Anda di halaman 1dari 28

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

MODUL PERKULIAHAN
PERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL

Titin Antiani 09180000033

PROGAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan mengucap syukur kehadirat Alllah SWT, telah disusun Buku Modul
Perkuliahan Perawatan Paliatif. Buku ini disusun dalam rangka mempermudah mahasiswa dalam
melakukan pembelajaran.

Dengan buku ini diharapkan peserta didik mampu menerapkan asuhan keperawatan secara
professional pada tatanan praktek keperawatan sebenarnya. Sehingga mahasiswa akan mudah
dalam menerapkan pada rumah sakit. Besar harapan kami untuk ada kritik dan saran demi
kesempurnaan buku ini.

Jakarta

( Team Penyusun )
BAB I
KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL

Pendahuluan
Deskripsi MataKuliah
Mata kuliah ini mempelajari tentang prespektif keperawatan dan konsep
perawatan paliatif, etik, kebijakan, teknik menyampaikan berita buruk,
komunikator, kebutuhan psikologis pasien paliatif, manajemen nyeri, berbagai
macam terapai komplementer, tinjauan agama dan budaya tentang penyakit
kronik.

Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, bila diberi kasus, mahasiswa mampu:
Menjelaskan perspektif keperawatan dan konsep perawatanpaliatif.
Menjelaskan etik dan kebijakan tentang perawatanpaliatif.
Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga yang mendapat perawatanpaliatif.
Menjelaskan patofisiologi penyakitterminal.
KMelakukan pengkajian bio, psiko, sosio, spritual dankultural.
Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien penyakitterminal.

Penyajian
Pengertian Perspektif Keperawatan
Definisi Keperawatan
Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai
berikut, keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang
komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat
baiksakitmaupunsehatyangmencakupseluruhproseskehidupan
manusia.
Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut,
keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisipaling
baik bagi alam dan isinya untuk bertindak.
Calista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi
ilmiahyangberorientasikepadapraktikkeperawatanyangmemiliki
sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.
Martha E. Rogers mendifinisikan keperawatan adalah ilmu humanisti atau
humanitarian yang menggambarkan dan memperjelas bahwa manusia
dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secaraumum
dengan memperkirakan prinsip – prinsip dasar untuk ilmu pengetahuan
praktis. Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusiaan, mempelajari tentang
alam dan hubungannya dengan perkembangan manusia.
Dari keempat definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keperawatan
adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan
professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standart pelayanan
dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat
professional secara mandiri atau melalui upayakolaborasi.

TujuanKeperawatan
Memberi bantuan kepada klien (seperti memberikan informasidan
pencapaian haknya sebagai klien)
Memenuhi dasar kebutuhan klien (makanan, minuman danobat-obatan)
Memberi kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan ilmunya
(walaupun sudah jadi perawat tetap menggali ilmu pengetahuan agartidak
ketinggalan zaman)
Memelihara hubungan kerja antar parawat (keperawatan membantu perawat
untuk hidup seperti keluarga, tanpa adanya iri diantara perawat, perawat
dengan perawat bisa saja saling bertukar pikiran dan saling memberi
masukan sehingga terciptalah keperawatan yang seperti diharapkan).

Ciri-ciri KeperawatanProfessional
Berorientasi pada pelayanan masyarakat.
Berbasis keahlian pada jenjangtinggi.
Terbuka dengan ide-idebaru.
Memilii rasahumor.
Dapat berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.
Berpenampilanbaik.
Periang.
Dalam bekerja tidak semata-mata berorientasi karenauang.
Memiliki kodeetik.
Memiliki organisasiprofesi.

Nilai-Nilai DalamKeperawatan
Nilai adalah keyakinan personal mengenai harga atas suatu ide, tingkah
laku, kebiasaan atau objek yang menyusun suatu standar yang mempengaruhi
tingkah laku. (Rokeach, 1973).

Nilai dalam KeperawatanProfessional


NilaiPerawatan
Asuhan yang berupaya untuk melindungi dan meningkatkan harga diri
serta integritas orang lain.
NilaiEsensial
Standar tingkah laku yang menggambarkan sejumlah nilai yang dianut
profesi.
Aesthetics (Keindahan)
Kualitas objek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan
kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi, sensitifitas, dan
kepedulian.
Altruisme (Mengutamakan oranglain)
Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk keperawatan,
komitmen, arahan, kedermawanan atau kemurahan hati, serta ketekunan.
Equality (Kesetaraan)
Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sifat
asertif, kejujuran harga diri, dan toleransi.
Freedom(Kebebasan)
Memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri,
harapan, disiplin, serta kebebasan dalam pengarahan dirisendiri.

Human dignity (Martabatmanusia)


Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat manusia
sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan,
pertimbangan dan penghargaan penuh terhaddap kepercayaan.
Justice(Keadilan)
Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas,
moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta kewajaran.
Truth (Kebenaran)
Menerima kenyataan dan realita, termasuk accountability, kejujuran,
keunikan dan reflektifitas yang rasional.
NilaiAdvokasi
Mendukung, menjunjung dan berbicara mengenai nilai yang dianut
seseorang.

FungsiNilai
Membentuk perilakuseseorang.
Filter : menyaring hal-hal penting dalambersosialisasi.
Memberikan pedoman dalam pelayanankesehatan.

Ciri dan Karakteristik Profesi


Winsley(1964)
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai
dasar untuk mengembangkan teori yang sistematis gunamelengkapi
banyak tantangan yang baru memerlukan pendidikan dan pelatihan yang

cukup lama serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan.

Schein E.H (1962)


Profesi merupakan suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun
suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannyayang
khusus di masyarakat.
Hughes, E.C(1963)
Profesi merupakam suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu
dengan lebih baik dibandingkan orang lain (pasien).

