Anda di halaman 1dari 17

8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

Central Serous Retinopathy ( CSR )

nama

nim

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

email

PENDAHULUAN

Central Serous Chorioretinopathy (CSCR) dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan

lepasnya retina dari lapis pigmen epitel di daerah makula akibat masuknya cairan melalui
membrane Bruch dan pigmen epitel yang inkompeten (pelepasan bagian neurosensori dari
retina terjadi sebagai akibat dari kebocoran cairan koriokapilaris setempat melalui suatu
1,2
defek di epitel pigmen retina. )

Biasanya, CSCR dialami pria berusia 20 sampai 50 tahun. Penyebab CSCR tidak diketahui.
Riwayat sakit kepala migrain, penggunaan agen vasokonstriksi, hiperkortisol endogen,
merokok, dan penggunaan kortikosteroid sistemik (oral, intranasal, dan inhalasi), agen
psikofarmakologi alkohol, antibiotik (oral), dan antihistamin (oral) dapat dipikirkan sebagai
2,12,13
faktor resiko CSCR.

Beberapa hipotesis yang dikemukakan untuk patofisiologi penyakit ini antara lain adalah
transport ion yang abnormal di seluruh epitel pigmen retina (RPE/ retinal pigment
2,4,13,15
epithelium ) dan vaskulopati koroidal fokal. Gejala klinis dari CSCR, metamorfosia
sepihak, penglihatan kabur unilateral, mikropsia, gangguan adaptasi gelap, desaturasi warna,
2,13,15
penurunan kemampuan adaptasi terang, dan skotoma relatif. Diagnosis dapat ditegakkan
dari anamnesa pemeriksaan fisik menggunakan oftalmoskop, dan pemeriksaan penunjang
dengan menggunakan slitlamp , angiografi fluoresens, Optical Coherence Tomography
2,12,15,17,18
(OCT), Multifocalelectroretinography (mfERG), dan ngiografi ICR Diagnosis
banding untuk CSCR antara lain adalah neovaskularisasi koroidal subretinal, vaskulopati
koroidal polipoidal, membran neovaskular koroidal, age related macular
2,13
degeneration ,macular edema, dan macular hole .

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 1/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

21
Pengobatan terkini dari CSCR adalah dengan aspirin dosis rendah , injeksi bevacizumab
22,23 13, 25,
intravitreal, fotokoagulasi laser, terapi fotodinamik dan transpupillary thermotherapy
26
(TTT).
Komplikasi yang dapat timbul antara lain berupa neovaskularisasi subretina dan edema
12,13
makula sistoid kronik. Prognosis penyakit ini baik; Sekitar 80% mata dengan CSCR
mengalami resorpsi spontan cairan subretina dan pemulihan ketajaman penglihatan normal
dalam 6 bulan setelah awitan gejala.Namun, walaupun ketajaman penglihatan normal,
banyak pasien mengalami defek penglihatan permanen, misalnya penurunan ketajaman
kepekaan terhadap warna, mikropsia, atau skotoma relatif; 20-30% akan mengalami
12,13
kekambuhan penyakit baik sekali maupun lebih dari sekali.

ANAMNESIS

Anamnesis yaitu pemeriksaan yang pertama kali dilakukan yaitu berupa rekam medik pasien.
Dapat dilakukan pada pasiennya sendiri (auto) atau pada keluarga terdekat (allo). Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam anamnesis adalah sebagai berikut :

Identitas

Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Agama dan suku bangsa

Riwayat penyakit

Keluhan utama , anamnesis tentang penyakitnya sendiri diawali dengan keluhan


utama, ialah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.

