Anda di halaman 1dari 8

BAB VI

METODE PENYAMBUNGAN BATANG BAWAH DAN BATANG ATAS


TANAMAN PERKEBUNAN

A. Pelaksanaan Praktikum
Hari : Rabu
Tanggal : 27 Februari 2019
Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman,
Daerah istimewa Yogyakarta.

B. Tujuan Acara
1. Mengetahui metode grafting pada bibit tanaman karet.
2. Mengetahui metode okulasi pada bibit tanaman kopi dan kakao.
3. Mengetahui keberhasilan perbanyakan tanaman secara grafting dan
okulasi

C. Tinjauan Pustaka
1. Penyambungan batang bawah dan batang atas tanaman
a. Okulasi
Okulasi merupakan tempelan mata tunas suatu tanaman
yang sudah diketahui lebih unggul kepada bibit atau batang
tanaman lain yang hendak diperbaiki kualitasnya. Grafting
merupakan penyambungan bagian tanaman ke tanaman jenis lain
yang akan diperbaiki kualitas-nya . seperti halnya pada okulasi,
kedua tanaman yang disambung sudah diketahui kelebihan atau
keunggulannya (Mangoendidjojo, 2003).
Okulasi adalah cara menghidupkan salah satu bagian dari
pohon induknya, yaitu mata tunas. Mata tunas yang sudah
dipisahkan dari induknya tidak akan dapat hidup tanpa alat atau
bahan yang menghidupkannya. Alat atau bahan penghidup mata
tunas ini disebut batang bawah (Tim Penulis PS, 2008).
Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan
dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu satu
tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka
sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai
perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah
(rootstock atau understock) atau sering disebut stock. Bagian
tanaman yang ditempelkan atau disebut batang atas, entres (scion)
dan merupakan potongan satu mata tunas (entres) (Prastowo dkk.,
2006).
Waktu terbaik pelaksanaan okulasi adalah pada pagi hari,
antara jam 07.00-11.00 pagi. Karena saat tersebut tanaman sedang
aktif berfotosintesis sehingga kambium tanaman juga dalam
kondisi aktif dan optimum. Diatas jam 12 siang daun mulai layu.
Tetapi ini bisa diatasi dengan menempel ditempat yang teduh,
terhindar dari sinar matahari langsung (Prastowo dkk., 2006).
Desti (2010) menyatakan beberapa tahapan penyiapan bibit
okulasi adalah sebagai berikut :
1. Persiapan alat dan bahan
a) Bahan tanaman berupa bibit batang bawah berumur 8-12
bulan, mata tunas dari cabang yang tumbuhnya tegak ataupun
agak condong, pisau okulasi, tali pengikat, dan sarana
penunjang lainnya.
b) Tata cara pengokulasian
1. Batang bawah dibersihkan di lahan persemaian ataupun
dalam polybag dengan menggunakan kain lap.
2. Batang bawah diiris pada kulit kira-kira 10-15 cm dari
permukaan tanah dengan ukuran irisan (sayatan) 3-5 cm.
Kulit hasil irisan dikelupas ke bawah, lalu dipotong dua per
tiga bagian.
3. Cabang yang mempunyai mata dipilih, kemudian mata
disayat dengan menyertakan sedikit kayunya. Ukuran
sayatan entres 2 cm di atas dan di bawah mata, lalu kayunya
dilepaskan secara hati-hati.
4. Mata entres ditempelkan pada sayatan batang bawah hingga
pas.
5. Bidang tempelan (okulasi) diikat dengan tali plastik atau
rafia dimulai dari atas ke bawah dengan tidak menutup mata
okulasi.
c) Tata cara pengokulasian
1. Pemeriksaan mata okulasi sekitar 10-15 hari sejak
pengokulasian. Apabila mata berwarna hijau, berarti
penyambungan tersebut berhasil. Sebaliknya, bila mata
berwarna coklat dan kering, berarti okulasi gagal.
2. Ujung batang bawah dipotong dengan ketinggian 10-20 cm
tepat di atas bidang okulasi apabila tunas entres telah
mencapai 20-30 cm.
3. Tunas-tunas yang tumbuh di bawah mata (tunas) okulasi
dipangkas dengan pisau maupun tangan.
4. Bibit okulasi disemaikan ke polybag atau keranjang bambu
yang diameternya cukup lebar sesuai dengan ukuran bibit.
Sebagian tanah disertakan pada saat pemindahan agar letak
akar tidak berubah.
5. Bibit dipelihara secara intensif sampai umur 1 tahun atau
lebih.
Macam okulasi ada 2 yaitu okulasi hijau (green budding)
dan okulasi coklat (brown budding). Okulasi hijau dilaksanakan
pada bibit umur 5-6 bulan dan okulasi coklat umur 9-10 bulan.
a. Pada okulasi hijau : entres diperoleh dari cabang dengan 2
