Anda di halaman 1dari 17

Ekonomi

Kurban
2021
IDEASTalk
14 Juli 2021
• Kurban tidak hanya ritual ibadah namun telah menjadi tradisi sosial
ekonomi besar tahunan Sebagai negara muslim terbesar dan sekaligus
salah satu perekonomian terbesar di dunia, potensi kurban di Indonesia
adalah signifikan
• Jika terkelola dengan baik semestinya mampu menjadi kekuatan ekonomi
yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan mustahik namun juga
memberdayakan peternak rakyat yang tingkat kesejahteraannya juga
rendah
• Dibutuhkan rekayasa sosial agar kurban tidak hanya menjadi pranata
keagamaan semata namun juga pranata ekonomi yang mensejahterakan
• Di masa pandemi kini upaya mengarusutamakan kurban sebagai pranata
sosial ekonomi ini semakin menemukan relevansi dan urgensinya
• Proyeksi ini turun dari
tahun lalu yang kami
estimasikan mencapai Rp
20,5 triliun dari 2,3 juta
orang pekurban. • Sedangkan kurban 2021
didahului oleh resesi yang
• Meski tahun ini kembali panjang yaitu diawali -
tidak ada keberangkatan 5,32% pada Triwulan II
jama’ah haji ke tanah suci 2020 diikuti kemudian
namun kerasnya krisis dan dengan -3,49%, 2,19% dan
pandemi yang -074% berturut turut pada
berkepanjangan Triwulan III dan IV 2020
menyebabkan kami serta Triwulan I 2021
mengambil estimasi yang
semakin konservatif • Resesi panjang dalam
setahun terakhir
• Meski kurban 2020 terjadi dipastikan membuat
pada kejatuhan ekonomi semakin banyak
sebesar -5,32% pada masyarakat yang jatuh ke
Triwulan II 2020 namun ia kelas ekonomi yang lebih
didahului oleh rendah sehingga menekan
pertumbuhan ekonomi jumlah dan nilai kurban
positif yaitu 5,0%, 4,97% dari keluarga muslim
dan 2,97% berturut turut
pada Triwulan III dan IV
2019 serta Triwulan I 2020
• Rata rata penduduk di
desil tertinggi kelas
terkaya
mengkonsumsi 1,39 kg
daging per kapita
tahun 51 kali lebih
tinggi dari rata rata
penduduk di desil
terendah kelas
termiskin yang hanya
mengkonsumsi 0 027
kg daging per
kapita/tahun.

• Pada 2019 konsumsi


rata rata daging sapi
di Jakarta Selatan
tercatat 2,186 kg per
kapita/tahun atau 700
kali lebih tinggi dari
konsumsi Kab Buton
Tengah yang tercatat
hanya 0,003 kg per
kapita/tahun
• Dengan perkiraan jumlah penduduk 40 persen termiskin adalah 99 juta orang, maka dibutuhkan setidaknya 322
ribu ton daging per tahun untuk menurunnya kesenjangan konsumsi daging.

• Dengan skenario sinergi yang optimal antara pemerintah dan filantropi Islam, beban intervensi per tahun akan
dibagi antara filantropi Islam sebesar 104 9 ribu ton dan pemerintah 261 8 ribu ton, dengan filantropi Islam
berfokus pada kelompok the poorest of the poor.
• Daerah daerah
surplus daging
kurban terbesar
seluruhnya
tercatat sebagai
wilayah dengan
konsumsi daging
yang tertinggi
seperti Jakarta,
Bandung dan
Surabaya

• Sebaliknya daerah
daerah defisit
daging kurban
terbesar
seluruhnya
tercatat sebagai
wilayah dengan
konsumsi daging
yang terendah
seperti Kab Garut
Kab Cianjur dan
Kab Brebes
• Intervensi Kurban secara signifikan menurunkan tingkat ketimpangan konsumsi daging nasional. Gini rasio turun
dari 0,95 menjadi 0,85. Rata-rata konsumsi daging per kapita/tahun meningkat dari 0,49 kg menjadi 0,89 kg.

• Sinergi lembaga filantropi Islam dengan pemerintah memberikan dampak yang lebih signifikan. Ketimpangan
tereduksi menjadi 0,66 dan konsumsi daging per kapita/tahun meningkat menjadi 1,72 kg
‫شكرا َجزَ ا ُك ُم للاُ ًَْ ًرا‬
‫ً‬

Anda mungkin juga menyukai