Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Relevan Tentang Lansia


1. Definisi lansia
Lansia (lanjut usia) merupakan seseorang yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupan yang sesungguhnya. Proses penuaan
adalah proses yang terjadi secara alamiah yang akan di hadapi setiap
manusia, melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak dewasa dan menjadi tua
(Nugroho, 2006 dalam Kholifah & Widagdo, 2016).
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
Menteri Kesehatan menyampaikan bahwa lansia di Indonesia sekitar 27,1
juta orang (hampir 10% dari total penduduk), dan pada tahun 2025
diproyeksi meningkat menjadi 33,7 juta (11,8%).
Lanjut usia adalah fenomena biologis yang tidak dapat di hindari oleh
setiap individu. UU No. IV. Tahun 1965 pasal 1, menyatakan bahwa
seseorang dapat di katakana lanjut usia setelah mencapai umur 55 tahun,
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk kehidupan sehari-hari, dan
menerima nafkah dari orang lain. Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia
di atas 60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

2. Batasan Lansia
Menurut WHO, (2016) lanjut usia dibagi menjadi empat batasan
berdasarkan umur yaitu:
1) Middle age : 45-59
2) Elderly : 60-70
3) Old : 75-90
4) Very Old : Di atas 90 tahun

Depkes RI 2005 (dalam Ratnawati, 2017) menjelaskan bahwa batasan


lansia dibagi menjadi tiga kategori yaitu

9 FIkes UIA 2021


1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu 60 tahun keatas
3) Usia lanjut beresiko usia 70 tahun, ke atas/usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.

3. Ciri – Ciri Lansia


Menurut Ratnawati, (2017) adalah sebagai berikut:
a.) Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor psikologis.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran
fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi,
maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b.) Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat, misalnya lansia oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapat maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif.
c.) Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
d.) Penyesuaian yang buruk pada lansia
Prilaku yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang bruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari prilaku yang
buruk membuat penyesuaian diri lansia menjadi bruk pula.

10 FIkes UIA 2021


4. Karakteristik lansia
Menurut Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI (2016),
Karakteristik Lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok berikut ini.
a.) Jenis kelamin
Dari data Kemenkes RI (2015), lansia lebih didominasi oleh jenis
kelamin perempuan. Artinya, ini menunjukan bahwa harapan hidup
yang tinggi adalah perempuan.
b.) Status perkawinan
c.) Living arrangement
Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukan
perbandingan banyaknya orang tidak produktif (umur < 15 tahun dan >
65 tahun). Menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016),
angka beban tanggungan Indonesia adalah 48,63 %, yang artinya
setiap 100 orang penduduk yang masih produktif akan menanggung 48
orang tidak produktif di Indonesia. Angka beban tanggungan menurut
provensi, tertinggi ada di Nusa Tenggara Timur (66,74 %) dan
terendah di Yogyakarta (45,05%).
d.) Kondisi kesehatan
Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur derajat kesehatan penduduk.

e.) Keadaan ekonomi.


Menuju pada konsep activity ageing WHO, lanjut usiasehat berkualitas
adalah proses penuan yang tetap sehat secara fisik, sosial, dan mental
sehingga dapat sejahtera sepanjang hidup dan dapat berpartisiasi dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat.

5. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini di mulai dari 60 tahun sampai akhir
kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap ahir dari proses penuan. Masa
tua adalah masa hidup seseorang yang terahir dimana pada masa ini

11 FIkes UIA 2021


sesorang mengalami kemunduran fisik, sosial dan mental sedikit demi
sedikit sehingga perubahan kumulatif pada mahluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada
manusia penuan di hubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit,
tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh
lainya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas mereka lebih rentan
terhadap penyakit, sindrom dan kesakitan di bandingkan dengan orang
dewasa. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai
macam perbedaan teori, namun para ahli sepakat bahwa proses penuan ini
lebih banyak pada faktor genetik.

