OLEH:
KELOMPOK 3
Ns. Hj. Sunarti Basso, S.Kep. M.Kes Ns. Rizkan H. Djafar S. Kep.,M.Kep
NIRA : NIRA :
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan Rahmat dan
dapat terselesaikan. Laporan ini merupakan laporan hasil dari temuan masalah yang
didapati di ruangan A Bawah beserta dengan intervensi yang telah dilakukan oleh
stase ini sampai dengan pembuatan laporan akhir, namun atas bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak sehingga stase Keperawatan Medikal Bedah II sampai dengan
pembuatan laporan akhir d apat diselesaikan dengan baik. Rasa hormat dan terima
kasih kelompok sampaikan kepada berbagai pihak atas dukungan dan bantuan yang
iii
9. Teman-teman Program Profesi Ners Angkatan X STIKES Muhammadiyah
Manado yang sudah memberikan dukungan dan semangat.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi dan untuk
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................... 3
BAB II. KONSEP DASAR ........................................................................................... 4
A. Definisi ................................................................................................................. 4
B. Etiologi.................................................................................................................. 4
C. Manifestasi Klinis ................................................................................................. 5
D. Patofisiologi .......................................................................................................... 6
a. Patways .............................................................................................................. 7
b. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 8
c. Komplikasi ....................................................................................................... 10
d. Penatalaksanaan ............................................................................................... 11
BAB. III. TINJAUAN KASUS................................................................................... 14
A. Pengkajian .......................................................................................................... 14
B. Analisis Data ....................................................................................................... 34
C. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi ........................................................... 39
D. Jurnal Terkait ...................................................................................................... 46
BAB IV. PEMBAHASAN .......................................................................................... 49
BAB V. PENUTUP ..................................................................................................... 54
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 54
B. Saran ................................................................................................................... 54
v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
oleh tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan yang
meremukkan, gerakkan memuntir yang mendadak atau bahkan karena kontraksi otot
yang mendadak, dan kontraksi otot ekstremitas, organ tubuh dapat mengalami cidera
akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Brunner dan
menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan, dan disebabkan juga
trauma langsung pada kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan
biasanya bersifat Fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring, dan
kekerasan tidak langsung juga menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan, yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah
Berdasarkan hasil penelitian Desiartama dan Aryana di RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado Sulawesi pada tahun 2017 di Indonesia kasus fraktur femur
merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur humerus
(15%), fraktur tibia dan fibula (11%), dimana penyebab terbesar fraktur femur adalah
kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor, atau
kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh (37,3%) dan mayoritas adalah pria
(63,8%).4,5% Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia dewasa (15
1
Akibat dari fraktur femur ini dapat berdampak terhadap fisik dan psikologis,
sosial, spiritual. Dampak pada fisik nya yaitu terjadi perubahan pada bagian tubuhnya
yang terkena trauma seperti perubahan ukuran pada ekstermitas bahkan kehilangan
pasien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari fraktur,
perubahan gaya hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat, takutnya terjadi kecacatan pada dirinya dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan citra diri). Dampak sosial dari fraktur femur pasien akan
kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena harus menjalani
perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan
biasanya sedangakan dampak spiritual pada fraktur femur pasien akan mengalami
tahun 2013 sebanyak 42,8% mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun
2018 yaitu sebanyak 31, 4%. Sedangkan kejadian kecelakaan lalu lintas di Indonesia
terjadi sebanyak 2,2 %, yang mana kecelakaan lalu lintas yang tinggi terjadi di
Sulawesi Utara sebanyak 3,5 % di Sulawesi Selatan sebanyak 3,4 % Sulawesi Tengah
sebanyak 3,3% di Sumatera Barat sebanyak 2,5 % dan paling rendah terjadi di Jambi
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan Asuhan keperawatan pada Pasien Dengan Fraktur Femur di
2. Tujuan khusus
fraktur femur di Ruangan A Bawah RSUP Prof D.r R.d Kanou Manado
3
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan, biasanya patahan lengkap
dan fragmen ulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut
fraktur tertutup, kalau kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus kadaan ini
disebut fraktur terbuka yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi
B. Etiologi
Fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal. Untuk
mematahkan batang femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang besar.
Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pra muda yang mengalami kecelakaan
bermotor atau jatuh dari ketinggian. Biasanya, klien ini mengalami trauma
multipel. Pada fraktur femur ini klien mengalami syok hipovolemik karena
kehilanagan banyak darah maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat heba
(muttaqn, 2008).
1. Kekerasan langsung
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
4
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
penarikan.
C. Manifestasi Klinis
Gejala umum fraktur adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk.
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji
5
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi
setelah beberapa jam atau hari setetlah cedera (Wijaya dan Putri, 2013).
- Penekanan tulang
D. Patofisiologi
Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah pada korteks, sumsum,
dan jaringan lunak sekitarnya terputus. Perdarahan akan terjadi akibat dirusak oleh
6
ujung tulang pada jaringan lunak yang dekat dengan tulang (otot). Hematoma akan
terbentuk dalam saluran medula antara ujung tulang yang patah dan dibawah
periosteum. Jaringan tulang segera berhubungan pada tulang yang patah. Jaringan
mekrotis menstimulasi respon inflamasi secara terus menerus yang ditandai adanya
E. Patways
7
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2
proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan
proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi
yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-
ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya
dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya
seperti:
lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan
struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada
trauma.
8
Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
rusak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
tulang.
3. Pemeriksaan lain-lain
b. Biopsi tulang dan otot : pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
fraktur.
d. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma
9
yang berlebihan.
tulang.
G. Komplikasi
1. Komplikasi dini
sebagai berikut:
bersifat tertutup.
peroneus komunis.
10
e) Trombo-emboli terjadi pada pasien yang menjalani tirah baring lama,
emboli.
H. Penatalaksanaan
tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang di pilih untuk reduksi fraktur
spasme otot yang terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka,
dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi
eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin,
pin, dan teknik gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi interna.
11
Penatalaksanaan keperawatan menurut (Smeltzer, 2015) adalah sebagai
berikut:
dan untuk menggunakan alat bantu (mis, tongkat, alat bantu berjalan atau
walker)
dan tulang serta untuk meningkatkan pemulihan tulang dan jaringan lunak.
gasgangren.
- Berikan antibiotik IV dengan segera saat pasien tiba dirumah sakit bersama
12
- Lakukan irigasi luka dan debridement
- Ukur suhu tubuh pasien dalam interval teratur, dan pantau tanda-tanda
infeksi.
13
BAB. III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
A. IDENTIFIKASI
I. KLIEN
Nama (Inisial) : Tn. F.G
Tempat / Tgl Lahir : Poop Selatan 09-10-2000
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah Anak : -
Agama/Suku : Kristen Protestan / Minahasa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang Digunakan : Indonesia.
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Rumah : Poop Selatan
14
II. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. A.R
Alamat : Poop selatan
Hubungan dengan Klien : Ibu kandung
B. DATA MEDIK
I. Dikirim oleh : UGD
II. Diagnosa Medik :
- Saat Masuk : Fraktur Femur Dextra
- Saat Pengkajian : Fraktur Femur Post Orif
C. KEADAAN UMUM
I. Keadaan Sakit : Klien tampak sakit ringan / sedang / berat / tidak
tampak sakit
Alasan : Tak Bereaksi / Baring Lemah / Duduk / Aktif /
Gelisah / Posisi
Tubuh Terlentang / Pucat / Cyanosis / Sesak Napas
Penggunaan Alat Medik: Terpaang IVFD 0.9%, 20 gtt/m pada tangan
kanan
Lain-lain : -
Nyeri
15
Kecelakaan lalu lintas, tabrakan mobil dan motor ± 4 bln
Factor pencetus
lalu
16
e. Pernapasan : frekuensi 20 x / menit
Irama : √ Teratur Kusmaul Cheynes-
√
Stokes √
√
Jenis : Dada Perut
III. PENGUKURAN :
a. Lingkar Lengan Atas : tdk di periksa cm
b. Lipat Kulit Trisep : tdk diperiksa cm
c. Tinggi Badan : 165 cm Berat Badan :.47 .kg
d. I.M.T (Indeks Massa Tubuh): 17 kg/m2
e. Kesimpulan : ideal
f. Catatan :
..............................................................................
GENOGRAM :
X : meninggal
17
I. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN-MANAJEMEN KESEHATAN
Riwayat penyakit yang perna dialami :
(sakit berat, dirawat, kecelakaan, operasi, gangguan kehamilan /
persalinan, abortus, trasfusi, reaksi alergi)
Kapan
CatatanFeb 21
fraktur
Riwayat kecelakaan
femur
dilakukan
pemasangan
implant Orif di area fraktur
Kapan
Catatan
.............................................
.............................................
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan sebelum masuk RS pasien sudah bisa berjalan
walaupun saat menggerakkan kaki secara perlahan-lahan
18
- Kebersihan genitalia : tidak dikaji
- Kebersihan anus : tidak di kaji
Tanda / Scar Vaksinasi : BCG
19
Inspeksi : Bentuk: simetris kiri dan kanan
Bayangan vena: tidak ada
Benjolan vena : tidak ada
Auskultasi : Peristaltik 15 x / menit
Palpasi : Tanda nyeri umum : tidak ada
Massa : baik
Hidrasi kulit : baik
Nyeri tekan √ R. Epigastrica Titik
Mc.Burney
R.Suprapublika R. Illiaca
Perkusi : timpani
Ascites : √ Negatif
lingkar perut ......... cm
- Kelenjar linfa inguinal : tidak ada pembesaran
- Kulit : tidak ada lesi
20
SGPT: 28 GDA:94
Ureum: 21 Na: 141
Creatinin: 0,8
o Terapi : tampak terpasang transfusi PRC 200 cc via infus
Ceftriaxone 1 gram iv/12
Ranitidin 1 amp iv/12 jam
Pct drips 500 mg (jika perlu)
21
- Hemoroid : Negatif √ Positif
- Prolapsus recti : Negatif Positif
Diare : tidak
Frekuensi : tidak ada
Konstipasi: tidak ada
o Pemeriksaan diagnostik
- Laboratorium : - Lain-lain :
o Terapi :
.........................................................................................................
.........................................................................................................
........................................................
22
3. 0 : Mandiri
4. Berpakaian :2 1 : Bantuan
dengan alat
5. Kerapian :2 2 : Bantuan
orang
6. Buang air besar :2 3 : Bantuan
orang dan alat
7. Buang air kecil :2 4 : Bantuan
penuh
8. Mobilisasi tempat tidur :2
9. Ambulasi :4
Postur tubuh : terbaring lemah
Gaya jalan :tidak dapat berjalan
Anggota gerak yang cacat :-
Fiksasi :-
Trakeostomie :-
Nyeri:
P: nyeri pada paha
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: paha sbeleah kanan
S: skala 8
T: terus menerus
Luka
Lokasi : paha kanan
Stage: 3
Warnah: kemerahan
Ukuran: ≤20 cm (15 jahitan)
Cairan: merah (darah)
Tanda infeksi: bengkak,nyeri,panas,kemerahan
23
o Pemeriksaan fisik :
JVP : tidak diperiksa cm H2O
Kesimpulan : tidak ada
Perfusi darah perifer kuku : kembali dalam 3 detik
Thorax dan pernapasan :
1. Inspeksi :
Bentik thoraks : simetris
Stridor : √ Negatif Positif
Dyspnea d’Efford : √Negatif Positif
Sianosis : √ Negatif Positif
2. Palpasi : Vokal fremitus : normal
3. Perkusi : Sonor
Batas paru-hepar : -
Kesimpulan : -
4. Auskultasi : Suara napas : vesikuler
Suara ucapan : baik
Suara tambahan : tidak ada
Jantung
5. Inspeksi :
Ictrus cordis : tidak terlihat
Klien menggunakan alat pacu jantun : √Negatif Positif
6. Palpasi : tidak dikaji
7. Ictrus cordis : -
Thrill : Negatif
24
Bunyi jantung I M : tidak dikaji
Bunyi jantung III Irama Gallop :
Negatif Positif
Murmur : √ Negatif
Positif : Tempat : tidak ada
Grade : tidak ada
HR 111.x / menit
Bruit : Aorta : √Negatif
A. Renalis : √Negatif
A. Femoralis : √Negatif
Lengan dan Tungkai :
Atrofi otot : Negatif
Rentang gerak : paha sebelah kanan
Mati sendi : tidak ada
Kaku sendi paha sebelah kanan
Uji kekuatan otot : Kiri : 5 4
Kanan : 5 3
Ket: terdapat gangguan pada paha
kanan, pasien hanya mampu
melawan grafitasi, tetapi tidak
mampu menahan tekanan
(ringan,sedang,berat)
Reflex Fisiologik : tdk ada
Reflex Patologik : Babinski, Kiri :Negatif
Kanan :Negatif
Clubing jari-jari : Negatif
Varices tungkai : Negatif
Columna Vertebralis
Inspeksi : Kelainan bentuk : tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan :Negatif
N. III – IV – VI : pergerakan bola mata baik
25
N. VIII Romberg test :Negatif
N. XI :
Kaku kuduk : normal
Pemeriksaan diagnostik
- Laboratorium : - Lain-lain :
Foto Thorax: normal
EKG: dalam batas normal
o Terapi :
............................................................................................................
............................................................................................................
........................................................
V. KAJIAN POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan tidur Siang: 1-2 jam/hari
Tidur malam: 7-8 jam/hari
o Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatakan tidur siang 1jam/hari
Tidur malam 8-9 jam/hari
b. Data Objektif
o Observasi :
Expresi wajah mengantuk : Negatif
Banyak menguap : Negatif
Palpebrae inferior berwarna gelap : Negatif
o Terapi :
.........................................................................................................
.........................................................................................................
........................................................
26
VI. KAJIAN POLA KOGNITIF PERSEPTUAL
a. Data Subjektif
o Keadaan Sebelum Sakit :
Pasien mengatakan fungsi panca indera baik, tidak mengunakan
alat bantu seperti kaca mata, kemampuan berbicara dan membaca
baik
o Keadaan Setelah Sakit :
Pasien mengatakan tidak ada gangguan dengan panca indera,
semua dalam batas normal, seperti sebelum sakit
b. Data Objektif
o Observasi :
Tampak tidak ada kelainan
o Pemeriksaan fisik
Penglihatan
Posisi mata : simetris kiri dan kanan
Cornea : normal
Visus : -
Pupil : isokof
Lensa mata : -
Takanan intra ocular (TIO) : -
Pendengaran :
Pina : baik
Canalis : tidak dikaji
Membran tympani : tidak ada gangguan
Tes pendengaran : baik
○ Pengenalan rasa posisi pada pergerakan lengan dan
tungkai :
NI : penciuman baik
N II : jarak pandangan baik
N V Sensorik : tidak ada kesulitan
N VII Sensorik : pengecapan baik
27
N VIII Pendengaran : baik
Tes Romberg : -
o Pemeriksaan diagnostik
- Laboratorium : - Lain-lain :
o Terapi :
.........................................................................................................
.........................................................................................................
........................................................
28
Benjolan massa : tidak ada
Kulit : lesi kulit : tidak ada lesi
Data Objektif
o Observasi :
Pasien belum menikah
o Pemeriksaan fisik
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
....................................................................................
29
o Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium : lain-lain :
o Terapi
Data Objektif
o Observasi :
Pasien tampak ditemanioleh ibunya
o Pemeriksaan fisik
Tekanan darah : Berbaring :104/64.mmHg
Duduk : ...............mmHg
Berdiri : ...............mmHg
Kesimpulan : Hipotensi ortostatik : Negatif
HR : 111.X / menit
30
.........................................................................................................
.........................................................................................................
........................................................
.........................................................................................................
............................
Data Objektif
o Observasi :
Pasien tampak berdoa dan membaca alkitab.
31
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Pasien mengatakan paha kanan sulit - Kekuatan otot
digerakkan Atas 5 4
Bawah 5 3
Ket: terdapat gangguan pada paha
kanan, pasien hanya mampu melawan
grafitasi tetapi tidak mampu melawan
tekanan (ringan,sedang,berat)
- Terpasang infus di tangan sebelah
kanan
- Pasien tampak terbaring lemah
- ADL tampak dibantu keluarga
(makan,berpakaian, BAK)
2. Pasien mengatakan nyeri pada paha kanan - Wajah tampak meringis
- Td:104/64 mmHg
N: 111 x/menit
R: 20 x/menit
SB: 36,7
- P: nyeri pada paha kanan
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: paha kanan
S: skala 8
T: terus menerus
- Tampak adanya luka post opersi
dipaha kanan.
3. - Pengkajian luka
- Lokasi : paha kanan
- Stase : 3
- Warna : kemerahan
- Ukuran : ± 20 cm jumlah jahitan 15
- Cairan : darah
- Tanda Infeksi :
Nyeri: ada
bengkak : ada
kemerahan : ada
panas : ada
33
B. Analisis Data
Tindakan pembedahan
3. DS: - Ganguan kerusakan
integritas kulit/ jaringan
DO: Pemasangan traksi pen scrub dan
- Tampak adanya luka post plat
operasi di paha kanan
- Kes: cm
Pengkajian luka Ganguan fungsi ektremitas
Lokasi luka terdapat pada
paha kanan.
Stase 3 Luka insisi
Tampak warna luka
kemerahan.
Ukuran luka ±30 cm jumalah Nyeri akut
34
jahitan terdapat 35
Tampak ada cairan darah. kerusakan integritas kulit /
Adanya tanda – tanda infeksi jaringan
kemerahan, panas,
35
NO. STANDAR LUARAN
36
NO. STANDAR LUARAN
37
NO. STANDAR LUARAN
38
C. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO Har/tgl/jam Implementasi Respon TTD
DX
Selasa - mengidentifikasi toleransi fisik - pasien mau melakuka
1. 29/06/21 melakukan pergerakan pergerakan
J. 16.00 - memonitor kondisi umum selama - pasien melkukan perlahan-
melakukan mobilisasi lahan saat melakukan
mobilisasi
j. 16.10 - memfasilitasi aktivitas mobilisasi - ps tampak memegang pagar
dengan alat bantu (pagar tempat tempat tidur saat
tidur) mobolisasi
39
EVALUASI
EVALUASI
NO
JAM PARAF
DX SKORING
URAIAN
P T H
1. S: pasien mengatakan paha kanan sulit digerakkan 2 5
O: - pasien tampak terbaring lemah 2 5
Selasa - ADL dibantu keluarga 2 5
29/06/2 A: gangguan mobilitas fisik b/d gangguan
1 musculoskeletal ditandai dengan KH: 2
j. 19.00 - pergerakan ekstremitas cukup menurun 2
- kekuatan otot cukup menurun 2
- rentang gerak cukup menurun
P: lanjutkan intervensi
j. 19.10
2. S: pasien mengatakan nyeri pada bagian paha
kanan
O:
- paien tampak meringis
- TD: 108/60 mmHg
N:102 x/menit
R: 20x/menit
SB: 36,6
- P: nyeri di paha kanan
Q: sperti ditusuk-tusuk
R: paha kanan
S: skala 8
T: terus menerus 3
A: nyeri akut b/d agen pencedera fisik ditandai 3
dengan KH:
- Keluhan nyeri sedang 5 3
- Tampak meringis sedang 5 3
P: intervensi dilanjutkan
j. 19
3. :15 S: -
O: - tampak adanya luka post operasi
- Luka:
Lokasi: paha kanan
Stage: 3
Warnah: kemerahan
Ukuran ± 20 cm(15 jahitan)
Cairan : darah
Tanda-tanda infeksi:
Nyeri, bengkak, kemerahan,panas
A: Ganguan kerusakan integritas kulit/ jaringan
40
KH: 2
- Perfusi jaringan cukup menurun 2 5
- Kerusakan jaringan cukup meningkat 2 5 2
- Nyeri cukup meningkat 2 5 2
- Pendarahan cukup meningkat 2 5 2
P: lanjutkan intervensi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO Har/tgl/jam Implementasi Respon TTD
DX
- Mengidentifikasi toleransi fisik - Pasien mau melakukan
1. Rabu dan melakukan pergerakan pergerakan
30/06/21 - Mengidentifikasi kondisi umum - Pasien melakukan
09:00 selama melakukan mobilisasi perlahan-lahan untuk
fisik melakukan mobilisasi
41
aseptic nyeri pada bagian kaki
- Menggunakaan salep gentamisin yang dioperasi
pada luka - Tampak jahitan
- Memasang balutan sesuai jenis dibagian kaki masih
luka lembab
- Mempertahankan tekhnik steril - Luka pasien tampak
pada saat perawatan luka panjang 20 cm
- Mengganti balutan sesuai
dengan jumlah eksudat dan
drainase
11:00 - Melayani pemberian darah PRC - Tidak ada tanda-tanda
200 ccvia infus alergi terhadap
pemberian darah
EVALUASI
EVALUASI
NO
JAM PARAF
DX SKORING
URAIAN
P T H
.1 Rabu S: pasien mengatakan paha kanan sulit digerakkan
30/06/2 O: - pasien tampak terbaring lemah
1 - ADL dibantu keluarga
j. 13.30 A: gangguan mobilitas fisik b/d gangguan
musculoskeletal ditandai dengan KH:
- pergerakan ekstremitas cukup menurun
- kekuatan otot cukup menurun 2 5 3
- rentang gerak cukup menurun 2 5 3
P: lanjutkan intervensi 2 5 3
2. j. 13.35
S: pasien mengatakan nyeri sudah sedikit
berkurang
O:
- paien tampak meringis
- TD: 110/74 mmHg
N:90 x/menit
R: 20x/menit
SB: 36,6
- P: nyeri di paha kanan
Q: sperti ditusuk-tusuk
R: paha kanan
S: skala 6
T: terus menerus
A: nyeri akut b/d agen pencedera fisik ditandai
dengan KH:
- Keluhan nyeri sedang
- Tampak meringis sedang 3 5 4
P: intervensi dilanjutkan 3 5 4
42
3. Rabu
tgl 30- S: -
06- 21 O:- tampak luka sudah mulai kering
- Tampak pasien meringis bola luka disentuh
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO Har/tgl/jam Implementasi Respon TTD
DX
- Mengidentifikasi toleransi fisik - Pasien melakukan
1. Kamis dan melakukan pergerakan perlahan-lahan untuk
1/07/21 - Mengidentifikasi kondisi umum melakukan mobilisasi
08.30 selama melakukan mobilisasi
fisik
- Memfasilitasi melakukan - Pasien mau mengikuti
08-10 pergerakan pergelangan tangan apa yang diajarkan
dengan gerkana mendorong kaki - Keluarga selalu
ke atas dan mendorong kaki membantu pasien
kebawah - Pasien selalu
- Melibatkan keluarga untuk mengikuti apa yang
membantu pasien dalam diajarkan
meningkatkan pergerakan
- Mengajarkan pergerakan
pergelangan kaki
2. 09.20 - Mengidentifikasi
lokasi,karakteristik dan durasi - P: nyeri pada paha
43
nyeri, kanan
Q: nyeri seperti
- Menfidentifikasi faktor yang ditusuk-tusuk
memperberat nyeri R: paha kanan
- Tetap mengajarkan teknik S: skala 4
nonfarmakologis untuk T: hilang timbul
mengurangi nyeri (relaksasi - Saat pasien bergerak,
napas dalam) nyeri muncul
- Pasien mau mengikuti
tinddakan yang
diberikan
Kamis
3. 1/07-21
j.09.30 - Memonitor karakteristik luka - Luka sudah mulai
(drainase,warna, ukuran, bau.) kering, warna merah
- Memonitor tanda tanda infeksi muda ukuran ±20 cm
- Melepaskan balutan dan plester tidak bau
Secara perlahan - Tidak tampak tanda
- Membersihkan dengan cairan tanda infeksi
aseptic - Pasien tampak senang
- Memberikan salep gentamicin setelah dilakukan
pada luka perawatan luka.
- Memasang balutan sesuai jenis
luka
- Mempertahankan teknik steril
saat perawatan luka
EVALUASI
EVALUASI
NO
JAM PARAF
DX SKORING
URAIAN
P T H
1. Kamis S: pasien mengatakan paha kanan sudah bisa
1/07/21 digerakkan secara perlahan
j. 13.00 O: - pasien tampak duduk
- ADL dibantu keluarga
A: gangguan mobilitas fisik b/d gangguan
musculoskeletal ditandai dengan KH:
- pergerakan ekstremitas cukup menurun 2 5 4
- kekuatan otot cukup menurun 2 5 4
- rentang gerak cukup menurun 2 5 4
P: lanjutkan intervensi
44
Q: sperti ditusuk-tusuk
R: paha kanan
S: skala 4
T: terus menerus
A: nyeri akut b/d agen pencedera fisik ditandai
dengan KH:
- Keluhan nyeri sedang 3 5 4
- Tampak meringis sedang 3 5 4
P: intervensi dilanjutkan
3. j. 13.30 S: -
O: - luka tampak sudah kering
Warnah merah muda
Ukuran luka 20 cm, tidak bauh
- Tidak tampak tanda-tanda infeksi
- Pasien tampak senang saat dilakukan
perawatan luka
45
E. Jurnal Terkait
ABSTRACT
Structured summary 2 Latar Belakang : Pasien setelah operasi orif mengalami
keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Ringkasan berhubungan dengan menurunnya tonus otot. Adanya
terstruktur keterbatasan gerak menyebabkan menurunnya kekuatan otot,
sehingga pasien kehilangan kemandirian dalam merawat
dirinya. Perawatan diri merupakan kegiatan sehari-hari dalam
mengurus dirinya, baik digunakaan tanpa alat maupun
menggunakan alat bantu. Tujuan : Untuk menjelaskan asuhan
keperawatan pada pasien dengan keterbatasan gerak dalam
meningkatkan kemandirian dalam merawat dirinya, meliputi
pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi. Metode:
Penulisan publikasi ilmiah ini yaitu menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang menjelaskan
dan melakukan proses keperawatan. Hasil : Hasil yang didapat
digunakkan sebagai dasar untuk melakukan intervensi
keperawatan berupa latihan, aktivitas seperti makan, perawatan
diri, mandi, penggunaan toileting dengan mengintegrasikan
manajemen nyeri pada fase rehabilitas Post Orif Fraktur
Ekstremitas Bawah.
INTRODUCTION / PENGANTAR
Rationale / Alasan 3 Fraktur menjadi penyebab kematian terbesar ke 3 dibawah
penyakit jantung coroner dan TB. Riset Kesehatan Dasar 2011
46
menemukan ada sebanyak 1.775 orang (3,8%). Salah satu
masalah yang sering berhubungan dengan pasien dalam
masalah ortopedi adalah kehilangan kemandirian, termasuk
diantaranya pasien post operasi fraktur femur.
Objectives / Tujuan 4 Objek dari penelitian ini adalah salah satu pasien yang dirawat
di RSOP. Prof. Dr. R.Soeharto Surakarta dengan fraktur femur
post orif.
METHHODS AND RESULTS / Metode dan Hasil
- Protocol and 5 Cara yang digunakan dlama penelitian ini yaitu dengan
registration / anamnesa, pengkajian fisik, disertai data penunjang dan
Protokol dan masalah keperawatan untuk menegakkan diagnose dan
Registrasi intervensi keperawatan. Melakukan tiindakan keperawatan
berdasarkan perencanaan yang mengacu pada diagnose dan
intervensi keperawatan. Melakukan evaluasi sesuai dengan
rencana tindakan yang diberikan.
47
komplikasi
- Pengkajian fisik waktu dikaji dengan data yang
diperolehdari pemeriksaan umum dan pemeriksaan
sistematis. Yaitu pemeriksaan hend to toe secara
menyeluruh
2. diagnose Keperawatan
sebagai penilaian klinis yang digunakan untuk perawat
professional untuk menyelesaikan masalah kesehatan,
tingkat kesehatan, respon terhadap penyakit, kondisi
klien (actual/potensial) sebagai akibat dan penyakit
yang diderita.
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam
diharapkan mampu merawat diri secara mandiri dan
kriteria hasil yang didapat dari pasien
4. Implementasi Keperawatan
Tahap ke 4 dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Suatu proses yang digunakan untuk mengatur dan
memonitor kondisi klien serta mengevaluasi tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan, evaluasi juga
digunakan untuk memeriksa semua proses
keperawatan.
- Data items / Item 11 Karakteristik Peserta
Data 1. pengkajian
- Keluhan utama: nyeri pada paha kanan
- Paha kanan dibalut dari pangkal paha sampai lutut 20
cm, dipergelangan kaki kanan, kaki yang sakit terdapat
pembengkakan, kekuatan oto pada kakiyang satunya
dengan kekuatan otot level 3 ( mampu mengangkat,
ditekan lemah tidak jatuh)tidak terjadi kekakuan otot,
kaki kiri dapat digerakkan
- Pengkajian fisik diperoleh dari pemeriksaan umum dan
pemeriksaan sistematis, hend totoe, dalam batas
48
normal, kecuali pemeriksaan pada ekstremitas bawah.
2. Diagnose keperawatan
Diagnose yang didapat berdasarkan data subjektif dan
objektif pada penelitian ini adalah:
- Deficit perawatan diri b/d kelemahan fisik
- Nyeri b/dcidera fisik
- Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka
neuromuscular pembantasan gerak
- Resiko infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh
(2015)
3. 3. Intervensi keperawatan
Diagnose pasien di atas yang berkaitan dengan kemandirian
pasien yaitudiagnosa deficit perawatan diri b/d
kelemahan,fisik. Tujuan tindakan keperawatan dalam 3x24
jam di harapkan mampu merawat diri secara mandiri dan
kriteria hasil yang didapat dari pasien, pasien mengatakan
dapat dan mampu emalkuakn aktifitas, menerapkan kegiatan
mandiri, tersebut pada waktu di rumah sakit dalam tahap
pemulihan, maupun setelah dirumah , selanjutnya mampu
merawat diri sesuai tingkat kemampuan dan melakukan
personal hygiene/ kebersihan diri secara mandiri.
4. Implementasi Keperawatan
Tgl 29 maret jm:
15:30
- Memonitor kemampuan pasien dalam mengurus
dirinya
DS: pasien mengatakan perawata diri tampak dibantu
keluarga dan perawat
DO: perawatan diri tampak dibantu dalam hal mandi
toileting, berganti pakian, paseien selalu
menunggu keluarga dalam melakukan aktifitas
dalam hal perawatn diri.
Jam 16:00
- Membantu pasien memenuhi kebutuhan sehari-hari(
mandi)
49
DS: pasien mengtakan lebih segar
DO: tampak dibantu keluarga dalam perawatan diri
rutin terutama mandi dan mengganti pakaian,
perawat menyediakan kamar mandi
Tgl 30 maret 2016
Jam: 08.00
- Memonitor tingkat kemampuan pasien dalam merawat
dirinya (toileting)
DS: pasien mengatakan dibantu keluarga dalam
perawatan diri, belum bisa melakukan sendiri
dalam perawatan diri
DO: pasien menggunakan alat untuk BAB, perawat
menyiapkan alat waktu pasien mau BAB
Jam 11.00
- Menyediakan waktu agar pasien melakukan
aktifitasnya dengan kemampuan sendiri ( makan,
berpiindah posisi, latihan berjalan)
DS: paien mengatakan makan dapat dilakukan dengan
mandiri dan berpindah posisi dibantu keluarga
untuk latihan berjalan diawasi oleh keluarga
DO: berpindah dibantu dan latihan berjalana dibantu,
timbul rasa kepercayaan diri dalam merawat
dirinya.
Jam 12.00
- Melakukan kerja sama dengan keluarga dalam
perawatan diri pasien
DS: pasien mengatakan keluarga sangat membantu
disaat butuh sesuatu dalam hal perawatan diri.
DO: keluarga terlihat membantu apapun kegiatan yang
dialkukan pasien seperti latihan berjalan yang
diperintakan oleh ahli medis lain agar tidak
terjadi kekakukan otot
Jam 17.00
- Mengkaji tingkata kemmpuan pasien dalam merawat
50
dirinya (mandi, berpakaian, berpindah)
DS: pasien mengatakan tidak terganggu dalam
berpakaian maupun mandi karena dibantu
keluarga
DO: tampak pada perawatan mandi dibantu keluarga
Tgl 31 maret
Jam 08.30
- Menyediakan waktu untuk pasien dalam melakukan
aktifitas dengan segenap kemampuannya dengan diberi
penjelasan sebelum tindakan apapun (berpindah
ditempat tidur)
- Memberikan penjelasan tentang cara mandi
menggunakan sabun dengan mandiri dan perawat
membantu menyiapkan alatnya, perawat sebagai
prasarana
DS: pasien mengatakan mengerti dan melakukannya
DO: pasien tampak mengerti dan mempraktekkannya.
Jam 09.00
- Mengkaji tingkat kemampuan pasien dalam merawat
diri, keamanan mandi secara mandiri
DS: pasien mengatakan mandi sendiri kadang merasa
sakit menggosok dibagian tertentu seperti sela-
sela
DO: bantuan sebagian, menyediakan peralatan mandi,
pasien dapat melakukan mandi dengan mandiri
Jam 09.10
- Mengkaji imobilisasi pasien
DS: pasien mengatakan pergerakan dibantu oleh alat
DO: pembengkakan kaki dapat diminimalkan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi tgl 29 mei 2016, jam 21.00
S: pasien mengatakan perawatan diri maupun aktifitas
dibantu keluarga dan perawat
O: tampak ketergantungan kepada orang lain, pasien
51
tidak mau berpindah dari tempat tidur, terlihat
dibantu dalam berpakaian, kemampuan pasien
dalam merawat dirimasih kurang , kebutuhan pasien
dalam merawat diri terpenuhi
A: masalah kemandirian dalam merawat diri belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Evaluasi tgl 30 maret 2016, jam 17.00
S: pasien mengatakan dibantu dalam perawatan diri,
untuk makan dapat dilakukan mandiri dan
berpindah posisi dibantu keluarga
O: pasien terlihat ada kemampuan untuk merawat diri,
mau beraktivitas dan latihan berjalan menggunakan
alat bantu, pasien tampak mempraktekkan yang
diperintahkan perawat tentang cara memakai celana,
kemampuan pasien dalam merawat diri seperti
makan, BAB, mengganti pakaian, dan latihan
berjalan dapat dilakukan dengan mandiri.
A: masalah kemandirian dalam merawat diri teratasi
sebagian
P: intervensi dilanjutkan
Evaluaasi tgl 31 maret 2016, jam 17.00
Mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan
S: pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas ringan
seperti makan, berpakaian, mandi, dan toileting
dibantu keluarga/dipantau keluarga
O: pasien terlihat ada kemauan untuk merawat diri,
aktivitas/kegiatan sehari-hari dapat dilakukan
mandiri dengan menggunakan alat bantu
krek/tongkat
A: masalah kemandirian dalam merawat diri teratasi
sebagian
P: intervensi dipertahankan, monitor tingkat
kemampuan pasien dalam merawat diri,
memberikan waktu agar pasien melakukan aktivitas
52
dengan mandiri, memberikan penjelasan tentang
memakai pakaian terutama celana dengan mandiri.
- Hasil Penelitian 12 - Hasil penelitian yang penulis lakukan tentang
meningkatkan kemandirian pasien post operasi fraktur
femur post orif dengan program latihan, mampu
meningkatkan kemandirian agar tidak tergantung pada
orang lain ketika kembali kerumah. Hal ini sesuai
dengan tujuan pengembalian kemandirian yaitu
mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan
psikologis untuk kembali kerumah sebagai tahap
pencapaian kemandirian yang tertinggi dengan
program yang telah dipelajari.
- Kesimpulan 13 P(Problem)
Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang rawan, baik
bersifat total maupun sebagian, penyebab utama dapat
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik tulang itu sendiri dan
jaringan lunak sekitarnya. Tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap (Helmi,2012).
Salah satu masalah yang sering berhubungan dengan pasien
dalam masalah ortopedi adalah kehilangan kemandirian,
termasuk diantaranya pasien post operasi fraktur femur. Pasien
ini mengalami keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-
hari, berhubungan dengan menurunnya tonus otot, sehingga
mengalami kehilangan kemandirian.
I(Intervention)
Penerapan metode tang diterapkan peneliti yaitu dengn
pendekatan studi kasus yang menjelaskan dan melakukan
proses keperawatan.
Proses Keperawatan yaitu:
- Pengkajian
- Diagnose keperawatan
- Intervensi keperawatan
- Implementasi keperawatan
- Evaluasi keperawatan
53
C(Compration)
Pentingnya peningkatan kemandirian adalah untuk
meningkatkan kemampuan merawat diri pasien, diharapkan
mencapai odeal diri. Peningkatan kemandirian juga berdasar
pada perubahan system tubuh dan gangguan fisiknya ,melalui
proses pemulihan dengan program latihan, pasien dapat hidup
mandiri tanpa ketergantungan penuh keluarga, dalam tahap
pemulihan maupun setelah keluar dari RS melakukan aktivitas
di rumah.
O(Outcome)
peneliti memberikan asuhan keperawatan dengan melakukan
tindakan keperawatan pada salah satu pasien yang dirawat di
RSOP Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
T (Time)
Asuhan keperawatan yang dilakukan selama 3x24 jam pada
tanggal 29 maret-31 maret 2016. Dan dipubliksikan 17 April
2017.
- Analisa SWOT 14 S(Strength)
- Meningkatkan kemandirian pasiendengan program
latihan, fungsi program latihan tersebut untuk
meningkatkan perawatan diri dan meningkatkan
kekuatan otot dengan meminimalkan bantuan dari
keluarga untuk memandikan pasien dalam perawatan
diri, kesiapan klien dalam melakukan kemandirian
setelah pulang kerumah
- Kelebihan program latihan tersebut mempercepat
proses penyembuhan dengan meminimalkan kekuatan
otot karena pasien sering bergetak dan beraktifitas
W(Weaknes)
- Pada jurnal ini tidak ditampilkan hasil analisis statistic
uji t-test tetapi langsung ditampilkan untuk
kesimpulannya
- Kekurangan dari intervensi tersebut adalah hanya focus
dalam perawatan diri saja tidak menyeluruh ke
aktivitas pasiennya maka penulis membuat program
54
latihan tersebut
- Implementasi yang dilakukan berdasarkan intervensi
dari masalah keperawatan yang diangkat dan
disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia.
- Evaluasi dari tindakan yang dilakukan dengan masalah
meningkatkan kemandirian teratasi sebagian.
O(Opportunity)
- Bagi Rumah Sakit diharapkan bisa dipakai sebagai
masukkan sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan evaluasi dalam meningkatkan
playanan dalam meberikan asuhan keperawatan pada
pasien sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien.
- Bagi institusi pendidikan, penlitian ini dapat dijadikan
informasi dan dapat digunakan sebagai bahan masukan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khusus
dibidang medical bedah
- Bagi pembaca diharpkan dapat bermanfaat dalam
menambah wawasan dan dapat dijadikan referensi
untuk dikembangkan dalam memberikan auhan
keperawatan pada pasien terutama tentang
meningkatkan kemandirian dalam merawat diri pasien.
T(Threats)
Tidak dikuasainya proses keperawatan yang akan diberikan
oleh perawat dari pengkajian sampai evaluasi sehingga tidak
tercapai hasil yang diinginkan untuk kemandirian pasien.
55
BAB IV
PEMBAHASAN
Juni 2021 sampai tangga 3 Juli 2021, klien masuk rumah sakit tanggal 24 Juni
A BAWAH pada tanggal 29 Juli 2021, keluhan utama nyeri pada bagian paha
terjadinya ganguan fungsi pada ligament, otot, saraf, sendi, dan tendon, serta
tulang belakang. (Tim Pokja SDKI PPNI Edisi 1, 2016). karena pada saat
5 4
5 3
mengalami kerusakan setiap area dalam tubuh termasuk leher, bahu pergelangan
tangan, pungung, pingul, lutut dan kaki Potter dan Perry, 2015). Potter PA &
Perry AG. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
49
Masalah keperawatan yang ke dua adalah nyeri akut berhubungan dengan
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat (Tim Pokja SDKI
DPP, 2016). karena ketika pengkajian di dapatkan data subjektif klien mengatakan
tampak meringis, wajah klien tampak tegang, klien tampak memegang bagian
dada yang sakit. Keadaan umum klien : sedang, Kesadaran : Kompos mentis ,
menghasilkan nyeri di kirimkan implus melalui serabut saraf perifer. Serabut saraf
masuk ke medula spinalis dan jalan salah satu dari beberapa rute saraf yang
akhirnya sampai pada massa abu-abu pada medula spinalis. disana pesan nyeri
yang berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga
tidak mencapai otak untuk di transmisi tanpa sumbatan korteks serebral. (Sartono,
dkk.2019).
dini seperti gerakan kecil sampai pasien duduk berpindah tempat. Menurut
50
Lasmana, Ade Cahya, Enita Dewi , dalam jurnal nya Pengalaman Menjelaska
kemandirian dalam merawat pasien pada Pasien Fraktur femur Dextra dengan
nyeri padafase rehabilitasi post orif fraktur ekstermitas bawah Posisi nyaman
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, Identifikasi toleransi fisik
ambulasi dengan alat bantu (mis tongkat, kruk), Libatkan keluarga untuk
Agen pencedera fisiologis. SLKI nyeri berkurang, dengan Kriteria Hasil : Keluhan
51
Terapautik Berikan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam) untuk
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, Identifikasi toleransi fisik
ambulasi dengan alat bantu (mis tongkat, kruk), Libatkan keluarga untuk
tanggal 29 juli 2021 jam 16.10. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera
Terapautik Berikan teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam) untuk
52
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang digunakan untuk
2021. S : T.n. F.G mengatakan paha kanan sulit di gerakan O : - Pasien tampak
cukup menurun, kekuatan otot cukup menurun, rentang gerak cukup menurun. P :
intervensi di lanjutkan.
fisiologis. Pada hari senin tanggal 29 maret 2021. S: Tn. F. G mengatakan nyeri
36,6 Cº R. 20×/m
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada tahap pengkajian dilakukan dengan metode wawancara dan observasi :
kepada pasien.
B. Saran
54
MUHAMMADIYAH MANADO, khususnya pada Keperawatan Medical
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi yang
3. Bagi perawat
55
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2013. Buku Ajar Kperawatan Meikal
Bedah Brunner and Suddart. Edisi 8. Jakarta: EGC
Timby, B.K. (2009). Fundamental nursing skill and concepts. 9th ed Philapdelpia:
Lippinscott Williams & Wilkins
56