Ciri-CiriProfesi
Berorientasi pada pelayanan masyarakat.
Pelayanan keperawatan yang diberikan berdasarkan pada ilmu
pengetahuan
Adanya otonomi.
Memiliki kodeetik.
Adanya organisasiprofesi.

KarakteristikProfesi
Pekerjaan dilakukan secara menetap, mungkin seumurhidup.
Pekerjaan yang dilakukan memberi kepuasan karena merupakanpanggilan
jiwa.
Memiliki keterampilan khusus menyangkut ilmu danseni.
Keputusan yang diambil didasarkan pada prinsip/teori dalamkegiatan
professional.
Berorientasi pada asuhan untuk memenuhi kebutuhankesehatan.
Asuhan yang diberikan didasarkan atas kebutuhanobjektif.
Mempunyai otonomi dalam menentukan tindakan.
Memiliki standar etika dan praktikprofessional.
Mempunyai wadah yang berbentuk organisasi profesi.

Kriteria Profesi Keperawatan


Kriteria adalah kualitas, atribut, atau karakteristik yang dapat diukur
yang menguraikan keteramplan, pengetahuan, sikap/perilaku khusus.(Kenney
& Anristensen, 2009).
Kelly (1981) dalam Simamora (2009), menyebutkan kriteria profesi
keperawatan meliputi :
Layanan yang diberikan merupakan suatu hal yang sangat pentingbagi
kemanusiaan.
Adanya Body & Knowledge yang khususdipelajari.
Relatif bebas dan dapat mengontrol kebijakan dan aktifitas yang mereka
perbuat(otonomi).
Memiliki dasar pendidikan di institusi pendidikan tinggi.
Memberi pelayanan dengan motivasi kuat dan bekerja secaraprofessional.
Adanya kodeetik.
Terdapat organisasi profesi yang dapat memberikan bantuan dandorongan
dalam menerapkan standar praktik keperawatan.
Layanan yang diberikan termasuk aktifitas intelektual tanggung gugat &
tanggung jawab merupakan suatu tantangan besar dan harusdijawab.

Peran dan FungsiPerawat


Peran sebagai pemberi asuhankeperawatan.
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat
sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasitingkatperkembangannya.Pemberianasuhankeperawatanini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengankompleks.
Peran Sebagai Advocad (pembela)Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat
berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi
hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiridan
hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
Peran Sebagai Edukator Peran
ini dilakukan untuk:
Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuanklien
mengatasi kesehatanya.
Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien.

Peran SebagaiKoordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.

Tujuan Perawat sebagi Koordinator adalah :


Untukmemenuhiasuhankesehatansecaraefektif,efisiendan
menguntungkan klien.
Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan padaklien.
Menggunakan keterampilan perawat untuk:
Merencanakan
Mengorganisasikan
Mengarahkan
Mengontrol
Peran SebagaiKolaborator
Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
Peran SebagaiKonsultan
Peran disini adlah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
Peran SebagaiPembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Peran perawat sebagai
pembaharu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
Kemajuanteknologi
Perubahan Lisensi
Regulasi
Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhankesehatan.

FungsiPerawat
Fungsiindependen.
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri
dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan
aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan
kenyamanan,pemenuhankebutuhancintamencintai,pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
FungsiDependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas
pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan
pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat
spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
FungsiInterdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara tim satu dengan lainnya fungsi ini dapat terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian
pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita
yang mempunyai penyakit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi
dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti
dokter dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat
dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.