6. Proses Penuaan
Menurut Ekasari, (2018) penuaan adalah peristiwa yang normal yang
dialami oleh setiap individu. Penuaan merupakan konsekuensi yang tidak
dapat dihindarkan (Nugroho, 2012). Menua adalah proses yang terus -
menerus berlanjut secara alamiah, di mulai sejak lahir, dan umum dialami
pada semua mahluk hidup. Sementara itu menurut Tyson 1999 (dalam
Ratnawati & Widagdo, 2017) menua adalah suatu proses yang di mulai
saat konsepsi dan merupakan bagian normal dari masa pertumbuhan dan
perkembangan serta merupakan penurunan kemampuan dalam mengganti
sel-sel yang rusak. Dapat disimpulkan bahwa menua adalah suatu ptoses
yang terus menerus berlanjut secara alamiah serta merupakan bagian
normal dari masa pertumbuhan dan perkembangan dimana terjadinya
penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri. Perubahan fisik
yang dapat diamati pada seseorang adalah rambut memutih, kulit keriput,
tipis kering dan longgar, penglihatan berkurang, penciuman menurun,
pendengaran berkurang, persendian kaku dan inkontinensia.

7. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan


Menurut Suryono., Wijayanti., Kuhu. et al, (2015) faktor - faktor yang
mempengaruhi penuan dibagi atas dua bagian yang pertama faktor genetik
yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap stres dan pertahanan

12 FIkes UIA 2021


terhadap antioksidan. Kedua faktor lingkungan yang meliputi pemasukan
kalori, berbagai macam penyakit dan stres dari luar misalnya radiasi atau
bahan-bahan kimia. Menurut Bandiyah (2009), penuan dapat terjadi secara
fisiologis dan patologis. Faktor – faktor yang mempengaruhi proses
tersebut antara lain sebagai berikut:
a.) Hereditas/genetik
Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan
dengan peran DNA dalam mekanisme pengendalian fungsi sel. Secara
genetik sel perumpuan di tentukan oleh sepasang kromosom X
sedangkan laki - laki di tentukan oleh satu kromosom X. kromosom X
ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga perempuan berumur
lebih panjang daripada laki - laki.
b.) Nutrisi/ makanan
Kondisi kurang/berlebih nutrisi dan kebutuhan tubuh menggangu
keseimbangan reaksi kekebalan.
c.) Status Kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan,
sebenarnya tidak bener- bener disebabkan proses menua itu sendiri.
d.) Pengalaman hidup
1) Paparan sinar mata hari: kulit yang tak terlindung sinar matahari
akan mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.
2) Kurang olahraga: kegiatan olahraga fisik dapat membantu
pembentukan otot dan menybabkan lancarnya sirkulasi darah
3) Mengkonsumsi: alkohol dapat memperbesarkan pembeluh darah
kecil pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darah dekat
permukaan kulit.
e.) Lingkungan
Proses menua secara biologis berlangsung secara alami dan tidak dapat
di hindari, namun dengan lingkungan yang mendukung secara positif,
setatus kesehatan tetap dapat dipertahankan dalam lanjut usia.
f.) Stres

13 FIkes UIA 2021


Tekanan hidup sehari - hari dalam lingkungan rumah, perkerjaan,
maupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan
berpengaruh terhadap proses penuan.

