Anda di halaman 1dari 31

Case Report Science

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun oleh :

Reza Ihza Mahendra 1610070100037

Preseptor :

dr.Helwi Nofira, Sp OG (K)

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MOHAMMAD NATSIR
2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis sembahkan kehadirat Allah


SWT , yang telah melimpahkan taufik, hidayat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “ Hiperemesis Gravidarum ”.
Laporan ini penulis buat sebagai tugas saat menjalankan kepaniteraan klinik
obstetric dan ginekologi. Bersama ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pembimbing penulis dr.Helwi Nofira, Sp.OG (K) yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
penulisan laporan kasus ini, sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan dengan
baik.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna.Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan.
Namun penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Solok, Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Manfaat 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1. Definisi 3
2.2. Epidemiologi 3
2.3. Patofisiologi…………………………………………………………..4
2.4. Faktor resiko 5
2.5. Manifestasi Klinis 5
2.6. Diagnosis 6
2.7. Penatalaksanaan 8
2.8. Komplikasi…………………………………………..………………13
2.9 Prognosis…………………………………………………………….14
BAB III. LAPORAN KASUS 15
BAB IV. DISKUSI DAN PEMBAHASAN 21
BAB V. KESIMPULAN 22
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita, dimana


proses ini akan menyebabkan terjadinya beberapa perubahan seperti perubahan
fisik dan mental. Proses kehamilan yang normal terjadi selama 40 minggu,
dimana kehamilan biasanya terbagi kedalam 3 fase atau yang lebih dikenal dengan
sebutan trimester.1 Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering
ditemui pada kehamilan tremister I, yaitu pada minggu 1 sampai minggu ke 12
selama masa kehamilan.2

Hiperemesis Gravidarum didefinisikan sebagai kejadian mual dan muntah


yang mengakibatkan penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan cairan dan
nutrisi abnormal, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta
memiliki konsekuensi yang merugikan janin. Hiperemesis Gravidarum juga bisa
terjadi sebelum akhir minggu ke 22 kehamilan atau pada trimester II kehamilan.
Sedangkan Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu.1
Menurut WHO mengatakan bahwa Hiperemesis Gravidarum terjadi
diseluruh dunia, diantaranya Negara-negara di benua Amerika dengan angka
kejadian yang beragam. Sementara itu, kejadian Hiperemesis Gravidarum juga
banyak terjadi terjadi di Asia. Sementara itu, angka kejadian Hiperemesis
Gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1% sampai 3% dari seluruh
kehamilan.3
Hiperemesis gravidarum ini penyebabnya belum diketahui secara pasti,
namun terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi Hiperemesis

1
Gravidarum seperti factor hormonal, factor psikologis, factor nutrisi dan factor
alergi.4

1.2 Tujuan

1. Untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteran klinik senior di Rumah Sakit
Umum Daerah M. Natsir Solok.
2. Untuk bahan pengayaan agar lebih memahami materi tentang Hiperemesis
Gravidarum

1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai diagnosis dan tatalaksana Hiperemesis
Gravidarun
2. Sebagai proses pembelajaran bagi mahasiswa yang menjalankan
kepaniteraan klinik senior pada Departemen Obstetri dan Ginekologi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berat pada kehamilan
yang sukar dikendalikan dan biasa terjadi pada kehamilan hingga usia 16 minggu.
Hiperemesis Gravidarum didefinisikan sebagai kejadian mual dan muntah yang
mengakibatkan penurunan berat badan lebih dari 5%, asupan cairan dan nutrisi
abnormal, ketidakseimbangan elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta memiliki
konsekuensi yang merugikan janin.1

Hiperemesis Gravidarum juga bisa terjadi sebelum akhir minggu ke 22


kehamilan atau pada trimester II kehamilan. 1 HEG bisa menyebabkan kekurangan
cairan, elektrolit dan ketidakseimbangan asam basa, kekurangan gizi, dan bahkan
kematian. Hiperemesis yang memburuk yaitu hingga dirawat di rumah sakit
terjadi pada 0.3-2% kehamilan.5

Sedangkan Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat
pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada
yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang lebih 10
minggu.1

2.2 Epidemiologi

Menurut WHO mengatakan bahwa Hiperemesis Gravidarum terjadi dalam


50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai pada pada gestasi minggu 9-10,
memuncak pada minggu 11-13 dan berakhir pada minggu 12- 14. Pada 1-10%
kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. diseluruh dunia,