Konsep PerawatanPaliatif
Pengertian KeperawatanPalliatif
Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah
setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada
pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk
menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu
sendiri atau memberikan menyembuhkan.
Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan
meningkatkan kualitas hidup orang menghadapi yang serius, penyakit yang
kompleks. Non-rumah sakit perawatan paliatif tidak tergantung pada
prognosis dan ditawarkan dalam hubungannya dengan kuratif dan semua
bentuk lain yang sesuai perawatan medis.
Di Amerika Serikat, pembedaan dibuat antara perawatan paliatif
rumah sakit umum dan perawatan, yang memberikan perawatan paliatifuntuk
mereka pada akhir kehidupan; dua aspek perawatan berbagi filosofi yang
sama tetapi berbeda dalam sistem pembayaran mereka dan lokasi layanan.
Di tempat lain, misalnya di Inggris, pembedaan ini tidak operatif: di
samping penampungan khusus, tim paliatif non-perawatan berbasis rumah
sakit memberikan perawatan kepada mereka dengan membatasi hidup
penyakit pada setiap tahap penyakit. Istilah "perawatan paliatif" umumnya
mengacu pada setiap perawatan yang meredakan gejala, apakah ada atau tidak
ada harapan penyembuhan dengan cara lain, dengan demikian, WHO baru-
baru pernyataan panggilan perawatan paliatif "pendekatan yang meningkatkan
kualitashiduppasiendanmerekakeluargamenghadapimasalahyangterkait
dengan penyakit yang mengancam jiwa.
Perawatan paliatif juga dapat digunakan untuk mengurangi efek
samping dari pengobatan kuratif, seperti mengurangi rasa mual yang
berhubungan dengan kemoterapi. Istilah "perawatan paliatif" semakin
digunakan berkaitan dengan penyakit lain selain kanker seperti kronis,
gangguan paru progresif, penyakit ginjal, gagal jantung kronis, HIV / AIDS,
dan kondisi neurologis progresif. Selain itu, bidang yang berkembang pesat
perawatan paliatif pediatrik telah menunjukkan dengan jelas kebutuhan untuk
layanan diarahkan khusus untuk anak-anak dengan penyakit serius. Meskipun
konsep perawatan paliatif bukanlah hal yang baru, kebanyakan dokter secara
tradisional berkonsentrasi pada mencoba untuk menyembuhkan pasien.
Pengobatan untuk pengentasan gejala dipandang sebagai berbahaya dan
dilihat sebagai kecanduan mengundang dan efek samping yangtidak
diinginkan.
Fokus pada kualitas hidup pasien telah meningkat sangat selama dua
puluh tahun terakhir. Di Amerika Serikat saat ini, 55% dari rumah sakit
dengan lebih dari 100 tempat tidur menawarkan program perawatan paliatif,
dan hampir seperlima dari rumah sakit masyarakat memiliki program
perawatan paliatif. Sebuah perkembangan yang relatif baru adalah konsep dari
tim perawatan kesehatan khusus yang sepenuhnya diarahkan untuk perawatan
paliatif: tim perawatan paliatif. Ada sering kebingungan antara istilah rumah
sakit dan perawatan paliatif. Di Amerika Serikat, rumah sakit layanan dan
program perawatan paliatif berbagi tujuan yang sama untuk memberikan
bantuan gejala dan manajemen nyeri. Non-rumah sakit perawatan paliatif
yangsesuaiuntukorangdenganpenyakitserius,kompleks,apakahmereka
diharapkan untuk pulih sepenuhnya, untuk hidup dengan penyakit kronis
untuk waktu yang lama, atau mengalami perkembangan penyakit. Sebaliknya,
meskipun perawatan rumah sakit juga paliatif, yang berlaku untukjangka
rumah sakit perawatan diberikan menjelang akhir kehidupan.
Definisi perawatan paliatif telah mengalami beberapa evolusi. menurut
WHO pada 1990 perawatan palliative adalah perawatan total dan aktif dari
untuk penderita yang penyakitnya tidaklagi responsive terhadap pengobatan
kuratif. Berdasarkan definisi ini maka jelas Perawatan Paliatif hanya diberikan
kepada penderita yang penyakitnya sudah tidak respossif terhadap
pengobatankuratif. Artinya sudah tidak dapat disembuhkan dengan upaya
kuratif apapun. Tetapi definisiPerawatan Paliatif menurut WHO 15 tahun
kemudian sudah sangat berbeda.
Definisi perawatan paliatif yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005
bahwa perawatan paliatif adalah sistemperawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeridan penderitaan
lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat
diagnosaditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang
kehilangan/berduka.
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Perawatan Paliatif diberikan
sejak diagnosa ditegakkansampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan
pada stadium dini atau lanjut, masih bisadisembuhkan atau tidak, mutlak
Perawatan Paliatif harus diberikan kepada penderita itu.Perawatan Paliatif
tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan
denganmemberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka.
Perawatan paliatif tidak hanyasebatas aspek fisik dari penderita itu
yang ditangani, tetapi juga aspek lain seperti psikologis, sosialdan
spiritual.Titik sentral dari perawatan adalah pasien sebagai manusia
seutuhnya, bukan hanya penyakit yangdideritanya. Dan perhatian ini tidak
dibatasi pada pasien secara individu, namun diperluas sampaimencakup
keluarganya. Untuk itu metode pendekatan yang terbaik adalah melalui
pendekatanterintegrasi dengan mengikutsertakan beberapa profesi terkait.
Dengan demikian, pelayanan padapasien diberikan secara paripurna, hingga
meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual. Makatimbullah pelayanan
palliative care atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan
terintegrasiantara dokter, perawat, terapis, petugas social-medis,psikolog,
rohaniwan, relawan, dan profesilain yang diperlukan.Lebih lanjut, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif berpijak
pada pola dasar berikut ini :
Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai
proses yang normal.
Tidak mempercepat atau menundakematian.
Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yangmenganggu.
Menjaga keseimbangan psikologis danspiritual.
Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita padakeluarga.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perawatan


palliative adalah untukmengurangi penderitaan pasien, memperpanjang
umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, jugamemberikan support kepada
keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpentingsebelum
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres
menghadapipenyakit yang dideritanya.
Perkembangan KeperawatanPaliatif
Di negara maju, perawatan khusus bagi mereka yang akan segera
meninggalmerupakan kolaborasi antara keluarga dan para profesional, dan
memberikan layanan medis,psikologis, social dan spiritual.Pengobatan paliatif
bermaksud mengurangi nyeri dan mengurangi symptom selain nyeri
sepertimual, muntah dan depresi. Perawatan bagi mereka yang akan segera
meninggal pertama didirikandi Inggris melalui lokakarya cicely Saunders di
RS Khusus St. Christopher, RS khusus tersebut pindahke AS pada tahun 1970-
an. RS khusus pertama di AS adalah RS New Haven yang kemudian menjadi
RSkhusus Connecticut. RS tersebut kemudian menyebar ke seluruh Negara.Di
Indonesia perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19 Februari 1992 di RS
Dr. Soetomo(Surabaya), disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS
Kanker Dharmais (Jakarta), RS WahidinSudirohusodo (Makassar), RS Dr.
Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).Di RS Dr. Soetomo
perawatan paliatif dilakukan oleh Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas
Nyeri.Pelayanan yang diberikan meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif),
rawat rumah,day care, danrespite care.Pengertian rawat jalan dan rawat inap
sudah cukup jelas. Rawat rumah (home care) dilakukandengan melakukan
kunjungan ke rumah-rumah penderita, terutama yang karena alasan-
alasantertentu tidak dapat datang ke rumah sakit. Kunjungan dilakukanoleh
tim yang terdiri atas dokterpaliatif, psikiater, perawat, dan relawan, untuk
memantau dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami
penderita kanker dan keluarganya, bukan hanyamenyangkut
masalahmedis/biologis, tetapi juga masalah psikis, sosial, dan spiritual.
Day care merupakan layanan untuk tindakan medis yang tidak
memerlukan rawat inap, misalnyaperawatan luka, kemoterapi, dsb.
Sedangrespite caremerupakan layanan yang bersifat psikologis.Di sini
penderita maupun keluarganya dapat berkonsultasi dengan psikolog atau
psikiater,bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik,
atau sekedar bersantai danberistirahat. Bisa juga menitipkan penderita kanker
(selama jam kerja), jika pendamping ataukeluarga yang merawatnya ada
keperluan lain