8. Akibat Dari Proses Menua


Menurut Nugroho dalam Ratnawati, (2017) proses menua mengakibatkan
terjadinya banyak perubahan pada lansia. Perubahan - perubahan itu
meliputi perubahan fisik, perubahan psikososial dan kognitif.
a.) Perubahan fisik
1) Perubahan pada kulit: Kulit wajah, leher, lengan, tangan menjadi
lebih permanen dan jelas. Selain itu, warna merah kebiruan sering
muncul di sekitar lutut dan di tengah tengkuk.
2) Perubahan otot: pada umumnya otot orang berusia madya menjadi
lembek dan mengendur di sekitar dagu, lengan atas dan perut.
3) Perubahan pada persendian: masalah pada persendian terutama
pada lansia tungkai dan lengan yang membuat mereka menjadi
agak sulit berjalan.
4) Perubahan pada gigi: gigi menjadi kering, patah, dan tanggal
sehingga kadang- kadang memakai gigi palsu.
5) Perubahan pada mata: mata terlihat kurang bersinar dan cenderung
mengeluarkan kotoran yang menumpuk di sudut mata, kebanyakan
menderita presbiopi atau kesulitan melihat jarak jauh, menurunnya
akomodasi karena menurunya elastisitas mata.
6) Perubahan pada telinga: fungsi pendengaran sudah mulai menurun,
sehingga tidak sedikit yang mempergunakan alat bantu dengar.
7) Perubahan pada sistem pernapasan: napas menjadi lebih pendek
dan sering tersengal – sengal, hal ini akibat dari penurunan
kapasitas total paru-paru, residu volume dan konsumsi oksigen
nasal, ini akan menurunkan fleksibelitas dan elastisitas dari paru.
Selain dari gangguan fisik yang bisa terlihat secara langsung,
pertambahan usia sering pula disertai dengan perubahan –
perubahan akibat penyakit kronis obat - obat yang diminum akibat

14 FIkes UIA 2021


operasi yang menyiksa kesusahan secara fisik dan psikologis.
Beberapa gangguan fisik pada bagian dalam tersebut seperti:
1) Perubahan pada sistem saraf otak: umunya mengalami penurunan
ukuran, berat dan fungsi contohnya kortek serebri mengalami
atropi.
2) Perubahan pada sistem kardiovaskuler: terjadi penurunan elastisitas
dari pembuluh darah jantung dan menurunya cardiac ouput.
3) Penyakit kronis misalnya DM, hipertensi, gagal ginjal, kanker dan
masalah yang berhubungan dengan persendian dan saraf.
b.) Perubahan psikososial
Perubahan psikososial yang di alami lansia erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, seorang lansia
memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan
sebagai berikut:
1) Kehilangan pendapatan
2) Kehilangan status atau jabatan pada posisi tertentu ketika masih
berkerja dulu
3) Kehilangan kegiatan/aktivitas seperti:
a. Merasa sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup
b. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya
hidup meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya
pengobatan bertambah.
c. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
d. Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
e. Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan
kesulitan
f. Gangguan gizi akibat jabatan.
g. Hilang kekuatan dan ketegapan fisik

c.) Perubahan kognitif

15 FIkes UIA 2021


Perubahan kognitif pada lansia dapat berupa sikap yang semakin
egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit, atau tamak bila memiliki
sesuatu. faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif;
1) Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan
5) Lingkungan.

B. Tinjauan Umum tentang Pandemi Covid-19


1. Mengenal Makna status Pandemi Covid-19
Dalam sejarah ada salah satu kasus virus yang pernah terjadi yaitu di
tahun 2009 di mana Word Health Organisasi mengumunkan status virus
menjadi pandemi di Negara China. Pandemi telah muncul dengan sebutan
influenza A (HINI), hal demikian telah terjadi di semua daerah secara
terus menerus di berbagai negeri. Salah satu definisi klasik dari suatu
pandemi adalah menyebarnya penyakit dari orang keorang dengan pesat.
Pademi didefinisikan bagaikan epidemik yang terjadi disemua daerah di
dunia, ataupun di tempat yang amat luas melintasi batasan internasional.
Dengan definisi ini pandemi dapat di katakan, menyebarnya dengan
jumlah yang sangat besar dibelahan dunia (Donaldson et al., 2009).
Menurut Baharuddin & Rumpa, (2020) virus corona mengandung kata
corona karena struktur virus mirip seperti corona matahari, hampir bulat
dan terkonsentrasi di bagian tengah. Dalam istilah latin bentuk ini seperti
corona atau hola. Bentuk ini merupakan kombinasi envelope dan protein
spike. Protein ini tersebar di seluruh permukaan tubuh virus. Oleh karena
itu, bentuknya terlihat seperti mahkota.
Semenjak bulan desember 2019 hingga saat ini nama virus corona
tengah menjadi pokok pembahasan isu terkini disemua kalangan orang di
dunia. Alesannya, virus yang berakar dari kota wuhan, Cina ini telah

16 FIkes UIA 2021


menumbuh ribuan bahkan belasan ribu orang dari berbagai macam
Negara. Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan virus corona menjadi
pandemi.

