Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PRAKTIKUM

FITOKIMIA

TUGAS 1

Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloida (Ekstrak Piper nigrum L.)

DINDA MUJI NURHANDINI

201610410311171

FARMASI D

KELOMPOK 10

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
Tugas 1

Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloida (Ekstrak Piper nigrum L.)

1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan alkaloida dalam
tanaman.

I.2 Tinjauan Pustaka


A) Tanaman Piper nigrum L

Tanaman lada atau merica (Piper nigrum Linn.) merupakan jenis rempah-
rempah yang termasuk ke dalam famili Piperaceae. Bagian yang diambil dari
tanaman ini adalah bijinya. Merica memiliki beberapa variasi, yaitu hitam, putih,
dan hijau. Pada umumnya lada hitam (black pepper) dimanfaatkan sebagai bumbu
dapur, sama halnya dengan lada putih (white pepper)(Agoes, 2010).

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Species : Piper nigrum L.

Morfologi Piper nigrum L

Lada merupakan tanaman tahunan memanjat dengan akar hawa menggantung


yang dapat tumbuh sampai 10 m. Tanaman ini merambat pada pohon atau kayu
penyangga dan mudah mengakar jika menyentuh tanah. Daunnya menyilang
dengan lebar 3-6 cm dan panjangnya 5-10 cm. Bunganya kecil berkantong 4-8 cm
panjang (Agoes, 2010).

Tanaman lada ini memiliki daun tunggal bertangkai yang bentuknya bulat telur
dengan pucuk yang meruncing. Daun belahan atas berwarna hijau tua
mengkilat,sedangkan pada belahan bawah berwarna hijau pucat dan tak mengkilat.
Panjang tangkai daun 2-4 cm, panjang daun 12-18 cm dan lebarnya 5-10 cm. Daun
pada batang bagian atas tanaman tidak sama dengan daun pada bagian bawah. Pada
bagian atas, daun memiliki ukuran lebih panjang sedangkan di bagian bawah lebih
bulat((Agoes, 2010).

Dahan tanaman lada tumbuh vertikal, namun akan tumbuh secara horizontal
setelah buah tua dan masak, dan kadang menggantung karena dipengaruhi bobot
buah yang masak tersebut. Buah lada berbentuk bulat, berbiji keras dan berkulit
buah yang lunak. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua
berwarna kuning. Setelah dikeringkan, biji lada akan berwarna hitam (Hardiman,
2014)
Khasiat dan Penggunaan

Lada memiliki sifat pedas yang berkhasiat untuk menghangatkan tubuh, dan
melancarkan peredaran darah. Menurut beberapa penelitian, piperin (senyawa
organik bahan alam yang termasuk dalam golongan alkaloid golongan piridin)
yangterdapat dalam lada juga mampu merangsang produksi endorfin di otak dan
karena itu dianggap sebagai zat dengan sifat antidepresan. Salah satu sifat dari lada
hitam secara universal diakui bahwa sangat bermanfaat bagi pencernaan dengan
stimulasi metabolisme. Manfaat tersebut adalah karena adanya piperin yang
meningkatkan produksi cairan dalam lambung, yang tentunya juga dapat
meninkatkan penyerapan nutrisi yang terdapat dalam makanan ke dalam tubuh kita.
Khasiat lainnya adalah sebagai senyawa diuretik, antioksidan dan analgesik
(Hardiman, 2014).

Lada diketahui berkhasiat dalam menambah nafsu makan, memperbaiki sistem


pencernaan, menambah cita rasa makanan, meluruhkan keringat, meningkatkan
sekresi lambung, mengurangi rasa mual, serta sebagai stimulan dan antibakteri.
Lada mengandung sedikit safrole, suatu senyawa karsinogenik ringan. Tidak
dianjurkan untuk dikonsumsi oleh pasien bedah usus atau tukak lambung karena
sifatnya yang iritatif (Agoes, 2010).

Kandungan

Kandungan utama dalam lada adalah alkaloid piperin.Piperin berbentuk kristal


berwarna putih kekuningan dan merupakan alkaloid dari golongan piperidin yang
memiliki sifat hampir tidak larut dalam air (Kar, 2013).

