HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun oleh :
Preseptor :
i
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa dalam laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna.Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan.
Namun penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Manfaat 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Definisi 3
2.2. Epidemiologi 3
2.3. Patofisiologi…………………………………………………………..4
2.4. Faktor resiko 5
2.5. Manifestasi Klinis 5
2.6. Diagnosis 6
2.7. Penatalaksanaan 8
2.8. Komplikasi…………………………………………..………………13
2.9 Prognosis…………………………………………………………….14
BAB III. LAPORAN KASUS 15
BAB IV. DISKUSI DAN PEMBAHASAN 21
BAB V. KESIMPULAN 22
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Gravidarum seperti factor hormonal, factor psikologis, factor nutrisi dan factor
alergi.4
1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteran klinik senior di Rumah Sakit
Umum Daerah M. Natsir Solok.
2. Untuk bahan pengayaan agar lebih memahami materi tentang Hiperemesis
Gravidarum
1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai diagnosis dan tatalaksana Hiperemesis
Gravidarun
2. Sebagai proses pembelajaran bagi mahasiswa yang menjalankan
kepaniteraan klinik senior pada Departemen Obstetri dan Ginekologi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berat pada kehamilan
yang sukar dikendalikan dan biasa terjadi pada kehamilan hingga usia 16 minggu.
Hiperemesis Gravidarum didefinisikan sebagai kejadian mual dan muntah yang
mengakibatkan penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan cairan dan nutrisi
abnormal, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta memiliki
konsekuensi yang merugikan janin.1
Sedangkan Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat
pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada
yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang lebih 10
minggu.1
2.2 Epidemiologi
3
diantaranya negara-negara di benua Amerika dengan angka kejadian yang
beragam. Sementara itu, kejadian Hiperemesis Gravidarum juga banyak terjadi
terjadi di Asia contohnya di Pakistan, Turki dan Malaysia. Sementara itu, angka
kejadian Hiperemesis Gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1% sampai 3%
dari seluruh kehamilan. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum secara
umum adalah 4:1000 kehamilan.3,6
2.3 Patofisiologi
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya
bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah
merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama
yaitu detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom
somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan
aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan
dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone
(CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa
signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus
traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi
retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat
pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan
melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf
spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen.7
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat muntah akan
menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan
4
berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida
urine.8 Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah
ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan
berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan
frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan
penderita.7
5
Pada beberapa penelitian, Faktor resiko yang sering terjadi yaitu pada wanita
dari sosial ekonomi rendah sampai menengah, wanita dengan pendidikan rendah,
wanita dengan kehamilan sebelumnya ada riwayat muntah dan mual, wanita
dengan kehamilan pertama, dan wanita dengan intoleran terhadap kontrasepsi
oral, biasanya mengalami mual dan muntah selama kehamilan. Mual dan muntah
juga biasanya terjadi pada hamil dengan multipel gestasi.9
1. Tingkat I.
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 x per menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkat II.
Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.10
3. Tingkat III.
6
Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy
Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia (penglihatan ganda), dan perubahan
mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan hati.
2.6 Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan tiroid dan abdomen untuk menyingkirkan diagnosis banding. 7
c. Laboratorium Pada HEG
7
2. Elektrolit serum dan badan keton, memeriksa status elektrolit untuk
mengevalusi kalium dan natrium yang rendah, identifikasi alkalosis /
asidodis metabolik dan pemeriksaan fungsi ginjal dan status cairan.
3. Enzim hati dan bilirubin, peningkatan level tranaminase terjadi pada 50 %
pasien HEG
4. Amilase meningkat pada 10 % pasien dengan HEG
5. TSH, Tiroksin bebas, HEG berhubungan dengan hipertiroid dan
penekanan TSH pada 50 – 60 % pasien dengan HEG
6. Kultur urin : ini diiindikasikan karena interaksi traktus urinarius sering
pada ibu hamil, dan berhubungan dengan nausea dan muntah
7. Level Kalsium : Pengukuran Kadar Ca ++ pada beberapa kasus dilakukan
bahwa hiperkalsemia berhubungan dengan HEG , disebbkan
hiperparatiroid
8. Hematokrit : bisa meningkat disebabkan oleh penurunan cairan
9. Hepatitis : jika secara klinik diindikasikan hepatitis A,B,C biasanya
membingungkan dengan HEG9
d. Radiologi
Pada kasus yang jarang sekali CT Scan Abdomen biasanya diindikasikan jika
appendisitis dicuragi sebagai penyebab mual dan muntah pada kehamilan.9
8
2.7 Penatalaksanaan
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan
rawat inap dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu : 11
1. Medikamentosa
Pasien HEG mungkin sangat akrab dengan morning sickness. Kondisi ini
ditandai dengan mual bahkan muntah di jam berapa pun, walau namanya
"morning". Obat antiemetik mungkin akan diberikan dokter jika gejala yang
dirasakan sangat parah serta mengganggu aktivitas sehari-hari ibu hamil.
