Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN KELOMPOK ASUHAN KEPERAWATAN

PADATN.F.G DENGAN FRAKTUR FEMUR POST ORIF


DIRUANGAN IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR.R.DKANDOU
MANADO

OLEH:
KELOMPOK 3

1. Alfiani Ratulangi., S.Kep 2004084


2. Nurjana M Saleh., S.Kep 2004068
3. Sitna Salahudin., S.Kep 2004031
4. Marwan Bahnan., S,Kep 2004032

PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH
MANADO
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. F.G
DENGAN FRAKTUR FEMUR POST ORIF
DI RUANGAN IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO

Telah disetujui oleh :


Clinical Instructure Clinical Teacher

Ns. Hj. Sunarti Basso, S.Kep. M.Kes Ns. Rizkan H. Djafar S. Kep.,M.Kep
NIRA : NIRA :

Mengetahui,

Ketua Prodi Ners


STIKES Muhammadiyah Manado

(Ns. Hj. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep, M.Kep)


NIDN:0905098601

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan Rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga laporan stase Keperawatan Medikal Bedah II keperawatan

dapat terselesaikan. Laporan ini merupakan laporan hasil dari temuan masalah yang

didapati di ruangan A Bawah beserta dengan intervensi yang telah dilakukan oleh

mahasiswa STIKES Muhammadiyah Manado Program Studi Profesi Ners Kelompok

2 Stase Keperawatan Medikal Bedah II.

Banyak halangan dan kesulitan yang dihadapi kelompok dalam menyelesaikan

stase ini sampai dengan pembuatan laporan akhir, namun atas bantuan dan dorongan

dari berbagai pihak sehingga stase Keperawatan Medikal Bedah II sampai dengan

pembuatan laporan akhir d apat diselesaikan dengan baik. Rasa hormat dan terima

kasih kelompok sampaikan kepada berbagai pihak atas dukungan dan bantuan yang

diberikan kepada kelompok, rasa terima kasih kelompok sampaikan kepada :

1. Bpk Agust A. Laya, SKM., M.Kes selaku Ketua STIKES Muhammadiyah


Manado.
2. Bpk Ns. Suwandi I. Luneto, S.Kep., M.Kes selaku Waka I STIKES
Muhammadiyah Manado.
3. Ibu Ns. Hj. Zainar Kasim, S.Kep., M.Kes selaku Waka II STIKES
Muhammadiyah Manado
4. Bpk I Made Rantiasa, S.Kp., M.Kes selaku Waka III STIKES Muhammadiyah
Manado.
5. Bpk Rizal Arsyad, S.Ag., MA selaku Waka IV STIKES Muhammadiyah
Manado.
6. Ibu Ns.Hj.Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program
Studi Ners STIKES Muhammadiyah Manado
7. Bpk Ns.Rizkan H.Djafar S.Kep.,M.Kep Selaku Pembimbing yang telah banyak
membantu kelompok dalam menyelesaikan stase hingga pembuatan laporan
akhir
8. Kepada Wakil Karu dan juga seluruh perawat di ruangan IRINA A BAWAH
yang telah banyak memberikan ilmu baik moral maupun material.

iii
9. Teman-teman Program Profesi Ners Angkatan X STIKES Muhammadiyah
Manado yang sudah memberikan dukungan dan semangat.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi dan untuk

masyarakat sebagai tolak ukur dalam merubah perilaku hidup sehat.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................... 3
BAB II. KONSEP DASAR ........................................................................................... 4
A. Definisi ................................................................................................................. 4
B. Etiologi.................................................................................................................. 4
C. Manifestasi Klinis ................................................................................................. 5
D. Patofisiologi .......................................................................................................... 6
a. Patways .............................................................................................................. 7
b. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 8
c. Komplikasi ....................................................................................................... 10
d. Penatalaksanaan ............................................................................................... 11
BAB. III. TINJAUAN KASUS................................................................................... 14
A. Pengkajian .......................................................................................................... 14
B. Analisis Data ....................................................................................................... 34
C. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi ........................................................... 39
D. Jurnal Terkait ...................................................................................................... 46
BAB IV. PEMBAHASAN .......................................................................................... 49
BAB V. PENUTUP ..................................................................................................... 54
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 54
B. Saran ................................................................................................................... 54

v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Fraktur merupakan terputus atau rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang

disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap

oleh tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan yang

meremukkan, gerakkan memuntir yang mendadak atau bahkan karena kontraksi otot

yang ekstrem (Brunner & Suddart, 2016).

Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan memuntir

yang mendadak, dan kontraksi otot ekstremitas, organ tubuh dapat mengalami cidera

akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Brunner dan

Suddarth, 2013). Fraktur juga disebabkan oleh kekerasan langsung yang

menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan, dan disebabkan juga

trauma langsung pada kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan

tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabkan faktor patologis,

biasanya bersifat Fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring, dan

kekerasan tidak langsung juga menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari

tempat terjadinya kekerasan, yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah

dalam jalur hantaran vektor kekerasan (Wijaya, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Desiartama dan Aryana di RSUP Prof. Dr. R.D.

Kandou Manado Sulawesi pada tahun 2017 di Indonesia kasus fraktur femur

merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur humerus

(15%), fraktur tibia dan fibula (11%), dimana penyebab terbesar fraktur femur adalah

kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor, atau

kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh (37,3%) dan mayoritas adalah pria

(63,8%).4,5% Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia dewasa (15

- 34 tahun) dan orang tua yang berusia diatas 70 tahun.

1
Akibat dari fraktur femur ini dapat berdampak terhadap fisik dan psikologis,

sosial, spiritual. Dampak pada fisik nya yaitu terjadi perubahan pada bagian tubuhnya

yang terkena trauma seperti perubahan ukuran pada ekstermitas bahkan kehilangan

ekstermitas yang disebabkan oleh amputasi. Dampak terhadap psikologis seperti

pasien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari fraktur,

perubahan gaya hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam

masyarakat, takutnya terjadi kecacatan pada dirinya dan pandangan terhadap dirinya

yang salah (gangguan citra diri). Dampak sosial dari fraktur femur pasien akan

kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena harus menjalani

perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan

ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan memenuhi kebutuhannya sendiri seperti

biasanya sedangakan dampak spiritual pada fraktur femur pasien akan mengalami

gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya baik dalam jumlah

ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri dan

ketidakmampuannya (Mutaqqin, 2012).

Berdasarkan Riset Kesehatan dasar (RISKESDAS) cedera dijalan raya pada

tahun 2013 sebanyak 42,8% mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun

2018 yaitu sebanyak 31, 4%. Sedangkan kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia

terjadi sebanyak 2,2 %, yang mana kecelakaan lalu lintas yang tinggi terjadi di

Sulawesi Utara sebanyak 3,5 % di Sulawesi Selatan sebanyak 3,4 % Sulawesi Tengah

sebanyak 3,3% di Sumatera Barat sebanyak 2,5 % dan paling rendah terjadi di Jambi

sebanyak 1,1% (Riskesdas, 2018).

2
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Asuhan keperawatan pada Pasien Dengan Fraktur Femur di

Ruangan A Bawah RSUP PROF Dr. R.d Kandou Manado

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien dengan fraktur

femur di ruangan A Bawah RSUP Prof Dr. R.d. Kandou Manado

b. Mendeskripsikan diagnosa keprawatan pada pasien dengan fraktur femur di

Ruangan A Bawah RSUP Prof D. r R.d Kandou Manado

c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada pasien dengan fraktur femur

di Ruangan A Bawah RSUP Prof D.r R.d Kanou Manado

d. Mendeskripsikan implementasi tindakan keperawatan pada pasien dengan

fraktur femur di Ruangan A Bawah RSUP Prof D.r R.d Kanou Manado

e. Mendeskripsikan evaluasi pada pasien dengan fraktur femur di Ruangan A

Bawah RSUP Prof D.r R.d Kanou Manado

3
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi

mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan, biasanya patahan lengkap

dan fragmen ulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut

fraktur tertutup, kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus kadaan ini

disebut fraktur terbuka yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi

(Wijaya, 2013). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan

oleh ruda paksa (Wahid, 2013).

B. Etiologi

Fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal. Untuk

mematahkan batang femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang besar.

Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pra muda yang mengalami kecelakaan

bermotor atau jatuh dari ketinggian. Biasanya, klien ini mengalami trauma

multipel. Pada fraktur femur ini klien mengalami syok hipovolemik karena

kehilanagan banyak darah maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat heba

(muttaqn, 2008).

Penyebab fraktur femur menurut (Wahid, 2013) antara lain :

1. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis

patah melintang atau miring.

2. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh

dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang

paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

4
3. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa

pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan

penarikan.

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna.

Gejala umum fraktur adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk.

1. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmentulang

dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur,bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung

bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti

normalnya. Pergeseran fragmen pada struktur lengan atau tungkai

menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa

diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat

berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas

tulang tempat melengketnya otot.

3. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya

karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen

sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).

4. Saat eksremitas diperiksa dengan tangan,teraba adanya derik tulang dinamakan

krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji

krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

5
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat

trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi

setelah beberapa jam atau hari setetlah cedera (Wijaya dan Putri, 2013).