Piperin memiliki khasiat sebagai antiinflamasi, antimalaria, menurunkan berat


badan, menurunkan demam, menetralkan racun bisa ular, antiepilepsi, membantu
meningkatkan penyerapan vitamin tertentu. Kualitas ekstrak buah lada dipengaruhi
oleh kandungan dan kadar senyawa kimia di dalamnya. Senyawa piperin
merupakan senyawa identitas yang paling banyak terkandung dalam buah lada serta
memiliki beragam khasiat pengobatan (Hikmawati, 2016).

B) Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder yang paling banyak jumlah


strukturnya. Senyawa ini banyak terdapat di dalam tumbuhan dan tersebar di
seluruh bagiannya, terutama di bagian daun dan batang (Hesse 2002). Tumbuhan
berbunga (Angiospermae) merupakan sumber terbesar senyawa alkaloid. Alkaloid
sebagai suatu penghasil terpenting dan terbesar bahan tumbuhan pengandung
nitrogen yang terdapat di alam yang memiliki sifar farmakologis paling beraneka
ragam dan juga sangat spesifik dapat dikelompokkan dngan sejumlah cara dan
tujuan (Kar, 2013).

Klasifikasi

Alkaloid dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Alkaloid sejati
Alkaloid sejati adalah senyawa yang mengandung nitrogen pada struktur
heterosiklik, struktur kompleks, distribusi terbatas yang menurut beberapa ahli
hanya ada pada tumbuhan. Alkaloid sejati ditemukan dalam bentuk garamnya
dan dibentuk dari asam amino sebagai bahan dasar biosintesis.
2. Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid memiliki sifat seperti alkaloid sejati tetapi tidak diturunkan dari
asam amino. Contoh : isoprenoid, terpenoid (coniin), dan alkaloid steroidal
(paravallarine).
3. Protoalkaloid
Protoalkaloid adalah senyawa amin sederhana dengan nitrogen tidak berada
pada cincin heterosiklik. Contoh : mescaline, betanin, dan serotonin (Swastini,
Dewa Ayu.2007)
Berdasarkan atom nitrogen, alkaloid dibedakan menjadi :
- Alkaloid pirolidin, misal Higrin
- Alkaloid piperidin, misal Lobelin
- Alkaloid pirolizidin, misal Senesionin
- Alkaloid tropana, misal Atropin
- Alkaloid kuinolin, misal Kuinin
- Alkaloid isokuinolin, misal Morfin
- Alkaloid indol, misal Ergometrin
- Alkaloid imidazol, misal Pilokarpin
- Alkaloid purin, misal Kafein
- Alkaloid steroid, misal Solanadin
- Alkaloid amino, misal Efedrin
- Alkaloid diterpen, misal Akonitin

Fungsi Alkaloid dalam Tanaman

1. Sebagai zat beracun yang letaknya strateggis di tumbuhan sehingga dapat


melindungi tumbuhan tersebut terhadap hewan herbivora atau serangga
2. Sebagai by-product yang mungkin pada berbagai reaksi detoksifikasi yang
merupakan senyawa pelindung metabolik
3. Sebagai faktor pertumbuhan yang sangat teratur
4. Sebagai zat cadangan pada tumbuhan yang mampu menyuplai nitrogen atau
unsur penting lainnnya terhadap pengaturan sumber yang tersedia pada
tumbuhan tersebut (Kar, 2013).

Sifat Umum Alkaloid

Sifat-sifat umum alkaloid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu sifat
fisika dan sifat kimia.

1. Sifat Fisika
Kelarutan berbagai alkaloid yang berbeda dan garamnya biasanya
memperlihatkan variasi yanng besar, yang dapat terkait dari struktur kimianya
yang bervariasi dan sangat kompleks. Basa alkaloid bebas cukup larut dalam
pelarut organik, seperti : kloroform, pelarut yang agak tidak polar (heksana,
benzena), plarut tak bercampur, alkohol berkadar rendah (metanol, etanol),
tetapi basa alkaloid tersebut praktis tidak larut atau sangat sukar larut dalam air.
Menariknya, garam alkaloid hampir mudah larut dalam air, agak kurang larut
dalam alkohol, dan paling tidak larut atau sukar larut dalam pelarut organik.
Contoh : atropin sulfat dan morfin hidroklorida jauh lebih larut dalam air
daripada bentuk basanya yaitu atropin dan morfin (Kar, 2013).

