Alculturation proses adalah masuknya budaya asing ke dalam kelompok
sosial namun tidak menghilangkan budaya setempat. Assimilation proses adalah masuknya
budaya baru kemudian bercampur dengan budaya setempat. Innovation adalah suatu proses
pembaharuan dari alam, energi, modal, teknologi, dan ekonomi. Discovery adalah
penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, berupa alat, dan ide. Invention adalah
penemuan baru yang telah diakui, diterima, dan dihidupi oleh masyarakat.12
12
Muhammad Syukri Albani Nasution, Ilmu…, hlm. 37-40.
13
Elly M. Setiadi, et al., Ilmu…, hlm. 34.
4
dan semua unsur yang merupakan hasil ungkapan jiwa manusia sebagai anggota
masyarakat.14
14
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Problem
Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 17-18.
15
Muhammad Syukri Albani Nasution, Ilmu…, hlm. 14-15.
16
Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 150-151.
5
10) Mangunsarkoro, kebudayaan adalah segala sesuatu yang merupakan hasil kerja jiwa
manusia dalam arti yang seluas-luasnya.
11) Edward Spranger, kebudayaan adalah segala bentuk atau ekspresi dari kehidupan
batin masyarakat.
12) Melville Jean Herkovits (1985-1963), kebudayaan adalah bagian dari lingkungan
hidup yang diciptakan oleh manusia.17
13) Ki Hajar Dewantara mengemukakan bahwa kebudayaan berarti buah budi manusia
adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam
yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan
dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.18
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budaya atau kebudayaan adalah
suatu hasil dari akal dan budi yang tampak dari ciptaan, karya, dan adat istiadat, di mana
semuanya itu dapat diterima oleh semua orang. Kebudayaan sangat mempengaruhi perilaku
dan kepribadian manusia karena manusia hidup dengan kebudayaan. Perbedaan kebudayaan
terjadi karena beberapa faktor seperti: faktor geografis, faktor kebiasaan, dan faktor
ideologi. Walaupun berbeda namun kebudayaan memiliki kesamaan dalam sifat hakikinya.
17
Elly M. Setiadi, et al., Ilmu…, hlm.28.
18
Ki Hajar Dewantara, Kebudayaan (Yogyakarta: Penerbit Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 1994),
hlm. 54.
6
Daftar Pustaka
Nasution, Muhammad Syukri Albani, et al. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2015.
Setiadi, Elly M., et al. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Kencana, 2017.