Riwayat penyakit sekarang , pada bagian ini penyakit disusun secara kronologis,
terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan penderita sejak sebelum ada keluhan
sampai anak dibawa berobat. Bila pasien telah mendapat pengobatan sebelumnya,
hendaklah ditanyakan kapan berobat, kepada siapa, serta apa saja yang telah diberikan

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 2/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 3/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

dengan kartu Snellen pada refraksi adalah refraksi : 6 M, 5 M, dan 3 M (memakai


kaca pantul ). Jika ditulis Visus 6/6, artinya angka 6 di atas (pembilang) menunjukkan
kemampuan jarak baca penderita, sedangkan angka 6 di bawah menunjukkan
kemampuan jarak baca orang normal.

Untuk pemeriksaan visus bila penderita gagal membaca kartu Snellen maka dilakukan
dengan :

a. Hitung jari, visus 6/60 artinya penderita hanya dapat menghitung jari pada
jarak 6 meter, sedangkan pada orang normal bisa menghitung dalam jarak 60
meter, begitu juga penilaian visus 5/60, 4/60, 3/60, 2/60, 1/60. Jika pasien

masih tidak dapat menghitung jari dalam jarak 1 meter, maka lakukan tes
goyangan tangan.
b. Goyangan tangan, jika pasien dapat melihat goyangan tangan dalam jarak 1
meter, maka penilaian visus adalah 1/300. Jika pasien gagal melihat gerakan
tangan dalam jarak 1 meter, lakukan tes persepsi cahaya.
c. Persepsi cahaya.

Pemeriksaan visus dilakukan pada masing-masing mata, dengan salah satu


1,3
mata lain ditutup dengan telapak tangan.

Pemeriksaan fisik mata


Pemeriksaan Segmen Anterior

a. Palpebra, penderita melihat lurus ke depan maka pinggir palpebra atas


akan menutupi limbus atas (pinggir kornea) selebar 1 – 2 mm.
b. Konjungtiva, normanya tidak berwarna dan tranparan.
c. Kornea, vormanya bening
d. Bilik mata depan, normalnya mata cukup dalam dan jernih.
e. Iris dan pupil, normalnya pupil mata kiri dan kanan sama lebarnya dan
letaknya simetris di tengah. Lebar pupil + 3 mm.
Pemeriksaan ada 2 cara

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 4/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

Langsung, yaitu mata disinari dengan sinar langsung, dan diamati


mata yang disinari.
Tidak langsung, yaitu mata disinari mata kanan, yang dilihat mata

kiri, dan sebaliknya.


f. Lensa mata, normalnya jernih.

Pemeriksaan Segmen Posterior

1-3
Untuk melihat segmen posterior mata bisa memakai alat yang disebut Oftalmoskop.

Pemeriksaan Lapang Pandang

Pemeriksaan lapang pandang yang dapat langsung dilakukan oleh dokter umum tanpa alat
1
adalah dengan tes konfrontasi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tekanan Bola Mata

Ada 3 cara :

Tonometer Schiotz
Tonometer Aplanasi
Pemeriksaan secara digital dengan jari tangan

Pemeriksaan ―Slit Lamp‖

Dengan alat ini kita dapat mengetahui segmen anterior dan segmen posterior mata

secara detail.

Pergerakkan Bola mata

Ada 6 gerakan kardinal bola mata, yaitu medial – lateral, medial atas – bawah, lateral
atas – bawah . Pada mata palsu, biasanya < dari gerakan 4 mata.

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 5/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

Luas lapang pandang

Diperiksa dengan 3 cara :

Goldman perimetri
Layar Tangen Screen
Tes Konfrontasi, dengan menggunakan tangan pemeriksa dan tekhnik
paling mudah.

Pemeriksaan Penonjolan Bola Mata

Pemeriksaan penonjolan bola mata dapat dilakukan dengan alat Ophtalmometri

Pemulasan Fluorescen

Hanya epitel kornea yg rusak yang bersifat menyerap fluorescen. Caranya tetes irigasi
pada mata, penilaian :

warna hijau (kerusakan epitel kornea)

Indikasi tes fluorescen :

Adanya gejala trias (fotofobi, lakrimasi, dan blefarospasme).


Riwayat trauma mata
Mata merah
1-3
Ada kekeruhan kornea

DIAGNOSIS

Centr alSer ousChor ior eti nopathy (CSCR)

Central Serous Chorioretinopathy (CSCR) dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan


lepasnya retina dari lapis pigmen epitel di daerah makula akibat masuknya cairan melalui
membrane Bruch dan pigmen epitel yang inkompeten (pelepasan bagian neurosensori dari
retina terjadi sebagai akibat dari kebocoran cairan koriokapilaris setempat melalui suatu
1,2
defek di epitel pigmen retina. )

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 6/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

3
Gambar 1 CSCR jika dilihat menggunakan fundus perimetry

Dari anamnesa didapatkan bahwa pasien CSCR mengalami gejala akut berupa kehilangan
daya penglihatan dan metamorfosia (khususnya mikropsia). Gejala-gejala lain termasuk
penurunan visus sentral dan skotoma. Penurunan daya lihat biasanya dapat diperbaiki
dcengan koreksi hiperopik. Keluhan lainnya berupa penurunan kemampuan adaptasi terang,
2
kehilangan kemampuan membedakan warna dan kehilangan sensitivitas kontras.

Dari pemeriksaan fisik menggunakan oftalmoskop dapat ditemukan pelepasan retina serosa
tanpa ada perdarahan subretina. Pelepasan retina neurosensori tersebut bisa saja sangat kecil,
dan membutuhkan pemeriksaan lensa kontak untuk mendeteksinya. Pelepasan epitel pigmen,
bintik dan atrofi RPE, fibrin subretinal, dan lipid subretina atau bintik-bitik lipofusinod dapat
2
juga ditemukan.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan fundus menggunakan slitlamp ; dapat ditemukan

adanya pelepasan serosa retina sensorik tanpa peradangan mata, neovaskularisasi retina,
suatu lubang optik kecil, atau tumor koroid. Lesi epitel pigmen retina tampak sebagai bercak
abu-abu kekuningan, bundar atau oval, kecil yang ukurannya bervariasi dan mungkin sulit
dideteksi tanpa bantuan angiografi fluoresens. Zat warna fluoresens yang bocor dari
koriokapilaris dapat tertimbun di bawah epitel pigmen atau retina sensorik, sehingga
2,13,17
menimbulkan bermacam-macam pola termasuk konfigurasi cerobong asap.

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 7/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

Angiografi fluoresens dari epiteliopati pigmen yang difus memperlihatkan hiperfloresens


granular fokal yang berhubungan dengan defek dan penyumbatan yang disebabkan atrofi dan
17,18
gumpalan RPE dengan satu atau lebih area yang terus mengalami kebocoran halus

Optical Coherence Tomography (OCT) dapat digunakan untuk mengidentifikasi pelepasan


makula bahkan yang sangat halus (subklinik). OCT menunjukkan akumulasi material
lipofusinoid pada permukaan luar retina yang mengalami pelepasan neurosensori.
Multifocalelectroretinography (mfERG) merupakan predictor yang lebih sensitif
dibandingkan dengan OCT; mfERG dapat mendemonstrasikan perubahan fisiologis yang
12,19,20
berhubungan dengan perbedaan jumlah makula serosa yang lepas.

Gambar 2 Angiografi floresens pada fase resirkulasi awal dari


2
pasien dengan pelepasan makula
meurosensori terlokalisir

Angiografi ICR menunjukkan area hiperfloresens lebih dini pada angiogram dengan adanya
hiperfloresens dan kebocoran pada pembuluh darah koroidal. Sering, area kebocoran
multipel dapat dilihat melalui angiografi ICG bahkan ketika belum terlihat apapun di
12,15,17
angiografi floresens.

DIAGNOSIS BANDING

1. Neovaskularisasi koroidal subretinal


Angiografi ICR dari neovaskularisasi koroidal subretinal biasanya mengungkapkan
hanya satu bidang hiperfloresens yang semakin melebar.
2. vaskulopati koroidal polipoidal
Angiografi ICG dari vaskulopati koroidal polipoidal menunjukkan kaliber kecil, lesi
vaskular koroidal polipoidal dan tidak ada bidang hipermiabilitas; bijaksana untuk
mengamati pasien dan mengulang angiografi 2 minggu kemudian.

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 8/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

3. Membran neovaskular koroidal


Suatu area kebocoran CSCR harus tetap konstan atau berkurang seiring dengan waktu,
sedangkan membran neovaskular koroidal kemungkinan akan bertambah.
4. Age Related Macular Degeneration
5. Macular Edema
6. Macular Hole
7. Retinal Detachment Exudative
8. Retinal Detachmen t Rhegmatogenous
2,13
9. Vogt-Koyanagi-Harada Disease

ETIOLOGI

Penyebab CSCR tidak diketahui; tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa penyakit
1
bersifat infeksiosa atau disebabkan oleh distrofi epitel pigmen retina. Pemahaman akan
akumulasi patogenik dari cairan retina subneural di daerah makula masih sangat terbatas.
Sudah diketahui bahwa cairan retina subneural berasal dari koroid. Kebocoran pewarna
melalui defek fokal abnormal pada level RPE dan akumulasi dalam ruang retina subneural
2,13,15
terlihat jelas pada angiografi floresens.

Riwayat sakit kepala migrain dapat dipikirkan sebagai faktor resiko CSCR. Selain itu, CSCR
juga telah dikaitkan dengan agen vasokonstriksi, hiperkortisol endogen, merokok, dan
penggunaan kortikosteroid sistemik (oral, intranasal, dan inhalasi), agen psikofarmakologi
2,12,13
alkohol, antibiotik (oral), dan antihistamin (oral). Sebuah penelitian menunjukkan terjadi
CSCR setelah dilakukan Keratektomi Fotorefraktif dan LASIK, tapi angka kejadian sangat
16
rendah sehingga dianggap tidak ada hubungannya dengan CSCR itu sendiri.

EPIDEMIOLOGI

Biasanya, CSCR dialami pria berusia 20 sampai 50 tahun. Tidak ada kasus dilaporkan terjadi
pada orang yang lebih muda dari 20 tahun. Pada pasien yang lebih tua dari 50 tahun, CSCR
1,2
dapat terjadi, tetapi bisa menjadi sulit dibedakan dengan usia degenerasi terkait makula.
Meningkatnya frekuensi dialami oleh individu yang terlibat dalam pekerjaan yang menuntut

kemampuan visual yang menampilkan ciri kepribadian tipe A atau yang sedang mengalami
2,12,13,14
ketegangan fisik atau stres emosional.

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 9/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

GEJALA KLINIS
Pandangan kabur / visus menurun
Skotoma sentral

Mikropsia
Metamorfopsia
Penurunan kemampuan melihat warna dan kontras

Meskipun metamorfosia sepihak adalah gejala klasik dari CSCR, pasien dapat datang dengan
penglihatan kabur unilateral, mikropsia, gangguan adaptasi gelap, desaturasi warna,
penurunan kemampuan adaptasi terang, dan skotoma relatif. Rentang ketajaman visual dari
20/15 (6/5) hingga 20/200 (6/60) tetapi rata-rata 20/30 (6/9). Ketajaman visual dapat

diperbaiki dengan koreksi hiperopik. Gejala biasanya sembuh setelah beberapa bulan tetapi
dapat terjadi lebih lama bahkan setelah cairannya hilang, hanya jarang sekali gejala tersebut
betul-betul hilang dan tidak kambuh lagi. Tetap ada gejala sisa yang sifatnya permanen
termasuk metamorfosia, penurunan persepsi kecerahan, dan penglihatan warna yang berubah.
2,13,15

PATOFISIOLOGI

Beberapa hipotesis yang dikemukakan untuk patofisiologi penyakit ini antara lain adalah
transport ion yang abnormal di seluruh epitel pigmen retina (RPE/ retinal pigment
epithelium ) dan vaskulopati koroidal fokal. Penemuan angiografi Indocyanine Green (ICG)
telah menyoroti pentingnya sirkulasi koroid dalam patogenesis CSCR. Angiografi ICG telah
menunjukkan hipermeabilitas multifokal dari koroid dan area-area hipofloresen yang diduga
terjadi vaskulopati koroid fokal yang lebih besar. Beberapa studi yang menggunakan

elektroretinografi multifokal menunjukkan disfungsi retina bilateral difus bahkan ketika


2,4,13,15
CSCR aktif hanya pada satu mata.

Semakin banyak bukti bahwa penyebab CSCR adalah sirkulasi koroidal yang abnormal.
Dengan menggunakan angiografi ICG, terlihat bahwa terjadi penundaan pengisian kapiler
lobular koroidal pada area hipermeabel. Kapiler dan venula yang berdilatasi pada satu atau
lebih lobulus, mengikuti penundaan terlokalisir dari pengisian arteri, dapat menjelaskan
hipermeabilitas koroidal pada daerah kerusakan RPE.Diduga bahwa kemacetan kapiler dan
vena lokal pada lobulus yang terkena akan mengganggu sirkulasi, memproduksi iskemia, dan

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 10/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

terjadi peningkatan eksudasi koroidal dan koroid yang hiperpermeabel secara fokal. Hal ini
memungkinkan cairan koroidal yang berlebih untuk menumpuk dan menghasilkan pelepasan
epitel pigmen retina. Sejalan dengan pelepasan itu, target junctions antar sel RPE rusak, dan
defek fokal dari blood-retinal barrier berkembang. Cairan koroidal melewatinya dan
2,4,13,15
menghasilkan ablasi saraf retina.

Kepribadian tipe A, hipertensi sistemik, dan obstructive sleep apnea dianggap memiliki
hubungan dengan CSCR. Patogenesisnya keemungkinan adalah kortisol yang beredar dalam
darah meningkat serta epinefrin, yang mempengaruhi autoregulasi dari sirkulasi koroid.Selain
itu, pasien dengan CSCR menunjukkan respon otonom terganggu dengan penurunan aktivitas
8
parasimpatis secara signifikan dan aktivitas simpatik yang juga meningkat secara signifikan.

Kortikosteroid memiliki pengaruh langsung terhadap ekspresi gen reseptor adrenergik dan,
dengan demikian, memberikan kontribusi pada efek keseluruhan dari katekolamin pada
patogenesis CSCR. Studi terbaru mengungkapkan bahwa kortikosteroid dapat
mempengaruhi produksi oksida nitrat, prostaglandin, dan radikal bebas dalam sirkulasi
koroidal, yang mana ketiga produk itu berpartisipasi dalam autoregulasi dari aliran darah di
8
koroid.

PENATALAKSANAAN

Medika mentosa

Karena CSR ini merupakan self limited desease, maka tanpa pengobatan pun akan sembuh
sendiri. Obat yang diberikan pun hanya obat yang dapat mempercepat menutupnya lubang
kebocoran dilapisan epitel pigmen. Obat yang diberikan adalah vitamin dalam dosis yang
cukup.
Penatalaksanaan CSR yang banyak dianut saat ini adalah observasi selama 3-4 bulan sambil
menunggu resolusi spontan. Biasanya penyakit ini akan sembuh dalam waktu 8-12 minggu

Asetazolamid sebagai terapi pertama kali dikemukakan oleh Pikkel pada tahun 2002.
percobaan ini didasarkan pada fakta bahwa asetazolamid terbukti efektif untuk mengurangi
edema macula yang disebabkan oleh tindakan operasi dan berbagai kelainan intraocular

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 11/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

lainnya. Penelitian pikkel ini membuktikan asetazolamid dapat memperpendek waktu resolusi
klinis, tetapi tidak berdampak terhadap tajam penglihatan akhir dan rekurensi CSR

Non Medikamentosa
Jika penderita belum sembuh, maka dilakukan pengobatan dengan koagulasi sinar laser yang
bertujuan untuk menutup lobang kebocoran dilapisan epitel pigmen. Keuntungan melakukan
koagulasi ini adalah memperpendek perjalanan penyakit dan mengurangi kemungkinan
kekambuhan tetapi tidak berpengaruh terhadap tajam penglihatan akhir.

Fotokoagulasi laser Argon yang diarahkan kebagian yang bocor akan secara bermakna
mempersingkat durasi pelepasan retina sensorik dan mempercepat pemulihan penglihatan
sentral, tetapi tidak terdapat bukti bahwa fotokoagulasi yang segera dilakukan akan
menurunkan kemungkinan gangguan penglihatn permanent. Walaupun penyulit fotokoagulasi
laser retina sedikit, terapi fotokoagulasi laser segera sebaiknya tidak dianjurkan untuk semua
pasien CSR. Lama dan letak penyakit, keadaan mata yang lain, dan kebutuhan visual
okupasional merupakan factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan
pengobatan .
Dalam menggunakan fotokagulasi laser, dilakukan dua sampai tiga kali penyinaran tepat di
sisi yang bocor, dengan ukuran titik sinarnya adalah 200µm. dilakukan penyinaran selama 0,2
detik dan dengan intensitas yang ringan untuk menghindari kerusakan RPE yang lebih lanjut.
Kontraindikasi pengobatan ini adalah apabila sisi kebocorannya dekat dengan FAZ atau tepat
di bagian FAZ.

Indikasi fotokoagulasi laser adalah :


CSR yang berulang

CSR sesudah 12 minggu belum membaik


Visus penderita semakin terganggu dan penderita tidak bisa bekerja untuk melakukan
pekerjaan yang penting.
Timbulnya deficit visual permanent pada mata disebelahnya
Munculnya tanda-tanda kronik seperti perubahan kistik pada retina sensorik atau
22-26
abnormalitas RPE ( retina eigment epithelium ) yang luas.

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 12/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

PROGNOSIS

Sekitar 80% mata dengan CSCR mengalami resorpsi spontan cairan subretina dan pemulihan
ketajaman penglihatan normal dalam 6 bulan setelah awitan gejala. Jadi, penyakit ini

termasuk self-limiting condition . Namun, walaupun ketajaman penglihatan normal, banyak


pasien mengalami defek penglihatan permanen, misalnya penurunan ketajaman kepekaan
terhadap warna, mikropsia, atau skotoma relatif; 20-30% akan mengalami kekambuhan
12,13
penyakit baik sekali maupun lebih dari sekali.

PENUTUP

KESIMPULAN

Central Serous Chorioretinopathy (CSCR) adalah penyakit yang menyerang pria muda ( usia
20-50 tahun) yang menampilkan ciri kepribadian tipe A atau yang sedang mengalami
ketegangan fisik atau stres emosional. CSCR merupakan self-limiting condition yang
biasanya sembuh spontan dalam 6 bulan setelah awitan gejala, walaupun banyak pasien
mengalami defek penglihatan permanen, misalnya penurunan ketajaman kepekaan terhadap
warna, mikropsia, atau skotoma relatif; 20-30% akan mengalami kekambuhan penyakit baik

sekali maupun lebih dari sekali.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta, 2008.

2. Oh, K. T., 2011. Central Serous Chorioretinopathy . Available from:


th
http://emedicine.medscape.com/article/1227025 [Accessed: June 20 , 2012]

3. Rohrschneider, K. Micropertimetry in Macular Disease. Pada: Holz, F. G., Spaide, R. F.


Essentials In Ophthalmology: Medical Retina. Springer Inc., Germany. 2007. 14-15.

4. Gemenetzi, M., De-Salvo, G., Lotery, A. J., 2010. Central Serous Chorioretinopathy: An

Update On Pathogenesis And Treatment. Eye (2010) 24, 1743 – 1756, Macmillan

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 13/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

Publishers Limited. Diperoleh dari:


http://search.proquest.com/docview/816559789/fulltextPDF/1378DD46897661A471/1?ac
countid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

5. Junqueira, L. C., Carneiro, J. Sistem Fotoreseptor dan Audioreseptor. Pada : Junqueira, L.


C., Carneiro, J . Alih bahasa: Tambayong, J. Editor: Dany, F. Histologi Dasar: Teks dan
Atlas . Edisi 10 . Penerbit EGC. Jakarta, 2007: 458-462.

6. Scanlon, V.C., Sanders, T. The Senses: The Eye. Pada: Scanlon, V.C., Sanders, T.
th
Essentials of Anatomy and Physiology, 5 Ed. F. A. Davis Company, Philadelphia. 2007:
202-210

7. Seeley, T. H., et al. The Special Senses. Pada: Seeley, T. H., et al. (Eds). Gabbe: Seeley-
th
Stephens-Tate: Anatomy and Physiology, 6 Ed. The McGraw-Hill Companies. New
York, 2004: 511-522.

st
8. Ganong, W. F. Vision. Pada: Ganong, W. F., Review of Medical Physiology. 21 Ed. The
McGraw-Hill Companies. New York, 2003.

9. Hansen, J.T., Koeppen, B.M. Neurophysiology: Visual System. Pada: Hansen, J.T.,
Koeppen, B.M. (Eds.). Netter’s Atlas of Human Physiology . Lippincott, Williams &
Wilkins, New York. 2000: 43-44.

10. Guyton, A.C., Hall, J. E. The Eye: II. Receptor and Neural Function of the Retina. Pada:
th
Guyton, A.C., Hall, J. E. Textbook of Medical Physiology, 11 Ed .Elsevier Inc.

Pennsylvania. 2006: 626-639.

11. Sherwood, L. Mata: Penglihatan. Pada : Sherwood, L., Pendit, B. U. (Ed.). Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem . Edisi kedua. Penerbit EGC. Jakarta, 2001: 160-175.

12. Hardy, R. A. Retina dan Tumor Intraokular. Pada: Vaughan, D. G., Asbury, T., Riordan-
Eva, P., Suryono, Y. J. (Ed.). Oftalmologi Umum, Edisi 14. Penerbit Widya Medika.
Jakarta, 2000: 197-219.

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 14/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

13. Wirostko, W. J., Pulido, J. S. Central Serous Chorioretinopathy. Pada: Yanoff, M.,
Duker, J. S., Augsburger, J. J. (Eds.). Ophthalmology Second Edition. Mosby, Inc, Spain.
2004: 2245-2254.

14. Wynn , P. A., 2001. Idiopathic central serous chorioretinopathy — a physical


complication of stress?. Occupational Medicine, Vol. 51 No. 2. Diperoleh dari:
http://occmed.oxfordjournals.org/content/51/2/139.full.pdf+html [Diakses 20 Juni 2012]

15. Lang, G. E., Lang, G. K. Central Serous Chorioretinopathy. Pada: Lang, G. K.


Ophthalmology: a Short Textbook . Thieme, Inc, New York. 2000:335-337.

