Angkatan/Kelompok : I/1 Nama Agenda : Nilai-Nilai Dasar ASN (ANTI KORUPSI) Nama Peserta : Audri Kusuma Dewi, A.Md.Keb No.Daftar Hadir : 07 Lembaga Penyelenggara : BPSDM Provinsi Kalimantan Tengah
A. POKOK PIKIRAN
Corruptio atau Corruptus berasal dari bahasa latin yang berarti kerusakan, kebobrokan,
dan kebusukan, perbuatan yang tidak baik, curang, dapat disuap dan tidak bermoral. Secara harfiah korupsi berarti kebusukan, keburukan, kebejatan, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata/ucapan menghina dan memfitnah. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia korupsi adalah perbuatan buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dlsb. Sementara menurut Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris bahwa korupsi adalah kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, ketidakjujuran.
Jadi, dari berbagai definisi korupsi adalah suatu tindakan atau perbuatan yang
dapat merugikan sehingga perlu dilakukan pencegahan dan harus ditindak secara tegas. Menurut UU no. 31 tahun 1999 yang diperbaharui menjadi UU no. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada Pasal 2 ayat (1), korupsi adalah perbuatan untuk memperkaya diri sendiri atau korporasi yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah kegiatan yang secara melawan hukum merugikan negara untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi sehingga dapat dikatakan perbuatan tindak pidana. Sedangkan tindak pidana adalah suatu perbuatan yang diancam dengan pidana oleh undang-undangm bertentangan dengan hukum, dilakukan dengan kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggung-jawab. Semboyankanlah bahwa korupsi adalah kejahatan dan korupsi dapat terjadi manakala bertemunya unsur-unsur:
(1) Niat untuk melakukan (desire to act);
(2) Kemampuan untuk melakukan (ability to act); (3) Peluang / kesempatan (opportunity); dan (4) Target yang cocok (suitable target).
Sedangkan 3 tingkatan korupsi adalah:
(1) Betrayal of trust (pengkhianatan kepercayaan);
(2) Abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan); dan (3) Material Benefit (mendapatkan keuntungan material yang bukan haknya melalui kekuasaan).
Ada 7 jenis korupsi menurut Syed Husein Alatas, yakni:
(1) Transaktif (kesepakatan ke-2 belah pihak);
(2) Ekstroaktif (adanya suatu tekanan (koersi) guna mencegah kerugian yang mengancam diri, kepentingan; (3) Investif (melibatkan suatu penawaran barang/jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan keuntungan bagi pemberi; (4) Nepotistik (perlakukan khusus pada teman); (5) Autogenik (kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari pengetahuan dan pemahamannya atas sesuatu yang hanya diketahui dia sendiri); (6) Suportif (penciptaan suasana yang kondusif untuk melindungi atau mempertahankan keberadaan tindak korupsi); dan (7) Defensif (terpaksa dilakukan dalam rangka mempertahankan diri dari pemerasan).
Terdapat 30 delik tindak pidana korupsi menurut UU no. 31/1999 jo no. 20/2001 yang
kemudian dikelompokkan menjadi 7 antara lain: 1. MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA: Penyalahgunaan Wewenang sehingga merugikan Keuangan Negara. 2. SUAP MENYUAP : Kesepakatan dua pihak dan saling untung dimana si penyuap memberikan sesuatu atau janji kepada politisi atau pegawai negeri untuk keinginan si penyuap. 3. PENGGELAPAN DALAM JABATAN :Politisi atau Pegawai Negeri melakukan tindakan kegiatan fiktif, mark up surat pertanggung-jawaban belanja dan atau menghilangan/ menggelapkan dokumen berharga atau aset negara untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain. 4. PEMERASAN: Politisi atau pegawai negeri memaksa (ancaman/intimidasi) orang lain melakukan sesuatu untuk keuntungan pribadi. Politisi atau Pegawai negeri memeras masyarakat. Politisi atau Pegawai negeri memeras Politisi atau Pegawai negeri lainnya. 5. PERBUATAN CURANG : Segala bentuk kecurangan dalam pengadaan barang dan jasa, serta kecurangan terhadap aset negara. Pelaku mencurangi kontrak pengadaan barang dan jasa. 6. BENTURAN KEPENTINGAN dalam PENGADAAN BARANG dan JASA : Seorang pejabat yang dihadapkan pada peluang untuk menguntungkan diri sendiri, keluarga ataupun kroni-kroninya. 7. GRATIFIKASI : Politisi atau Pegawai Negeri dilarang menerima hadiah dalam bentuk apapun dengan maksud tertentu. Hadiah dalam arti luas : Uang; Barang; Rabat (discount); Komisi; Pinjaman tanpa bunga; Tiket perjalanan; Fasilitas penginapan; Perjalanan wisata; Pengobatan Cuma-Cuma; dan Fasilitas lainnya di dalam maupun di luar negeri.
Nilai Dasar Anti Korupsi yang harus diinternalisasi, diimplementasikdan dan
diaktualisasikan:
(1) Jujur (2) Peduli (3) Mandiri (4) Disiplin (5) Tanggung Jawab (6) Kerja Keras (7) Sederhana (8) Berani (9) Adil.
Tiga proses sosial yang berperan dalam proses perubahan sikap dan perilaku:
(1) Kesediaan (compliance);
(2) identifikasi (identification); dan (3) internalisasi (internalization)
integritas sebagai suatu proses sosial yang ditujukan untuk mengatasi
korupsi. Ada 7 semangat dasar yang diharapkan dapat ditumbuhkan kembali di bumi pertiwi antara lain:
(1) Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(2) Keikhlasan dan Ketulusan; (3) Pengabdian dan Tanggung Jawab; (4) Menghasilkan yang terbaik; (5) Kekeluargaan; (6) Keadilan dan Kemanusiaan, dan; (7) Perjuangan. B. PENERAPAN Penarapan yang dapat saya lakukan di lingkungan kerja saya di Ruang perawatan inap nifas RSUD Kota Palangka Raya yang tak lepas dari prinsip-prinsi anti korupsi, adalah sebgai berikut :
1. Tidak menggunakan obat-obat an pasien untuk kepentingan pribadi
2. Tidak menerima hadiah atau uang tip dari pasien dan keluarga pasien 3. Tidak menggunakan alat Kesehatan untuk kepentingan pribadi 4. Tidak mengambil atau menggunakan sarana dan pra sarana di rumah sakit untuk kepentingan pribadi 5. Tidak berbisnis dengan pasien dan keluarga pasien, seperti menjual obat-obatan dan alat Kesehatan lain nya di ruangan perawatan inap 6. Jujur dalam melaporkan laporan pengadaan barang di ruangan 7. Merincikan dengan detail, teliti, dan jujur rincian obat-obatan, tarif pelayanan dan tarif lain-lain nya yang telah diberikan kepada pasien.