payung berumur 5-6 bulan dengan payung berwarna hijau
tua segar.
b. Pada okulasi coklat : dilaksanakan pada bibit umur 9-10
bulan. Sampel yang digunakan berumur 6-12 bulan dan
berwarna coklat. (Marietje, 2010).
b. Grafting
Menyambung adalah menempatkan atau menyambung
bagian tanaman ke bagian lainnya sehingga tercapai persenyawaan
yang membentuk tanaman baru. Seperti halnya pembiakan
vegetatif lainnya, menyambung tidak mengubah susunan genetis
tanaman baru dan sama dengan tanaman induk. Menyambung
ditujukan untuk memperoleh tanaman yang cepat berbuah,
memperbaiki bagian tanaman yang rusak, dan untuk memperbaiki
sifat batang atas ( Jumin,2008).
Penyambungan batang bawah dan batang atas ini biasanya
dilakukan antara dua varietas tanaman yang masih dalam spesies
yang sama. Misalnya penyambungan antar varietas pada tanaman
durian. Kadang-kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara
dua tanaman yang berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu
famili. Tanaman mangga (Mangifera indica) disambung denga
tanaman kweni (Mangifera odorata). Manfaat sambungan pada
tanaman:memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman,
dihasilkan gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan
dari segi perakaran dan produksinya, juga dapat mempercepat
waktu berbunga dan berbuah (tanaman berumur genjah) serta
menghasilkan tanaman yang sifat berbuahnya sama dengan
induknya,·mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang
lebih baik, tindakan ini dilakukan khususnya pada tanaman yang
berumah dua, misalnya tanaman melinjo, peremajaan tanpa
menebang pohon tua, sehingga tidak memerlukan bibit baru,
danmenghemat biaya eksploitasi. Peremajaan total berlaku
sebaliknya (Prastowo dkk, 2006).
Metode penyambungan yang umum dilakukan adalah
sambung pucuk (grafting), sedangkan teknik yang banyak
dilakukan dengan hasil baik adalah sambung celah (cleft graft) dan
sambung baji (webge graft). Penyambungan dilakukan dengan cara
menyelipkan batang atas pada belahan batang bawah. Pangkal
entres dimasukkan sepenuhnya dalam celah batang bawah sehingga
tidak tersisa rongga yang dapat menghambat proses penyatuan
sambungan. Pembalutan sambungan dimulai dari bagian yang
disambung sampai ujung entres dengan dililit lembaran plastik
lebar 3- 5 cm, kecuali bagian ujung entres. Pembalutan dimulai
dari bawah ke atas, dilakukan secara hati-hati sehingga tidak ada
celah yang terbuka, terutama pada bagian yang disambung. Daun
yang tersisa dipotong sebagian atau dua pertiga bagian (Firman &
Ruskandi, 2009).
Salah satu faktor yang penting dan perlu diperhatikan pada
saat grafting, salah satunya adalah ukuran diameter batang dari
kedua ketela pohon yang akan disambung. Di dalam pemilihan
diameter batang keduanya harus berukuran sama atau mendekati
sama, yang terpenting jangan sampai terdapat selisih yang besar
pada ukuran tersebut. Pemilihan mata tunas saat budding harus
tepat agar mata tunas tersebut bersenyawa dengan bidang keratan
dan tumbuh dengan baik (Fuller, 2005).
Keberhasilan teknik penyambungan sangat dipengaruhi
oleh kompatibilitas antara dua jenis tanaman yang disambung.
Pada umunya semakin dekat keakraban anatar dua tanaman yang
disambung maka kecepatan pertumbuhan batang atas dan
presentasi keberhasilan dari penyambungan ditentukan pula oleh
kecepatan terjadinya pertautan antara batang atas dan batang
bawah. Pertautan ini akan ditentukan oleh proses pembelahan sel
pada bagian yang akan bertautan. Gagalnya penyambungan dengan
persentase yang tinggi merupakan salah satu gejala timbulnya
ketidaksesuaian antara batang atas dan batang bawah seperti pada
hasil penyambungan entris mini pada semaian batang bawah
nyamplung. Jika produksi entris mini dilakukan melalui
perbanyakan stek pucuk secara invitro, maka masalah lambatnya
pertumbuhan semaian batang bawah dapat sekaligus memperkecil
ukuran entris mini tersebut (Adit, 2012).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Cutter
b. Plastik
c. Plastik pengikat
d. Label
2. Bahan
a. Binit tanaman Kopi
b. Bibit tanaman Karet
c. Bibit tanaman

