Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SUPERVISI, EVALUASI, DAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT


DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan
Islam
Dosen Pengampu : Ninik Hidayati, M.Pd.

Kelas : PAI VII A


Kelompok 5
1. Afifah Nur H. (20172504895)
2. Anis Fauziyah (20172504922)
3. Rosi Nariyana R. (20172505088)
4. Winda Astutik (20172505155)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA (IAINU) TUBAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia paling mulia Nabi
Muhammad Saw. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari jaman kebodohan ke
dalam jaman yang berilmu pengetahuan.
Makalah yang berjudul “Supervisi, Evaluasi, dan Total Quality Management dalam Pendidikan
Islam” ini penulis buat guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan
Islam yang diberikan oleh bapak/ibu dosen di IAINU Tuban. Dengan adanya makalah ini,
penulis berharap bisa meningkatkan semangat penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya untuk memahami dan mempelajari tentang pentingya mempelajari tentang konsep
manajemen pendidikan Islam agar kita sebagai calon pendidik dapat mengembangkan
lembaga pendidikan sesuai dengan perkembangan jaman.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca sangat
penulis butuhkan demi kesempurnaan pembuatan makalah-makalah selanjutnya.

Tuban, 23 Oktober 2020


Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN.................................................................................................
2.1. Pengertian dan Hakikat Supervisi.........................................................................
2.2. Supervisi dalam Lembaga Pendidikan..................................................................
2.3. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan dalam Lembaga Pendidikan Islam.............
2.4. Evaluasi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam.................................................
2.5. Total Quality Management Pendidikan Islam.......................................................
BAB III : PENUTUP.........................................................................................................
3.1. Kesimpulan............................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegiatan supervisi merupakan kebutuhan penting bagi setiap guru untuk melakukan
penyegaran dalam melaksanakan tugas pembelajaran dengan efektif. Perbaikan
pembelajaran yang dilakukan oleh para guru memerlukan bantuan yang dapat diandalkan
dari ahli di bidang pembelajaran. Ada empat faktor kritis yang dapat diperbaiki dalam
pembelajaran melalui kegiatan pengembangan staf di sekolah, yaitu pengertian guru
terhadap tujuan, persepsi peserta didik terhadap guru, penguasaan bahan mata pelajaran
oleh guru, dan penguasaan guru terhadap teknik-teknik mengajar.
Dalam hal meningkatkan kualitas sumberdaya pendidikan, guur merupakan
komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus.
Pengembangan profesi guru dilaksanakan melalui berbagai program pendidikan, pra-
jabatan, maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di lembaga
pendidikan terlatih dengan baik dan qualified. Untuk itu, diperlukan suatu tindakan
pengawasan atau supervisi agar dapat dilakukan suatu evaluasi pendidikan guna
meningkatkan kinerja kepala sekolah dan guru-guru.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membuat
makalah dengan judul “Supervisi, Evaluasi, dan Total Quality Management dalam Pendidikan
Islam”. Dengan adanya makalah ini, penulis berharap bisa meningkatkan semangat penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya untuk memahami dan mempelajari tentang
pentingya mempelajari tentang konsep manajemen pendidikan Islam agar kita sebagai
calon pendidik dapat mengembangkan lembaga pendidikan sesuai dengan perkembangan
jaman.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana pengertian dan hakikat supervisi?
1.2.2. Bagaimana supervisi dalam lembaga pendidikan?
1.2.3. Bagaimana konsep dasar supervisi pendidikan dalam lembaga pendidikan islam?
1.2.4. Bagaimana evaluasi manajemen lembaga pendidikan islam?
1.2.5. Bagaimana total quality management pendidikan islam?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisannya adalah sebagai
berikut :
1.3.1. Untuk menjelaskan pengertian dan hakikat supervisi
1.3.2. Untuk menjelaskan supervisi dalam lembaga pendidikan
1.3.3. Untuk menjelaskan konsep dasar supervisi pendidikan dalam lembaga pendidikan
islam
1.3.4. Untuk menjelaskan evaluasi manajemen lembaga pendidikan islam
1.3.5. Untuk menjelaskan total quality management pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Hakikat Supervisi


2.1.1. Pengertian Supervisi
Secara etimologis, istilah supervisi diambil dari perkataan bahasa Inggris
Supervision artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi
disebut supervisor. Ditinjau sisi morfologisnya, supervisi dapat dijelaskan menurut
bentuk kata. Supervisi terdiri dari dua kata, yakni super berarti atas, lebih, visi berarti
lihat, tilik, awasi. Seorang supervisior memang mempunyai posisi diatas atau mempunyai
kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya. Sementara dari sisi semantiknya,
pada hakikatnya isi yang terkandung dalam definisi yang rumusannya tentang sesuatu
tergantung dari orang yang mendefinisikan. Willes (1987) secara singkat telah
merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi mengajar belajar
agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan supervisi sebagai pelayanan khususnya
menyangkut perbaikan proses belajar mengajar. Sementara itu, Depdiknas (1994)
merumuskan supervisi sebagai pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah
agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik.
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Willes (1987) sebagai berikut
“Supervision is assistance in the development of better teaching learning situation”.
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik.
Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi
belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, and environment).
Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan
kegiatan supervisi. Dengan demikian, layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek
dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
Menurut Neagley dalam Pidarta (1986), menyebutkan bahwa supervisi adalah
layanan kepada guru-guru di sekolah yang bertujuan untuk menghasilkan perbaikan
instruksional, belajar, dan kurikulum. Ngalim Purwanto (1987), menyatakan supervisi
adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Konsep supervisi
tidak bisa disamakan dengan inspeksi. Inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan
bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang
dilandasi oleh pemberian layanan dan kerja sama yang lebih baik di antara guru-guru
karena bersifat demokratis.
Sementara keterkaitannya dengan pendidikan, dalam Ministry of Educational
Republic of Turkey (2002), pengertian supervisi pendidikan adalah kegiatan profesional
yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk memonitor, mengarahkan membimbing, dan
mengevaluasi aktivitas dan kinerja guru di sekolah. Satori, DJ (1996), menyatakan
supervisi pendidikan juga dipandang sebagai kegiaan yang ditujukan untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, Goldhammer
dan Waite dalam Abdul Hadis dan Nurhayati (2010), menjelaskan supervisi pendidikan
secara umum ialah kegiatan untuk memantau dan mengawasi kinerja staf atau guru di
sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing agar mereka
dapat bekerja secara profesional dan mutu kinerjanya meningkat.
Dengan demikian, supervisi pendidikan adalah segala bantuan dari supervisior dan
atau semua pemimpin kepada sekolah untuk memperbaiki manajemen pengelolaan
sekolah dan meningkatkan kinerja staf atau guru dalam menjalankan tugas, fungsi, dan
kewajibannya sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai dengan optimal. Caranya, dengan
cara memberi bantuan, dorongan, pembinaan, bimbingan, dan memberi kesempatan bagi
pengelola sekolah dan para guru untuk memperbaiki dan mengembangkan kinerja dan
profesionalismenya. Misalnya, memberi bimbingan kepada kepala sekolah dan guru
melakukan inovasi dalam persoalan administasi sekolah, tata sekolah yang baik, program
pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat atau media pembelajaran dan metode-
metode pembelajaran yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap
seluruh fase-fase proses pembelajaran.

