Oleh:
NIM. 2030912310136
Pembimbing:
BANJARMASIN
Agustus, 2021
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
choroidal akibat peradangan atau tumor.1 Penyakit ini jarang ditemukan, bersifat unilateral,
self limited desease, dan ditandai oleh pelepasan serosa sensorik sebagai akibat dari
kebocoran setempat cairan dari koriokapilaris melalui defek di epitel pigmen retina. Penyakit
ini biasanya mengenai pria berusia muda sampai pertengahan dan mungkin berkaitan dengan
Secara epidemiologis, penyakit ini umumnya ditemukan lebih banyak enam kali lipat
pada laki – laki dengan insidensi 10 per 100.000 populasi, ras Asian dan Hispanik, serta usia
produktif (20 – 55 tahun), dengan faktor predisposisi stres dan penggunaan kortikosteroid.1,3
Penjelasan mengenai hal ini adalah karena pria cenderung mempunyai kehidupan yang
lebih stress, paparan terhadap kejahatan lebih tinggi, jam kerja yang lebih panjang, tanggung
jawab keuangan yang lebih besar dan pekerjaan yang lebih berbahaya. 5
kehamilan merupakan faktor sistemik yang berhubungan dengan pembentukan CSR. Faktor
1
resiko lainnya adalah pemakaian antibiotik, konsumsi alkohol, hipertensi yang tidak
Dalam hal ini, produktivitas adalah salah satu komponen vital fungsi manusia.
Mengingat 83% input sensoris berasal dari organ penglihatan, kelainan pada makula yang
dapat cukup mengganggu fungsi ini sudah seharusnya dapat ditangani dengan baik oleh para
praktisi kesehatan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Retina
2.1.1. Anatomi
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya.1Retina terdiri atas sepuluh lapisan dan berisi sel batang dan
kerucut, yang merupakan reseptor visual, ditambah empat jenis neuron: sel bipolar, sel
ganglion, sel horizontal, dan sel amakrin.2 Retina terbentuk dari evaginasi vesikel sefalik
anterior atau proensefalon. Sewaktu vesikel optik ini berkontak dengan ektoderm permukaan,
secara berangsur bagian pusatnya mengalami invaginasi, yang membentuk mangkuk optik
berdinding ganda. Pada orang dewasa, dinding luar menjadi membran tipis yang disebut
epitel pigmen; bagian optik atau fungsional dari retina—retina neural—berkembang dari
lapisan dalam.3
struktur kompleks dengan sekurang-kurangnya 15 jenis neuron dan sel-sel ini membentuk
sekurang-kurangnya 38 jenis sinaps yang berbeda satu sama lain. Retina pars optika terdiri
atas lapisan luar sel-sel fotosensitif, yaitu sel batang dan sel kerucut; lapisan tengah neuron
bipolar, yang menghubungkan sel batang dan sel kerucut dengan sel-sel ganglion; dan lapisan
dalam sel-sel ganglion, yang berhubungan dengan sel-sel bipolar melalui dendritnya dan
mengirimkan akson ke susunan saraf pusat. Akson-akson ini berkumpul pada papilla optikus
Di antara lapisan batang dan kerucut dan sel-sel bipolar, terdapat daerah yang disebut
lapisan pleksiform luar atau lapisan sinaptik, tempat terbentuknya sinaps antara kedua jenis
sel tersebut (fotoreseptor dan bipolar). Daerah tempat terbentuknya sinaps antara sel bipolar
dan sel ganglion disebut lapisan pleksiform dalam. Retina memiliki struktur terbalik karena
cahaya mula-mula melintasi lapisan ganglion dan kemudian lapisan bipolar sebelum
Sel batang dan kerucut, yang diberi nama sesuai bentuknya, adalah neuron yang
terpolarisasi;pada satu kutub terdapat satu dendrit fotosensitif, dan pada kutub yang lain
terdapat sinaps dengan sel lapisan bipolar. Sel batang dan kerucut dapat dibagi menjadi
segmen luar dan segmen dalam, daerah inti, dan daerah sinaps. Segmen luar merupakan
cakram gepeng. Pigmen fotosensitif retina terdapat di dalam membran kantung-kantung ini.
Sel batang dan sel kerucut menembus lapisan tipis, yakni membrane limitans eksterna, yang
merupakan sederetan kompleks pertautan antara sel fotoreseptor dan sel glia retina (sel
Muller). Inti sel kerucut biasanya terletak di dekat membran limitans, sedangkan inti sel
Sel batang adalah sel tipis yang memanjang (50x3 µm) dan terdiri atas 2 bagian.
Bagian fotosensitif luar berbentuk batang, dan terutama terdiri atas banyak (600-1000)
cakram gepeng bermembran yang bertumpuk seperti uang logam. Cakram dalam batang
tidak berhubungan dengan membrane plasma; segmen luar dipisahkan dari segmen dalam
oleh suatu penyempitan. Cakram gepeng di sel batang mengandung pigmen yang disebut
rhodopsin, yang memutih oleh cahaya dan menginisiasi rangsangan visual. Diperkirakan
bahwa retina manusia memiliki sekitar 120 juta sel batang. Sel-sel ini sangat sensitif terhadap
cahaya dan dipandang sebagai reseptor yang terpakai bila intensitas cahaya rendah, seperti
Sel kerucut juga merupakan neuron berukuran panjang (60x1,5 µm). setiap retina
manusia memiliki sekitar 6 juta sel kerucut. Strukturnya serupa dengan struktur sel batang,
tetapi berbeda dalam hal bentuk dan struktur segmen luarnya. Sekurang-kurangnya terdapat 3
jenis kerucut fungsional, yang tak dapat dibedakan dari morfologinya. Setiap jenis
terdapat di daerah merah, hijau, atau biru dari spektrum cahaya yang terlihat. Sel kerucut,
yang hanya peka terhadap cahaya dengan intensitas yang lebih tinggi daripada intesitas yang
diperlukan untuk menstimulasi sel batang, diyakini menimbulkan ketajaman penglihatan yang
Sel batang dan kerucut, yang terdapat setelah koroid, bersinaps dengan sel bipolar, dan
sel bipolar bersinaps dengan sel ganglion. Akson dari sel ganglion berkumpul dan
meninggalkan mata sebagai saraf optik. Sel horisontal menghubungkan sel-sel reseptor pada
sel-sel reseptor lainnya di lapisan pleksiform luar. Sel amakrin menghubungkan sel ganglion
satu sama lain di lapisan pleksiform dalam. Sel amakrin tidak memiliki akson, dan proses ini
membuat kedua koneksi pre- dan postsinaptik dengan elemen saraf tetangga. Gap junction
Karena lapisan reseptor retina terletak pada epitel pigmen tepat di sebelah koroid, sinar
cahaya harus melewati sel ganglion dan lapisan sel bipolar untuk mencapai batang dan
kerucut. Epitel pigmen menyerap sinar cahaya, mencegah pantulan sinar kembali melalui
retina. Refleksi seperti itu akan menghasilkan kekaburan dari gambar visual. Unsur-unsur
saraf retina terikat bersama oleh sel glial disebut sel Muller. Proses sel-sel ini membentuk
membran pembatas internal pada permukaan dalam retina dan membran pembatas eksternal
pada lapisan reseptor. Saraf optik meninggalkan mata dan pembuluh darah retina masuk ke
mata pada titik 3 mm medial dan sedikit di atas kutub posterior bola mata. Wilayah ini dapat
dilihat denganoptalmoskop sebagai diskus optik us. Tidak ada reseptor visual yang melapisi
Di dekat kutub posterior mata, ada suatu titik berpigmen kekuningan, disebut makula
lutea. Ini menandai lokasi fovea sentralis, suatu lekukan dangkal pada retina yang mana tidak
terdapat sel batang pada tempat itu. Di dalamnya terdapat banyak sel kerucut, dan setiap sel
bersinaps sebuah sel bipolar yang pada gilirannya bersinaps pada sebuah sel ganglion, dan
membuat jalur langsung ke otak. Di daerah ini tidak ada pembuluh darah yang melintasi sel
fotosensitif. Akibatnya, fovea adalah titik di mana ketajaman visual terbesar. Ketika
perhatian tertarik atau terfiksasi pada suatu objek, kedua bola mata biasanya berpindah
sehingga sinar yang memantul dari objek tepat jatuh pada fovea. 2,3,4,5
Pembuluh darah yang memperdarahi lapisan internal retina berasal dari arteri retinal
sentralis, yang memasuki bola mata melalui pusat nervus optikus dan kemudian terbagi
untuk memperdarahi keseluruhan permukaan retina bagian dalam. Dengan demikian, lapisan
dalam retina memiliki pembuluh darah sendiri yang terpisah dari struktur mata yang lain.
Namun, lapisan terluar retina melekat pada koroid, yang juga adalah jaringan kaya pembuluh
Arteri, arteriola, dan vena di lapisan permukaan retina dekat permukaan vitreous dapat
dilihat melalui optalmoskop Karena ini adalah satu-satunya tempat di tubuh dimana arteriol
dapat segera terlihat, pemeriksaan optalmoskopi sangat berharga dalam diagnosis dan
evaluasi diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit lain yang mempengaruhi pembuluh darah.
Pembuluh retina memberi makan ke selbipolar dan sel ganglion, tetapi sebagian besar
reseptor dipelihara oleh pleksus kapiler di koroid. Inilah sebabnya mengapa ablasi retina
Lapisan pigmen retina terdiri dari melanin, yang mencegah pemantulan cahaya oada
keseluruhan bola mata; pigmen ini sangat penting untuk ketajaman penglihatan. Lapisan ini
memiliki fungsi yang sama dengan bagian yang berwarna hitam di bawah sebuah kamera.
Bagian neural retina kadangkala lepas dari epitel pigmen. Dalam beberapa kasus, penyebab
pelepasan tersebut adalah cedera pada bola mata yang memungkinkan cairan atau darah
berkumpul antara neural retina dan epitel pigmen. Pelepasan ini kadang-kadang disebabkan
oleh kontraktur dari fibril kolagen halus di vitreous humor, yang menarik dari daerah retina
2.1.2. Fisiologi
Perubahan potensial yang memulai potensial aksi di retina dihasilkan oleh adanya
cahaya pada senyawa fotosensitif dalam sel batang dan kerucut. Ketika cahaya diserap oleh
zat ini, perubahan struktur, dan perubahan ini memicu urutan kejadian yang memulai aktivitas
saraf.3,8,9
Saluran Na+ di segmen luar dari sel batang dan kerucut terbuka dalam gelap, sehingga
Na+ mengalir dari segmen dalam ke segmen luar. Na+ juga mengalir ke akhir sinaptik dari
Pelepasan neurotransmiter sinaptik stabil dalam gelap. Ketika cahaya menyerang segmen
luar, reaksi yang diinisiasi menutup beberapa saluran Na2, dan hasilnya adalah potensial
sinaptik, dan ini menghasilkan sinyal yang pada akhirnya menyebabkan potensial aksi pada
Senyawa fotosensitif di mata manusia dan mamalia kebanyakan terdiri dari protein
yang disebut opsin, dan retinen 1, aldehid vitamin A1. Istilah retinen1 digunakan untuk
membedakan senyawa ini dari retinen 2, yang ditemukan di mata beberapa spesies hewan.
Karena retinen adalah senyawa aldehida, senyawa ini juga disebut retinal. Dalam gelap,
retinen1 di rhodopsin ada dalam konfigurasi 11-cis. Tugas dari cahaya adalah hanya untuk
mengubah bentuk retinen, mengubahnya menjadi semua isomer all-trans. Hal ini pada
heterotrimerik terkait, yang dalam hal ini disebut transdusin atau G t1. Protein G mengubah
GDP menjadi GTP, dan subunit α terpisah. Subunit ini tetap aktif hingga aktivitas GTPase
menghidrolisis GTP. Pemutusan aktivitas transdusin juga dipercepat oleh ikatannya dari β-
arrestin. Subunit α mengaktifkan cGMP fosfodiesterase, yang mengubah cGMP menjadi 5'-
GMP. cGMP biasanya bekerja langsung pada saluran Na+ untuk mempertahankannya dalam
posisi terbuka, sehingga penurunan konsentrasi cGMP sitoplasma menyebabkan beberapa
(bleaching). Beberapa rhodopsin dibuat ulang secara langsung, sementara beberapa retinen 1
berkurang oleh enzim alkohol dehidrogenase dengan adanya NADH menjadi vitamin A 1, dan
ini pada gilirannya bereaksi dengan scotopsin untuk membentuk rhodopsin. Semua reaksi ini
kecuali pembentukan isomer all-trans dari retinen1 independen terhadap intensitas cahaya,
berjalan sama baiknya dalam cahaya atau gelap. Jumlah rhodopsin dalam reseptor karena itu
Penurunan konsentrasi Ca2+ mengaktifkan guanilil siklase, yang menghasilkan lebih banyak
cGMP. Hal ini juga menghambat fosfodiesterase yang teraktivasi cahaya. Kedua aksi
GnRH, enkephalins, β-endorphin, CCK, VIP, neurotensin, dan. Reseptor kainate memediasi
respon sinaptik antara sel kerucut dan satu jenis sel bipolar. Sel amakrin adalah satu-satunya
Informasi visual pada retina melibatkan pembentukan tiga gambar. Gambar pertama,
dibentuk oleh aksi cahaya pada fotoreseptor, diubah menjadi gambar kedua dalam sel bipolar,
dan ini pada gilirannya diubah menjadi gambar ketiga dalam sel ganglion. Dalam
pembentukan gambar kedua, sinyal diubah oleh sel-sel horizontal, dan dalam pembentukan
ketiga, diubah oleh sel-sel amakrine. Ada sedikit perubahan pola impuls dalam tubuh
Karakteristik dari sel ganglion dan bipolar (serta sel-sel genikulatum lateralis dan sel-
sel dalam lapisan 4 dari korteks visual) adalah bahwa mereka berespon paling baik terhadap
stimulus sirkular yang kecil dan bahwa, dalam bidang reseptif, suatu anulus cahaya sekitar
pusat menghambat respon ke tempat pusat. Pusat ini dapat tereksitasi dengan neuroinhibitor.
2,4,5,6,7
Gambar 2.3 Rod Cell Hyperpolarization7
Penghambatan respon pusat mungkin adalah karena umpan balik inhibisi dari satu
fotoreseptor ke fotoreseptor lain dimediasi melalui sel horisontal. Dengan demikian, aktivasi
fotoreseptor terdekat dengan penambahan anulus memicu hiperpolarisasi sel horizontal, yang
sekitarnya adalah contoh dari inhibisi lateral atau aferen—membentuk inhibisi dari aktivasi
unit saraf tertentu yang terkait dengan penghambatan aktivitas unit di dekatnya. Ini adalah
fenomena umum dalam sistem sensorik mamalia dan membantu untuk mempertajam stimulus
2.2.1. Definisi
Retinopati serosa sentral ( CSR ) merupakan kelainan pada makula lutea berupa
penimbunan cairan yang mengakibatkan edema makula. Retinopati serosa sentral terutama
terdapat pada dewasa muda. Laki-laki lebih banyak terkena dibanding wanita terutama yang
sedang menderita stress berat, dimana tajam penglihatan akan turun secara mendadak dengan
5
terdapatnya skotoma sentral dengan metamorfopsia.
CSR adalah suatu penyakit dimana lepasnya lapisan serosa dari retina neurosensorik
5
kemudian terjadi kebocoran yang luas dari koriokapilaris melalui epitel pigmen retina.
Retinopati
serosa sentral atau korioretinopati serosa sentral adalah sebuah penyakit
dimana terdapat ablasio serosa retina neurosensorik sebagai akibat dari kebocoran cairan
1
setempat dari koriokapilaris melalui suatu defek di epitel pigmen retina.
2.2.2. Epidemiologi
Penyakit
ini umumnya ditemukan leih banyak enam kali lipat pada laki – laki dengan
insidensi 10 per 100.000 populasi, ras Asian dan Hispanik, serta usia produktif (20 – 55
5
penyebabnya tidak diketahui. Kemungkinan berkaitan dengan kejadian-kejadian stress
2
kehidupan.
Retinopati serosa sentral juga dihubungkan dengan kortisol dan kortikosteroid, dan
orang dengan tingkat kortisol lebih tinggi daripada normal juga memiliki kecenderungan
2
untuk menderita retinopati serosa sentral.
Kepribadian
tipe A dan hipertensi sistemik dapat berhubungan dengan CSR,
2
autoregulasi dari choroidal sirkulasi.
Faktor risiko yang diketahui berperan pada CSR adalah usia muda / pertengahan (20-
40 tahun), ras Kaukasia, jenis kelamin (laki-laki lebih banyak 6 kali lipat, wanita umumnya
pada usia lebih tua), stres fisiologis, kepribadian tipe A, hipertensi sistemik, Obstructive
Sleep Apnea (OSA), penggunaan steroid jangka panjang, Cushing syndrome, penyakit lupus,
serta kehamilan pada trimester ke tiga.3,4 Faktor resiko lainnya adalah pemakaian antibiotik,
2
konsumsi alkohol, hipertensi yang tidak terkontrol, dan penyakit saluran nafas alergik.
2.2.4. Patofisiologi
Adapun
patofisiologi yang mendasari kejadian ini sampai saat ini masih belum terlalu
dimengerti (idiopatik), namun diperkirakan terjadi sebagai akibat dari gangguan pompa ionik
dari Retinal Pigmented Epithelial cells (RPE) maupun vaskulopati yang menyebabkan
Kebocoran (leakage) pada lapisan epitel pigmen diduga disebabkan oleh kelainan
hormonal dan infeksi oleh virus. Lubang kebocoran ini merupakan suatu pintu masuk untuk
mengalirnya cairan dari bawah lapisan epitel pigmen ke ruangan dibawah retina sehingga
terjadi pengumpulan cairan dibawah retina. Pengumpulan cairan dibawah retina didaerah
1
macula retina ini menyebabkan penglihatan penderita sangat terganggu.
Baru sejak ditemukannya ICGA pada tahun 1993, patogenesis CSR telah diketahui
dengan pasti. Kelainan ini disebabkan oleh abnormalitas sirkulasi koroid yang selanjutnya
epithelium) detachment, dan ablasio retina sensorik. Abnormalitas sirkulasi koroid ini
dihubungkan dengan kondisi hiperkortisolisme seperti kehamilan, stress dan kepribadian tipe-
2
A, sindrom Cushing, dan pemakaian glukokortikoid.
Pada
awalnya glukokortikoid merupakan obat pertama yang digunakan secara luas
sebagai terapi CSR. Namun dengan beberapa penelitian didapatkan fakta bahwa
glukokortikoid merupakan suatu factor resiko yang bermakna dalam timbulnya CSR.
Mekanisme patofisiologinya belum diketahui. Penjelasan yang diterima saat ini adalah
pengaruh glukokortikoid terhadap sirkulasi koroid. Aliran darah koroid diketahui diatur oleh
system simpatis dan secara antagonis dengan system parasimpatik untuk menghambat
produksi nitric oxide synthase, suatu modulator vascular. Interaksi ini menyebabkan spasme
4
pembuluh darah koroid dan iskemia koroid.
Secara garis besar, perjalanan penyakit CSR dapat dibagi menjadi 6 tahapan, yaitu:6
Tahap 1, akut, belum terdapat kebocoran, namun telah terjadi perubahan pada area
Tahap 2, subakut, tahap perkembangan dari tahap 1, dimana mulai terjadi kebocoran
fokal pada taut ketat, umumnya masih tetap asimtomatik namun dapat pula mulai
Tipe 3, kronik, dimana tahap 2 berlangsung kronik, biasanya akan ditemukan defek
pada lapang pandang dan penurunan visus akan terjadi secara lebih nyata. Umumnya CSR
baru terdeteksi pada tahapan ini dan harus ditatalaksana dengan fotokoagulasi.
Tipe 4, inaktif, yaitu tahapan yang ditemukan pada kasus CSR yang mengenai satu
mata. Mata lain dapat saja telah menunjukkan adanya defek RPE pada FA, akan tetapi
Berdasarkan tipenya:
o Tipikal, yaitu ditemukan satu atau dua area kebocoran pada FA. o Atipikal, yaitu
kebocoran multipel.
o Tipe 1, koleksi cairan terjadi pada ruang subretinal (94% kasus). o Tipe 2, koleksi
cairan terjadi di bawah ruang RPE (3% kasus).
2.2.5.a Anamnesis
Pasien biasanya datang dengan gejala akut berupa kehilangan penglihatan dan
Gejala klinis lain termasuk terhambatnya waktu perbaikan retina akibat fotostress
2
dan kehilangan kontras warna, dan sensitifitas kontras.
Lepasnya pigmen epitel, terdapat bintik-bintik dan atrofi pada epitel pigmen
2
retina, dan sangan jarang ditemukan adanya lemak di subretina.
2.2.6. Diagnosis
(hipermetrop).
antaranya:
Tes Amsler grid. Tes ini digunakan untuk mengevaluasi fungsi makula, yaitu dengan cara
pasien melihat dengan satu mata ke titik sentral dari suatu gambaran dengan kisi-kisi yang
tersusun atas garis horizontal dan vertikal, umumnya dengan warna putih dan latar belakang
hitam. Saat pemeriksaan, ditanyakan pada pasien apakah dengan satu mata keempat sudut
terlihat, apakah terdapat garis yang berbentuk iregular, atau tidak terlihat dengan acuan suatu
titik tengah. Bentuk iregular ini dapat dilaporkan adanya gambaran bergelombang
Pada CSR, biasanya ditemukan metamorfopsia yang bersesuaian dengan daerah yang terkena
defek.3
Gambar 4. Tes Amsler Grid: Normal, Skotoma dan Metamorfopsia. Sumber:
www.amslergrid.org
OCT, dapat menunjukkan adanya elevasi bagian neurosensoris dari retina serta
ataupun ink blot. Gambaran smokestack diperlihatkan sebagai titik yang mengalami
elevasi / ablasi. Gambaran ink blot adalah temuan yang cukup sering diperoleh, yaitu
ICGA (Indo Cyanine Green Angiography). Pada pemeriksaan ini, terdapat fase
arterial, dimana ditemukan angiogram normal, fase pengisian vena awal / fase awal,
terdilatasi pada kutub posterior dan lokasi kebocoran mulai dapat ditemukan. Fase
serta tipe kebocoran yang terjadi.3 Fase akhir umumnya masih ditandai dengan
2.2.7 c
Untuk mata tenang visus turun perlahan, perlu dipikirkan beberapa etiologi, di
Di samping CSR, kebocoran dari RPE dapat pula disebabkan oleh penyebab
samping itu, dilakukan pula modifikasi pada beberapa faktor risiko yang dapat diubah,
terutama pemakaian steroid jangka panjang ataupun gaya hidup, terutama terkait
digunakan.5
RPE yang mengalami kebocoran apabila setelah observasi tidak ditemukan regresi
Munculnya rekurensi.
Di samping itu, dapat pula dilakukan Photo Dynamic Therapy (PDT), terutama
pada kasus CSR kronik. Tatalaksana ini dapat berefek langsung pada sirkulasi koroid
melalui percepatan resorpsi cairan, akan tetapi berisiko untuk menimbulkan iskemia
2.2.9 Komplikasi
neovaskularisasi koroid semu pada saat pengobatan. Pada pasien yang lain,
2
resiko neovaskularisasi koroid mungkin meningkat dengan pengobatan laser.
2. Ablasio retina bulosa akut dapat muncul sebaliknya pada pasien sehat dengan
2
menghasilkan perbaikan pada ablasio retina serosa.
atrofi epitel pigmen retina dan berikutnya atrofi retina. Dekompensasi epitel
pigmen retina adalah manifestasi retinopati serosa sentral namun dapat juga
2
dianggap sebagai komplikasi jangka panjang.
2.2.9 Prognosis
Pada umumnya, penyakit ini akan mengalami resolusi spontan pada mayoritas pasien
dalam waktu 3-6 bulan diikuti dengan perbaikan visus pada 80% pasien, walaupun dapat pula
ditemukan kasus tanpa perbaikan tajam penglihatan. Akan tetapi, rekurensi seringkali terjadi
(50% kasus).
Kasus
ini dapat pula berlangsung secara kronik, yaitu lebih dari 12 bulan, namun
umumnya hanya terjadi pada minoritas pasien maupun usia yang lebih tua.3
BAB III
PENUTUP
Retinopati serosa sentral ( CSR ) merupakan kelainan pada makula lutea berupa
penimbunan cairan yang mengakibatkan edema makula. Retinopati serosa sentral terutama
terdapat pada dewasa muda. Laki-laki lebih banyak terkena dibanding wanita terutama yang
sedang menderita stress berat, dimana tajam penglihatan akan turun secara mendadak dengan
serasa menjadi lebih kecil, penurunan penglihatan warna dan kontras dll.
Karena penyebab pasti belum diketahui, dan diduga berhubungan dengan stress dalam
kehidupan, maka edukasi pada pasien Central Serous Retinopathy adalah jika
memungkinkan, pasien harus menghindari situasi yang menekan. Pasien berpartisipasi dalam
kegiatan mengurangi stres (misalnya, olahraga, meditasi, yoga) sangat dianjurkan. Walaupun
harus diwaspadai juga penyebab lainnya seperti penggunaan kortikosteroid dalam waktu
lama, hipertensi sistemik, kehamilan, kepribadian tipe A, pemakaian antibiotik, konsumsi
alkohol, hipertensi yang tidak terkontrol, dan penyakit saluran nafas alergik.
Karena CSR ini merupakan self limited desease, maka tanpa pengobatan pun akan sembuh
sendiri. Obat yang diberikan pun hanya obat yang dapat mempercepat menutupnya lubang
kebocoran dilapisan epitel pigmen. Obat yang diberikan adalah vitamin dalam dosis yang
cukup. Juga Asetazolamide efektif untuk mengurangi edema macula yang disebabkan oleh
Untuk terapi non medikamentosa adalah koagulasi sinar laser yang bertujuan untuk
menutup lobang kebocoran dilapisan epitel pigmen. Serta memanajemen stress serta faktor
Prognosis dari Central Serous Retinopathy adalah sekitar 80 % mata dengan CSR
mengalami resorpsi spontan cairan subretina dan pemulihan ketajaman penglihatan normal
dalam waktu 6 bulan setelah awitan gejala . Namun, walaupun ketajaman penglihatan normal,
kepekaan terhadap warna, mikropsia, dan skotoma relative. 20% – 30 % akan mengalami
sekali atau lebih kekambuhan penyakit, dan pernah dilaporkan adanya penyulit termasuk
neovaskularisasi subretina dan edema macula sistoid kronik pada pasien yang sering dan
4. Ilyas S. Mata Tidak Merah Visus Turun Mendadak. Dalam : Ilmu penyakit Mata.