Perkembangan Hospice Care


Di Indonesia, perawatan di hospis atau Hospice care merupakan hal
yang baru. Falsafah Hospice Care adalah manusia yang menderita harus
dibantu dan diringankan penderitaannya, agar kualitas hidupnya dapat
ditingkatkan selama sakit sampai ajal, dan meninggal dengan tenang.

Lembaga Pelayanan Kesehatan, terdiri dari:


Rawat Jalan
Institusi
Hospice.
Community BasedAgency

HospiceCare
Adalah perawatan pasien terminal (stadium akhir) dimana pengobatan
terhadappenyakitnya tidak diperlukan lagi. Perawatan ini bertujuan
meringankan penderitaan dan rasa tidaknyaman dari pasien, berlandaskan
pada aspek bio-psiko-sosial-spiritual. (Hospice Home Care, 2011) The focus of
hospice relies on the belief that each of us has the right to die pain-free and
withdignity,andthatourlovedoneswillreceivethenecessarysupportto

allow us to do so.

Hospice focuses on caring, not curing and, in most cases; care isprovided
in the persons home.

Hospice care also is provided in freestanding hospice centers, hospitals, and


nursing homes andother long-term carefacilities.
Hospiceservicesareavailabletopatientsofanyage,religion,race,or
illness.

Hospice care is covered under Medicare, Medicaid, most private insurance


plans, HMOs, andother managed careorganizations.

RuangLingkup
Pasien yg tinggal di daerahpedalaman.
Pasien dengan Ca, heart disease, AIDS, kidney and lungdisease.
Pasien di nursinghome.
Pasien yg tinggalsendirian
TujuanPelayananHospiceCare
Meringankan pasien daripenderitaannya.
Memberikan dukungan moril, spirituil maupun pelatihan praktis dalamhal
perawatan pasienbagi keluarga pasien dan pelaku rawat.
Memberikan dukungan moril bagi keluarga pasien selama masa dukacita.

TimPelaksanaHospiceCare
Dokter.
Perawat.
PekerjaSosial.
Relawan.

Bentuk HospiceCare
The InstitutionHospiceCare
HospiceHomeCare
Palliative Care

Standar AsuhanKeperwatan
Standard I : Perawat mengumpulkan data kesehatanklien
Standard II : Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, perawat
melakukan analisa terhadap data yangtelah terkumpul
StandardIII:Perawatmengidentifikasihasilyangdiharapkanbaikdari
klien maupun lingkungannya.
Standard IV : Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan
denganmenetapkanintervensiyangakandilakukanuntukmencapaihasil
yang diharapkan.
StandardV:Perawatmelaksanakanrencanaintervensiyangtelahdi
tetapkan dalam perencanaan.
Standard VI : Perawat melakukan evaluasi terhadap kemajuan klien yang
mengarah ke pencapaian hasil yangdiharapkan.

Standar Kinerja Profesional (ProfesionalPerformance)


Standard I : Kualitas asuhan keperawatan, perawat melakukan evaluasi
terhadap kualitas dan efektifitaspraktik keperawatan secarasistematis.
Standard II : Performance Appraisal , perawat melakukan evaluasi diri sendiri
terhadap praktik keperawatanyang dilakukannya dihubungkan
denganstandarpraktikprofessional,hasilpenelitianilmiahdanperaturan
yang berlaku.
StandardIII:Pendidikan,perawatberupayauntukselalumeningkatkan
pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam praktik keperawatan.
Standard IV : Kesejawatan, perawat berinteraksi dan berperan aktif dalam
pengembangan professionalisme sesama perawat dan praktisikesehatan
lainnya sebagai sejawat.
Standard V : Etika, putusan dan tindakan perawat terhadap klien
berdasarkan pada landasan etika profesi
Standar VI : Kolaborasi, dalam melaksanakan asuhankeperawatan,
perawat berkolaborasi dengan klien,keluarga dan praktisi kesehatan lain.
Standar VII : Penelitian, dalam praktiknya, perawat menerapkanhasil
penelitian.
Standard VIII : Pemanfaatan sumber, perawat membantu klien atau keluarga
untuk memahami resiko, keuntungan dan biaya perencanaan dan
pelaksanaan asuhankeperawatan.

Etik dalam Perawatan Paliatif


Autonomy (otonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu be
rpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap k
ompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berb
agai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otono
mi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai pers
etujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat tim perawatan paliatif menghargai ha
k-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
Non maleficience (tidakmerugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikolog
is pada klien. Prinsip tidak merugikan (Nonmaleficience, do no harm) hendak
mengartikan bahwa kita berkewajiban jika melakukan suatu tindakan agar jan
gan sampai merugikan orang lain. Prinsip ini nampaknya sama dengan salah s
atu prinsip dari Hippocrates, yaitu Premium non nocere yang berarti bahwa ya
ng terpenting adalah jangan sampai merugikan. (Achadiat, 2007).
Veracity(kejujuran)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan o


leh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pa
sien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity ber
hubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Infor
masi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif dan objektif untuk memfa
silitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang se
benarnya kepada pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ke
adaan dirinya salama menjalani perawatan. Walaupun demikian terdapat beber
apa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenar
an akan kesalahan prognosis pasien untuk pemulihan, atau adanya hubungan p
aternalistik bahwa “doctor knows best” sebab individu memiliki otonomi, mer
eka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Ke
benaran adalah dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

Beneficienec (berbuatbaik)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, m
emerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan ot
onomi.