2. Kriteria Sebuah Penyakit Di sebut Pandemik Virus Corona (Covid-19


)
Menurut Idhom, (2020) pertama virus ini bisa memunculkan penyakit
maupun kematian, dalam data bisa kita lihat kematian dengan jumlah
signifikian dari waktu ke waktu, seperti jumlah Covid-19 di seluruh dunia
telah mencapai 2 juta orang. Informasi real time jam 08.54 WIB pada
menampilkan terdapat 2.083.237 keseluruh kasus atau penderta positif
terdampak virus corona. Pada saat ini terhitung 70 ribu lebih permasalahan
baru yang tercatat serta 5 ribu lebih kematian baru. Sehingga keseluruhan
kematian mencapai 134.610 jiwa. Sedangkan angka kesembuhan terletak
pada angka 510.329 jiwa. Angka kesembuhan tertinggi terdapat di Cina.
Negara Cina merupakan central penyebaran pada angka 72.600 jiwa.
Amerika Serikat masih jadi Negara dengan kasus Covid-19 paling banyak,
tercatat sebanyak 644.089 penduduk AS terinfeksi virus corona yang
terjadi Negara tersebut (Roser et al., 2020).

3. Etiologi Dan Pathogenesis


Menurut perhimpunan dokter paru indonesia (PDPI, 2020)
patogenesis infeksi Covid-19 belum diketahui seutuhnya. Pada awalnya di
ketahui virus ini mungkin memiliki kesamaan dengan SARS dan MERS
CoV, tetapi dari hasil evaluasi genomik isolasi dari 10 pasien, didapatkan
kesamaan mencapai 99% menunjukan suatu virus baru, dan menunjukan
kesamaan (identik 88%) dengan batderived severe acute repiratory
syndrome (SARS) like coronaviruses, bat-SLCoVZ45 dan Bat-SL-
CoVZXC21, yang di ambil pada tahun 2018 di Zhoushan, Cina bagian
timur, kedekatan dengan SARS-Cov adalah 79% dan lebih jauh lagi dengan
MERS-CoV 50%. Analisis filogenetik Covid-19 dengan virus corona
merupakan bagian subgenus Sarbecovirus dan genus Betacoronavirus.

17 FIkes UIA 2021


Penelitian lain menunjukan protein (S) memfasilitasi masuknya virus
corona ke dalam sel target.

4. Penularan
Virus corona merupakan zoonosis, sehingga terdapat kemungkinan
virus berasal dari hewan dan di tularkan ke manusia. Pada Covid-19
belum di ketahui dengan pasti proses penularan dari hewan ke manusia
tetapi data filogenetik memungkinkan Covid-19 juga zoonosis.
Perkembangan data selanjutnya menunjukan penularan antar manusia
(human to human) adalah di prediksi melalui droplet dan kontak dengan
virus yang di keluarkan dalam droplet. Hal ini sesuai dengan kejadian
penularan kepada petugas kesehatan yang merawat pasien Covid-19,
disertai bukti penularan di luar Cina ke Jerman dan diiringi penemuan
hasil positif pada orang yang ditemui dalam kantor. Pada kasus ini bahwa
dikatakan penularan terjadi pada saat kasus indeks belum mengalami
gejala (asimtomatik) atau masih dalam masa inkubasi.
Berdasarkan panduan Surveilans Global WHO untuk novel corona virus
2019 (Covid-19) per 20 maret 2020. Definisi infeksi Covid-19 ini
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Kasus Terduga (suspect case)
a. Pasien dengan gangguan nafas akut (demam dan setidaknya satu
tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak napas). Dan
riwayat perjalanan atau tinggal didaerah yang melaporkan
penularan dari komunitas dari penyakit Covid-19 selama 14 hari
sebelum onset gejala itu;
b. Pasien dengan gangguan nafas akut dan mempunyai kontak dengan
kasus terkonfirmasi atau probable Covid-19 dalam 14 hari terahir
sebelum onset;
c. Pasien dengan gejala pernapasan berat (demam dan setidaknya satu
tanda/gejala penyakit pernafasan seperti batuk, sesak napas dan
memerlukan rawat inap) dan tidak adanya alternatif diagnosis lain
yang secara lengkap dapat menjelaskan presentasi klinis tersebut.

18 FIkes UIA 2021


2) Kasus proble (probable case ).
a.) kasus terduga atau hasil tes dari covid-19 inkonkulusif atau;
b.) kasus terduga yang hasil tesnya tidak dapat dikerjakan karena
alesan apapun.
c.) Kasus terkonfirmasi yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
labotorium infeksi Covid-19 positif, terlepas dari ada atau tidaknya
gejala dan tanda klinis.
3) Kontak adalah orang yang mengalami satu dari kejadian dibawah ini
selama 14 hari setelah onset gejala dari kasus probable atau kasus
terkonfirmasi.
a.) kontak atau tatap muka dengan kasus proable atau terkonfirmasi
dalam radius 1 meter dan lebih dari 15 menit;
b.) kontak fisik langsung dengan kasus probable atau terkonfirmasi;
c.) merawat langsung pasien proable atau terkonfirmasi penyakit
Covid-19 tanpa menggunakan alat pelindung diri yang sesuai atau;
d.) situasi lain sesuai indikasi penilaian lokasi lokal.
Klasifikasi infeksi Covid -19 di Indonesia saat ini didasarkan pada buku
panduan tata laksana pneumonia Covid-19 Kemenkes RI. Terdapat sedikit
perbedaan dengan WHO yaitu kasus suspek disebut dengan pasien dengan
pengawasan (PDP) danada penambahan orang dalam pemantauan (ODP).
Istilah kasus probable yang merupakan seseorang dengan riwayat kontak
erat dengan kasus konfirmasi Covid-19.

5. Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Lansia


Menurut Serrat, (2018) kerentanan merupakan perasaan tidak aman di
kehidupan individu, keluarga dan komunitas ketika menghadapi perubahan
diluar lingkungannya. Kerentanan dapat di katakana sebagai faktor kondisi
fisik, sosial ekonomi dan lingkungan atau suatu proses yang meningkatkan
kerentanan masyarakat terhadap dampak bahaya. Kerentanan biasa
dirasakan oleh individu atau kelompok yang tinggal di wilayah tertentu
yang dapat membahayakan jiwa dan aset yang dimilikinya. Definisi
kelompok rentan menurut UU No. 39 Tahun 1999 tidak dirumuskan secara

19 FIkes UIA 2021


eksplidt, seperti yang tercantum pada pasal 5 Ayat (3) UU No. 39 1999
tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa setiap orang yang
termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan
dan perlindungan lebih. Kelompok rentan tersebut antara lain adalah orang
lanjut usia, anak - anak, fakir miskin, wanita hamil, dan penyandang cacat.
Lanjut usia merupakan kelompok rentan yang paling rentan terkena
dampak penyakit Covid-19. Data dari Word Health Organization (WHO)
Menunjukan Lansia lebih banyak mengalami infeksi virus corona yang
berdampak infeksi berat dan kematian dibandingkan dengan balita.
Tiongkok jumlah kematian pada populasi usia 60-69 tahun sebesar 3,6%,
pada usia 70-79 tahun sebesar 8% dan usia lebih dari 80 tahun sebanyak
14,8%. Di Indonesia, dimana angka mortalitasnya meningkat seiring
dengan meningkatnya usia yaitu pada populasi usia 45-54 tahun adalah
8%, 55-64 tahun 14% dan 65 tahun keatas 22%.
Kerentanan lansia pada pandemi Covid-19 disebabkan penurunan
daya tahan dan penyakit komorbid pada lansia, yang akan meningkatkan
resiko kematian informasi dampak Covid-19 menimbulkan dampak
psikologis bagi lansia. Pembatasan interaski sosial secara fisik
berpengaruh pada kesehatan mental lansia. Semua kegiatan yang
melibatkan kehadiran banyak orang di hindari termasuk posyandu lansia.
Kegiatan posyandu lansia tidak hanya mempertahankan kesehatan fisik
agar selalu bugar, namun posyandu lansia tidak hanya mempertahankan
kesehatan fisik juga sebagai wadah bertemu dengan teman sebayanya,
lansia bisa saling berkomunikasi dan berinteraksi. Pada masa pandemik ini
mereka merasa kesepian karena tidak bisa berkumpul.
Keluarga merupakan sumber dukungan yang sangat di butuhkan oleh
lansia. Upaya keluarga untuk melindungi lansia dari Covid-19 dengan
melaksanakan protokol kesehatan. Anggota keluarga yang aktif interaksi
diluar rumah diminta untuk tidak berinteraksi dengan lansia. Pendamping
lansia perlu mempasilitasi komunikasi online bagi lansia dengan
kerabat/teman sebaya untuk meminimalkan kesepian pada lansia.

20 FIkes UIA 2021


Perhatian keluarga dan masyarakat sekitar merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh dalam upaya pencegahan kasus Covid-19 pada lansia.

C. Konsep Dasar Kecemasaan


1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah kekhawatiran akibat ancaman yang dirasakan
terhadap kesehatan (Jungmann & Without, (2020); Troye., et, al., (2020).
Ansietas/kecemasan merupakan perasan takut atau ketakutan yang tidak
dapat dijelaskan dan merupakan respon terhadap stimulus internal dan
ekternal yang memiliki tanda dan gejala prilaku, afektif, kognitif dan fisik
(Berman & Shirlee, 2016).
Menurut Donsu, (2017) kecemasan suatu perasaan tidak santai
yang samar - samar karena adanya ketidaknyamanan atau rasa takut yang
di sertai suatu respon. Sumber perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu. Menurut Kaplan, Saddock dan grebb
(2010) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam dan merupakan hal normal yang terjadi yang di sertai
perkembangan, perubahan, pengalaman baru, serta dalam menemukan
identitas diri dan hidup. Kecemasaan merupakan suatu perasaan subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum
dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa
aman. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ansietas
merupakan respon tubuh terhadap peristiwa yang terjadi, dimana respon
tubuh tersebut lebih bersipat negatif sehingga menimbulkan
ketidaknyamanan bagi seseorang.
2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Faktor pedisposisi dan presipitasi kecemasan pada masa pandemi
terdiri dari faktor biologis, faktor psikologis, faktor sosial budaya dan
pandangan prilaku. Investigasi faktor - faktor yang mempengaruhi dapat
membantu untuk lebih memahami perkembangan dan pemeliharahan
kecemasan serta untuk mendukung mengembakan tindakan pencegahan