2. Sifat Kimia
Sifat kimia alkaloid yang umum sangat meluas. Oleh karena itu, alkaloid
ditangani secara individual pada hal-hal berikut, yaiitu :
 N- pada molekul
Selain unsur normal lainnya, misal karbo, hidrogen, oksigen, alkaloid
terutama harrus mengandung sedikitnya satu atom N. Jumlah atom N
bervariasi dari minimum satu pada molekul misalnya kokain hingga lima
pada molekul, misalnya ergotamin. Atom-atom N tersebut sebagai bagian
dari cincin heterosiklik pada molekul alkaloid misalnya kinin, reserpin,
striknin, vinblastin dan yohimbin. Sedangkan terdapat alkaloid tertentu yang
mengandung N pada rantai alifatik misalnya efedrin, meskalin.
 O- pada molekul
Selain elemen umum C, H dan N, berbagai alkaloid biasanya mengandung
atom O. Alkaloid spesifik ini selalu ditemukan dalam keadaan padat,
dengan beberapa pengecualian, yaitu alkaloid teroksigenasi biasanya
muncul sebagai cairan yang tidak mudah menguap seperti pilokarpin
 Kebasaan
Secara umum, alkaloid bersifat basa (alkalin) dalam reaksi, berdasarkan
adanya atom N yang terdapat pada molekul. Jadi, alkaloid rentan terhadap
pembentukan garamnya dengan berbagai asam.Tingkat kebasaan alkaloid
sebagian besar bergantung pada pengaruh umum yang disebabkan status
elektrostatik atom N yang terdapat pada molekul alkaloid.
Metode Umum Ekstraksi dan Isolasi Alkaloid

Metode umum ekstraksi dan isolasi alkaloid dari sumber tumbuhan harus
mempertimbangkan tahap-tahap berikut dengan cara berurut, yaitu :

1. Pemisahan alkaloid dari ruahan utama zat non-alkaloid


2. Sebagian besar tumbuhan yang mengandung alkaloid, beberapa alkaloid yang
memiliki struktur kimia hampir sama biasanya ada, seperti :alkaloid sinkona yang
terdiri lebih dari lima alkaloid. Sulit diketahui sumber tumbuhan yang hanya
mengandung satu alkaloid khusus.
3. Pemisahan masing-masing alkaloid dari campuran alkaloid yang diperoleh dari
sumber tumbuhan khusus (misalnya, kulit sinkona) yang menggunakan teknik
pemisahan terbaru, sebagai contoh, kromatografi cair kinerja tinggi
(HPLC)preparatif, kromatografi kolom, dengan bantuan kromatotron, dan
kromatografi lapis tipis kinerja tinggi (HPTLC) (Kar, 2013).

C) Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) digunakan pada pemisahan zat secara


cepat, dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan
serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai
“kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan didasarkan pada penyerapan,
pembagian atau gabungannya, tergantung dari jenis zat penyerap dan cara
pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Kromatografi lapis tipis dengan
penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf
yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis, tidak tetap jika dibandingkan dengan
yang diperoleh pada kromatografi kertas. Karena itu pada lempeng yang sama
disamping kromatogram dari zart pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang
berbeda-beda. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan
harga Rf dan ukuran yang lebih kurang sama. Ukuran dan intensitas bercak dapat
digunakan untuk memperkirakan kadar. Penetapan kadar yang lebih teliti dapat
dilakukan dengan cara densitometri atau dengan mengambil bercak dengan hati-
hati dari lempeng, kemudian disari dengan pelarut yang cocok dan ditetapkan
dengan cara spektrofotometri. Pada kromatografi lapis tipis dua dimensi, lempeng
yang telah dieluasi diputar 90 dan dieluasi lagi, umumnya menggunakan bejana lain
yang berisi pelarut lain (Materia Medika Ed.IV : 313)
D) Cara Identifikasi Alkaloida
1. Reaksi Pengendapan
Larutan percobaan untuk pengendapan alkaloida dibagai dalam 4 golongan
sebagai berikut:
a. Golongan I : Larutan percobaan dengan alkaloida membentuk garam
yang tidak larut: Asam silikololframat LP, asam fosfomolibdat LP dan asam
fosfowolframat LP
b. Golongan II : Larutan percobaan dengan alkaloida membentuk senayawa
kompleks bebas, kemudian membentuk endapan: Bouchardat LP dan
Wagner LP
c. Golongan III : Larutan percobaan dengan alkaloida membentuk senyawa
adisi yang tidak larut: Mayer LP, Dragendroff LP dan Marme LP
d. Golongan IV : Larutan percobaan dengan alkaloida membentuk ikatan
asam organik dengan alkaloida: Hager LP
2. Reaksi Warna
Cara percobaan
Lakukan penyaringan dengan campuran eter-kloroform seperti pada cara Reaksi
Pengendapan. Pindahkan beberapa ml filtrat pada cawan porselin, uapkan. Pada
sisa tambahkan 1 sampai 3 tetes larutan percobaan seperti yang tertera pada
masing-masing monografi.
Larutan percobaan Asam sulfat P, asam sitrat P, Frohde LP dan Erdmann
LP(Materia Medika Ed.VI : 166-167)