Beberapa contoh obat antiemetik untuk atasi morning sickness, yaitu:
Dimenhydrinate, Prochlorperazine, Promethazine dan Vitamin B6.
9
kontroversial karena dikatakan pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat
meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat bawaan.12
2. Terapi Nutrisi
Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berat pada kehamilan
yang sukar dikendalikan. Kondisi ini menyebabkan komplikasi pada janin yaitu
berat badan lahir rendah, kelahiran prematur,dan abortus. Komplikasi HG bukan
hanya terjadi pada janin namun juga pada ibu menyebabkan penurunan berat
badan, dehidrasi, dan kekurangan gizi. Oleh karena itu penatalaksanaan
Hiperemesis Gravidarum penting dilakukan dengan cara perubahan pola diet,
makan dengan porsi kecil, sedikit tapi sering, dalam keadaan hangat dan
bervariasi secara menarik, pemberian cairan, dan pemberian vitamin, agar dapat
meminimalisir terjadinya mual muntah yang berlebih dan tidak terdapat
komplikasi.
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada
derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan penderita terhadap
rencana pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna
harus digunakan. Bila peroral menemui hambatan dicoba untuk menggunakan
nasogastric tube (NGT). Saluran cerna mempunyai banyak keuntungan misalnya
dapat mengabsorsi banyak nutrien, adanya mekanisme defensif untuk
menanggulangi infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya sari makanan ke
hati melalui saluran porta ikut menjaga pengaturan homeostasis nutrisi.11
Bila penderita sudah dapat makan peoral, modifikasi diet yang diberikan
adalah makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah
protein dan rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari
makanan yang emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan
muntah. Pemberian diet diperhitungkan jumlah kebutuhan basal kalori sehari- hari
ditambah dengan 300 kkal perharinya.11
3. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki
peredaran udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang
diperbolehkan untuk keluar masuk kamar tersebut. Catat cairan yang keluar dan
10
masuk. Pasien tidak diberikan makan ataupun minum selama 24 jam. Biasanya
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.11
4. Cairan parenteral
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme
kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi
gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah
berkurang. Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi
termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka
tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang
hilang ke volume normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang
tepat untuk keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus
memperhitungkan secara cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang
diperlukan, defisit natrium, defisit kalium dan ada tidaknya asidosis.11,13
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan
vitamin C, dapat diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi
kekurangan protein.11,13
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu
diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh
dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
dalam 24 jam pasien tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba
untuk memberikan minuman, dan lambat laun makanan dapat ditambah dengan
makanan yang tidak cair. Dengan penanganan ini, pada umumnya gejala-gejala
akan berkurang dan keadaan aman bertambah baik. Daldiyono mengemukakan
salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial berdasarkan
sistiem poin. Adapun poin-poin gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut
ini.11,13
5. Terapi psikologik
11
proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik
lainnya yang melatar belakangi penyakit ini. Dengan memberikan informasi dan
edukasi tentang kehamilan pada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor
psikis rasa takut. Juga tentang diet ibu hamil, makan dalam porsi kecil
/sedikit namun sering. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa
oyong, mual dan muntah. Defekasi hendaknya diusahakan teratur. Jelaskan juga
bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda,
dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.11
6. Terapi Alternatif
Ada beberapa macam pengobatan alternatif bagi hiperemesis gravidarum,
antara lain:14
a. Vitamin B6
Vitamin B6 merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid,
karbohidrat dan asam amino. Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis
masih kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5-25 mg per
hari tiap 8 jam. Selain itu Czeizel melaporkan suplementasi multivitamin secara
bermakna mengurangi kejadian mencegah insiden hiperemesis gravidarum.14
b. Jahe (zingiber officinale)
Pemberian dosis harian 250 mg sebanyak 4 kali perhari lebih baik hasilnya
dibandingkan plasebo pada wanita dengan hiperemesis gravidarum. Salah satu
studi di Eropa menunjukan bubuk jahe (1 gram per hari) lebih efektif
dibandingkan plasebo dalam menurunkan gejala hiperemesis gravidarum. Belum
ada penelitian yang menunjukan hubungan kejadian abnormalitas pada fetus
dengan jahe. Namun, harus diperhatikan bahwa akar jahe diperkirakan
mengandung tromboksan sintetase inhibitor dan dapat mempengaruhi peningkatan
reseptor testoteron fetus.15
Tatalaksana Mual Dan Muntah Pada Kehamilan
Tatalaksana umum
Pertahankan nutrisi, beri suplementasi vitaimin dan as. Folat,
istirahat cukup dan hindari kelelehan
12
Bila perlu berikan doksilamin 10 mg + vitamin B6 10 mg hingga 4 tablet
perhari
(belum teratasi)
Tambahkan dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau suposituria, 4-6 kali sehari
atau prometazin 5-10 mg 3-4 kali perhari per oral atau suposituria
(belum teratasi)
Bila masih belum teratasi, tetapi tidak terjadi dehidrasi,
diberikan salah satu obat:
- Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam
- Proklorprazin 5-10 mg per oral atau IM atau suposituria tiap 6-8 jam
- Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
- Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam
- Ondansentron 8 mg per oral tiap 12 jam
Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang kanula intravena dan
berikan cairan sesuai dengan derajat hidrasi ibu dan
kebutuhan cairannya, lalu berikan :
- Suplement multivitamin IV
- Dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selam 20 menit, tiap 4
sampai 6 jam
- Bila perlu, tambhakan salah satu obat berikut ini
o Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
o Proklorperazin 5-10 mg IV tiap 6-8 jam
o Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam
o Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
- Bila perlu, tambahkan metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8 jam atau
ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12
2.8 Komplikasi
Komplikasi Hiperemesis Gravidarum ringan :
Kehilangan BB
Dehidrasi
13
Asidosis dari kekurangan gizi
Alkalosis hypokalemia
Kelemahan otot
Gangguan psikologis
*Faktor resiko
- Alkohol
- Malnutrisi
- kehamilan
14
- Hipertiroid
*Menegakan diagnosis :
- Manifestasi klinis
- Penentuan aktivitas transketolase darah
- Tiamine pirofosfat
- MRI
Jika diduga akibat dari HEG, Tiamin harus segera diberikan, dengan
dosis menurut EFNS, harus diberikan 20 mg (3x1) iv.18
2.9 Prognosis
Prognosis Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada
kehamilan merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah
tersebut menurun 30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada
kehamilan 12 minggu, dan menjadi 30% pada kehamilan 16 minggu. 10%
mengalami mual dan muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap
mengalaminya setelah usia kehamilan 20 minggu.17
15
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
3.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
16
Pasien datang ke IGD RSUD M. Natsir Solok RS Batu dengan keluhan
Mual Muntah meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- Mual muntah ada sejak 1 bulan ini dan semakin memberat sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit sebanyak lebih dari 10 x dalam sehari dan
sempat lebih dari 20 x dalam sehari.
- Awalnya pasien muntah berisi makanan yang dimakannya, namun jika
muntahnya sudah banyak, maka pasien hanya memuntahkan air saja.
Muntah tidak disertai darah.
- Pasien muntah setiap hari dan terus menerus. Gejala mual dan muntah
semakin terasa berat ketika pasien makan makanan yang manis. Gejala ini
berkurang ketika pasien baru bangun tidur. Gejala ini sangat mengganggu
pasien sehingga pasien harus istirahat dari pekerjaannya selama 1 bulan
ini.
- Nafsu makan menurun sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
- Pasien mengalami penurunan berat bada dalam satu bulan ini.
- Pasien mengeluhkan sakit kepala setiap selesai muntah.
- Pasien BAB hanya 1 kali dalam 1 bulan terakhir ini.
- Pasien BAK hanya 1 kali dalam sehari dan berwarna kuning pekat
kecoklatan.