3
diantaranya negara-negara di benua Amerika dengan angka kejadian yang
beragam. Sementara itu, kejadian Hiperemesis Gravidarum juga banyak terjadi
terjadi di Asia contohnya di Pakistan, Turki dan Malaysia. Sementara itu, angka
kejadian Hiperemesis Gravidarum di Indonesia adalah mulai dari 1% sampai 3%
dari seluruh kehamilan. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum secara
umum adalah 4:1000 kehamilan.3,6

2.3 Patofisiologi

Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya
bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah
merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama
yaitu detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom
somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan
aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan
dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone
(CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa
signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus
traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi
retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat
pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan
melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf
spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen.7

Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih


kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam aseton asetik,
asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah.

Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat muntah akan
menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan

4
berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida
urine.8 Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah
ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan
berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan
frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan
penderita.7

2.4 Faktor Resiko

5
Pada beberapa penelitian, Faktor resiko yang sering terjadi yaitu pada wanita
dari sosial ekonomi rendah sampai menengah, wanita dengan pendidikan rendah,
wanita dengan kehamilan sebelumnya ada riwayat muntah dan mual, wanita
dengan kehamilan pertama, dan wanita dengan intoleran terhadap kontrasepsi
oral, biasanya mengalami mual dan muntah selama kehamilan. Mual dan muntah
juga biasanya terjadi pada hamil dengan multipel gestasi.9

Faktor lain yang mempengaruhi termasuk etnis, anomali fetal, peningkatan


berat badan, mual, dan muntah pada awal kehamilan, riwayat infertilitas, interval
kehamilan, korpus luteum pada ovarium dan intoleran kontrasepsi oral.9

2.5 Manifestasi Klinis


Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut hiperemesis
gravidarum belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika keluhan mual muntah
tersebut sampai mempengaruhi keadaan umum ibu dan sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari sudah dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga
tingkatan, yaitu:7

1. Tingkat I.
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 x per menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkat II.
Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.10
3. Tingkat III.

6
Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy
Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia (penglihatan ganda), dan perubahan
mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan hati.
2.6 Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan


muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus
menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas
pasien sehari- hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum
seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit
sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor
serebri).7

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan tiroid dan abdomen untuk menyingkirkan diagnosis banding. 7
c. Laboratorium Pada HEG

1. Urinalisis untuk badan keton

7
2. Elektrolit serum dan badan keton, memeriksa status elektrolit untuk
mengevalusi kalium dan natrium yang rendah, identifikasi alkalosis /
asidodis metabolik dan pemeriksaan fungsi ginjal dan status cairan.
3. Enzim hati dan bilirubin, peningkatan level tranaminase terjadi pada 50 %
pasien HEG
4. Amilase meningkat pada 10 % pasien dengan HEG
5. TSH, Tiroksin bebas, HEG berhubungan dengan hipertiroid dan
penekanan TSH pada 50 – 60 % pasien dengan HEG
6. Kultur urin : ini diiindikasikan karena interaksi traktus urinarius sering
pada ibu hamil, dan berhubungan dengan nausea dan muntah
7. Level Kalsium : Pengukuran Kadar Ca ++ pada beberapa kasus dilakukan
bahwa hiperkalsemia berhubungan dengan HEG , disebbkan
hiperparatiroid
8. Hematokrit : bisa meningkat disebabkan oleh penurunan cairan
9. Hepatitis : jika secara klinik diindikasikan hepatitis A,B,C biasanya
membingungkan dengan HEG9

d. Radiologi

1. USG obstetri biasanya dilakukan pada pasien HEG untuk mengevalusi


adanya multipel gestasi atau penyakit trofoblastik
2. Pencitraan tambahan secara umum tidak diperlukan, kecuali gambaran
klinisnya atipikal ( contoh : mual / muntah mulai setelah minggu 9 – 10
gestasi, mual / muntah yang persisten setelah minggu 20-22, eksaserbasi
akut) atau penyakit lain dinyatakan berdasarkan anamnesa atau
pemeriksaan fisik.
3. Jika secara klinis diindikasikan, USG abdomen atas dilakukan untuk
mengevaluasi pankreas dan atau traktus biliar muncul sebagai resiko yang
rendah.

