DOSEN :
Disusun oleh :
2020
Masyrakat dan kebudayaan
Walaupun demikian masih ada suatu perbedaan asasi yang sangat mendasar
antara kehidupan kelompok binatang dan kehidupan kelompok menusia. Sistem
pembagian kerja, aktivitas kerja sama, dan berkomunikasi dalam kehidupan
kelompok binatang bersifat naluri. Naluri merupakan suatu kemampuan yang telah
terencana oleh alam dan terkandung dalam gen jenis binatang yang bersangkutan.
Sedangkan sistem pembagian kerja, aktivitas kerja sama, dan berkomunikasi dalam
kehidupan kelompok manusia tidak bersifat naluri. Hal ini disebabkan karena lepas
dari pengaruh ciri-ciri ras, baik Kaukasoid, Mongoloid, Negroid atau lainnya,
organisme manusia merevolusi suatu otak yang khas
Manusia di muka bumi saat ini. Berjumlah lebih tiga miliae dan seluruh
makhluk jenis homo sapiens itu menambahkan suatu keragaman yang disebabkan
karena ciri-ciri raskaukasoid, mongoloid, negroid, dan beberapa ciri lain yang
berbeda. 7amun beragam ras itutidak menyebabkkan timbulnya beragam pola tingkah
laku. Beragam kesatuan hidup manusiadalam suatu kesatuan negara nasional
mempunyai wujud yang lain, beragam wujud ini bukandisebabkan karena adanya
perbedaan suku-suku bangsa, melainkan karean secara horizontalada perbedaan
lapisan sosial. & suatu negara dengan beragam suku bangsa, seprti 2ndonesiaterdapat
lapisan sosial yang berlaku untuk seluruh negara. &elain itu, juga terdapat sistem-
sistem pelapisan sosial yang hanya berlaku untuk setiap suku bangsa dalam negara.
/elapisansosial di Bali yang ber$ujud kasta Brahmana, satriya, raisya, dan & sudra,
tidak berlaku misalnya dalam adat istiadat & suunda, aceh, timor dan lainnya
Kata kebudayaan berasal dari kata sanskerta, buddayah yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti “budi” atau akal. Dengan demikian ke-budayaan dapat diartikan
adalah hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Ada sarjana lain yang
mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya
yang berarti “daya” dan “budi”. Karena itu mereka membedakan “budaya” dan
“kebudayaan”. Arti “budaya” adalah “daya dan budi” yang berupa cipta, karsa, dan
rasa. Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam
istilah “antropologi budaya” perbedaan itu ditiadakan.
Kata culture merupakan kata asing yang sama artinya dengan “kebudayaan”.
Berasal dari kata Latin colere yang berarti “mengolah, mengerjakan,” terutama
mengolah tanah atau bertani. Dan dalam arti ini berkembang arti culture sebagai
“segala upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.”
Disamping istilah “kebudayaan” ada pula istilah “peradaban”. Istilah “peradaban”
sering digunakan untuk menyebut bagian dan unsur dari kebudayaan yang halus,
maju dan indah, misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan,
kepandaian menulis, dll.
2. Sifat superogeanik dari kebuadayaan
Manusia berevolusi dalam jangka dan waktu lebih-kurang empat juta tahun
lamanya. Pada saat itu muncul dimuka bumi, tentu telah ada benih-benih dari
kebudayaan. Dengan benih-benih kebudayaan berupa akal dan beberapa peralatan
sederhana itu, manusia dapat hidup selama hampir 2 juta tahun. Kebudayaannya
berevolusi dengan lambat, sejajar dengan evolusi organismenya, dan baru 200.000
tahun kemudian tampak sedikit kemajuan, ketika dari penemuan alat-alat sekitar
fosil-fosil homo neandertal terlihat, bahwa manusia telah bertambah kemampuan
untuk menguasai api dan mempergunakan energinya, serta kepandaian untuk
membuat gambar-gambar pada dinding gua, yang berarti manusia mulai
mengembangkan kesenian. Berhubungan dengan itu, mungkin juga konsep-konsep
dasar mengenai religi.
Setelah zaman itu, tampak bahwa evolusi kebudayaan manusia mulai menjadi
agak cepat jika dibandingkan dengan evolusi organiknya. Kalau 120.000 tahun
kemudian bentuk organisme manusia berubah dari bentuk homo
neandertal menjadi homo sapiens seperti manusia zaman sekarang, maka kebudayaan
nampak juga banyak kemajuannya.