Justice(keadilan)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nil
ai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika tim perawatan paliatif bek
erja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yan
g benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

Confidentiality(Kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang
Pasien harus dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kes
ehatan Pasien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan Pasien. Tak ada sa
tu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin kan oleh
Pasien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang Pasien diluar area pelaya
nan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang Pasien dengan tenag
a kesehatan lain harus dicegah. Komunikasi yang terjaga adalah informasi yan
g diberikan oleh tim perawatan kepada Pasien dengan kepercayaan dan keyaki
nan informasi tersebut tidak akan bocor ( Perry & Potter, 1997).

Accountability(Akuntabilitas)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggu
ng jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang
lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang mana tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Tim Perawatan seringkali mengandalkan pertimbangan mereka denagn meng
gunakan (Teori Moral Mandle, 1994, dalam Perry & Potter, 1997 ) yaitu Teori
Deontologi : Pemikiran mengarahkan seseorang untuk mempertimbangkan ke
benaran dan kesalahan bawaan dari dari suatu tindakan atau kewajibantersebu
t. Teori Teleologis : umumnya mempertimbangkan konsekwensi suatutindaka
n. Teori moral semacam ini memulai sesuatu yang baik dengan melihat pada si
tuasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, berdasaran konsekwensi
apa yang akan dialami orang yang terlibat jika tindakan tersebut dilakukan.

Kebijakan Nasional Terkait PerawatanPaliatif


Tujuan dan SasaranKebijakan
TujuanKebijakan
Tujuan umum: Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif
di Indonesia.
Tujuan khusus:
Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standaryang
berlaku di seluruh Indonesia.
Tersusunnyapedoman-pedomanpelaksanaanataujuklakperawatan
paliatif.
Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
Tersedianya sarana dan prasarana yangdiperlukan.

Sasaran kebijakan pelayanan paliatif


Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang
memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien beradadi
seluruhIndonesia.
Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenagakesehatan
lainnya dan tenaga terkaitlainnya.
Institusi-institusi terkait,misalnya:
Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatankabupaten/kota
Rumah Sakit pemerintah danswasta
Puskesmas
Rumah perawatan/hospis
Fasilitas kesehatan pemerintah dan swastalain.

Lingkup Kegiatan PerawatanPaliatif


Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi:
Penatalaksanaannyeri.
Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
Asuhankeperawatan
Dukunganpsikologis
Dukungansocial
Dukungan kultural danspiritual
Dukungan persiapan dan selama masa dukacita(bereavement).
Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan
kunjungan/rawat rumah.

Aspek Medikolegal dalam PerawatanPaliatif


Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasienpaliatif.
Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan
paliatif melalui komunikasi yang intensif danberkesinambungan
antara tim perawatan paliatif dengan pasien dan keluarganya.
Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran pada
dasarnya dilakukan sebagaimana telah diatur dalamperaturan
perundang-undangan.
Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis)yang
membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan paliatif
sebaiknya setiap tindakan yang berisiko dilakukan informed consent.

Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien


sendiri apabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga
terdekatnya. Waktu yang cukup agar diberikan kepada pasien untuk
berkomunikasi dengan keluarga terdekatnya. Dalam hal pasien telah
tidak kompeten, maka keluargaterdekatnya melakukannya atas
nama pasien.
Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan
atau pernyataan pasien pada saat ia sedang kompeten tentang apa yang
harus atau boleh atau tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila
kompetensinya kemudian menurun (advanced directive). Pesan dapat
memuat secara eksplisit tindakan apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan,ataudapatpulahanyamenunjukseseorangyangnantinya
akan mewakilinya dalam membuat keputusan pada saat ia tidak
kompeten. Pernyataan tersebut dibuat tertulis dan akan dijadikan
panduan utama bagi tim perawatan paliatif.
Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan
paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan
informasi dapat diberikan pada kesempatanpertama.

Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasienpaliatif


Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasidapat
dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.
Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan padasaat
pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.
Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki resusitasi,
sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat
keputusan telah dipahaminya. Keputusan tersebut dapat diberikan
dalam bentuk pesan (advanced directive) ataudalam
informed consent menjelang ia kehilangan kompetensinya.

Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan tidak


resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam advanced directive tertulis.
Namun demikian, dalam keadaan tertentu dan atas pertimbangan
tertentu yang layak dan patut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota
keluarga terdekat dapat dimintakanpenetapan
pengadilan untuk pengesahannya.
Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila
pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui
tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidupnya
berdasarkan bukti ilmiah pada saattersebut.

Perawatan pasien paliatif diICU


PadadasarnyaperawatanpaliatifpasiendiICUmengikutiketentuan-
ketentuan umum yang berlaku sebagaimana diuraikan di atas.
Dalam menghadapi tahap terminal, Timperawatan paliatif harus mengikuti
pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan
life-supporting.

Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasienpaliatif


Tim Perawatan Paliatif bekerja berdasarkan kewenanganyang
diberikan oleh Pimpinan Rumah Sakit, termasuk pada saat melakukan
perawatan di rumah pasien.
Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh
tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan
keselamatan pasien tindakan-tindakan tertentu dapat didelegasikan
kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih. Komunikasi antara
pelaksana dengan pembuat kebijakan harusdipelihara.

Sumber DayaManusia
Pelaksanaperawatanpaliatifadalahtenagakesehatan,pekerjasosial,
rohaniawan, keluarga, relawan.
Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti
pendidikan/pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapatsertifikat.