I.3 Prosedur Kerja

a. Preparasi Sampel
1. Ekstrak sebanyak 0,9 gram ditambah etanol ad larut, ditambah 5 ml HCl
2N, dipanaskan diatas penangas air selama 2-3 menit, sambil diaduk.
2. Setelah dingin ditambah 0,3 gram NaCl, diaduk rata kemudian disaring.
3. Filtrat ditambah 5 ml HCl 2N. Filtrat dibagi empat bagian dan disebut
sebagai larutan IA, IB, IC dan ID.
b. Reaksi Pengendapan
1. Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB ditambah dengan pereaksi
Wagner dan larutan IC dipakai sebagai blanko.
2. Adanya kekeruhan atau endapan menunjukkan adanya alkaloid.
c. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Larutan ID ditambah NH4OH pekat 28% sampai larutan menjadi basa,
kemudian diekstraksi dengan 5 ml kloroform (dalam tabung reaksi).
2. Filtrat (Fase CHCl3) diuapkan sampai 1/3 volume awal dan siap untuk
pemeriksaan dengan KLT.
Fase diam : Kiesel gel GF 254
Fase gerak : CHCl3 – Etil asetat (1:1)
Penampak noda : Pereaksi Dragendorf
3. Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya alkaloid dalam ekstrak.
r
w
b
J
j
u
n
s
e
m
d
o
k
a
y
g
S
0
r
F
H
e
d
I
3
k
5
h
N
2
p
m
l
g
t
u
b
s
i
.
D
n
a
C
B
,
A
l
,
y
h
b
m
t
r
e
n
g
k
a
p
i
d
M
B
W
s
C
I
u
.
o
L
A
j
Bagan Alir

a. Preparasi Sampel

b. Reaksi Pengendapan

c. Kromatografi Lapis Tipis


Skema Kerja

+ +

Ekstrak 0,9 g etanol ad tepat larut 5 ml HCl 2N Dipanaskan 3 menit

+ +

NaCl 0,3 gram disaring 5 ml HCl 2N filtrat dibagi 4

a. Reaksi Pengendapan

+ pereaksi Mayer + pereaksi Wagner

IA IB IC
(sebagai blanko)
Adanya kekeruhan atau endapan menunjukkan adanya alkaloid.
b. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

ID
+ NH4OH pekat 28% diekstraksi dengan Filtrat (Fase CHCl3)
sampai larutan basa 5ml kloroform diuap ad 1/3 volume awal

pemeriksaan KLT
fase diam : Kiesel gel GF 254,
fase gerak : CHCl3 – etil asetat (1:1)
penampak noda : pereaksi Dragendorf

Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya alkaloid dalam ekstrak.


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. 2010.Tanaman Obat IndonesiaBuku 3. Jakarta : Salemba Medika


Depkes RI.Materia Medika Indonesia Edisi IV&VI. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan
Kar, Ashutosh. 2013. Farmakognosi dan Farmakobioteknologi Volume 2.
Terjemahan:JulyManurung dkk. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai