“Audit internal secara umum memiliki tujuan untuk membantu segenap anggota manajemen dalam
menyelesaikan tanggungjawab mereka secara efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian, saran
dan komentar yang objektif mengenai kegiatan atau hal-hal yang diperiksa.”
Pada dasarnya tujuan dari audit internal adalah membantu manajemen di dalam suatu organisasi untuk
menjalankan tugas dan wewenangnya secara sistematis dan efektif dengan cara memberikan analisis,
penilaian, rekomendasi, konsultasi dan informasi sehubungan dengan aktivitas yang diperiksanya.
Menurut Sawyer’s (2009:10) Ruang lingkup audit internal adalah sebagai berikut:
“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal
terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1)
informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan
telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal
yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya
telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif-
semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota
organisasi dalam menjalankan tanggungjawabnya secara efektif.”
Menurut Hery (2010:39) bahwa untuk mencapai keseluruhan tujuan tersebut, maka auditor internal
harus melakukan beberapa aktivitas (Ruang lingkup audit internal) yaitu sebagai berikut :
“Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi keuangan dan operasi lainnya.
Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap kebijakan, rencana dan prosedur
yang telah ditetapkan.
Memeriksa sampai sejauh mana aktiva perusahaan dipertanggung jawabkan dan dijaga dari berbagai
macam bentuk kerugian.
Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan.
Menilai prestasi kerja para pejabat/ pelaksana dalam menyelesaikan tanggung jawab yang telah
ditugaskan.”
Masih menurut Hery (2010:40) adapun aktivitas dari audit internal yang disebutkan diatas digolongkan
kedalam dua macam, diantaranya:
a. “Financial Auditing
Kegiatan ini antara lain mencakup pengecekan atas kecermatan dan kebenaran segala data keuangan,
mencegah terjadinya kesalahanatau kecurangan dan menjaga kekayaan perusahaan.
b. Operational Auditing
Kegiatan pemeriksaan ini lebih ditujukan pada operasional untuk dapat memberikan rekomendasi yang
berupa perbaikan dalam cara kerja, sistem pengendalian dan sebagainya.”
Ruang lingkup audit internal tersebut haruslah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya guna membantu
pihak manajemen dalam mengawasi dan mengevaluasi berjalannya roda suatu organisasi.
Bukti Audit
Bukti audit merupakan hal yang sangat diperlukan sebagai bahan evaluasi auditor. Auditor harus
mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mengumpulkan bukti audit yang tepat dan
mencukupi dalam setiap audit untuk memenuhi standar profesi.
Bukti audit merupakan setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah
informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Informasi ini sangat
bervariasi sesuai kemampuannya dalam meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Bukti audit mencakup informasi yang sangat persuasif, seperti perhitungan auditor atas
sekuritas yang dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, seperti respons atas
pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien. Bukti audit sangat diperlukan guna membantu auditor
dalam mengambil keputusan.
Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang
tepat, yang diperlukan untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Ada
empat keputusan mengenai bukti apa yang harus dikumpulkan dan berapa banyak:
Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya dari delapan
kategori bukti yang luas, yang disebut sebagai jenias-jenis bukti. Setiap prosedur audit mendapat satu
atau lebih jenis-jenis bukti berikut:
Pemeriksaan fisik
Adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor atas aktiva atau asset berwujud. Jenis bukti ini
paling sering berkaitan dengan persediaan dan kas, tetapi juga dapat diterapkan pada verifikasi
sekuritas, wesel tagih, dan aset tetap berwujud.
Pemerikasaan fisik adalah cara langsung untuk memferifikasi apakah suatu aset benar-benar ada dan
pada tingkat tertentu apakah aset yang ada itu telah dicatat. Pemerikasaan fisik dianggap sebagai salah
satu jenis bukti audit yang paling dapat diandalkan dan berguna. Pada umumnya pemeriksaan fisik
adalah cara yang objektif untuk mengetahui kuantitas maupun deskripsi aset tersebut. Dalam beberapa
kasus, hal itu juga merupakan metode yang berguna untuk mengevaluasi kondisi atau kualitas aset.
Akan tetapi, pemeriksaan fisik bukan merupakan bukti yang mencukupi untuk memverifikasi bahwa aset
yang ada memang dimiliki oleh klien , dan dalam banyak kasus, auditor tidak memiliki kualifikasi untuk
menilai faktor-faktor kualitatif seperti keuasangan atau otentisitas aset. Selain itu, penilaian yang tepat
untuk tujuan laporan keuangan biasanya juga tidak dapat ditentukan oleh pemeriksaan fisik.
Konfirmasi
Menggambarkan penerimaan respons tertulis dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi
keakuratan informasi yang diminta oleh auditor. Responsnya bisa dalam bentuk kertas atau elektronik
atau media lainnya, seperti akses langsung auditor ke informasi yang dimiliki pihak ketiga. Permintaan
ini ditujukan kepada klien, dank lien meminta pihak ketiga untuk meresponsnya secara langsung kepada
auditor. Karena konfirmasi berasal dari sumber pihak ketiga dan bukan dari klien, jenis bukti ini sangat
dipercaya dan merupakan jenis bukti yang sering digunakan. Namun, konfirmasi relatif mahal dan dapat
menimbulkan beberapa ketidaknyamanan bagi pihak-pihak yang diminta untuk menyediakan konfirmasi
tersebut. Karena itu, konfirmasi tidak digunakan dalam setiap contoh meskipun bukti ini dapat
digunakan.
Walaupun konfirmasi tidak diwajibkan untuk setiap akun selain piutang usaha, jenis bukti audit ini
sangat berguna dalam memverifikasi berbagai jenis informasi.
Agar dapat dikategorikan sebagai bukti yang andal, konfirmasi harus dikendalikan oleh auditor sejak
konfirmasi tersebut disiapkan hingga dikembalikan. Jika klien yang mengendalikan penyiapan informasi,
mengirimkannya, atau menerima respons, auditor telah kehilangan kendali dan independensinya,
sehingga mengurangi reabilitas bukti itu. Auditor sering kali berupaya memvalidasi identitas responden
konfirmasi, terutama untuk respons via faksimili atau konfirmasi elektronik.
Inspeksi
Adalah pemerikasaan oleh auditor atas dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang
tersaji, atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah
catatan yang digunakan klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis dengan cara yang
terorganisasi, yang bisa juga dalam bentuk kertas, bentuk elektronik, atau media lain. Karena setiap
transaksi dalam organisasi klien biasanya didukung paling tidak oleh selembar dokumen, jenis bukti
audit ini tersedia dalam jumlah besar. Dokumentasi telah digunakan secara luas sebagai bukti audit
karena jenis bukti ini biasanya tersedia dengan biaya yang relatif rendah.
Prosedur Analitis
Terdiri dari evaluasi informasi keuangan melalui analisis atas hubungan yang masuk akal antara data
keuangan dan nonkeuagan. Sebagai contoh, auditor dapat membandingkan presentase marjin kotor
tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Prosedur analitis telah digunakan secara luas dalam praktik,
dan dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian pada semua audit.
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang industri dan bisnis klien sebagai bagian dari
perencanaan audit. Dengan melakukan prosedur analitis di mana informasi tahun berjalan yang belum
diaudit dibandingkan dengan informasi tahun sebelumnya yang sudah diaudit atau data industri,
perubahannya akan disoroti.
Prosedur analitis sering kali menjadi indikator yang berguna untuk menentukan apakah perusahaan
klien memiliki masalah keuangan. Prosedur analitis tertentu dapat membantu auditor dalam menilai
kemungkinan terjadinya kegagalan bisnis.
Perbedaan signifikan yang tidak diharapkan antara data keuangan tahun berjalan yang belum diaudit
dan data lainnya yang digunakan dalam perbandingan bisanya disebut fluktuasi tidak biasa. Keberadaan
salah saji akuntansi adalah satu alasan yang mungkin terjadi bagi terjadinya fluktuasi tidak biasa. Jika
fluktuasi tidak biasa cukup besar, auditor harus menentukan alasannya dan yakin bahwa penyebabnya
adalah peristiwa ekonomi yang sah, dan bukan salah saji.
Rekalkulasi
Melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh klien. Pengecekan ulang
kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas keakuratan perhitungan klien dan mencakup prosedur
seperti perkalian faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan jurnal dan buku tambahan, serta
pengecekan kalkulasi beban penyusutan dan beban dibayar di muka. Sebagian besar rekalkulasi auditor
dilakukan oleh perangkat lunak audit dengan bantuan komputer.
Pelaksanaan Ulang
Adalah pengujian independen yang dilakukan auditor atas prosedur atau pengendalian akuntansi klien,
yang semula dilakukan sebagai bagian dari sistem akuntansi dan pengendalian internal klien. Jika
rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas suatu perhitungan, pelaksanaan ulang melibatkan
pengecekan atas prosedur lain.
Observasi
Observasi terdiri dari mengamati proses atau prosedur yang sedang dilaksanakan oleh pihak lain.
Auditor dapat mengunjungi lokasi pabrik untuk memperoleh kesan umum atas fasilitas klien, atau
mengamati para individu yang melaksanakan tugas-tugas akuntansi untuk menentukan apakah orang
yang diserahi tanggung jawab telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Observasi memberikan bukti
tentang pelaksanaan proses atau prosedur tetapi terbatas pada poin-poin ketika observasi dilakukan.
Observasi kurang dapat diandalkan karena risiko personil klien akan mengubah perilakuknya akibat
kehadiran auditor. Karena itu, perlu untuk menindaklanjuti kesan pertama yang diperoleh dengan jenis
bukti pendukung lainnya. Namun demikian, observasi berguna dalam pelaksanaan sebagian besar audit.