Pelatihan
Modul pelatihan : Penyusunan modul pelatihan dilakukan dengan
kerjasama antara para pakar perawatan paliatif dengan Departemen
Kesehatan (Badan Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia dan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik). Modul-
modultersebutterdiridarimoduluntukdokter,moduluntukperawat,
modul untuk tenaga kesehatan lainnya, modul untuk tenaga non medis.
Pelatih:PakarperawatanpaliatifdariRSPendidikandanFakultas
Kedokteran.
Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan c.q Pusat Pelatihandan
Pendidikan Badan PPSDM.
Pada tahap pertama dilakukan sertifikasi pemutihan untuk pelaksana
perawatan paliatif di 5 (lima) propinsi yaitu : Jakarta, Yogyakarta,
Surabaya, Denpasar, Makasar. Pada tahap selanjutnyasertifikasi
diberikan setelah mengikuti pelatihan.
Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran paliatif, ilmu
keperawatan paliatif).

Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif


Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah:
Rumah sakit : Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang
memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatankhusus.
Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawatjalan.
Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus, tetapi belum
dapat dirawat di rumah karena masih memerlukan pengawasantenaga
kesehatan.
Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan perawatan yang
tidak mungkin dilakukan oleh keluarga.

Organisasi perawatan paliatif, menurut tempat pelayanan/sarana kesehatannya


adalah :
Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkatpuskesmas.
Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dankelas
B non pendidikan.
Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas BPendidikan
dan kelas A.
Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan
semua unsur terkait.

Pembinaan dan Pengawasan


Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang dengan
melibatkan perhimpunan profesi/keseminatan terkait. Pembinaan dan
pengawasan tertinggi dilakukan oleh Departemen Kesehatan.

Pengembangan dan Pemingkatan Mutu PerawatanPaliatif


Untuk pengembangan dan peningkatan mutu perawatan paliatif diperlukan :
Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan nonkesehatan.
Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan/Continuing Professional
Development untuk perawatan paliatif (SDM) untuk jumlah, jenis dan
kualitas pelayanan. Menjalankan program keselamatan pasien atau patient
safety.

Pendanaan
Pendanaan yang diperlukan untuk:
pengembangan sarana danprasarana
peningkatan kualitasSDM/pelatihan
pembinaan dan pengawasan
peningkatan mutu pelayanan.
Sumber pendanaan dapat dibebankan pada APBN/APBD dan sumber-sumber
lain yang tidak mengikat. Untuk perawatan pasien miskin dan PNS dapat
dimasukan dalam skema Askeskin dan Askes.

Teknik Menyampaikan BeritaBuruk


Berita buruk adalah bagian yang tak dapat elakkan dari praktek medis.
Sebagian besar dari kita khawatir untuk berkomunikasi mengenai hal-hal sensitif
seperti menyampaikan berita buruk, yang terkadang bisa membuat sedih pasien
dan keluarga mereka. Berikut ada beberapa alasan mengapa sulit untuk
memberitahukan berita buruk.
Mungkin merasa bertanggung jawab dan takut jikadisalahkan
Tidak tahu bagaimana cara terbaik untukmelakukannya
Kemungkinan penghambatan karena tidak memiliki pengalamanpribadi
Keengganan untuk mengubah hubungan dokter-pasien yangada
Takut mengganggu peran keluarga ada pasien ataustruktur
Tidak tahu kemampuan dan keterbatasanpasien
Takutimplikasibagi pasien,misalnyacacat, sakit, sosial
dan kerugian keuangan
Takut terhadap reaksi emosionalpasien
Ketidakpastiantentang apa yang mungkinterjadi selanjutnyadan tidak
memilikijawaban atas beberapa pertanyaan
Kurangnya kejelasan peran seoramg pelayankesehatan

Ada beberapa langkah praktis dan logis yang dapat diikuti saat
menyampaiakan kabar buruk kepada pasien. Meskipun ini berfungsi sebagai
pedoman, namun tidak ada peraturan tegas untuk selalu melakukan lamgkah-
langkah tersebut, hal tersebut tergantung dari tantangan medis yang ada. Hal
tersebut tergantung dari penilain secara klinis dan juga pengalaman pelayan
kesehatan tersebut tentang bagaimana berita burukbisa disampaikan secara efektif,
dimana setiap kasus harus dilakukan secara berbeda.Ada lima langkah utama :
Personal preparation
Dibutuhkan waktu yang tepat untuk memberikan suatu berita buruksecara
benar dan disertai
Menanamkan kepercayaan disertai dukungan dengan selalu siap untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan. Untuk alasan tersebut , tidak tepat
rasanya jika menyampaikan kabar buruk di tengah-tengah sebuah klinik
yang sinuk dan ramai. Namun, sebelum melihat pasien terlebih dahulu
Anda harus mengambil beberapa saat untuk mempertimbangkan informasi
apa yang diketahui dan apa yang perlu ditangani. Adapun hal-hal yang
harus dipertimbangkan adalah sebagaiberikut:
Apakah pasien mengharapkan kabar buruk , atau aku ' masuk dingin'?
Apakah harus ada orang lain hadir ( seperti perawat atau kerabat)?
Apa pasien sudah tahu tentang penyakit, atau apa yang telah terjadi?
Apa kemampuan pribadi yang pasien miliki?
Apakah saya mempunyai cukup waktu untuk menghabiskanwaktu
dengan pasien ?
Apakah ada ' bagaimana jika . . . ' Pertanyaan dimana saya harus
mempersiapkan diri untuk menjawabnya ? ( misalnya, ' Bagaimana
kalau dia marah dengan saya ?')