- Pasien tampak lemas
- Pusing (+)
- Nyeri ulu hati dan nyeri punggung (-)
- Keluar air dari kemaluan (-)
- Keluar darah dari kemaluan bercampur lendir (-)
- Demam (-)
- Batuk (-)
- Sesak (-)
- HPHT : 24-05-2021
- TP : 03-03-2022
- ANC : 1 x Dokter , 2 x Bidan
- RHM : muntah (+), mual (+), perdarahan (-)
17
- RHT : muntah (-), mual (-), perdarahan (-)
c. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 14 tahun
- Siklus Haid : Teratur
- Panjang Siklus : 30 hari
- Durasi : 7 hari
- Ganti DUK : 2 x/hari
- Nyeri Haid :+
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Gastritis tahun 2013
- Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, ginjal,
paru, dan penyakit menular.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
- HT = Ayah
- Selain ayah tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan
seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, ginjal, paru, dan
penyakit menular.
f. Riwayat Perkawinan
1x pernikahan, pada tahun 2016
Tidak ada
i. Riwayat Imunisasi
1 Kali 2019
18
TT
a. Vital Sign
Suhu : 36, 3 ˚C
b. Status Generalisata
Kepala : Normochepal
19
Thorak : Paru dan Jantung dalam batas normal
c. Status Obstetrik
Abdomen
Palpasi :
L1 : -
L2 : -
L3 : -
L4 : -
TFU :-
TB : -
20
His :-
DJJ :-
Genitalia
-VT : -
Imunologi
Anti HIV Non Reaktif
TPHA Non Reaktif
HbsAg Non Reaktif
Urine Lengkap
Keton 3+
3.5. Diagnosis
3.6. Penatalaksanaan
- Kontrol keadaan umum, dan tanda-tanda vital
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm
- Inj Ranitidine 2x1 ampul
- Inj Ondansentrol 3x1 ampul
21
Follow Up
Tanggal Jum`at, 6 Agustus 2021, pukul 15.00
S - Mual (+)
- Muntah (+) 4 kali
- Pusing (+)
- Nafsu masih kurang
- Masih agak lemas
- Sakit Kepala sudah tidak ada
- BAB tidak ada
- BAK 1 kali sudah mulai banyak
O Tampak Sakit Sedang
Kes : CMC RR : 19 x/i
TD : 100/70 mmHg Temp : 36,8 oC
Nadi : 88 x/menit
A G4P1A2H1 Gravid 10 - 11 minggu + HEG
P IVFD RL : D 5 % Panamin G :
KAEN Mg 3
Inj. Ranitidine 2x1 ampul
Inj. Ondansentron 3x1 ampul
22
TD : 120/80 mmHg Temp : 36,6oC
Nadi : 80x/menit
A G4P1A2H1 Gravid 10-11 minggu + HEG
P IVFD RL : D 5 % Panamin
G : KAEN Mg 3 = AFF
Inj. Ranitidine = AFF
Inj.Ondansentron = AFF
Pasien Pulang
23
BAB IV
Pasien datang ke RSUD M.Natsir Solok pada tanggal 5 Agustus 2021 pukul
17.00 WIB dengan keluhan utama Mual muntah sejak 1 bulan dan semakin berat
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Mual muntah rata-rata sebanyak
lebih dari 10 kali dalam sehari dan sempat lebih dari 20 kali dalam 1 hari. Nafsu
makan menurun sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit (+). Penurunan Berat
Badan sebenyak 3 kg dalam 1 bulan. Pasien tampak lemas (+). Frekuensi BAK
sebanyak 1 kali sehari dalam 1 bulan terakhir. BAB hanya 1 kali saja dalam 1
bulan terakhir. Dari gejala yang dialami pasien, sebanding dengan teori dari gejala
yang dialami pasien HEG.
24
BAB V
KESIMPULAN
Oleh karena itu pada ibu hamil yang sedang mengalami mual munta pada
kehamilannya jangan dianggap biasa, karena mual muntah yang berlebihan pada
saat ibu hamil akan mengakibatkan keadaan ibu menjadi lemah dan
perkembangan janin terganggu.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
KB. EGC: Jakarta
26
6. Inthan A, Hadrians K , Siti, Hubungan Hiperemesis Gravidarum dengan Usia
Ibu, Usia Gestasi, Paritas, dan Pekerjaan pada Pasien Rawat Inap di RSUP
Dr. Moh. Hoesin Palembang, tahun 2016.
12. Einarson A, Maltepe C, Navioz Y, Kennedy D, Tan MP, Koren G. The safety
of ondansetron for nausea and vomiting of pregnancy: a prospective
comparative study. BJOG. Sep 2004;111(9):940-3.
27
13. Petik D, Puho E, Czeizel AE. Evaluation of maternal infusion therapy during
pregnancy for fetal development. Int J Med Sci. Oct 2005;2(4):137-42.
15. Boone SA, Shields KM. Treating pregnancy-related nausea and vomiting
with ginger. Ann Pharmacother. Oct 2005;39(10):1710-3.
16. Fidiya G, Komplikasi HEG menurut manuaba 2010, Scribd 2 november 2015
28