E. Cara Kerja
1. Okulasi
a. Menyiapkan 3 bibit tanaman kopi dan 3 bibit tanaman kakao.
b. Memilih 1 bibit sebagai pengambilan mata tunas dan 2 bibit
sebagai tempat penempelan mata tunas.
c. Menyiapakan mata tunas dengan cara mengelupas mata tunas pada
batang bibit sebagai pengambilan mata tunas.
d. Menyayat kulit batang bibit dan jangan sampai terkelupas sebagai
tempat penempatan mata tunas.
e. Setelah kulit batang siap, menempatkan mata tunas secara hati-hati
dan jangan sampai terlalu lama agar mata tunas tidak kering.
f. Setelah menempel kemudian langsung mengikatnya dengan plastik
pengikat agar tidak bergeser-geser dan membungkus semua bagian
okulasi .
g. Melakukan penyiraman smapai lembab dan perawatan
2. Grafting
a. Menyiapkan 3 bibit tanaman karet.
b. Memotong batang karetb secara horzontal.
c. Setelah itu , menyungkup batang hasil pemotongan agar tidak
kering.
d. Membuat sayatan berbentuk V pada batang bawah dan batang atas
satu sama lain.
e. Menempelkan batang atas pada batang bawah bibit tanaman karet
sehingga ketiga bibit bertukar batang atas satu sama lain.
f. Mengikat bidang sambungan dengan plastik pengikat agar hasil
sambungan tidak rebah.
g. Melakukan penyiraman dan pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA

Adit, R.2012. Pembiakan Vegetatif dengan Cara Sambung. http://rezer-


adt.blogspot.com/2012/12/pembiakan-vegetatif-dengan-cara-anbung.html.
Diakses 18 Maret 2019 pukul 09.38 WIB

Firman, C dan Ruskandi. 2009. Teknik Pelaksanaan Percobaan Pengaruh


Naungan Terhadap Keberhasilan Penyambungan Tanaman Jambu Mete
(Anacardium occidentale L.). Jurnal Teknik Pertanian. Vol. 14 ( 1 ) : 1 – 3.

Fuller, H. J. 2005. College Botany. Henry Holt and Co. New York
Jumin, Hasan Basri. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta

Prastowo, N. H., J. M. Roshetko, G. E. S. Maurung, E. Nugraha, J. M. Tukan, F.


Harum. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman
Buah. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock
Internasional.

Marietje, 2010. Pengkajian Perbanyakan Tanaman Kakao Secara Vegetatif


Okulasi Mata Entris dan Sambung Pucuk). Vol VI No : 1 Hal 25 -29.

Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius:


Yogyakarta.

Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Niaga Swadaya: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai