Anda di halaman 1dari 2

#15thnBurungIndonesia: Menjembatani Dunia Konservasi dan Pendidikan Melalui Buku Muatan

Lokal

By admin | Artikel | Comments are Closed | 15 March, 2017 | 1

Upaya pelestarian keragaman hayati patut melibatkan banyak pihak, termasuk anak-anak yang
merupakan tonggak masa depan konservasi di Indonesia. Penanaman nilai kecintaan terhadap alam
sejak dini menjembatani munculnya generasi yang berani mengatakan tidak pada perusakan alam.

Burung Indonesia menempuh beragam cara dalam mendukung aksi konservasi, salah satunya adalah
melalui pendekatan pendidikan dengan menginisiasi penyusunan kurikulum muatan lokal mengenai
konservasi lingkungan hidup di Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan Sangihe,
Kabupaten Manggarai Barat, dan tiga kabupaten di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Di Kepulauan Talaud dan Kepulauan Sangihe, Burung Indonesia menginisiasi materi ajar untuk
pembelajaran konservasi keanekaragaman hayati di kepulauan tersebut pada 2006. Upaya ini
mendorong Burung Indonesia untuk mereplikasi ide yang serupa di Pulau Sumba pada 2007 bersama
dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba Barat beserta instansi terkait.
Untuk pertama kalinya, buku mengenai standar kompetensi, silabus, dan materi pembelajaran
kurikulum muatan lokal tentang konservasi keanekaragaman hayati bagi murid sekolah dasar lahir di
Tanah Humba.

Baca juga: #15thnBurungIndonesia: Menyusun Profil Lanskap Konservasi Kawasan Wallacea

Sebagai kelanjutannya, Burung Indonesia kembali menghasilkan buku muatan lokal yang sama bagi
murid sekolah dasar di Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Tengah pada 2010
hingga kini. Peserta didik sekolah dasar di tiga kabupaten tersebut kini dapat mempelajari mengenai
berbagai hal tentang pulau yang dicintainya, mulai dari kondisi geografisnya, sosial budaya
masyarakat, hutan dan taman nasional, burung-burungnya, hingga cerita rakyat.

Setali tiga uang, kurikulum pendidikan serupa pun diadaptasi di lingkungan pendidikan di Kabupaten
Manggarai Barat (Mabar) pada 2015. Mabar dikenal sebagai rumah bagi reptil purba yang terancam
punah: komodo. Selain itu, setidaknya ada lima daerah penting bagi keragaman hayati di wilayah ini.
Kawasan hutan Mbeliling, misalnya, merupakan habitat penting bagi beragam tumbuhan endemis
maupun empat jenis burung endemis terancam punah, salah satunya adalah serindit flores (Loriculus
flosculus).

Terdapat lebih dari 264 km² kawasan hutan yang sebagian besar rentan terhadap kerusakan akibat
ulah manusia. Penebangan kayu secara ilegal pun merupakan ancaman yang harus dihadapi di
Mabar. Oleh karena itu, upaya pelestarian keragaman hayati harus melibatkan banyak pihak dan
sedini mungkin.

Melalui buku muatan mulok, peserta didik dapat mengetahui dan mempelajari tentang keragaman
hayati, layanan ekosistem, dan habitat penting di lingkungan mereka. Dengan demikian, inisiasi
penyusunan kurikulum muatan lokal ini merupakan strategi jangka panjang dalam hal pelestarian
lingkungan hidup Mabar.

Baca juga: #15thnBurungIndonesia: Memelihara Harapan Kenton Miller Award

Lahirnya buku ini pun menjadi catatan sejarah baru bagi dunia pendidikan di Mabar. Sebab
sebelumnya tak ada materi kurikulum muatan lokal yang relevan dengan kondisi lokal. Dukungan
penuh Pemerintah Kabupaten Mabar pun tertuang dalam Peraturan Bupati No. 13 Tahun 2015
tentang pemberlakuan kurikulum muatan lokal konservasi lingkungan pada satuan pendidikan dasar.

Melalui buku kurikulum muatan lokal, diharapkan partisipasi peserta didik dalam upaya pelestarian
alam dapat meningkat. Di sisi lain, dengan meningkatnya pengetahuan mengenai konservasi, para
peserta didik diharapkan dapat turut aktif memengaruhi orang tua mereka agar dapat terlibat secara
langsung dan peduli terhadap kelestarian alam.

Anda mungkin juga menyukai