Jeda sesaat, berpikir jernih dan dahulukan meminimalisir kesulitan


sebelum melihat pasien. Dalam menyampaikan berita buruk, banyak kesulitan
timbul dikarenakan dari tidak bisanya pelayan kesehatan berpikir secara jernih
tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara terbaik untuk
mencapainya dan juga terkadang pelayan kesehatan tidak memiliki jawaban
yang cocok atas beberapa pertanyaan pasien.

The physicalsetting
Pengaturan fisik yang ideal adalah kamar pribadi yang cukup nyaman,
bebas dari gangguan, dan memiliki suasana yang tenang. Tentu saja, hal
tersebut tidak selalu dapat terjadi. Namun, dalam beberapa pengaturan,
disebutkan bahwa harus adanya upaya yang dilakukan untuk menjamin privasi
dan kenyamanan pasien. Sebuah tirai harus ditarik di sekitar pasien di sebuah
ksamar terbuka jika tidak mungkin untuk pindah ke kamar pribadi.
Posisi fisik Anda jika dikaitankan dengan pasien adalah penting. Jika
pasien di tempat tidur, itu lebih sulit untuk mempertahankan mata ditingkat
yang sama. Beberapa dokter lebih memilih untuk duduk di sisi tempat tidur,
tetapi hal ini dapat membuat pasien merasa tengganggu dan terlalu dekat bagi
pasien. Duduk di sebuah kursi kantor di samping tempat tidur adalah lebih
baik dan nayaman. Yang lain lebih memilih untuk mengadopsi defensif
posisi bersandar di dinding dekat dengan pasien, hal ini mengindikasikan
postursantaidankomitmenuntuktetapdidalamruangan.Namun,ada
beberapa hal yang tidak boleh Anda lakukan, yaitu :
Janganmemberikankabarburukpadaakhirpemeriksaanfisiksementara
Pasien belum dalam keadaan siap.
Jangan memberikan berita buruk di koridor dan melalui telepon (jika bisa hal
ini harusdihindari).
Janganmondar-mandirdisekitarpasien,lalumelihatkeluarjendelaatau
melakukan hal yang dapat mengganggu pasien.
Terkadang kita bergantung pada alat peraga dalam situasi sulit . Bila
memungkinkan hindari meraba-raba melalui catatan klinis ketika berbicara
dengan pasien. Hal ini penting untuk mempertahankan kontak mata.
Lepaskanlah jaket Anda atau tutupi jas putih Anda, jika Anda lebih suka,
hal ini bisa menciptakan kedekatan yang lebih pribadi dan juga suasana
ramah serta menghindari situasi yang aneh. Selanjutnya lebih baik lagi jika
tidak memakai stetoskop di leher. Potensi sumber gangguan dari telepon,
televisi dan radio pun harusdihindari.

Talking to the patient and responding to theirconcerns


Apa pun yang Anda katakan kepada pasien, adalah penting bagi Anda
untuk melakukannya secara perlahan-lahan atau setidaknya pada kecepatan
yang dapat diterima oleh pasien. Percakapan biasanya menjadi lebih formal
dan serius ketika memberikan berita buruk. Membalas pertanyaan dengan satu
kata haruslah dihindari. Akan sangat luar biasa untuk membalas dengan tegas,
kepada saudara pasien dan berjalan pergi saat ditanyai jika pasien telah
selamat operasi. Sebaliknya, pelayan kesehatan bisa mengatakan, "Seperti
yang Anda ketahui, pamanmu sangat sehat sebelum operasi. Kami melakukan
hal terbaik yang kami bisa, tapi aku takut itu tidak cukup. Dia tidak pernah
sadar, dan saya minta maaf untuk memberitahu Anda bahwa dia meninggal tak
lama setelah operasi." Informasi yang kompleks seperti itu harus disampaikan
dengan rasa empati terhadap kebutuhan dan keprihatinan terhadap pasien.
Kegagalan untuk melaksanakan suatu hal dapat membuat pertemuan itu tidak
efektif, tidak membantu atau membuat pasien stress. Lalu dalam
menyampaikan berita buruk dibutuhkan:

Empati
Seharusnya tidak terlalu sulit untuk berempati dengan seseorang
yang telah mengalami kehilangan atau telah mendengar kabar buruk,
karena kebanyakan dari kita dapat dengan mudah mengidentifikasikan
seseorang yang sedang menghadapi atau mengalami kesulitan. Empati
berarti mampu menempatkan diri di tempat orang lain, terutama seseorang
yang mungkin tertekan. Mendengarkan dengan penuh perhatian kepada
pasien dan berusaha untuk memahami kesulitan mereka lebihlengkap
adalah salah satu deskripsi empati. Anda juga harus menjadi empatik
dengan tidak memperkenalkan informasi baru terlalu cepat dan tidak
memaksakan pandangan dan membuat sebuah asumsi yang tidak sesuai
dengan keadaan.

Dimulai dengan apa yang pasien atau kerabatnya sudah tahu atau pahami
Sebelummemberikankabarburuk,salahsatuhalyangpenting
adalah mengetahui bagaimana kesan pasien tentang penyakitnya. Hal ini
akan langsung mempengaruhi bagaimana Anda nantinya menyampaikan
kabar. Seorang pasien yang terlalu optimis atau tidak, dan tampak
memahami implikasi serius dari penyakit perlu diperkenalkan kepada
berita yang lebih bertahap. Disana sejumlah pertanyaan yang bisa diajukan
dalam rangka untuk mencari tahu apa pasien sudah tahu tentang
penyakitnya dan mungkin mengharapkan suatu kesembuhan. Dalam
beberapa kasus, pasien mungkin memberikan kesan mengetahui sangat
sedikit tentang kondisi mereka meskipun telah melakuakn konsultasi
sebelumnya. Mereka mungkin banyak yang berharap bahwa informasi
baru telah datang untuk mengubah kabar sebelumnya atau mereka
mungkin tidak ingin mendengar berita buruk. Kedua hal ini menunjukkan
penolakan keparahan penyakit dan mungkin diperlukan pertemuan pertama
untuk mengingatkan pasien dari percakapan sebelumnya. Demikian pula,
Anda harus memperhatikan dekat dengan respon pasien terhadap
pertanyaan, keadaan emosional dan intelektual, karena ini secara langsung
mempengaruhi apa yang mungkin perlu dijelaskan secara lebih detail, dan
cara terbaik yang bagaiman untuk menyampakan kabar buruk. Hal ini
penting untuk memeriksa pemahaman pasien tentang istilah tertentu.