21 FIkes UIA 2021


dan intervensi terapeutik yang memungkinkan (Liu., Chen., Wu., Lin., dkk
(2020).
a.) Faktor biologis
Faktor genetik dan neurokimia berperan dalam menimbulkan
kecemasan pada seseorang (Kraus et, al., 2009). Keluarga yang
mempunyai riwayat kecemasan cendrung mempunyai anggota
keluarga yang akan mengalami kecemasan. Seseorang dengan penyakit
fisik yang kronis berisiko mengalami masalah kesehatan jiwa, seperti
kecemasan (Ketis., Kersnik dan Janko, 2009).
Teori biologis menekankan pada hubungan antara kecemasan dan
faktor yang mempengaruhi yaitu katekolamin, kadar neuroendokrin,
neurotranmiter seperti serotonin dan kolesistikolamin, kadar dan
reaktivasi autonom. Kondisi kecemasan juga bisa pemicu terhadap
peningkatan tekanan darah pada seseorang dengan riwayat hipertensi
(Lolak., Connors dan Sherida, 2008).
b.) Faktor psikologis
Adalah teori psikoanalisis dan prilaku yang menyebabkan
kecemasan. Teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund
Frued menjelaskan bahwa kecemasan merupakan hasil dari
ketidakmampuan menyelesaikan masalah, konflik yang tidak disadari
(Kumar et al., 2013). Sebagai contoh pengalaman yang tidak
menyenangkan dan tidak disadari pada saat kanak-kanak
menimbulkan perasaan tidak nyaman atau kecemasan pada kanak-
kanak, remaja sampai dengan usia tua.
c.) Sosial budaya
Faktor yang menjadi latar belakang seseorang mengalami
kecemasan adalah status sosial ekonomi yang rendah, kurangnya
partisipasi di masyarakat dan perpisahan dengan orang yang disayangi
serta kurang menjalankan ajaran agama akan lebih beresiko mengalami
kecemasan. Faktor predisposisi sosial budaya juga melalui beberapa
teori yaitu interpersonal dan sosial budaya. Teori interpersonal melihat

22 FIkes UIA 2021


bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal
(Stuard, 2009).
d.) Pandangan prilaku
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan orang untuk mencapai tujuan yang di
inginkan.

3. Tanda dan gejala kecemasan


Perubahan yang terjadi pada sesorang yang cemas seperti perubahan
kognitif penurunan konsentrasi, berfokus pada hal yang sakit menyadari
adanya gejala fisiologis seperti pusing. Perubahan prilaku yang muncul
pada orang yang mengalami kecemasan seperti penurunan nafsu makan,
ketegangan otot, peningkatan tanda – tanda vital kesulitan tidur dan nyeri.
Perubahan sosial seperti kurangnya insiatif,sulit menikmati kegiatan
sehari-hari dan menghindari kontak sosial (Towmsend, 2009). Beberapa
penelitian terkait kecemasan menurut (Stuard & Towmsend, 2009)
menunjukan bahwa gejala yang tampak pada penampilan dan menarik diri
dari lingkungan sosial yaitu:
a.) Respon kognitif
Merupakan suatu media bagi interaksi antara orang dengan
lingkungannya. respon kognitif yang muncul pada orang yang
mengalami kecemasan meliputi respon secara subjektif dan objektif.
Respon kognitif secara subjektif diantaranya mudah lupa, mengatakan
sulit mengambil keputusan, sering mimpi buruk, takut kehilangan
control, bingung, pikiran kacau, mengungkapkan atau menyadari
adanya gejala fisiologis serta ketakutan terhadap konsekuensi yang
tidak spesifik (Stuard, 2009). Respon kognitif secara objektif
diantaranya kesulitan konsentrasi atau tidak bisa konsentrasi, penurnan
kemampuan untuk belajar, penurunan lapang persepsi, berfokus pasa
apa yang menjadi perhatian seperti pandami covid-19 ini penurunan
kemampuan untuk memecahkan masalah dan tidak mampu menerima
ransangan dari luar.