2.1.2. Hakikat Supervisi


Surat keputusan Menpan Nomor 118 Tahun 1996 yang diperbarui dengan SK.
Menpan Nomor 091/KEP/MENPAN/10/2001 tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya, lebih suka menggunakan istilah pengawas sekolah
daripada supervisor. Pasal 1 ayat 1 dalam SK Menpan tersebut, dinyatakan pengawas
sekolah adalah pegawai negri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk meakukan pengawasan pendidikan pada
satuan pendidikan prasekolah, sekolah dasar, dan skolah menengah.
Pada pasal 3 ayat 1 dinyatakan : pengawas sekolah adalah pejabat fungsional yang
berkedudukan sebagai pelaksana teknis dalam melakukan pengawasan pendidikan
terhadap sejumlah sekolah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan.
Pasal 5 ayat 1 : tanggung jawab pengawas sekolah, yakni melaksanakan
pengawasan terhadap penyelanggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan
penugasannya, meningkatkan kualitas proses belajar mengajar atau bimbingan dan hasil
prestasi belajar atau bimbingan siswa dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Tanggung jawab pertama mengindikasikan pentingnya supervisi manajerial,
sedangkan tanggung jawab yang kedua mengindikasikan pentingnya supervisi akademik.
Hal ini dipertegas lagi dalam PP No. 19 Tahun 2005 pasal 27 yang berbunyi : supervisi
meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan.
Ketentuan perundang-undangan di atas menunjukkan bahwa pengawas satuan
pendidikan pada jalur sekolah adalah tenaga kependidikan profesional berstatus pegawai
negri sipil yang diangkat dan diberi tugas dan wewenang penuh oleh pejabat berwenang
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pendidikan, baik pengawasan akademik
maupun pengawasan manajerial pada satuan yang ditunjuk.
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk
menyakinkan bahwa semua kegiatan organisasai terlaksana seperti yang direncanakan
dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila
ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan.
Pengawasan juga merupakan fungsi manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi
kinerja oragnisasai atau unit-unit dalam suaru organisasi guna menetapkan kemajuan
sesuai dengan arah yang dikehendaki.
Berdasarkan konsep tersebut, proses perencanaan yang mendahului kegiatan
pengawasan harus dikerjakan terlebih dahulu. Perencanaan yang dimaksud mencakup
pengorganisasian, wadah, struktur, fungsi dan mekanisme sehingga perencanaan dan
pengawasan memiliki standar dan tujuan yang jelas.
Dengan demikian, hakikat supervisor pendidikan sesungguhnya adalah seseorang
yang diangkat menjadi pegawai negeri sipil dengan jabatan supervisor, untuk
melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawab mensupervisi satuan-satuan pendidikan,
baik supervisi manajerial maupun supervisi akademik dengan melaksanakan pengawasan
terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan penugasannya, dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar atau bimbingan dan hasil prestasi belajar
atau bimbingan siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Berdasarkan beberapa kajian hakikat supervisi di atas dapat dikemukakan bahwa
supervisi sesuai tujuannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu supervisi manajerial dan
supervisi akademik. Supervisi manajerial bertujuan memberi bantuan atau bimbingan
kepada kepala sekolah dan staf agar lebih meningkat kinerjanya dalam mengelola sekolah
sehingga pada gilirannya mampu meningkatkan kualitas suatu satuan pendidikannya.
Direktorat Tenaga Kependidikan Diknas RI (2009) menyebutkan di dalam Buku
Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah bahwa supervisi manajerial
adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung
dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan.
Koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumber daya manusia
(SDM) kependidikan dan sumber daya lainnya.
Selanjutnya, supervisi akademik bertujuan mengembangkan iklim yang kondusif
dan lebih baik dalam kegiatan pembelajaran, melalui pembinaan dan peningkatan profesi
mengajar. Dengan kata lain, tujuan supervisi akademik adalah membantu dan
memberikan kemudahan kepada para guru untuk belajar bagaimana meningkatkan
kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik. Supervisi akademik
dilakukan atas dasar kerjasama, partisipasi, dan kolaborasi, tidak berdasarkan atas
paksaan dan kepatuhan. Dengan begitu, diharapkan timbul kesadaran serta
berkembangnya inisiatif dan imajinasi dari pihak guru.