Pada kasus yang jarang sekali CT Scan Abdomen biasanya diindikasikan jika
appendisitis dicuragi sebagai penyebab mual dan muntah pada kehamilan.9

8
2.7 Penatalaksanaan
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan
rawat inap dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu : 11
1. Medikamentosa

Pasien HEG mungkin sangat akrab dengan morning sickness. Kondisi ini
ditandai dengan mual bahkan muntah di jam berapa pun, walau namanya
"morning". Obat antiemetik mungkin akan diberikan dokter jika gejala yang
dirasakan sangat parah serta mengganggu aktivitas sehari-hari ibu hamil.
Beberapa contoh obat antiemetik untuk atasi morning sickness, yaitu:
Dimenhydrinate, Prochlorperazine, Promethazine dan Vitamin B6.

Obat-obatan lain yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin,


antihistamin, dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin
yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine (vitamin B6).
Pemberian pyridoxin cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan muntah.
Anti histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine. Pemberian
antihistamin bertujuan untuk menghambat secara langsung kerja histamin pada
reseptor H1 dan secara tidak langsung mempengaruhi sistem vestibular,
menurunkan rangsangan di pusat muntah.11
Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung berperan
dalam menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamin
antagonis. Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya prochlorperazine,
promethazine, dan metocloperamide. Prochlorperazin dan promethazine bekerja
pada reseptor D2 untuk menimbulkan efek antiemetik. Sementara itu
metocloperamide bekerja di sentral dan di perifer. Obat ini menimbulkan efek
antiemetik dengan cara meningkatkan kekuatan spincter esofagus bagian bawah
dan menurunkan transit time pada saluran cerna.11
Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual
dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula.
Serotonin antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron. Odansetron biasanya
diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum yang tidak membaik setelah
diberikan obat-obatan yang lain. Sementara itu pemberian kortikosteroid masih

9
kontroversial karena dikatakan pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat
meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat bawaan.12
2. Terapi Nutrisi
Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang berat pada kehamilan
yang sukar dikendalikan. Kondisi ini menyebabkan komplikasi pada janin yaitu
berat badan lahir rendah, kelahiran prematur,dan abortus. Komplikasi HG bukan
hanya terjadi pada janin namun juga pada ibu menyebabkan penurunan berat
badan, dehidrasi, dan kekurangan gizi. Oleh karena itu penatalaksanaan
Hiperemesis Gravidarum penting dilakukan dengan cara perubahan pola diet,
makan dengan porsi kecil, sedikit tapi sering, dalam keadaan hangat dan
bervariasi secara menarik, pemberian cairan, dan pemberian vitamin, agar dapat
meminimalisir terjadinya mual muntah yang berlebih dan tidak terdapat
komplikasi.
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada
derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan penderita terhadap
rencana pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna
harus digunakan. Bila peroral menemui hambatan dicoba untuk menggunakan
nasogastric tube (NGT). Saluran cerna mempunyai banyak keuntungan misalnya
dapat mengabsorsi banyak nutrien, adanya mekanisme defensif untuk
menanggulangi infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya sari makanan ke
hati melalui saluran porta ikut menjaga pengaturan homeostasis nutrisi.11
Bila penderita sudah dapat makan peoral, modifikasi diet yang diberikan
adalah makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah
protein dan rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari
makanan yang emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan
muntah. Pemberian diet diperhitungkan jumlah kebutuhan basal kalori sehari- hari
ditambah dengan 300 kkal perharinya.11
3. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki
peredaran udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang
diperbolehkan untuk keluar masuk kamar tersebut. Catat cairan yang keluar dan

10
masuk. Pasien tidak diberikan makan ataupun minum selama 24 jam. Biasanya
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.11
4. Cairan parenteral
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme
kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi
gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah
berkurang. Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi
termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka
tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang
hilang ke volume normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang
tepat untuk keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus
memperhitungkan secara cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang
diperlukan, defisit natrium, defisit kalium dan ada tidaknya asidosis.11,13
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan
vitamin C, dapat diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi
kekurangan protein.11,13
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu
diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh
dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
dalam 24 jam pasien tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba
untuk memberikan minuman, dan lambat laun makanan dapat ditambah dengan
makanan yang tidak cair. Dengan penanganan ini, pada umumnya gejala-gejala
akan berkurang dan keadaan aman bertambah baik. Daldiyono mengemukakan
salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial berdasarkan
sistiem poin. Adapun poin-poin gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut
ini.11,13
5. Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.


Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan

11
proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik
lainnya yang melatar belakangi penyakit ini. Dengan memberikan informasi dan
edukasi tentang kehamilan pada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor
psikis rasa takut. Juga tentang diet ibu hamil, makan dalam porsi kecil
/sedikit namun sering. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa
oyong, mual dan muntah. Defekasi hendaknya diusahakan teratur. Jelaskan juga
bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda,
dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.11

6. Terapi Alternatif
Ada beberapa macam pengobatan alternatif bagi hiperemesis gravidarum,
antara lain:14
a. Vitamin B6
Vitamin B6 merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid,
karbohidrat dan asam amino. Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis
masih kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5-25 mg per
hari tiap 8 jam. Selain itu Czeizel melaporkan suplementasi multivitamin secara
bermakna mengurangi kejadian mencegah insiden hiperemesis gravidarum.14
b. Jahe (zingiber officinale)
Pemberian dosis harian 250 mg sebanyak 4 kali perhari lebih baik hasilnya
dibandingkan plasebo pada wanita dengan hiperemesis gravidarum. Salah satu
studi di Eropa menunjukan bubuk jahe (1 gram per hari) lebih efektif
dibandingkan plasebo dalam menurunkan gejala hiperemesis gravidarum. Belum
ada penelitian yang menunjukan hubungan kejadian abnormalitas pada fetus
dengan jahe. Namun, harus diperhatikan bahwa akar jahe diperkirakan
mengandung tromboksan sintetase inhibitor dan dapat mempengaruhi peningkatan
reseptor testoteron fetus.15
Tatalaksana Mual Dan Muntah Pada Kehamilan
Tatalaksana umum
Pertahankan nutrisi, beri suplementasi vitaimin dan as. Folat,
istirahat cukup dan hindari kelelehan

12
Bila perlu berikan doksilamin 10 mg + vitamin B6 10 mg hingga 4 tablet
perhari
(belum teratasi)
Tambahkan dimenhidrinat 50-100 mg per oral atau suposituria, 4-6 kali sehari
atau prometazin 5-10 mg 3-4 kali perhari per oral atau suposituria
(belum teratasi)
Bila masih belum teratasi, tetapi tidak terjadi dehidrasi,
diberikan salah satu obat:
- Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam
- Proklorprazin 5-10 mg per oral atau IM atau suposituria tiap 6-8 jam
- Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
- Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam
- Ondansentron 8 mg per oral tiap 12 jam

Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang kanula intravena dan
berikan cairan sesuai dengan derajat hidrasi ibu dan
kebutuhan cairannya, lalu berikan :
- Suplement multivitamin IV
- Dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selam 20 menit, tiap 4
sampai 6 jam
- Bila perlu, tambhakan salah satu obat berikut ini
o Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
o Proklorperazin 5-10 mg IV tiap 6-8 jam
o Prometazin 12,5-25 mg IV tiap 4-6 jam
o Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
- Bila perlu, tambahkan metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8 jam atau
ondansetron 8 mg selama 15 menit IV tiap 12

2.8 Komplikasi
Komplikasi Hiperemesis Gravidarum ringan :
 Kehilangan BB
 Dehidrasi

13
 Asidosis dari kekurangan gizi
 Alkalosis hypokalemia
 Kelemahan otot
 Gangguan psikologis

Komplikasi yang mengancam kehidupan

 Ruptur esophagus dan perforasi esophagus


 Penyakit hepar
 Koma
 Keruskan pada ginjal
 Kematian janin
 Ensefalopati wernickle
Merupakan gejala neurologis yang disebabkan pada SSP akibat
defesiensi tiamin.
*Dengan trias gejala:
- Kelumpuhan gerakan mata
- Ataksia
- Kebingungan mental

Selain itu dapat disertai dengan : penurunan kesadaran, disartria,


nistagmus.

