Anda di halaman 1dari 3

KASUS PEMBOBOLAN DANA CITYBANK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi yang di ampu
oleh :
Tressje Lusye Runtuwene, SE.,MAP

DISUSUN OLEH :
Kelompok I
Ni Komang Megiyanti (18043045)
Arya Isnada Ayu (18043021)
Vety Fitriani (18043033)
Frangki S. Sengkey (18043022)
Gita G. Rau (18043052)
Amelia T. Prang (18043035)

JURUSAN AKUNTANSI PRODI AKUNTANSI KEUANGAN DIPLOMA IV


POLITEKNIK NEGERI MANADO
2021
KASUS
JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa kasus pembobolan dana Citibank, Malinda Dee binti
Siswowiratmo (49), diketahui memindahkan dana beberapa nasabahnya dengan cara
memalsukan tanda tangan mereka di formulir transfer.
Hal ini terungkap dalam dakwaan yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum di sidang perdananya,
di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (8/11/2011). "Sebagian tanda tangan yang ada di
blangko formulir transfer tersebut adalah tandatangan nasabah," ujar Jaksa Penuntut Umum,
Tatang sutar
Malinda antara lain memalsukan tanda tangan Rohli bin Pateni. Pemalsuan tanda tangan
dilakukan sebanyak enam kali dalam formulir transfer Citibank bernomor AM 93712 dengan
nilai transaksi transfer sebesar 150.000 dollar AS pada 31 Agustus 2010. Pemalsuan juga
dilakukan pada formulir bernomor AN 106244 yang dikirim ke PT Eksklusif Jaya Perkasa
senilai Rp 99 juta. Dalam transaksi ini, Malinda menulis kolom pesan, "Pembayaran Bapak
Rohli untuk interior".
Pemalsuan lainnya pada formulir bernomor AN 86515 pada 23 Desember 2010 dengan nama
penerima PT Abadi Agung Utama. "Penerima Bank Artha Graha sebesar Rp 50 juta dan kolom
pesan ditulis DP untuk pembelian unit 3 lantai 33 combine unit," baca jaksa.
Masih dengan nama dan tanda tangan palsu Rohli, Malinda mengirimkan uang senilai Rp 250
juta dengan formulir AN 86514 ke PT Samudera Asia Nasional pada 27 Desember 2010 dan AN
61489 dengan nilai uang yang sama pada 26 Januari 2011. Demikian pula dengan pemalsuan
pada formulir AN 134280 dalam pengiriman uang kepada seseorang bernama Rocky Deany C
Umbas sebanyak Rp 50 juta pada 28 Januari 2011 untuk membayar pemasangan CCTV milik
Rohli.
Adapun tanda tangan palsu atas nama korban N Susetyo Sutadji dilakukan lima kali, yakni pada
formulir Citibank bernomor No AJ 79016, AM 123339, AM 123330, AM 123340, dan AN
110601. Secara berurutan, Malinda mengirimkan dana sebesar Rp 2 miliar kepada PT Sarwahita
Global Management, Rp 361 juta ke PT Yafriro International, Rp 700 juta ke seseorang bernama
Leonard Tambunan. Dua transaksi lainnya senilai Rp 500 juta dan 150 juta dikirim ke seseorang
bernamVigor AW Yoshuara.
"Hal ini sesuai dengan keterangan saksi Rohli bin Pateni dan N Susetyo Sutadji serta saksi
Surjati T Budiman serta sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan laboratoris Kriminalistik
Bareskrim Polri," jelas Jaksa. Pengiriman dana dan pemalsuan tanda tangan ini sama sekali tak
disadari oleh kedua nasabah tersebut.
 
 Hukum yang berhubungan dengan  pemalsuan tanda tangan dan sanksi apa yang
pantas untuk pelaku pemalsuan ini.
Pemalsuan tanda tangan merupakan suatu bentuk kejahatan pemalsuan surat yang diatur
dalam Bab XII Buku II KUHP yaitu pasal 263KUHP. Dalam Pasal 263 KUHP tersebut, terdapat
unsur yang menunjukkan niat atau maksud/tujuan pelaku membuat surat palsu atau memalsukan
tanda tangan yaitu “dengan maksud untuk memakai (menggunakan) surat atau menyuruh orang
lain untuk memakai (menggunakan) surat seolah-oleh isinya benar dan tidak palsu.” Pasal ini
mengandung unsur motif.
Dalam Pasal 263 KUHP ayat (1) disebutkan bahwa: “Barangsiapa membuat surat palsu
atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasan hutang,
atau yang diperuntukkan sebagai bukti dari pada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau
menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam
jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana
penjara paling lama 6 tahun.” Dengan demikian, pidana maksimal yang dapat dijatuhkan kepada
pemalsu tanda tangan suatu surat adalah 6 (enam) tahun penjara.
 Hubungan kasus ini dengan penerapan GCG  dalam perbankan
Salah satu cara untuk menilai sistem kerja suatu bank adalah melalui penilaian Good
Corporate Governance atau GCG. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor
8/4/PBI/2006, pengertian GCG Perbankan adalah suatu tata kelola bank yang
menerapkan prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan
kewajaran (fairness). Dalam kasus ini penerapan GCG tidak diterapkan karena jika GCG
di terapkan dalam perbankan seperti yg tertulis di peraturan Bank Indonesia No.
8/4/PBI/2006 Tanggal 30 januari 2006 tentang Implementasi GCG oleh bank bank
komersial . Secara garis besar peraturan ini mengatur tentangProsedur pengelolaan
melalui penerapan prinsip transparansi , akuntabilitas, tanggung jawab, independensi dan
kesetaraan. Sedangkan pada kasus yang ada mereka memalsukan identitas yg ad dan
tidak ada rasa tanggung jawabnya dalam hal tersebut

Anda mungkin juga menyukai