16. Moshirfar, M., et al., 2011. Clinical Study: The Incidence of Central Serous
Chorioretinopathy after Photorefractive Keratectomy and Laser In Situ Keratomileusis.
Hindawi Publishing Corporation Journal of Ophthalmology Volume 2012 . Diperoleh
dari: http://www.hindawi.com/journals/jop/2012/904215/ [Diakses 20 Juni 2012]

17. Spaide R. F. Autofluorescence from the Outer Retina and Subretinal Space. Pada: Holz,

F. G., Schmitz-Valckenberg, S., Spaide, R. F. , Bird, A. C. (Eds). Atlas of Fundus


Autofluorescence Imaging. Springer Inc., Germany. 2007.: 241-247.

18. Staurenghi, G., Levi, G., Pedenovi, S., Veronese, C. New Developments in cSLO Fundus
Imaging: Fundus Autofluorescence in Acute and Chronic Central Serous
Chorioretinopathy. Pada: Holz, F. G., Spaide, R. F. Essentials In Ophthalmology:
Medical Retina. Springer Inc., Germany. 2007. p27.

19. Moschos, M., et al., 2006. Assessment of Central Serous Chorioretinopathy by Optical
Coherence Tomography and Multifocal Electroretinography. Ophthalmologica 2007
Vol.221 p292 – 298. Diperoleh dari:
http://search.proquest.com/docview/224705088/fulltextPDF/1378D9E7B4C5B3832FE/1
5?accountid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

20. Yip, Y. W. Y., et al., 2009. Correlation Between Functional And Anatomical
Assessments By Multifocal Electroretinography And Optical Coherence Tomography In

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 15/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

Central Serous Chorioretinopathy. Doc Ophthalmol (2010) Vol. 120:193200. Diperoleh


dari:
http://search.proquest.com/docview/214496701/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/
1?accountid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

21. Caccavale, A., et al., 2010. Low-Dose Aspirin As Treatment For Central Serous
Chorioretinopathy. Dove Press Journal: Clinical Ophthalmology, Vol.4. Diperoleh dari:
http://www.dovepress.com/low-dose-aspirin-as-treatment-for-central-serous-
chorioretinopathy-peer-reviewed-article-OPTH-recommendation [Diakses 20 Juni 2012]

22. Jamil, A. Z., et al., 2012. Intravitreal Bevacizumab in Central Serous Chorioretinopathy.
Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan 2012, Vol. 22 No. 6.
Diperoleh dari: www.jcpsp.pk/archive/2012/Jun2012/06.pdf [Diakses 20 Juni 2012]

23. Inoue, M., et al., 2010.Results of One-Year Follow-Up Examinations after Intravitreal
Bevacizumab Administration for Chronic Central Serous Chorioretinopathy.
Ophthalmologica 2011 Vol.225 p37 – 40. Diperoleh dari:
http://search.proquest.com/docview/821564964/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/

3?accountid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

24. Sturm, V., 2008. Early Laser Photocoagulation Treatment as an Option in Central Serous
Chorioretinopathy. Ophthalmic Surgery, Lasers & Imaging , Vol 40, No 5. Diperoleh
dari:
http://search.proquest.com/docview/215682205/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/
14?accountid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

25. Gupta, B., Mohamed, M.D., 2010.Photodynamic Therapy for Variant Central Serous
Chorioretinopathy: Efficacy and Side Effects. Ophthalmologica 2011 Vol. 225 p207 – 210.
Diperoleh dari:
http://search.proquest.com/docview/215682205/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/
14?accountid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

26. Wei, S. T., Yang, C. M., 2004. Transpupillary Thermotherapy in the Treatment of Central
Serous Chorioretinopathy Ophthalmic Surgery, Lasers & Imaging , Vol 36, No 5.

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 16/17
8/10/2019 Central Serous Retinopathy ( CSR )

Diperoleh dari:
http://search.proquest.com/docview/215686702/fulltextPDF/1378D8FD8AF2CA1D99B/
15?accountid=50257 [Diakses 20 Juni 2012]

http://slidepdf.com/reader/full/central-serous-retinopathy-csr- 17/17

Anda mungkin juga menyukai