2.2. Supervisi dalam Lembaga Pendidikan


Mencermati pengertian supervisi pendidikan sebagaimana uraian di atas, dapat
dilakukan bahwa umumnya supervisi pendidikan ditujukan kepada penciptaan atau
pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu, ada 2 hal (aspek) yang
perlu diperhatikan, yaitu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hal-hal yang
menunjang kegiatan belajar mengajar.
Terkait dengan hal itu, aspek utama adalah guru. Jika demikian, layanan dan
aktivitas persupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan
meningkatkan kompetensi guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Guru
(Diknas, 2007) harus memiliki, antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Jadi, supervisi yang
menekankan pada pembinaan guru maka pembinaan profesional guru lebih diarahkan dan
upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru. Hal ini yang sering
disebut dengan istilah supervisi akademik. Supervisi yang menekankan pada pembinaan
kepala sekolah maka pembinaan kepala sekolah diarahkan kepada upaya memperbaiki
kinerjanya dalam mengelola sekolah agar bermutu. Hal ini yang sering disebut sebagai
supervisi manajerial. Dengan demikian, yang menjadi sasaran pembinaan supervisi sesuai
pengertian supervisi pendidikan tersebut diatas, bisa kepala sekolah, guru, pegawai tata
usaha, atau staf sekolah. kepala atau staf sekoalh adalah sasaran supervisi manajerial.
Sergiovanni (1987) menyebutkan bahwa ada tiga fungsi supervisi pendidikan di
sekolah, yaitu:
a. Fungsi pengembangan, berarti supervisi pendidikan, apabila dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola proses
pembelajaran
b. Fungsi motivasi, berarti supervisi pendidikan, apabila dengan sebaik-baiknya dapat
menumbuh kembangkan motivasi kerja guru
c. Fungsi kontrol, berarti supervisi pendidikan apabila dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya, memungkinkan supervisor melaksanakan kontrol terhadap pelaksanaan
tugas-tugas guru
Para ahli pendidikan sering menggunakan istilah yang berbeda-beda, seperti
supervisi pendidikan, supervisi pengajaran, dan pengawasan. Namun, ketika terkait
dengan tujuan supervisi yang dimaksud pada hakikatnya mereka sepakat bahwa supervisi
itu bukan saja berkenaan dengan aspek kognitif dan psikomotorik, melainkan pula
berkenaan dengan aspek afektifnya sebagaimana diungkapkan Bafadal bahwa tujuan
supervisi pendidikan itu adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan kualitas, yaitu supervisor bisa memonitor kegiatan proses belajar
mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan
supervisor ke kelas-kelas pada saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi
dengan guru, teman sejawatnya maupun dengan sebagian murid-muridnya.
b. Pengembangan profesional, yaitu supervisor bisa membantu guru mengembangkan
kemampuannya dalam memahami pengajaran dan menggunakan kemampuannya
melalui teknik-teknik tertentu. Teknik-teknik tersebut bukan saja bersifat individu
melainkan juga bersifat kelompok.
c. Memotivasi guru, yaitu supervisor bisa mendorong guru menerapkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru
mengembangkan kemampuannya sendiri serta mendorong guru agar ia memiliki
perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Pendek
kata, supervisor bisa menambahkan motivasi kerja guru.
Secara umum, tujuan supervisi pendidikan dapat dijabarkan menjadi beberapa
tujuan, yaitu sebagai berikut :
a. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan
yang sebenarnya dan peranan madrasah dalam merealisasikan tujuan tersebut
b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan
peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif
c. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap
aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan pembelajaran serta menolong mereka
merencanakan perbaikan.
d. Membantu kepala sekolah dan guur-guru dalam mengevaluasi aktivitasnya untuk
mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik

2.3. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan dalam Lembaga Pendidikan Islam


Supervisi pendidikan dalam lembaga pendidikan Islam pada hakikatnya adalah
sama dengna supervisi dalam lembaga pendidikan lainnya. Supervisi pendidikan
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip dasar tertentu. Prinsip-prinsip supervisi ini secara
umum, yaitu sebagai berikut :
a. Prinsip organisasional, artinya pengawasan dapat dilakukan dalam kerangka
struktur organisasi yang melingkupinya
b. Prinsip perbaikan, yaitu pengawasan berusaha mengetahui kelemahan atau
kekurangan, kemudian dicari jalan pemecahannya agar manajemen dapat berjalan
sesuai dengan standar dan organisasi dapat mencapai tujuan.
c. Prinsip komunikasi yaitu pengawasan dilakukan untuk membina sistem kerjasama
antara atasan dan bawahan, membina hubungan baik antara atasan dan bawahan
dalam proses pelaksanaan pengelolaan organisasi
d. Prinsip pencegahan, artinya pengawasan dilakukan untuk menghindari adanya
kesalahan dalam mengelola komponen-komponen organisasi
e. Prinsip pengendalian, artinya pengawasan dilakukan agar semua proses menajemen
berada pada rel yang telah digariskan sebelumnya. Dalam hal ini, prinsip efisien
dan efektif dalam manajemen menjadi ukuran
f. Prinsip objektif, artinya pengawasan dilakukan berdasarkan data nyata di lapangan
tanpa menggunakan penilaian dan tafsiran subjektif pengawas
g. Prinsip kontinuitas, artinya pengawasan dilakukan secara terus menerus, baik
selama berlangsung proses pelaksanaan maupun setelah pelaksanaan kerja
Berdasarkan Buku Panduan Tugas Jabatan Fungsional Pengawas Pendidikan
Agama dijelaskan bahwa langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan
kegiatan supervisi/pengawasan sekolah mencakup persiapan, pelaksanaan, evaluasi, dan
tindak lanjut (Depag RI, 2003). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Persiapan
Kegiatan persiapan yang perlu dilakukan adalah menyusun program dan organisasi
supervisi. Dalam supervisi hendaknya mencerminkan tentang jenis kegiatan, tujuan
dan sasaran pelaksanaan, waktu, dan instrumen. Sementara dalam organisasi
supervisi tercermin mekanisme pelaksanaan kegiatan, pelaporan, dan tindak lanjut.
Untuk itu, guna menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan sueprvisi hendaknya
pengawas melibatkan/berkoordinasi dengan pejabat struktur terkait, kepalas
sekolah/madrasah, guru dan lainnya.
b. Pelaksanaan
Hal-hal pokok yang perlu mendapat perhatian pengawas dalam melaksanakan
kegiatan supervisi, baik di sekolah umum maupun di madrasah adalah sebagai
berikut :
1. Supervisi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan
2. Supervisi hendaknya dilakukan pada awal dan akhir caturwulan, hal tersebut
dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan
3. Pengawas terampil dalam menggunakan instrumen
4. Mampu mengembangkan instrumen supervisi
5. Supervisi bukan mencari kesalahan dan bukan pula menggurui melainkan
bersifat pemecahan masalah untuk mencari solusi
6. Supervisi hendaknya mencakup segi teknis kependidikan dan teknik
administrasi
7. Dalam pelaksanaan supervisi prinsip KISS (Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi,
dan Simplikasi) hendaknya diperhatikan dengan sungguh-sungguh
c. Penilaian dan Tindak Lanjut
Penilaian yang dimaksud dalam kaitan ini adalah penilaian terhdap pelaksanaan
kegiatan supervisi meliputi keterbacaan dan keterlaksanaan program supervisi,
keterbacaan dan kemantapan instrumen, hasil supervisi, dan kendala yang dihadapi.
Tindak lanjut dari kegiatan supervisi antara lain langkah pembinaan program
supervisi selanjutnya (Jasmani dan Mustofa, 2013 : 55-56).

2.4. Evaluasi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam


2.4.1. Posisi Dan Fungsi Evaluasi Di Madrasah
Posisi evaluasi di madrasah sangat penting karena posisi madrasah saat ini
seringkali diperlakukakn kurang adil, pada satu sisi madrasah dituntut mengahasilkan
lulusan yang sama dengan sekolah umum akan tetapi kurang memproleh dukungan
finansial yang memadai, lebih-lebih lagi bagi madrasah swasta yang pada umumnya
sebagai penyangga finansial kehidupan madrasah adalah wali murid. Tidak kalah penting
juga dari segi angggaran, perolehan anggaran untuk operasional pendidikan terdapat
perbedaan antara lembaga-lembaga pendidikan dibawah naungan kementerian agama
dengan sekolah-sekolah di bawah kementerian pendidikan dan kebudayaan. Sebagai
akibat perbedaan dalam pengadaan sarana fisik serta kegiatan pendidikan yang bersifat
non fisik lainnya.
Masalah yang lain muncul adalah kekurangan tenaga pengajar khususnya guru-guru
yang sesuai dengan bidang studi keahlian dan problem –problem lain yang tidak
sedikit. Seharusnya pemerintah bersikap adil, demokratis dan bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan pendidikan di Indonesia tanpa harus mendiskriminasi antara
lembaga pendidikan yang berada dalam pengelolaan kementerian pendidikan dan
kebudayaan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar kebijakan otonomi daerah, karena
madrasah juga memiliki kontribusi yang cukup besar dalam mencerdaskan anak bangsa.
Salah satu “ kekeliruan” kebijakan pendidikan yang berpengaruh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap rendahnya kinerja pendidikan (educational
performance) Indonesia adalah kurang memperhitungkannya madrasah dalam system
pendidikan nasional. kalau kita berbica mengenai peningkatan mutu pendidikan dan
masalah-masalah kependidikan lainnya seolah-olah semua ditentukan oleh sekolah.