Selain itu, menurut Wahid (2013) ada beberapa manifestasi

klinis fraktur femur :

a. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan

fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan

keseimbangan dan kontur terjadi seperti:

- Rotasi pemendekan tulang

- Penekanan tulang

b. Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi

darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

c. Pada tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya

disertai nyeri. Setelah terjadi patah tulang terjadi spasme

otot yang menambah rasa nyeri. Pada fraktur stress, nyeri

biasanya timbul pada saat aktifitas dan hilang pada saat

istirahat. Fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri

d. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari

rusaknya syaraf atau pendarahan).

e. Pergerakan abnormal biasanya kreapitas dapat ditemukan

pergerakan persendian lutut yang sulit digerakaan di

bagian distal cidera.

D. Patofisiologi

Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah pada korteks, sumsum,

dan jaringan lunak sekitarnya terputus. Perdarahan akan terjadi akibat dirusak oleh

6
ujung tulang pada jaringan lunak yang dekat dengan tulang (otot). Hematoma akan

terbentuk dalam saluran medula antara ujung tulang yang patah dan dibawah

periosteum. Jaringan tulang segera berhubungan pada tulang yang patah. Jaringan

mekrotis menstimulasi respon inflamasi secara terus menerus yang ditandai adanya

vasodilatasi, eksudasi oleh plasma dan leukosit, infiltrasi leukosit.

E. Patways

7
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2
proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan
proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi
yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-
ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya
dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:

 Bayangan jaringan lunak.

 Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik

atau juga rotasi.

 Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

 Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya

seperti:

 Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang

lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan

struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada

struktur lain juga mengalaminya.

 Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh

darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat

trauma.

8
 Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena

ruda paksa.

 Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara

transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang

rusak.

2. Pemeriksaan Laboratorium

- Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan

tulang.

- Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan

kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

- Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),

Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada

tahap penyembuhan tulang.

3. Pemeriksaan lain-lain

a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan

mikroorganisme penyebab infeksi.

b. Biopsi tulang dan otot : pada intinya pemeriksaan ini sama dengan

pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

c. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan

fraktur.

d. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma

9
yang berlebihan.

e. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada

tulang.

MRI : menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur

G. Komplikasi

1. Komplikasi dini

Komplikasi dini harus ditangani dengan serius oleh perawat yang

melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur femur.

Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien fraktur femur adalah

sebagai berikut:

a) Syok yaitu terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur

bersifat tertutup.

b) Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur

femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan gas darah.

c) Trauma pembuluh darah besar yaitu ujung fragmen tulang menembus

jaringan lunak dan merusak arteri femoralis sehingga menyebabkan

kontusi dan oklusi atau terpotong sama sekali.

d) Trauma saraf yaitu trauma pada pembuluh darah akibat tusukan

fragmen dapat disertai kerusakan saraf yang bervariasi dari neorpraksia

sampai aksono temesis. Trauma saraf dapat terjadi pada nervus

isikiadikus atau pada cabangnya, yaitu nervus tibialis dan nervus

peroneus komunis.

10
e) Trombo-emboli terjadi pada pasien yang menjalani tirah baring lama,

misalnya distraksi di tempat tidur, dapat mengalami komplikasi trombo

emboli.

e) Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi.

Infeksi dapat pula terjadi setelah tindakan operasi (muttaqqin,2008).

H. Penatalaksanaan

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imbobilisasi dan

pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi. Reduksi

fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi

anatomis. Metode untuk mencapai reduksi fraktur adalah dengan reduksi

tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang di pilih untuk reduksi fraktur

bergantung pada sifat frakturnya.

Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan

fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan

manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya, traksi dapat dilakukan untuk

mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan

spasme otot yang terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka,

dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam

bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk

mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai

terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi

eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin,

pin, dan teknik gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi interna.

11
Penatalaksanaan keperawatan menurut (Smeltzer, 2015) adalah sebagai

berikut:

1. Penatalaksanaan fraktur tertutup

a) Informasikan pasien mengenai metode pengontrolan edema dan nyeri yang

tepat (mis, meninggikan ekstremitas setinggi jantung, menggunakan

analgesik sesuai resep)

b) Ajarkan latihan latihan untuk mempertahankan kesehatan otot yang tidak

terganggu dan memperkuat otot yangdiperlukan untuk berpindah tempat

dan untuk menggunakan alat bantu (mis, tongkat, alat bantu berjalan atau

walker)

c) Ajarkan pasien tentang cara menggunakan alatbantu dengan aman.

d) Alat bantu pasien memodifikasi lingkungan rumah mereka sesuai

kebutuhan dan mencari bantuan personal jika diperlukan

e) Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai perawatan dir,

informasi, medikasi, pemantauan kemungkinan komplikasi, dan perlunya

supervisi layanan kesehatan yang berkelanjutan.

2. Penatalaksanan fraktur terbuka

- Sasaran penatalaksanan adalah untuk mencegah infeksi luka, jaringan lunak,

dan tulang serta untuk meningkatkan pemulihan tulang dan jaringan lunak.

Pada kasus fraktur terbuka, terdapat resiko osteomielitis, tetanus, dan

gasgangren.

- Berikan antibiotik IV dengan segera saat pasien tiba dirumah sakit bersama

dengan tetanus toksoid jika diperlukan

12
- Lakukan irigasi luka dan debridement

- Tinggikan ekstremitas untuk meminimalkan edema

- Kaji status neourovaskular dengan sering

- Ukur suhu tubuh pasien dalam interval teratur, dan pantau tanda-tanda

infeksi.

13
BAB. III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MUHAMMADIYAH MANADO
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
Alamat : Jl. Sasuit Tubun No. 9. Kel. Istiqlal Kec. Wenang – Manado
Telp : 0431 – 850372 HP : 085240134436 / Fax : 0431 – 870358
E-mail : stikesmuhammadiyahmdo@yahoo.com

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN


(Pengorganisasian Berdasarkan Pola Fungsi Kesehatan dari Gordon)

Tanggal pengkajian : 29-6-2021 Waktu Pengkajian : 15.30


Ruangan/kamar : A Bawah No.RM : 74 24
32
Tgl masuk RS : 24-6-2021

A. IDENTIFIKASI
I. KLIEN
Nama (Inisial) : Tn. F.G
Tempat / Tgl Lahir : Poop Selatan 09-10-2000
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah Anak : -
Agama/Suku : Kristen Protestan / Minahasa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang Digunakan : Indonesia.
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Rumah : Poop Selatan

14
II. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. A.R
Alamat : Poop selatan
Hubungan dengan Klien : Ibu kandung
B. DATA MEDIK
I. Dikirim oleh : UGD
II. Diagnosa Medik :
- Saat Masuk : Fraktur Femur Dextra
- Saat Pengkajian : Fraktur Femur Post Orif
C. KEADAAN UMUM
I. Keadaan Sakit : Klien tampak sakit ringan / sedang / berat / tidak
tampak sakit
Alasan : Tak Bereaksi / Baring Lemah / Duduk / Aktif /
Gelisah / Posisi
Tubuh Terlentang / Pucat / Cyanosis / Sesak Napas
Penggunaan Alat Medik: Terpaang IVFD 0.9%, 20 gtt/m pada tangan
kanan
Lain-lain : -

Nyeri

Alasan masuk ruma sakit / keluhan

Pasien sebelumnya sudah pernah masuk RS pada bulan


Februari 2021 dan pada saat itu dilakukan opersi
pemasangan orif. Saat ini pasien masuk RS dengan
keluhan nyeri dan tidak nyaman pada paha kanan. Pada
Riwayat keluhan utama
saat dilakukan pengkajian PS mengatakan nyeri pada
bagian paha setelah dilakukan operasi pemasangan orif,

15
Kecelakaan lalu lintas, tabrakan mobil dan motor ± 4 bln
Factor pencetus
lalu

Lamanya keluhan 3-4 mnt

Timbulnya keluhan : bertahap

Pada saat pasien bergerak berlebihan


Factor yang memperberat

Menraik napas panjang saat menggerakkan kaki


Upayah yang di lakukan untuk
mengatasinya

II. TANDA – TANDA VITAL :


a. Kesadaran
- Kualitatif : √ Compos Mentis
- Kuantitatif :
Skala Coma Glasgow : Respon Motorik 6 jumlah
Respon Bicara 5
15
Respon Membuka Mata 4
Kesimpulan : kesadaran penuh
- flapping tremor / asterixis : Positif √ Negatif
b. Tekanan darah 104/64 mmHg
c. Suhu 36,7 °C Oral Axillar
Rectal
d. Nadi 111 x/menit

16
e. Pernapasan : frekuensi 20 x / menit
Irama : √ Teratur Kusmaul Cheynes-

Stokes √

Jenis : Dada Perut

III. PENGUKURAN :
a. Lingkar Lengan Atas : tdk di periksa cm
b. Lipat Kulit Trisep : tdk diperiksa cm
c. Tinggi Badan : 165 cm Berat Badan :.47 .kg
d. I.M.T (Indeks Massa Tubuh): 17 kg/m2
e. Kesimpulan : ideal
f. Catatan :
..............................................................................

GENOGRAM :

Ket: : laki-laki : garis perkawinan

: perempuan : garis hubungan


keluarga

: pasien : Tinggal serumah

X : meninggal

D. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN

17
I. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN-MANAJEMEN KESEHATAN
Riwayat penyakit yang perna dialami :
(sakit berat, dirawat, kecelakaan, operasi, gangguan kehamilan /
persalinan, abortus, trasfusi, reaksi alergi)
Kapan
CatatanFeb 21
fraktur
Riwayat kecelakaan
femur
dilakukan
pemasangan
implant Orif di area fraktur
Kapan
Catatan
.............................................
.............................................
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan sebelum masuk RS pasien sudah bisa berjalan
walaupun saat menggerakkan kaki secara perlahan-lahan

o Keadaan Setelah Sakit :


Pasien mengatakan merasa tidak nyaman seperti ada yang terlepas di
area fraktur, saat pengkajian pasien mengatakan nyeri di area operasi,
nyeri dirasakan skala 8, dan saat ini badan pasien terasa lemah.
b. Data Objektif
o Observasi
- Kebersihan rambut : bersih, berwarnah hitam
- Kulit kepala : bersih, tidak ada ketombe, tidak ada nyeri
tekan
- Kebersihan kulit : bersih, tidak terdapat lesi
- Higiene rongga mulut : bersih, mukosa mulut lembab

18
- Kebersihan genitalia : tidak dikaji
- Kebersihan anus : tidak di kaji
Tanda / Scar Vaksinasi : BCG

II. KAJIAN NUTRISI METABOLIK


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan makan 3x/hari porsi dihabiskan, jenis
makanan nasi, ikan dan sayur.
Minum: > 5-6 gelas/hari, jenis minuman air mineral
o Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatakan makan 3x/hari, porsi dihabiskan, jenis
makanan nasi, ikan dan sayur.
Minum: ≥ 7 gelas/hari, jenis minum air mineral
b. Data Objektif
o Observasi
o Pemeriksaan Fisik
- Keadaan rambut : tidak ada ketombe
- Hidrasi kulit : kulit sedikit kering
- Palpebra : tidak ada lingkar gelap pada mata
- Sclera : tidak ikteruss, konjungtiva anemis + ,
wajah tampak pucat +,
- Hidung : tidak ada polip, tidak ada sekret
- Rongga mulut : bersih, tidak terdapat lesi, tonsil menonjol
- Gigi geligi : bersih, tidak terdapat karies gigi
- Kemampuan mengunya keras : baik
- Lidah : bercak merah, fungsi pengecapan baik
- Pharings : tidak adanya pembengkakan, dan peradangan
- Kelenjar getah bening leher : tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
- Kelenjar parotis : tidak ada
- Abdomen

19
 Inspeksi : Bentuk: simetris kiri dan kanan
Bayangan vena: tidak ada
Benjolan vena : tidak ada
Auskultasi : Peristaltik 15 x / menit
 Palpasi : Tanda nyeri umum : tidak ada
Massa : baik
Hidrasi kulit : baik
Nyeri tekan √ R. Epigastrica Titik
Mc.Burney
R.Suprapublika R. Illiaca
 Perkusi : timpani
Ascites : √ Negatif
lingkar perut ......... cm
- Kelenjar linfa inguinal : tidak ada pembesaran
- Kulit : tidak ada lesi

 Spider neavi √ Negatif Positif


 Uremik Frost √Negatif Positif
 Edema √Negatif Positif,
lokasi
 Icterik √Negatif Positif
 Tanda-tanda radang : Tidak Ada
- Lesi : Tidak Ada
o Pemeriksaan diagnostic
- Laboratorium : - Lain-lain :
Leukosit:12 trombo: 223
Eritrosit: 2,95 MCH: 25,4
HB: 7,5 MCHC: 32,2
Hematokrik:23,2 MCV: 78,6
SGOT: 21 k42 cl: 9

20
SGPT: 28 GDA:94
Ureum: 21 Na: 141
Creatinin: 0,8
o Terapi : tampak terpasang transfusi PRC 200 cc via infus
Ceftriaxone 1 gram iv/12
Ranitidin 1 amp iv/12 jam
Pct drips 500 mg (jika perlu)

III. KAJIAN POLA ELIMINASI


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan BAK:6-8 x/hari, berwarnah kuning terang
dan bauh khas amoniak, BAB 2x//hari, konsistensi lembek,
berwarnah kuning kecoklatan
o Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatakan BAK : 5-7 x/harimenggunakan pispot dan
BAB: pasien mengatakan belum BAB dari stelah operasi
b. Data Objektif
o Observasi :
Pasien tampak di tempat tidur
o Pemeriksaan fisik :
 Peristaltik usus :15 x / menit
 Palpasi suprapubika : Kosong
 Nyeri ketuk ginjal : tidak ada
 Mulut Uretra :
Kiri : Negatif √ Positif
Kanan : Negatif √ Positif
 Anus :
- Peradangan : Negatif √ Positif
- Fisura : Negatif √ Positif

21
- Hemoroid : Negatif √ Positif
- Prolapsus recti : Negatif Positif
 Diare : tidak
 Frekuensi : tidak ada
 Konstipasi: tidak ada
o Pemeriksaan diagnostik
- Laboratorium : - Lain-lain :

o Terapi :
.........................................................................................................
.........................................................................................................
........................................................

IV. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan melakukan aktifitas dirumah, seperti bermain,
jalan-jalan dengan teman dan membantu orang tua
o Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatakan sudah tidak dapat melakukan aktifitas lagi,
karena merasa tidak nyaman di paha sebelah kanan dan pasien
masuk RS.
b. Data Objektif
o Observasi :
Pasien tampak terbaring lemah
Aktifitas pasien dibantu keluarg
 Aktivitas harian :
1. Makan :2
2. Mandi :2

22
3. 0 : Mandiri
4. Berpakaian :2 1 : Bantuan
dengan alat
5. Kerapian :2 2 : Bantuan
orang
6. Buang air besar :2 3 : Bantuan
orang dan alat
7. Buang air kecil :2 4 : Bantuan
penuh
8. Mobilisasi tempat tidur :2
9. Ambulasi :4
 Postur tubuh : terbaring lemah
 Gaya jalan :tidak dapat berjalan
 Anggota gerak yang cacat :-
 Fiksasi :-
 Trakeostomie :-
 Nyeri:
P: nyeri pada paha
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: paha sbeleah kanan
S: skala 8
T: terus menerus
 Luka
Lokasi : paha kanan
Stage: 3
Warnah: kemerahan
Ukuran: ≤20 cm (15 jahitan)
Cairan: merah (darah)
Tanda infeksi: bengkak,nyeri,panas,kemerahan

23
o Pemeriksaan fisik :
 JVP : tidak diperiksa cm H2O
Kesimpulan : tidak ada
 Perfusi darah perifer kuku : kembali dalam 3 detik
 Thorax dan pernapasan :
1. Inspeksi :
Bentik thoraks : simetris
Stridor : √ Negatif Positif
Dyspnea d’Efford : √Negatif Positif
Sianosis : √ Negatif Positif
2. Palpasi : Vokal fremitus : normal
3. Perkusi : Sonor
Batas paru-hepar : -
Kesimpulan : -
4. Auskultasi : Suara napas : vesikuler
Suara ucapan : baik
Suara tambahan : tidak ada
 Jantung
5. Inspeksi :
Ictrus cordis : tidak terlihat
Klien menggunakan alat pacu jantun : √Negatif Positif
6. Palpasi : tidak dikaji
7. Ictrus cordis : -
Thrill : Negatif

8. Perkusi : Batas atas jantung : .tidak dikaji


Batas kanan jantung : tidak dikaji
Batas kiri jantung : tidak dikaji
9. Auskultasi : Bunyi jantung II A : tidak dikaji
Bunyi jantung II P : tidak dikaji
Bunyi jantung I T : tidak dikaji

24
Bunyi jantung I M : tidak dikaji
Bunyi jantung III Irama Gallop :
Negatif Positif
Murmur : √ Negatif
Positif : Tempat : tidak ada
Grade : tidak ada
HR 111.x / menit
Bruit : Aorta : √Negatif
A. Renalis : √Negatif
A. Femoralis : √Negatif
 Lengan dan Tungkai :
Atrofi otot : Negatif
Rentang gerak : paha sebelah kanan
Mati sendi : tidak ada
Kaku sendi paha sebelah kanan
Uji kekuatan otot : Kiri : 5 4
Kanan : 5 3
Ket: terdapat gangguan pada paha
kanan, pasien hanya mampu
melawan grafitasi, tetapi tidak
mampu menahan tekanan
(ringan,sedang,berat)
Reflex Fisiologik : tdk ada
Reflex Patologik : Babinski, Kiri :Negatif
Kanan :Negatif
Clubing jari-jari : Negatif
Varices tungkai : Negatif
 Columna Vertebralis
Inspeksi : Kelainan bentuk : tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan :Negatif
N. III – IV – VI : pergerakan bola mata baik

25
N. VIII Romberg test :Negatif
N. XI :
Kaku kuduk : normal
Pemeriksaan diagnostik
- Laboratorium : - Lain-lain :
Foto Thorax: normal
EKG: dalam batas normal

o Terapi :
............................................................................................................
............................................................................................................
........................................................
V. KAJIAN POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan tidur Siang: 1-2 jam/hari
Tidur malam: 7-8 jam/hari
o Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatakan tidur siang 1jam/hari
Tidur malam 8-9 jam/hari
b. Data Objektif
o Observasi :
Expresi wajah mengantuk : Negatif
Banyak menguap : Negatif
Palpebrae inferior berwarna gelap : Negatif
o Terapi :
.........................................................................................................
.........................................................................................................
........................................................

26
VI. KAJIAN POLA KOGNITIF PERSEPTUAL
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan fungsi panca indera baik, tidak mengunakan
alat bantu seperti kaca mata, kemampuan berbicara dan membaca
baik
o Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan panca indera,
semua dalam batas normal, seperti sebelum sakit
b. Data Objektif
o Observasi :
Tampak tidak ada kelainan
o Pemeriksaan fisik
 Penglihatan
Posisi mata : simetris kiri dan kanan
Cornea : normal
Visus : -
Pupil : isokof
Lensa mata : -
Takanan intra ocular (TIO) : -
 Pendengaran :
Pina : baik
Canalis : tidak dikaji
Membran tympani : tidak ada gangguan
Tes pendengaran : baik
○ Pengenalan rasa posisi pada pergerakan lengan dan
tungkai :
 NI : penciuman baik
 N II : jarak pandangan baik
 N V Sensorik : tidak ada kesulitan
 N VII Sensorik : pengecapan baik

27
 N VIII Pendengaran : baik
 Tes Romberg : -
o Pemeriksaan diagnostik
- Laboratorium : - Lain-lain :

o Terapi :
.........................................................................................................
.........................................................................................................
........................................................

VII. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatkan menghargai dirinya dan selalu mempunyai
harapan terhadap kesembuhannya
o Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatatakan saat ini terganggu dalam menjalankan
aktivitasnya, tetapi tetap berupaya untuk mengikuti instruksi
dokter dan berharap cepat pulih
Data Objektif
o Observasi :
Kontak mata : baik
Rentang penglihatan : baik
Suara dan cara bicara : baik
Postur tubuh : terbaring lemah
Pemeriksaan Fisik
Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada
Abdomen : Bentuk : simetris kiri dan kanan
Bayangan vena : negativ

28
Benjolan massa : tidak ada
Kulit : lesi kulit : tidak ada lesi

VIII. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


(KOPING)
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan perannya sebagai seorang anak mempunyai
hubungan yang sangat baik dengan keluarganya maupun teman-
temannya
o Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatakan perannya sebagai seorang anak terganggu,
karena sedang dirawat di RS, tetapi hubungannya dengan
keluarga baik-baik saja
Data Objektif
o Observasi :
Pasien tampak berkomunikasi dengan baik terhadap ibunya,
keluarga tampak bergantian menjagannya.

IX. KAJIAN POLA REPRODUKSI – SEKSUALITAS


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit tidak mengalami gangguan
seksual, oleh Karena pasien masih lajang yang belum
mempunyai pasangan

o Keadaan Setelah Sakit :


Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan seksual oleh
Karena pasien masih lajang dan belum mempunyai pasangan

Data Objektif
o Observasi :
Pasien belum menikah

o Pemeriksaan fisik
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
....................................................................................

29
o Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium : lain-lain :

o Terapi

X. KAJIAN POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI


TERHADAP SRESS
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan disaat ada masalahnya pasien menceritakan
kepada orang tuanya dan selalu mengambil keputusan setelah
dibicarakan dengan orang tua

Keadaan Setelah Sakit :


Pasien mengatakan disaat ada masalah pasien tetap menceritakan
kepada orang tuanya

Data Objektif
o Observasi :
Pasien tampak ditemanioleh ibunya
o Pemeriksaan fisik
Tekanan darah : Berbaring :104/64.mmHg
Duduk : ...............mmHg
Berdiri : ...............mmHg
Kesimpulan : Hipotensi ortostatik : Negatif
HR : 111.X / menit

Kulit : keringat dingin : tidak ada


Basah : tidak ada
o Terapi :

30
.........................................................................................................
.........................................................................................................
........................................................
.........................................................................................................
............................

XI. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan selalu rajin beribadah, danraji mengikuti
kegiatan keagamaan
Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatakan tidak bisa pergi beribadah, hanya bisa berdoa
dan membaca alkitab di tempat tidur

Data Objektif
o Observasi :
Pasien tampak berdoa dan membaca alkitab.

31
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien mengatakan paha kanan sulit - Kekuatan otot
digerakkan Atas 5 4
Bawah 5 3
Ket: terdapat gangguan pada paha
kanan, pasien hanya mampu melawan
grafitasi tetapi tidak mampu melawan
tekanan (ringan,sedang,berat)
- Terpasang infus di tangan sebelah
kanan
- Pasien tampak terbaring lemah
- ADL tampak dibantu keluarga
(makan,berpakaian, BAK)
2. Pasien mengatakan nyeri pada paha kanan - Wajah tampak meringis
- Td:104/64 mmHg
N: 111 x/menit
R: 20 x/menit
SB: 36,7
- P: nyeri pada paha kanan
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: paha kanan
S: skala 8
T: terus menerus
- Tampak adanya luka post opersi
dipaha kanan.
3. - Pengkajian luka
- Lokasi : paha kanan
- Stase : 3
- Warna : kemerahan
- Ukuran : ± 20 cm jumlah jahitan 15
- Cairan : darah
- Tanda Infeksi :
Nyeri: ada
bengkak : ada
kemerahan : ada
panas : ada

33
B. Analisis Data

DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. S: Tindakan pembedahan Gangguan mobilitas fisik
- Pasien mengatakan paha
kanan sulit digerakkan
DO: Pemasangan traksi, pen, kawat,
- Kekuatan oto secrub dan plat
Atas 5 4
Bawah 5 3
Ket: terdapat gangguan pada Gangguan fungsi ekastremitas
paha kanan, pasien hanya
mampu melawan grafirasi
tetapi tidak mampu melawan Gangguam ,onilitas fisik
tahanan (ringan,sedangberat)
Terpasang infus ditangan
kanan
- pasien tampak terbaring
lemah
- ADL tampak dibantu
keluarga (makan,berpakaian,
BAK)

2. DS: Nyeri Akut


- Pasien mengatakan nyeri Tindakan pembedahan
pada paha kanan
Do:
- Wajah tampak meringis Pemasangan traksi pen,kawat,
- Td: 104/64mmHg scup dan plat
N: 111x/menit
R: 20x/menit
SB: 36,7 Gangguan fungsi ekstremitas
- P: nyeri di paha kanan
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: paha kanan Luka insisi
S: skala 8
T: terus menerus
Nyeri Akut

Tindakan pembedahan
3. DS: - Ganguan kerusakan
integritas kulit/ jaringan
DO: Pemasangan traksi pen scrub dan
- Tampak adanya luka post plat
operasi di paha kanan
- Kes: cm
Pengkajian luka Ganguan fungsi ektremitas
Lokasi luka terdapat pada
paha kanan.
Stase 3 Luka insisi
Tampak warna luka
kemerahan.
Ukuran luka ±30 cm jumalah Nyeri akut

34
jahitan terdapat 35
Tampak ada cairan darah. kerusakan integritas kulit /
Adanya tanda – tanda infeksi jaringan
kemerahan, panas,

35
NO. STANDAR LUARAN

KRITERIA HASIL SKOR INTERVENSI (SLKI)


(SLKI) ING

1. Setelah dilakukan  Dukungan Mobilisasi


intervensi keperawatan  Observasi
selama 3x24 jam maka - Identigikasi adanya keluhan seperti nyeri
mobilitas pasien - Identifikasi toleransi fisik
meningkta dengan KH: - Monitor kondisi umum selama melakukan
- Pergerakan Mobilisasi
ekstremitas  Terapeutik
(menurun) - Fasilitasi aktifitas mobilisasi dengan
- Kekuatan otot ( alat bantu (pagar tempat tidur)
menurun) - Libatkan keluarga untuk membantu pasien
- Tentang gerak  Edukasi
(ROM) - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
(menurun) - Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana seperti gerakan
Kecil sampai pasien duduk dan berpindah
tempat

36
NO. STANDAR LUARAN

KRITERIA HASIL SKORING INTERVENSI (SLKI)


(SLKI)

2. setelah dilakukan tindakan keperawatan  Manajemen nyeri


selama 3x24 jam diharapkan tingkat  Observasi
nyeri menurun dengan KH: - Identifikasi lokasi,
- Keluhan nyeri menurun karakteristik, durasi,
- Tampak meringis menurun frekuensi, kualitas, dan
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang
memperberat nyeri
 Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri (relaksasi
napas dalam)
- Control lingkungan yang
memperberat nyeri
 Edukasi
- Jelaskan penyebab periode,
pemicu nyeri
- Anjurkan teknik non
farmakologi
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik

37
NO. STANDAR LUARAN

KRITERIA HASIL SKORING INTERVENSI (SLKI)


(SLKI)

3. Setelah dilakukan intervensi keperawatan  Perawatan luka


selama 3x24 jam ganguan integritas kulit  Observasi
menurun dengan KH integritas kulit dan  Monitor karakteristik luka
jaringan. (drainase, warna,ukuran,)
- Perfusi jaringan (meningkat 5 ) Monitor tanda tanda infeksi
- Kerusakan jaringan ( menurun 5) Terapeutik
- Nyeri menurun (5) - Lepaskan balutan dan
- Pendarahan menurun (5)\ plester secara pelahan.
Bersihkan dengan cairan
NACL atau pembersih
non toksik, sesuai
kebutuhan.
Berikan salep ke kulit/lesi
- Pasang balutan sesui jenis
luka
- Pertahankan teknik steril
saat melakukan
perawatan luka.
 Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejjala
infeksi
Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri.
Kolaborasi pemberian
antibiotik.

38
C. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO Har/tgl/jam Implementasi Respon TTD
DX
Selasa - mengidentifikasi toleransi fisik - pasien mau melakuka
1. 29/06/21 melakukan pergerakan pergerakan
J. 16.00 - memonitor kondisi umum selama - pasien melkukan perlahan-
melakukan mobilisasi lahan saat melakukan
mobilisasi
j. 16.10 - memfasilitasi aktivitas mobilisasi - ps tampak memegang pagar
dengan alat bantu (pagar tempat tempat tidur saat
tidur) mobolisasi

j. 16.15 - melibatkan keluarga untuk membantu


pasien - Keluarga tampak selalu
- menjelaskan ntujuan prosedur mendampingi ps saat
mobilisasi mobilisasi
- Pasien tampak mengerti
dan melakukan mobilisasi

2. Selasa - Mengidentifikasi lokasi, - P: nyeri di paha kanan


29/06/21 karakteristik, durasi, frekuensi, dan Q: Seperti ditusuk-tusuk
j. 16.30 intensitas nyeri R: paha kanan
- Mengidentifikasi faktor yang S: skala 8
memperberat nyeri T: terus menerus
- Memberikan teknik non - Bila pasien menggerakkan
farmakolofgi untuk mengurangi kaki kanan
nyeri (teknik napas dalam)

3. Selasa - Memoitor karakteristi luka - Luka tampak lembab


29/06/21 (drainase, warna, ukuran, bau) warna merah ukurann 30
j. 17.00 - Memonitor tanda tanda infeksi. cm, bau khas darah
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - Nyeri bengkak, panas
- Melayani injeksi ceftriaaxon 1 gr /iv kemerahan
- Melayani pct drips - Pasien mendengarkan
dengan baik
- Antibiotic injeksi
penyembuhan luka
- Analgetik dan antiperetik
menghilangkan nyeri

39
EVALUASI
EVALUASI
NO
JAM PARAF
DX SKORING
URAIAN
P T H
1. S: pasien mengatakan paha kanan sulit digerakkan 2 5
O: - pasien tampak terbaring lemah 2 5
Selasa - ADL dibantu keluarga 2 5
29/06/2 A: gangguan mobilitas fisik b/d gangguan
1 musculoskeletal ditandai dengan KH: 2
j. 19.00 - pergerakan ekstremitas cukup menurun 2
- kekuatan otot cukup menurun 2
- rentang gerak cukup menurun
P: lanjutkan intervensi

j. 19.10
2. S: pasien mengatakan nyeri pada bagian paha
kanan
O:
- paien tampak meringis
- TD: 108/60 mmHg
N:102 x/menit
R: 20x/menit
SB: 36,6
- P: nyeri di paha kanan
Q: sperti ditusuk-tusuk
R: paha kanan
S: skala 8
T: terus menerus 3
A: nyeri akut b/d agen pencedera fisik ditandai 3
dengan KH:
- Keluhan nyeri sedang 5 3
- Tampak meringis sedang 5 3
P: intervensi dilanjutkan
j. 19
3. :15 S: -
O: - tampak adanya luka post operasi
- Luka:
Lokasi: paha kanan
Stage: 3
Warnah: kemerahan
Ukuran ± 20 cm(15 jahitan)
Cairan : darah
Tanda-tanda infeksi:
Nyeri, bengkak, kemerahan,panas
A: Ganguan kerusakan integritas kulit/ jaringan

40
KH: 2
- Perfusi jaringan cukup menurun 2 5
- Kerusakan jaringan cukup meningkat 2 5 2
- Nyeri cukup meningkat 2 5 2
- Pendarahan cukup meningkat 2 5 2
P: lanjutkan intervensi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO Har/tgl/jam Implementasi Respon TTD
DX
- Mengidentifikasi toleransi fisik - Pasien mau melakukan
1. Rabu dan melakukan pergerakan pergerakan
30/06/21 - Mengidentifikasi kondisi umum - Pasien melakukan
09:00 selama melakukan mobilisasi perlahan-lahan untuk
fisik melakukan mobilisasi

09:10 - Menganjurkan keluarga untuk - Keluarga selalu


tetap menemani pasien menemani pasien

- Mengajarkan mobilisasi - Pasien mau melakukan


sederhana seperti gerakan kecil mobilisasi sederhana
sampai pasien duduk dan
berpindah di tempat tidur

2. 09:30 - Mengidentifikasi - P: nyeri pada paha


lokasi,karakteristik dan durasi kanan
nyeri, Q: nyeri seperti
- Memberikan teknik ditusuk-tusuk
nonfarmakologis untuk R: paha kanan
mengurangi nyeri (relaksasi S: skala 8
napas dalam) T: hilang timbul
- Mengajarkan teknik napas - Pasien mau mengikuti
dalam tinddakan yang
diberikan
- Pasien mau mengikuti
apa yang diajarkan

3. j.10.00 - Memonitor karakteristik luka - Luka sudah mulai


(drainase, warnah, ukuran, kering, warnah merah
bauh) muda, ukuran 20 cm,
- Memonitor tanda-tanda infeksi tidak bauh.
- Melepaskan balutan dan plester - Tidak ada tanda-tanda
secara perlahan infeksi
- Membersihkan dengan cairan - Pasien mengatakan

41
aseptic nyeri pada bagian kaki
- Menggunakaan salep gentamisin yang dioperasi
pada luka - Tampak jahitan
- Memasang balutan sesuai jenis dibagian kaki masih
luka lembab
- Mempertahankan tekhnik steril - Luka pasien tampak
pada saat perawatan luka panjang 20 cm
- Mengganti balutan sesuai
dengan jumlah eksudat dan
drainase
11:00 - Melayani pemberian darah PRC - Tidak ada tanda-tanda
200 ccvia infus alergi terhadap
pemberian darah

EVALUASI
EVALUASI
NO
JAM PARAF
DX SKORING
URAIAN
P T H
.1 Rabu S: pasien mengatakan paha kanan sulit digerakkan
30/06/2 O: - pasien tampak terbaring lemah
1 - ADL dibantu keluarga
j. 13.30 A: gangguan mobilitas fisik b/d gangguan
musculoskeletal ditandai dengan KH:
- pergerakan ekstremitas cukup menurun
- kekuatan otot cukup menurun 2 5 3
- rentang gerak cukup menurun 2 5 3
P: lanjutkan intervensi 2 5 3

2. j. 13.35
S: pasien mengatakan nyeri sudah sedikit
berkurang
O:
- paien tampak meringis
- TD: 110/74 mmHg
N:90 x/menit
R: 20x/menit
SB: 36,6
- P: nyeri di paha kanan
Q: sperti ditusuk-tusuk
R: paha kanan
S: skala 6
T: terus menerus
A: nyeri akut b/d agen pencedera fisik ditandai
dengan KH:
- Keluhan nyeri sedang
- Tampak meringis sedang 3 5 4
P: intervensi dilanjutkan 3 5 4

42
3. Rabu
tgl 30- S: -
06- 21 O:- tampak luka sudah mulai kering
- Tampak pasien meringis bola luka disentuh

13:40 A: Ganguan kerusakan integritas kulit/ jaringan


dengan KH:
- Perfusi jaringan sedang 2 5 3
- Kerusakan jaringan sedang 2 5 3
- Nyeri sedang 2 5 3
- Pendarahan sedang 2 5 3
P: lanjutkan intervensi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO Har/tgl/jam Implementasi Respon TTD
DX
- Mengidentifikasi toleransi fisik - Pasien melakukan
1. Kamis dan melakukan pergerakan perlahan-lahan untuk
1/07/21 - Mengidentifikasi kondisi umum melakukan mobilisasi
08.30 selama melakukan mobilisasi
fisik
- Memfasilitasi melakukan - Pasien mau mengikuti
08-10 pergerakan pergelangan tangan apa yang diajarkan
dengan gerkana mendorong kaki - Keluarga selalu
ke atas dan mendorong kaki membantu pasien
kebawah - Pasien selalu
- Melibatkan keluarga untuk mengikuti apa yang
membantu pasien dalam diajarkan
meningkatkan pergerakan
- Mengajarkan pergerakan
pergelangan kaki

2. 09.20 - Mengidentifikasi
lokasi,karakteristik dan durasi - P: nyeri pada paha
43
nyeri, kanan
Q: nyeri seperti
- Menfidentifikasi faktor yang ditusuk-tusuk
memperberat nyeri R: paha kanan
- Tetap mengajarkan teknik S: skala 4
nonfarmakologis untuk T: hilang timbul
mengurangi nyeri (relaksasi - Saat pasien bergerak,
napas dalam) nyeri muncul
- Pasien mau mengikuti
tinddakan yang
diberikan

Kamis
3. 1/07-21
j.09.30 - Memonitor karakteristik luka - Luka sudah mulai
(drainase,warna, ukuran, bau.) kering, warna merah
- Memonitor tanda tanda infeksi muda ukuran ±20 cm
- Melepaskan balutan dan plester tidak bau
Secara perlahan - Tidak tampak tanda
- Membersihkan dengan cairan tanda infeksi
aseptic - Pasien tampak senang
- Memberikan salep gentamicin setelah dilakukan
pada luka perawatan luka.
- Memasang balutan sesuai jenis
luka
- Mempertahankan teknik steril
saat perawatan luka

EVALUASI
EVALUASI
NO
JAM PARAF
DX SKORING
URAIAN
P T H
1. Kamis S: pasien mengatakan paha kanan sudah bisa
1/07/21 digerakkan secara perlahan
j. 13.00 O: - pasien tampak duduk
- ADL dibantu keluarga
A: gangguan mobilitas fisik b/d gangguan
musculoskeletal ditandai dengan KH:
- pergerakan ekstremitas cukup menurun 2 5 4
- kekuatan otot cukup menurun 2 5 4
- rentang gerak cukup menurun 2 5 4
P: lanjutkan intervensi

2. j. 13.15 S: pasien mengatakan nyeri sudah berkurang


O:
- paien tampak meringis
- TD: 110/74 mmHg
N:90 x/menit
R: 20x/menit
SB: 36,6
- P: nyeri di paha kanan

44
Q: sperti ditusuk-tusuk
R: paha kanan
S: skala 4
T: terus menerus
A: nyeri akut b/d agen pencedera fisik ditandai
dengan KH:
- Keluhan nyeri sedang 3 5 4
- Tampak meringis sedang 3 5 4
P: intervensi dilanjutkan

3. j. 13.30 S: -
O: - luka tampak sudah kering
Warnah merah muda
Ukuran luka 20 cm, tidak bauh
- Tidak tampak tanda-tanda infeksi
- Pasien tampak senang saat dilakukan
perawatan luka

A: gangguan integritas kulit/ jaringan b/d


kelembapan dengan kh:
- Perfusi jaringan cukup meningkat 2 5 4
- Kerusakan jaringan cukup menurun 2 5 4
- Nyeri cukup menurun 2 5 4
- Perdarah cukup menurun 2 5 4
P: lanjutkan intervensi

45
E. Jurnal Terkait

Section/Topik No Checklist Item


TITLE
Title 1  Meningkatkan Kemandirian dalam Merawata Diri pada
Judul Pasien dengan Fraktur Femur 1/3 Proksimal Dextra
Post Orif Hari Ke-2
Penulis  Lesmana, Ade Cahya, Evita Dewi,, S.Kep. Ns.M.N,
Arina Maliya S.Kep Ns.Msi
 Fakultas Ilmu Kesehatan UMS (tahun 2016)

ABSTRACT
Structured summary 2 Latar Belakang : Pasien setelah operasi orif mengalami
keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Ringkasan berhubungan dengan menurunnya tonus otot. Adanya
terstruktur keterbatasan gerak menyebabkan menurunnya kekuatan otot,
sehingga pasien kehilangan kemandirian dalam merawat
dirinya. Perawatan diri merupakan kegiatan sehari-hari dalam
mengurus dirinya, baik digunakaan tanpa alat maupun
menggunakan alat bantu. Tujuan : Untuk menjelaskan asuhan
keperawatan pada pasien dengan keterbatasan gerak dalam
meningkatkan kemandirian dalam merawat dirinya, meliputi
pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi. Metode:
Penulisan publikasi ilmiah ini yaitu menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang menjelaskan
dan melakukan proses keperawatan. Hasil : Hasil yang didapat
digunakkan sebagai dasar untuk melakukan intervensi
keperawatan berupa latihan, aktivitas seperti makan, perawatan
diri, mandi, penggunaan toileting dengan mengintegrasikan
manajemen nyeri pada fase rehabilitas Post Orif Fraktur
Ekstremitas Bawah.
INTRODUCTION / PENGANTAR
Rationale / Alasan 3 Fraktur menjadi penyebab kematian terbesar ke 3 dibawah
penyakit jantung coroner dan TB. Riset Kesehatan Dasar 2011

46
menemukan ada sebanyak 1.775 orang (3,8%). Salah satu
masalah yang sering berhubungan dengan pasien dalam
masalah ortopedi adalah kehilangan kemandirian, termasuk
diantaranya pasien post operasi fraktur femur.
Objectives / Tujuan 4 Objek dari penelitian ini adalah salah satu pasien yang dirawat
di RSOP. Prof. Dr. R.Soeharto Surakarta dengan fraktur femur
post orif.
METHHODS AND RESULTS / Metode dan Hasil
- Protocol and 5 Cara yang digunakan dlama penelitian ini yaitu dengan
registration / anamnesa, pengkajian fisik, disertai data penunjang dan
Protokol dan masalah keperawatan untuk menegakkan diagnose dan
Registrasi intervensi keperawatan. Melakukan tiindakan keperawatan
berdasarkan perencanaan yang mengacu pada diagnose dan
intervensi keperawatan. Melakukan evaluasi sesuai dengan
rencana tindakan yang diberikan.

- Eligibilty Criteria / 6 Eprints. UMS. Ac.id


Kriteria Kelayakan
- Information 7 Lesmana, Ade Cahya and Enita Dewi, S.Kep. Ns.M.N and
sources/ Sumber Arina Maliyoi, S.Kep. Ns. Msi Med (2016) meningkatkan
Informasi kemandirian dalam merawat diri pada pasien dengan fraktur
femur 1/3 proximal dexktra post orif hari ke-2 Di RSOP
DR.R.Soeharso Surakarta, Diploms Thesis, Unuversitas
Muhammadiyah Surakarta.
- Search / Cari 8 Post Orif, Kmenadirian,Merawat Diri, Asuhan
Keperawatan,Fraktur.
- Study Selection / 9 Keperawatan Medikal Bedah 2
Seleksi Studi
- Data collection 10 Pengumpulan Data
proccess / Proses 1. Pengkajian dan Pemeriksaan Penunjang
Pengumpulan Data - Kebutuhan pasien berkaitan dengan nyeri, perfusi
jaringan, promosi keseshatan, moboilitas dan konsep
diri.
- Pengkajian TTV, Kes, cairan yang keluar dari luka,
suara napas, suara usu,keseimbangan cairan dan adanya

47
komplikasi
- Pengkajian fisik waktu dikaji dengan data yang
diperolehdari pemeriksaan umum dan pemeriksaan
sistematis. Yaitu pemeriksaan hend to toe secara
menyeluruh
2. diagnose Keperawatan
sebagai penilaian klinis yang digunakan untuk perawat
professional untuk menyelesaikan masalah kesehatan,
tingkat kesehatan, respon terhadap penyakit, kondisi
klien (actual/potensial) sebagai akibat dan penyakit
yang diderita.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam
diharapkan mampu merawat diri secara mandiri dan
kriteria hasil yang didapat dari pasien
4. Implementasi Keperawatan
Tahap ke 4 dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Suatu proses yang digunakan untuk mengatur dan
memonitor kondisi klien serta mengevaluasi tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan, evaluasi juga
digunakan untuk memeriksa semua proses
keperawatan.
- Data items / Item 11 Karakteristik Peserta
Data 1. pengkajian
- Keluhan utama: nyeri pada paha kanan
- Paha kanan dibalut dari pangkal paha sampai lutut 20
cm, dipergelangan kaki kanan, kaki yang sakit terdapat
pembengkakan, kekuatan oto pada kakiyang satunya
dengan kekuatan otot level 3 ( mampu mengangkat,
ditekan lemah tidak jatuh)tidak terjadi kekakuan otot,
kaki kiri dapat digerakkan
- Pengkajian fisik diperoleh dari pemeriksaan umum dan
pemeriksaan sistematis, hend totoe, dalam batas

48
normal, kecuali pemeriksaan pada ekstremitas bawah.
2. Diagnose keperawatan
Diagnose yang didapat berdasarkan data subjektif dan
objektif pada penelitian ini adalah:
- Deficit perawatan diri b/d kelemahan fisik
- Nyeri b/dcidera fisik
- Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka
neuromuscular pembantasan gerak
- Resiko infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh
(2015)
3. 3. Intervensi keperawatan
Diagnose pasien di atas yang berkaitan dengan kemandirian
pasien yaitudiagnosa deficit perawatan diri b/d
kelemahan,fisik. Tujuan tindakan keperawatan dalam 3x24
jam di harapkan mampu merawat diri secara mandiri dan
kriteria hasil yang didapat dari pasien, pasien mengatakan
dapat dan mampu emalkuakn aktifitas, menerapkan kegiatan
mandiri, tersebut pada waktu di rumah sakit dalam tahap
pemulihan, maupun setelah dirumah , selanjutnya mampu
merawat diri sesuai tingkat kemampuan dan melakukan
personal hygiene/ kebersihan diri secara mandiri.
4. Implementasi Keperawatan
Tgl 29 maret jm:
 15:30
- Memonitor kemampuan pasien dalam mengurus
dirinya
DS: pasien mengatakan perawata diri tampak dibantu
keluarga dan perawat
DO: perawatan diri tampak dibantu dalam hal mandi
toileting, berganti pakian, paseien selalu
menunggu keluarga dalam melakukan aktifitas
dalam hal perawatn diri.
 Jam 16:00
- Membantu pasien memenuhi kebutuhan sehari-hari(
mandi)

49
DS: pasien mengtakan lebih segar
DO: tampak dibantu keluarga dalam perawatan diri
rutin terutama mandi dan mengganti pakaian,
perawat menyediakan kamar mandi
Tgl 30 maret 2016
 Jam: 08.00
- Memonitor tingkat kemampuan pasien dalam merawat
dirinya (toileting)
DS: pasien mengatakan dibantu keluarga dalam
perawatan diri, belum bisa melakukan sendiri
dalam perawatan diri
DO: pasien menggunakan alat untuk BAB, perawat
menyiapkan alat waktu pasien mau BAB
 Jam 11.00
- Menyediakan waktu agar pasien melakukan
aktifitasnya dengan kemampuan sendiri ( makan,
berpiindah posisi, latihan berjalan)
DS: paien mengatakan makan dapat dilakukan dengan
mandiri dan berpindah posisi dibantu keluarga
untuk latihan berjalan diawasi oleh keluarga
DO: berpindah dibantu dan latihan berjalana dibantu,
timbul rasa kepercayaan diri dalam merawat
dirinya.
 Jam 12.00
- Melakukan kerja sama dengan keluarga dalam
perawatan diri pasien
DS: pasien mengatakan keluarga sangat membantu
disaat butuh sesuatu dalam hal perawatan diri.
DO: keluarga terlihat membantu apapun kegiatan yang
dialkukan pasien seperti latihan berjalan yang
diperintakan oleh ahli medis lain agar tidak
terjadi kekakukan otot
 Jam 17.00
- Mengkaji tingkata kemmpuan pasien dalam merawat

50
dirinya (mandi, berpakaian, berpindah)
DS: pasien mengatakan tidak terganggu dalam
berpakaian maupun mandi karena dibantu
keluarga
DO: tampak pada perawatan mandi dibantu keluarga
Tgl 31 maret
 Jam 08.30
- Menyediakan waktu untuk pasien dalam melakukan
aktifitas dengan segenap kemampuannya dengan diberi
penjelasan sebelum tindakan apapun (berpindah
ditempat tidur)
- Memberikan penjelasan tentang cara mandi
menggunakan sabun dengan mandiri dan perawat
membantu menyiapkan alatnya, perawat sebagai
prasarana
DS: pasien mengatakan mengerti dan melakukannya
DO: pasien tampak mengerti dan mempraktekkannya.
 Jam 09.00
- Mengkaji tingkat kemampuan pasien dalam merawat
diri, keamanan mandi secara mandiri
DS: pasien mengatakan mandi sendiri kadang merasa
sakit menggosok dibagian tertentu seperti sela-
sela
DO: bantuan sebagian, menyediakan peralatan mandi,
pasien dapat melakukan mandi dengan mandiri
 Jam 09.10
- Mengkaji imobilisasi pasien
DS: pasien mengatakan pergerakan dibantu oleh alat
DO: pembengkakan kaki dapat diminimalkan
5. Evaluasi Keperawatan
 Evaluasi tgl 29 mei 2016, jam 21.00
S: pasien mengatakan perawatan diri maupun aktifitas
dibantu keluarga dan perawat
O: tampak ketergantungan kepada orang lain, pasien

51
tidak mau berpindah dari tempat tidur, terlihat
dibantu dalam berpakaian, kemampuan pasien
dalam merawat dirimasih kurang , kebutuhan pasien
dalam merawat diri terpenuhi
A: masalah kemandirian dalam merawat diri belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
 Evaluasi tgl 30 maret 2016, jam 17.00
S: pasien mengatakan dibantu dalam perawatan diri,
untuk makan dapat dilakukan mandiri dan
berpindah posisi dibantu keluarga
O: pasien terlihat ada kemampuan untuk merawat diri,
mau beraktivitas dan latihan berjalan menggunakan
alat bantu, pasien tampak mempraktekkan yang
diperintahkan perawat tentang cara memakai celana,
kemampuan pasien dalam merawat diri seperti
makan, BAB, mengganti pakaian, dan latihan
berjalan dapat dilakukan dengan mandiri.
A: masalah kemandirian dalam merawat diri teratasi
sebagian
P: intervensi dilanjutkan
 Evaluaasi tgl 31 maret 2016, jam 17.00
Mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan
S: pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas ringan
seperti makan, berpakaian, mandi, dan toileting
dibantu keluarga/dipantau keluarga
O: pasien terlihat ada kemauan untuk merawat diri,
aktivitas/kegiatan sehari-hari dapat dilakukan
mandiri dengan menggunakan alat bantu
krek/tongkat
A: masalah kemandirian dalam merawat diri teratasi
sebagian
P: intervensi dipertahankan, monitor tingkat
kemampuan pasien dalam merawat diri,
memberikan waktu agar pasien melakukan aktivitas

52
dengan mandiri, memberikan penjelasan tentang
memakai pakaian terutama celana dengan mandiri.
- Hasil Penelitian 12 - Hasil penelitian yang penulis lakukan tentang
meningkatkan kemandirian pasien post operasi fraktur
femur post orif dengan program latihan, mampu
meningkatkan kemandirian agar tidak tergantung pada
orang lain ketika kembali kerumah. Hal ini sesuai
dengan tujuan pengembalian kemandirian yaitu
mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan
psikologis untuk kembali kerumah sebagai tahap
pencapaian kemandirian yang tertinggi dengan
program yang telah dipelajari.
- Kesimpulan 13 P(Problem)
Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang rawan, baik
bersifat total maupun sebagian, penyebab utama dapat
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik tulang itu sendiri dan
jaringan lunak sekitarnya. Tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap (Helmi,2012).
Salah satu masalah yang sering berhubungan dengan pasien
dalam masalah ortopedi adalah kehilangan kemandirian,
termasuk diantaranya pasien post operasi fraktur femur. Pasien
ini mengalami keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-
hari, berhubungan dengan menurunnya tonus otot, sehingga
mengalami kehilangan kemandirian.
I(Intervention)
Penerapan metode tang diterapkan peneliti yaitu dengn
pendekatan studi kasus yang menjelaskan dan melakukan
proses keperawatan.
 Proses Keperawatan yaitu:
- Pengkajian
- Diagnose keperawatan
- Intervensi keperawatan
- Implementasi keperawatan
- Evaluasi keperawatan

53
C(Compration)
Pentingnya peningkatan kemandirian adalah untuk
meningkatkan kemampuan merawat diri pasien, diharapkan
mencapai odeal diri. Peningkatan kemandirian juga berdasar
pada perubahan system tubuh dan gangguan fisiknya ,melalui
proses pemulihan dengan program latihan, pasien dapat hidup
mandiri tanpa ketergantungan penuh keluarga, dalam tahap
pemulihan maupun setelah keluar dari RS melakukan aktivitas
di rumah.
O(Outcome)
peneliti memberikan asuhan keperawatan dengan melakukan
tindakan keperawatan pada salah satu pasien yang dirawat di
RSOP Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
T (Time)
Asuhan keperawatan yang dilakukan selama 3x24 jam pada
tanggal 29 maret-31 maret 2016. Dan dipubliksikan 17 April
2017.
- Analisa SWOT 14 S(Strength)
- Meningkatkan kemandirian pasiendengan program
latihan, fungsi program latihan tersebut untuk
meningkatkan perawatan diri dan meningkatkan
kekuatan otot dengan meminimalkan bantuan dari
keluarga untuk memandikan pasien dalam perawatan
diri, kesiapan klien dalam melakukan kemandirian
setelah pulang kerumah
- Kelebihan program latihan tersebut mempercepat
proses penyembuhan dengan meminimalkan kekuatan
otot karena pasien sering bergetak dan beraktifitas
W(Weaknes)
- Pada jurnal ini tidak ditampilkan hasil analisis statistic
uji t-test tetapi langsung ditampilkan untuk
kesimpulannya
- Kekurangan dari intervensi tersebut adalah hanya focus
dalam perawatan diri saja tidak menyeluruh ke
aktivitas pasiennya maka penulis membuat program

54
latihan tersebut
- Implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi
dari masalah keperawatan yang diangkat dan
disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia.
- Evaluasi dari tindakan yang dilakukan dengan masalah
meningkatkan kemandirian teratasi sebagian.
O(Opportunity)
- Bagi Rumah Sakit diharapkan bisa dipakai sebagai
masukkan sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan evaluasi dalam meningkatkan
playanan dalam meberikan asuhan keperawatan pada
pasien sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien.
- Bagi institusi pendidikan, penlitian ini dapat dijadikan
informasi dan dapat digunakan sebagai bahan masukan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khusus
dibidang medical bedah
- Bagi pembaca diharpkan dapat bermanfaat dalam
menambah wawasan dan dapat dijadikan referensi
untuk dikembangkan dalam memberikan auhan
keperawatan pada pasien terutama tentang
meningkatkan kemandirian dalam merawat diri pasien.
T(Threats)
Tidak dikuasainya proses keperawatan yang akan diberikan
oleh perawat dari pengkajian sampai evaluasi sehingga tidak
tercapai hasil yang diinginkan untuk kemandirian pasien.

55
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan Keperawatan pada klien dengan Fraktur di lakukan sejak tanggal 29

Juni 2021 sampai tangga 3 Juli 2021, klien masuk rumah sakit tanggal 24 Juni

2021 dari IGD sebelumnya, pengkajian keperawatan di lakukan di ruangan IRINA

A BAWAH pada tanggal 29 Juli 2021, keluhan utama nyeri pada bagian paha

setelah dilakukan operasi pemasangan Orif.

Masalah keperawatan Utama adalah ganguan mobilitas fisik berhubungan

dengan ganguan musculoskeletal. Ganguan musculoskeletal adalah kondisi

terjadinya ganguan fungsi pada ligament, otot, saraf, sendi, dan tendon, serta

tulang belakang. (Tim Pokja SDKI PPNI Edisi 1, 2016). karena pada saat

pengkajian di dapatkan data subjektif klien mengatakan paha kanan sulit di

gerakan l, Sedangkan data objektif kekuatan otot atas kiri kanan.

5 4
5 3

Keadaan umum klien : sedang, Kesadaran : Kompos mentis , TD: 103/59

mmHg nadi : 72 x/menit suhu : 36.6°C, Rr : 20 x/menit. Pasien tampak dibantu

oleh keluarga ( ADL) mandi, makan, BAB / BAK. Ganguan muskuloskeletal

adalah penyakit degeneratif, penyakit yang menyebabkan jaringan tubuh yang

mengalami kerusakan setiap area dalam tubuh termasuk leher, bahu pergelangan

tangan, pungung, pingul, lutut dan kaki Potter dan Perry, 2015). Potter PA &

Perry AG. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan

Praktik Edisi 4, Jakarta: EGC.

49
Masalah keperawatan yang ke dua adalah nyeri akut berhubungan dengan

Agen pencedera fisiologis. Nyeri merupakan sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat (Tim Pokja SDKI

DPP, 2016). karena ketika pengkajian di dapatkan data subjektif klien mengatakan

tampak meringis, wajah klien tampak tegang, klien tampak memegang bagian

dada yang sakit. Keadaan umum klien : sedang, Kesadaran : Kompos mentis ,

TD: 104/64 mmHg nadi : 111 x/menit suhu : 36.7°C, Rr : 20 x/menit.

P : Nyeri pada paha kanan


Q : Seperti di tusuk tusuk
R : Daerah paha kanan
S:8
T : Terus menerus

Nyeri adalah campuran dari fisik emosional dan prilaku. Stimulus

menghasilkan nyeri di kirimkan implus melalui serabut saraf perifer. Serabut saraf

masuk ke medula spinalis dan jalan salah satu dari beberapa rute saraf yang

akhirnya sampai pada massa abu-abu pada medula spinalis. disana pesan nyeri

yang berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga

tidak mencapai otak untuk di transmisi tanpa sumbatan korteks serebral. (Sartono,

dkk.2019).

Dari dua masalah keperawatan di atas, sehubungan dengan masalah

keperawatan ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan ganguan

musculoskeletal., penulis akan memberikan terapi anjurkan melakukan ambulansi

dini seperti gerakan kecil sampai pasien duduk berpindah tempat. Menurut

50
Lasmana, Ade Cahya, Enita Dewi , dalam jurnal nya Pengalaman Menjelaska

asuhan keperawatan pada pasien dengan keterbatasan gerak dalam meningkatkan

kemandirian dalam merawat pasien pada Pasien Fraktur femur Dextra dengan

melakukan intervensi keperawatan berupa latihan aktivitas seperti makan,

perawatan diri, mandi pengunanaan toleting dengan mengintegrasikan manajemen

nyeri padafase rehabilitasi post orif fraktur ekstermitas bawah Posisi nyaman

sebagai tindakan nonfarmakologi juga dapat meurunkan nyeri Relaksasi nafas

dalam Setelah dilakukan tindakan keperawatan terbukti bahwa tindakan non

farmakologi relaksasi nafas dalam membantu menurunkan nyeri.

Diagnosa yang pertama, kode (D.0054) ganguan mobilitas fisik

berhubungan dengan ganguan musculoskeletal. SLKI . Dengan Kriteria Hasil :

pergerakan ekstermitas ( menurun), kelemahan otot (menurun), SIKI observasi :

Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, Identifikasi toleransi fisik

melakukan ambulasi dan ekanan darah sebelum memulai ambulasi, monitor

kondisi umum selama melakukan ambulasi. Terapeutik : Fasilitas aktivitas

ambulasi dengan alat bantu (mis tongkat, kruk), Libatkan keluarga untuk

membantu pasien dan meningkatkan ambulasi. Edukasi: Jelaskan tujuan dan

prosedur ambulasi, anjurkan melakukan ambulasi dini.

Diagnosa yang kedua, kode (D.0077) Nyeri Akut berhubungan dengan

Agen pencedera fisiologis. SLKI nyeri berkurang, dengan Kriteria Hasil : Keluhan

Nyeri (menurun), tampak meringis (menurun), SIKI Observasi : Identifikasi

lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Identifikasi skala

nyeri. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan skala nyeri.

51
Terapautik Berikan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam) untuk

mengurangi nyeri. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri. Edukasi

Jelaskan strategi meredam nyeri. Kolaborasi pemberian analgetik.

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

Tindakan keperawatan dimulai pada tanggal 29 juli 2021 jam.16.00.

Pada diangnosa keperawatan yang pertama ganguan mobilitas fisik

berhubungan dengan ganguan musculoskeletal. SLKI . Dengan Kriteria Hasil :

pergerakan ekstermitas ( menurun), kelemahan otot (menurun), SIKI observasi :

Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, Identifikasi toleransi fisik

melakukan ambulasi dan ekanan darah sebelum memulai ambulasi, monitor

kondisi umum selama melakukan ambulasi. Terapeutik : Fasilitas aktivitas

ambulasi dengan alat bantu (mis tongkat, kruk), Libatkan keluarga untuk

membantu pasien dan meningkatkan ambulasi. Edukasi: Jelaskan tujuan dan

prosedur ambulasi, anjurkan melakukan ambulasi dini.

Pada diagnosa keperawatan yang kedua tindakan keperawatan dimulai pada

tanggal 29 juli 2021 jam 16.10. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera

fisiologis. SLKI nyeri berkurang, dengan Kriteria Hasil : Keluhan Nyeri

(menurun), tampak meringis (menurun), SIKI Observasi : Identifikasi

lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Identifikasi skala

nyeri. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan skala nyeri.

Terapautik Berikan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam) untuk

mengurangi nyeri. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri. Edukasi

Jelaskan strategi meredam nyeri. Kolaborasi pemberian analgetik.

52
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang digunakan untuk

menilai keberhasilan asuhan keperawatan .Evaluasi pada setiap tindakan

berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode SOAP.

Pada diagnosa keperawatan yang pertama pertama ganguan mobilitas fisik

berhubungan dengan ganguan musculoskeletal Pada hari sabtu tanggal 3 juli

2021. S : T.n. F.G mengatakan paha kanan sulit di gerakan O : - Pasien tampak

terbaring lemah, ADL pasien di bantuu keluarga A : Pergerakan ekstremitas

cukup menurun, kekuatan otot cukup menurun, rentang gerak cukup menurun. P :

intervensi di lanjutkan.

Pada diagnosa kedua Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera

fisiologis. Pada hari senin tanggal 29 maret 2021. S: Tn. F. G mengatakan nyeri

sedikit berkurang O : Tampak tenang TTV : TD . 110/70 mmhg N. 90×/m SB.

36,6 Cº R. 20×/m

P : Nyeri pada paha kanan


Q : Seperti di tusuk tusuk
R : daerah paha kanan
S:6
T : Hilang timbul
A : Keluhan nyeri cukup menurun
Tampak meringis cukup menurun
P : Lanjutkan intervensi.

53
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada tahap pengkajian dilakukan dengan metode wawancara dan observasi :

Tn F.G mengatakan nyeri Pada paha kanan yang dirasakan berkurang.

2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul 2 diagnosis yaitu 1

ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan ganguan muskuloskeletal 2.

Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis Intervensi yang

direncanakan pada kasus terdiri dari: diagnosis pertama ganguan mobilitas

fisik berhubungan dengan ganguan muskuloskeletal terdapat 7 rencana

keperawatan yang ditetapkan, diagnosis kedua Implementasi keperawatan

untuk diagnosa pertama ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan

ganguan muskuloskeletal , diagnosis kedua Nyeri Akut berhubungan dengan

Agen pencedera fisiologis, semua tindakan yang direncanakan dilakukan

kepada pasien.

3. Hasil evaluasi keperawatan didapatkan bahwa diagnosa keperawatan,

ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan ganguan musculoskeletal

belum teratasi diagnosis keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera teratasi sebagian ,

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran bagi mahasiswa/i di kampus STIKES

54
MUHAMMADIYAH MANADO, khususnya pada Keperawatan Medical

Bedah II terutama pada pembelajaran tentang Asuhan Keperawatan.

2. Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi yang

diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan khususnya di

ruang IRINA A BAWAH.

3. Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi perawat

yang melakukan tindakan darurat lebih menekankan keperawatan secara

cepat dan tepat.

55
DAFTAR PUSTAKA

Sigalingging, Ganda. 2013, Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar


Manusi. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2013. Buku Ajar Kperawatan Meikal
Bedah Brunner and Suddart. Edisi 8. Jakarta: EGC

Talbot, A Laura, Marquardt, Mary Meyers. 2007. Pengkajian Keperawatan Kritis.


Edisi 2. Jakarta EGC

Timby, B.K. (2009). Fundamental nursing skill and concepts. 9th ed Philapdelpia:
Lippinscott Williams & Wilkins

Wartona, Tarwoto. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.


Jakarta: Salemba Mendika

WHO, (2006). Essential Surgical Care,: Injuries of the lower extremitiy. 25


September 2016.
www.who.int/entity/substance_abuse/wha_57_11.pdf

Wilkinson, Judits M, Ahem, Nancy R, 2015. Buku Saku Diagnosa Keperawatan,


Edisi 9 (NANDA, 2015). Jakarta : EGC.

56

Anda mungkin juga menyukai