Kemudian 50.000 tahun setelah itu, ketika dalam proses evolusi organik tampak
perbedaan beragam ras, maka dalam proses evolusi kebudayaan telah tampak alat-alat
dengan teknologi rumit seperti busur panah. Adapun perkembangan yang melaju
cepat yaitu ketika dalam waktu hanya 20.000 tahun saja, berkembang kepandaian
manusia untuk bercocok tanam. Yang awalnya hidup berpindah-pindah, bertahan
hidup dengan menggantungkan pada alam kemudian sampai dapat becocok tanam.
Seiring dengan proses kebudayaan yang bertambah cepat dan banyak unsur baru
dengan keragaman yang besar diberbagai tempat di dunia berkembang dalam jangka
waktu hanya 5.500 tahun setelah itu. Hingga kira-kira 1.500 M, beberapa tokoh
bangsa-bangsa di Eropa Barat mengembangkan teknologi dan ilmu pengetahuan baru.
Hanya dalam waktu 200 tahun saja, yaitu zaman paroh kedua abad ke- 18 sampai
abad ke- 20 ini, kebudayaan manusia mengalami revolusi ketiga yakni Revolusi
Industri
Pendapat seorang ahli sosiologi Talcott Parsons bersama dengan seorang ahli
antropologi A.L. Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan wujud
kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide dan konsep dari wujud kebudayaan sebagai
suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Serupa dengan J.J
Honig Mann yang dalam buku pelajaran antropologinya, berjudul The World of
Man (1959: hlm. 11-12) membedakan adanya tiga “gejala kebudayaan”, yaitu
(1) ideas, (2) acitivities, (3) artifacts. Kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma,
peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak
dapat diraba atau difoto. Lokasinya terdapat di dalam alam pikiran masyarakat tempat
kebudayaan bersangkutan itu hidup. Jika gagasan masyarakat dalam bentuk tulisan,
maka berbentuk buku atau karangan hasil karya penulis warga masyarakat setempat.
Gagasan itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga menjadi suatu sistem
budaya. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga istilah adat atau adat-istiadat untuk
bentuk jamaknya.
Wujud kedua disebut sistem sosial atau social system, mengenai tindakan
berpola dari manusia itu sendiri. Sistem ini tediri dari aktivitas-aktivitas manusia
yang berinteraksi, berhubungan dan bergaul satu sama lain menurut pola-pola tertentu
yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di
sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan didokumentasi.
Wujud ketiga disebut kebudayaan fisik. Berupa seluruh hasil fisik dan aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat. Bersifat paling konkret dan
berupa benda-benda yang dapat diraba, difoto dan dilihat.
Ketiga wujud tadi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Kebudayaan dan adat-istiadat mengatur dan memberi arah kepada manusia, baik
pikiran dan ide, maupun tindakan dan karya kebudayaan fisik membentuk suatu
lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari
lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi pula pola-pola perbuatannnya,
bahkan cara berpikirnya.
C. Adat-Istiadat
Dalam tiap masyarakat, baik yang kompleks atau sederhana ada sejumlah nilai
budaya satu dengan yang lain berkaitan hingga merupakan suatu sistem sebagai
pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan yang memberi motivasi kuat
terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya.
Menurut ahli antropologi C. Kluckhohn tiap sistem nilai budaya dalam tiap
kebudayaan mengandung lima masalah dasar dalam kehidupan manusia. Menurut C.
Kluckhohn, kelima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan
bagi kerangka variasi sistem nilai budaya.
Tabel Kerangka Kluckhon mengenai Lima Masalah Dasar dalam Hidup yang
Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia
Masalah
Dasar dalam
Hidup Orientasi Nilai Budaya
Karya itu
untuk
Karya itu kedudukan,
Hakikat karya untuk nafkah kehormatan, Karya itu untuk
(MK) hidup dsb menambah karya
Persepsi
manusia Orientasi ke Orientasi ke Orientasi ke
tentang waktu masa kini masa lalu masa depan
(MW)
Orientasi
kolateral
(horizontal),
rasa
Hakikat ketergantungan Orientasi
hubungan kepada vertikal, rasa Individualisme
manusia sesamanya ketergantungan menilai tinggi
dengan (berjiwa kepada tokoh- usaha atas
sesamanya gotong- tokoh atasan kekuatan diri
(MM) royong) dan berpangkat sendiri
4. fokus kebudayaan
5. etos kebudayaan
suatu kebudayaan sering memancarkan keluar suatu Watak khas tertentu yang
tampak. watak khas itu dalam ilmu antropologi disebut ethos, sering tampak pada
gaya tingkah laku margamasyarakatnya, kegemaran-kegemaran mereka, dan berbagai
benda hasil karya mereka.dalam ilmu antropologi, penelitian-penelitian mengenai
$atak kebudayaan seperti itu$alaupun telah lama ada, mula-mula hanya dijalankan
secara sadar oleh seorang sarjanaantropologi$anita bangsa 3merika, Duth Benedict