2.4.2. Cara Melakukan Evaluasi Di Madrasah


Ki Supriyoko melihat paling tidak dua cara yaitu cara konvensional dan cara
modern. Cara yang paling konvensioanal adalah menyampaikan “ilmu umum” yang
porsinya sama dengan yang diberikan disekolah, kemudian ditambah dengan “ilmu
Agama”. Cara ini bagus akan tetapi hanya efektif dijalankan oleh madrasah dengan siswa
diasrama alias di pondokkan. Madrasah yang eksistensinya di tengah pesantren biasanya
bisa menjalankan cara ini secara produktif, namun pada madrasah nonpesantren yang
siswanya tidak menginap cara ini sangat berat dijalankan (Fajar, 1998 : 34).
Cara modern yang bisa dijalankan adalah membenahi metode pembelajaran
(learning method) meningkatkan mutu guru (teacher quality), atau melengkapi sarana
dan fasilitas belajar (facility). Ketiga pembenahan ini bisa dilakukan secara sendiri-
sendiri tetapi lebih produktif dijalnkan secara terintegrasi. Lebih daripada itu bahkan di
antara cara konvensioanal dengan cara modern tersebut pun bisa dipadukan secara
produktif.
Bagaimanpun juga, pembaharuan-pembaharuan yang kan dilakukan dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan Islam (madrasah) harus tetap mempertimbngkan
aspek realitas structural dan kultural yang terjadi. Menurut A. Malik Fajar. Kebijakan-
kebijakan mengembangkan madrasah perlu mengakomodasikan tiga kepentingan, yaitu
Pertama, kebijakan itu harus memberi ruang tumbuh dan wajar bagi aspirasi utama
ummat islam. Kedua, kebijakan itu memperjelas dan memperkukuh madrasah sebagai
ajang membina warga Negara yang cerdas, berpengatahuan, berkepribadian, serta
produktif sederajat dengan sistem sekolah. Ketiga, kebijakan itu harus bisa menjadikan
madrasah mampu merespon tuntutan-tuntutan masa depan.
Oleh karena itu madrasah juga harus mulai berbenah diri untuk memperbaiki
manajemen melalui berbagai upaya alternatif untuk mengatasi berbagai problematika
baik secara internal maupun eksternal, sehingga mampu meningkatkan kualitas dan daya
saing di era globalisasi. Atas dasar itulah maka untuk memajukan dan meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan madrasah sangat bergantung pada kemampuan dan
kesadaran masyarakat setempat. Kalau tingkat ekonomi masyarakat kurang mendukung,
madrasah cenderung sulit berkembang dan terkesan asal jalan. Sebaliknya, bila
kemampuan ekonomi masyarakat yang mendukung madrasah sangat kuat, maka kualitas
madrasah dapat sejajar dengan sekolah-sekolah umum atau sekolah-sekolah negeri
lainnya.
Di sinilah diperlukan kepandaian penyelenggara madrasah untuk menjalin kerja
sama dengan tokoh-tokoh masyarakat di sekitarnya. Bagaimana agar masyarakat dapat
turut merasa memiliki, sehingga dengan sukarela ikut berpartisipasi membesarkan
madrasah. Untuk itu, madrasah hendaknya dikelola secara baik dan profesional sehingga
dapat bersaing dengan sekolah lainnya. Sudah bukan masanya lagi penyelenggara
madrasah bekerja hanya berorientasi ibadah semata-mata tanpa memperhatikan
profesionalisme dan manajemen yang baik. Dewasa ini persaingan antarsekolah cukup
ketat, sehingga sekolah atau madrasah yang tidak dikelola dengan baik akan kehilangan
kepercayaan masyarakat.

2.5. Total Quality Management Pendidikan Islam


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
DAFTAR RUJUKAN

Jasmani dan Syaiful Mustofa. 2013. Supervisi Pendidikan : Terobosan Baru dalam
Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Fajar, H.A Malik. 1998. Visi Pembaharuan Pendidikan Islam. Jakarta : LP3NI

Anda mungkin juga menyukai