Mencari tahu apa yang pasien ingintahu


Setelah menetapkan apa yang pasien sudah ketahui, Anda bisa mulai
memperbarui pengetahuan pasien dan pemahamannya. Namun, jika Anda
mungkin tidak jelas tentang apa yang pasien ingin tahu dan pada tahap
mana, Anda harus terlebih dahulu mencari tahu dengan bertanya, 'Apa
yang ingin kamu ketahui? Apakah ada sesuatu yang tidak kamu ingin
dengar?' Pertanyaan-pertanyaan berikut bisa membantu untuk membuka
percakapan tentang masalah penting ini:
"Ini membantu kami untuk mendengar dari Anda apa yangingin Anda
ketahui tentang kondisi Anda. Apakah ada sesuatu yang tidak ingin
Anda dengar?"
"Apa yang Anda ingin dengar dari hasildiagnosa?"
"Apakah Anda ingin tahu semua detail tentang diagnosis, tesdan
perawatan, atau apakah Anda hanya ingin mengetahui garis besar apa
yang terjadi?"
"Anda mengatakan Anda hanya ingin diberitahu bila ada ' kabar baik'.
Apayangharuskitalakukanjikakitapunyakabarburuk?"

Aktif mendengarkan, memberikan informasi, umpan balik dan menangani


kepentingan sang pasien.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah membangun hubungan
dan kepercayaan. Mendengarkan secara aktif melibatkan menanggapi
pertanyaan dan kekhawatiran sementara pada saat yang sama memimpin
pembicaraan.

Memunculkan kekuatan diri sangpasien.


Disini Anda harus membicarakan bagaimana pasien sebelumnya
telah diatasi dengan cukup sulit. Ini membantu membuat eksplisit sumber
daya apa yang sebenarnya individu miliki dan dukungan tambahan apa
yang mungkin pasienperlukan.

Arranging follow-up orreferral


Setelah pasien sudah diberitahukan kabar buruk, yang paling penting
adalah waktu dimana beberapa saat setelah pertemuan. Hal ini menggoda
untuk mengasumsikan bahwa pasien telah mengetahui dan mengerti apa yang
mereka butuhkan. Meminta pasien untuk meringkas apa yang mereka ingat
adalah cara untuk memeriksa apa yang mereka telah ketahui selama ini. Jika
Anda tidak memperbaiki kesalahpahaman sekarang, pasien mungkin hanya
ingat aspek-aspek positif atau negative dari berita tersebut, yang keduanya
dapat meningkatkan risiko depresi reaktif, penolakan, kecemasan dan bahkan
bunuh diri. Dalam beberapa kasus mungkin tepat untuk membuat rujukan lain
profesional, seperti psikolog atau konselor, untuk spesialis bantuan dengan
berita dukacita, kegelisahan dandepresi.

Feedback and handover to professionalcolleagues


Ini adalah praktik yang baik untuk menginformasikan rekan-rekan pasien
tentang pertemuan dengan pasien, meringkas bagaimana keadaan pasien, apa yang
pasien telah ketahui dan mengerti, dan masalah apa yang mungkin terjadi atau
reaksi apa yang diharapkan. Hal ini membantu orang lain yang merawat pasien,
untuk mengetahui apa yang harus dikatakan tanpa membingungkan atau
mengganggu pasien dengan informasi yang berbeda tentang prognosis dan
pengobatan. Diskusi dan konsultasi dengan kolega juga dapat membuat tugas
memberikan berita buruk lebih mudah dengan meningkatkan profesional dukungan
dan mengeksplorasi ide-ide.

Proses memberikan berita buruk :


Berikaninformasi
Periksa pemahaman pasien informasi
Mengidentifikasi masalah utamapasien
Mendatangkanstrategi penanggulanganpasien dan sumber daya pribadi dan
memberikan harapan yangrealistis.
DAFTAR PUSTAKA

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan


Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Maramis,W.F., 2009. Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa. Surabaya: Airlangga Universitas Press.

Sofyan S. Willis, 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta

Sugiharto, 2005. Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPG

Suliha, (2002). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Setiawati. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan, Jakarta: TIM.

Nuhonni dkk (2010) : Bunga Rampai Perawatan paliatif , Badan Penerbit FKUI Jakarta

Phipps..J Wilma et al (2003) : Medical surgical nursing : Health and illness perspectives, ,Mosby
Inc., USA Ruland & Shirley dalam Tomey & Alligood : Peace end of life (2006), 6th ed,
Mosby Elsevier, St Louis Missouri

Tshudin Verena (1988) : Nursing the patient with cancer, Prentice Hall, New York

White,PG,2002 , Word Hospice Palliative Care The Loss of Child Day, Pediatric Heart Network,
www.hospiceinternational.com, diambil pada tanggal 12 Januari 2017

Woodruff Asperula Melbourne 4th edn 2004. Standards for Providing Quality Palliative Care for
all Australians. Palliative Care Australia.Palliative Medicine

Anda mungkin juga menyukai