*Faktor resiko

- Alkohol

- Malnutrisi

- kehamilan

14
- Hipertiroid

*Menegakan diagnosis :

- Manifestasi klinis
- Penentuan aktivitas transketolase darah
- Tiamine pirofosfat
- MRI

WE merupakan keadaan darurat medis yang berpotensi fatal tetapi


dapat disembuhkan. Kematian (10-20%) dari banyak yang bertahan
hidup dengan defisit neurologis yang persisten meskipun
mendapatkan pengobatan yang tepat.

Jika diduga akibat dari HEG, Tiamin harus segera diberikan, dengan
dosis menurut EFNS, harus diberikan 20 mg (3x1) iv.18

2.9 Prognosis

Prognosis Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada
kehamilan merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah
tersebut menurun 30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada
kehamilan 12 minggu, dan menjadi 30% pada kehamilan 16 minggu. 10%
mengalami mual dan muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap
mengalaminya setelah usia kehamilan 20 minggu.17

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat


memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada
usia kehamilan 20-22 minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.17

15
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. Hermila Sari

Umur : 28 Tahun

Alamat : Batu Sangkar

Tanggal Masuk : 5 Agustus 2021

Jam masuk : 17.00 WIB

Pekerjaan : Wiraswasta

3.2. Anamnesa

a. Keluhan Utama

16
Pasien datang ke IGD RSUD M. Natsir Solok RS Batu dengan keluhan
Mual Muntah meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- Mual muntah ada sejak 1 bulan ini dan semakin memberat sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit sebanyak lebih dari 10 x dalam sehari dan
sempat lebih dari 20 x dalam sehari.
- Awalnya pasien muntah berisi makanan yang dimakannya, namun jika
muntahnya sudah banyak, maka pasien hanya memuntahkan air saja.
Muntah tidak disertai darah.
- Pasien muntah setiap hari dan terus menerus. Gejala mual dan muntah
semakin terasa berat ketika pasien makan makanan yang manis. Gejala ini
berkurang ketika pasien baru bangun tidur. Gejala ini sangat mengganggu
pasien sehingga pasien harus istirahat dari pekerjaannya selama 1 bulan
ini.
- Nafsu makan menurun sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
- Pasien mengalami penurunan berat bada dalam satu bulan ini.
- Pasien mengeluhkan sakit kepala setiap selesai muntah.
- Pasien BAB hanya 1 kali dalam 1 bulan terakhir ini.
- Pasien BAK hanya 1 kali dalam sehari dan berwarna kuning pekat
kecoklatan.
- Pasien tampak lemas
- Pusing (+)
- Nyeri ulu hati dan nyeri punggung (-)
- Keluar air dari kemaluan (-)
- Keluar darah dari kemaluan bercampur lendir (-)
- Demam (-)
- Batuk (-)
- Sesak (-)
- HPHT : 24-05-2021
- TP : 03-03-2022
- ANC : 1 x Dokter , 2 x Bidan
- RHM : muntah (+), mual (+), perdarahan (-)

17
- RHT : muntah (-), mual (-), perdarahan (-)
c. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 14 tahun
- Siklus Haid : Teratur
- Panjang Siklus : 30 hari
- Durasi : 7 hari
- Ganti DUK : 2 x/hari
- Nyeri Haid :+
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Gastritis tahun 2013
- Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, ginjal,
paru, dan penyakit menular.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
- HT = Ayah
- Selain ayah tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan
seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, ginjal, paru, dan
penyakit menular.
f. Riwayat Perkawinan
1x pernikahan, pada tahun 2016

g. Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan : (4/2/1)


1) Abortus 11 Minggu
2) 2017/ Laki-Laki / 3300 gram/ SC/ Rumah Sakit / Hidup
3) Abortus 4 Minggu
4) Sekarang
h. Riwayat kontrasepsi

Tidak ada

i. Riwayat Imunisasi
1 Kali 2019

18
TT

3.3. Pemeriksaan Fisik

a. Vital Sign

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 86 x/menit

Frekuensi Napas : 20x/menit

Suhu : 36, 3 ˚C

Berat badan hamil : 44 kg

Tinggi Badan : 148 cm

IMT : 20,1 kg/m2 (Normal)

b. Status Generalisata

Kepala : Normochepal

Wajah : Chloasma Gravidarum(-), Bibir kering.

Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Leher : Tidak ada pembesaran KGB

19
Thorak : Paru dan Jantung dalam batas normal

Ekstermitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-)

c. Status Obstetrik

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit sesuai usia kehamilan

Sikatrik (+), Striae gravidarum (+).

Palpasi :

L1 : -

L2 : -

L3 : -

L4 : -

TFU :-

TB : -

20
His :-

DJJ :-
Genitalia

-Pemeriksaan Luar : PPV tidak ada.

-VT : -

3.4. Pemeriksaan Penunjang


Jenis Pemeriksaan Hasil
Hb 13,0 gr/dl
Leukosit 7.600/mm3
Trombosit 323.000/mm3
Hematokrit 39,3 %

Imunologi
Anti HIV Non Reaktif
TPHA Non Reaktif
HbsAg Non Reaktif
Urine Lengkap
Keton 3+

3.5. Diagnosis

G4P1A2H1 Gravid 10-11 minggu + HEG

3.6. Penatalaksanaan
- Kontrol keadaan umum, dan tanda-tanda vital
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm
- Inj Ranitidine 2x1 ampul
- Inj Ondansentrol 3x1 ampul

21
Follow Up
Tanggal Jum`at, 6 Agustus 2021, pukul 15.00
S - Mual (+)
- Muntah (+) 4 kali
- Pusing (+)
- Nafsu masih kurang
- Masih agak lemas
- Sakit Kepala sudah tidak ada
- BAB tidak ada
- BAK 1 kali sudah mulai banyak
O Tampak Sakit Sedang
Kes : CMC RR : 19 x/i
TD : 100/70 mmHg Temp : 36,8 oC
Nadi : 88 x/menit
A G4P1A2H1 Gravid 10 - 11 minggu + HEG
P  IVFD RL : D 5 % Panamin G :
KAEN Mg 3
 Inj. Ranitidine 2x1 ampul
 Inj. Ondansentron 3x1 ampul

Tanggal Sabtu , 7 Agustus 2021 09.00 WIB


S - Mual (+)
- Muntah (-)
- Pusing (-)
- Nafsu makan sudah mulai bertambah
- Sudah tidak lemas
- Sakit Kepala Tidak ada
- BAB tidak ada
- BAK 2 kali sehari
O Tampak Sakit Sedang
Kes : CMC RR : 18x/i

22
TD : 120/80 mmHg Temp : 36,6oC
Nadi : 80x/menit
A G4P1A2H1 Gravid 10-11 minggu + HEG
P  IVFD RL : D 5 % Panamin
G : KAEN Mg 3 = AFF
 Inj. Ranitidine = AFF
 Inj.Ondansentron = AFF
 Pasien Pulang

23
BAB IV

DISKUSI DAN PEMBAHASAN KASUS

Telah didiagnosis seorang pasien perempuan berusia 28 tahun dengan


diagnosis G4P1A2H1 Gravid 10-11 minggu + HEG. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

Pasien datang ke RSUD M.Natsir Solok pada tanggal 5 Agustus 2021 pukul
17.00 WIB dengan keluhan utama Mual muntah sejak 1 bulan dan semakin berat
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Mual muntah rata-rata sebanyak
lebih dari 10 kali dalam sehari dan sempat lebih dari 20 kali dalam 1 hari. Nafsu
makan menurun sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit (+). Penurunan Berat
Badan sebenyak 3 kg dalam 1 bulan. Pasien tampak lemas (+). Frekuensi BAK
sebanyak 1 kali sehari dalam 1 bulan terakhir. BAB hanya 1 kali saja dalam 1
bulan terakhir. Dari gejala yang dialami pasien, sebanding dengan teori dari gejala
yang dialami pasien HEG.

Dari pemeriksaan Status Obstretrik, inspeksi abdomen pasien yaitu perut


tidak tampak membuncit sesuai dengan usia kehamilan, terdapat siktrik dan striae
gravidarum. Pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan Laboraturium
ditemukan Keton 3+, yang merupakan tanda-tanda dari HEG. Pasien diterapi
dengan dilakukan rehidrasi cairan perinfus seperti dekstrose dan ringer laktat.
Selain itu diberi terapi medikametosa berdasarkan teori yaitu inj. ondansentron
3x1 ampul dan Inj. Ranitidine 2 x 1 ampul untuk menangani mual muntah pasien.
Tindakan selanjutnya yang diambil untuk pasien ini adalah dirawat diruangan
nifas obgin, untuk memperbaiki keadaan umum ibu dan memberi nutrisi yang
kurang pada pasien. Setelah dirawat di nifas selama 2 hari, pada tanggal 7 Agustus
2021, pasien diperbolehkan pulang karena kondisi pasien sudah membaik dan
diberikan edukasi kepada pasien.

24
BAB V

KESIMPULAN

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan


sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu hamil pun akan
menjadi buruk.Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi kehamilan
usia muda pada umur kehamilan trimester satu sampai dengan memasuki trimester
ke dua, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan
sehingga mempengaruhi keadaan umum ibu yang sedang hamil dan pekerjaan
sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat keton dalam urine, karena
adanya ketidak normalan ibu dalam menjalani kehamilan ini.

Oleh karena itu pada ibu hamil yang sedang mengalami mual munta pada
kehamilannya jangan dianggap biasa, karena mual muntah yang berlebihan pada
saat ibu hamil akan mengakibatkan keadaan ibu menjadi lemah dan
perkembangan janin terganggu.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba, Ida Bagus Gede. 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
KB. EGC: Jakarta

2. Runiari, 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis


gravidarum :penerapan konsep dan teori keperawatan. Jakarta ; Salemba
Medika.

3. Maulana, 2012. Panduan Lengkap Kehamilan. Kata hati: Yogyakarta

4. Verberg, M.F.G., D. Gillot.,N. Al-Fardan, J. G. Grudzinskas. 2005.


hyperemesis gravidarum: Human Reproduction Update. 11 (5). Halaman 527-
535.

5. Kotha VK, De Souza A. Wernicke’s encephalopathy following Hyperemesis


gravidarum. A report of three cases. Neuroradiol J 2013;26:35-40.

26
6. Inthan A, Hadrians K , Siti, Hubungan Hiperemesis Gravidarum dengan Usia
Ibu, Usia Gestasi, Paritas, dan Pekerjaan pada Pasien Rawat Inap di RSUP
Dr. Moh. Hoesin Palembang, tahun 2016.

7. Goodwin TM. Hyperemesis Gravidarum. Obstet Gynecol Clin N Am. Sept


2008;35:401-417.

8. Bailit JL. Hyperemesis gravidarium: Epidemiologic findings from a large


cohort. Am J Obstet Gynecol. Sep 2005;193(3 Pt 1):811-4

9. Khalil M, Mohammed A, Moussa L, Wernicke Korsakoff Syndrome as a


Rare Complication of Hyperemesis Gravidarum: A Case Report. Department
of Critical Care, Mohammed 6 University Hospital of Oujda, Oujda,
Morocco, 2019.

10. Davis M. Nausea and vomiting of pregnancy: an evidence-based review. J


Perinat Neonatal Nurs. Oct-Dec 2004;18(4):312-28.

11. Cedergren M, Brynhildsen J, Josefsson A, et al. Hyperemesis gravidarum that


requires hospitalization and the use of antiemetic drugs in relation to maternal
body composition. Am J Obstet Gynecol. Apr 2008;198:412.e1-5.

12. Einarson A, Maltepe C, Navioz Y, Kennedy D, Tan MP, Koren G. The safety
of ondansetron for nausea and vomiting of pregnancy: a prospective
comparative study. BJOG. Sep 2004;111(9):940-3.

27
13. Petik D, Puho E, Czeizel AE. Evaluation of maternal infusion therapy during
pregnancy for fetal development. Int J Med Sci. Oct 2005;2(4):137-42.

14. Aikins Murphy P. Alternative therapies for nausea and vomiting of


pregnancy. Obstet Gynecol. Jan 1998;91(1):149-55.

15. Boone SA, Shields KM. Treating pregnancy-related nausea and vomiting
with ginger. Ann Pharmacother. Oct 2005;39(10):1710-3.

16. Fidiya G, Komplikasi HEG menurut manuaba 2010, Scribd 2 november 2015

17. Borrelli F, Capasso R, Aviello G, et al. Effectiveness and safety of ginger in


the treatment of pregnancy-induced nausea and vomiting. Obstet Gynecol.
Apr 2005;105(4):849-56.

18. Khalil M, Aabdi M, Lazreg M. Wernicke Korsakof Syndrome As A Rare


Complication Of Hyperemesis Gravidarum: A Case Report. 2019

28

Anda mungkin juga menyukai