23 FIkes UIA 2021


b.) Respon afektif
Respon yang muncul pada orang yang mengalami kecemasan
berkaitan dengan pengalaman dalam berinteraksi dengan orang lain,
respon emosi dalam menghadapi stresor serta intensitas stresor yang
di terima seseorang (Towmsend, 2009). Respon afektif secara subjektif
diantaranya merasa cemas, merasa menyesal, perasaan tidak aman,
perasaan sedih atau senang yang berlebih, gelisah dan merasa
ketakutan, kesedihan yang mendalam perasaan yang tidak adekuat dan
perasaan tidak berdaya. Respon afektif secara objektif diantaranya
befokus pada diri sendiri, ragu dan tidak pecaya diri, tidak sabaran,
marah yang berlebih, cenderung menyalakan orang lain atau keadaan
dan gugup.
c.) Respon fisiologis
Respon fisiologis secara subjektif diantaranya anoreksia, diare,
nyeri obdomen, sering berkemih, anyang - anyange, peningkatan
ketegangan otot, mulut kering, jantung berdebar - debar, kedutan pada
otot, serta kesmutan pada ektremitas. Respon fisiologis secara objektif
diantaranya wajah tegang dan merah, nadi dan tekanan darah
meningkat, sering nafas pendek, tremor tangan, peningkatan keringat,
suara bergetar, gangguan pola tidur serta peningkatan frekuensi
pernafasan.
d.) Respon prilaku
Respon prilaku secara subjektif yaitu penurunan produktivitas
(Stuard, 2009). Respon prilaku secara objektif yaitu melamun, tidak
bisa tenang, misalnya gerakan kaki dan tangan, gerakan tersentak, dan
gelisah.
e.) Respon sosial
Respon sosial secara subjektif yaitu sulit menikmati kegiatan
sehari – hari. Respon sosial secara objektif diantaranya bicar
berlebihan dan cepat, menarik diri, menghindari kontak sosial dengan
orang lain dan terkadang menunjukan sikap bermusuhan.

24 FIkes UIA 2021


4. Rentang Respon Kecemasan
Respon individu terhadap kecemasan mempunyai rentang antara
adaptif sampai maladaptif. Respon adaptif identik dengan reaksi yang
bersifat konstruktif. Reaksi yang bersipat kontruktif menunjukan sikap
optimis dan berusaha memahami terhapap perubahan – perubahan yang
terjadi baik perubahan fisik maupun afektif. Reaksi yang bersifat destruktif
menunjukan sikap pesimis dan sering di ikuti prilaku maladaptif
(Stuard, 2009). Rentang respon kecemasan diawali dengan respon
antisipasi, ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat sampai dengan
panik.

Gambar 2.1
Rentang respon kecemasan

ADAPTIF MALADAPTIF

SEDANG
ANTISIPASI RINGAN BERAT PANIK

Sumber: Stuard dan Sundeen (2016).

a.) Respon adaptif

Adalah hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat


menerima dan mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu
tantangan, motivasi yang kuat dalam menyelesaikan masalah dan
untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif biasanya
di gunakan untuk mengatur kecemasan antara lain, dengan bekerja
kepada orang lain, menangis, tidur, latihan, dan menggunakan teknik
relaksasi.

b.) Respon maladaptif

25 FIkes UIA 2021


Koping maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk prilaku
agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri, banyak makan, konsumsi
alkohol, berjudi dan penyalahgunaan obat terlarang.

5. Alat ukur kecemasan


Menurut Hawari, (2008) untuk mengetahui sejauh mana derajat
kecemasan apakah ringan, sedang, berat/berat sekali menggunakan
instrument yang di kenal dengan :
1.) Hamilton Ranting Scale for Anxiety (HRS-A)
Alat ukur ini menggunakan 14 kelompok yang di rinci dengan gejala –
gejala yang spesifik. Petunjuk penggunaan alat ukur HRS-A yaitu
penilain 0 = tidak ada gejala 1 = ringan (satu gejala dari pilihan yang
ada) 2 = sedang (separuh dari gejala yang ada) 3 = berat (lebih dari
separuh gelaja yang ada) 4 = sangat berat (semua gejala yang ada).
Penilaian kecemasan skor 6 < = tidak ada kecemasan, sekor > 7-14 =
kecemasan ringan, skor 15 – 27 = kecemasan sedang, skor > 27 =
kecemasan berat (Hawari, 2008).
2.) Faces Anxiety Scale (FAS)
Skala kecemasan wajah, skala item tunggal lain yang baru-baru ini di
kembangkan oleh sekelompok penelitian Autralia dan merupakan alat
yang memiliki validates yang bagus (p < 0,005) (Kenley, 2008;
Aitken, 2019).
Skor 0 memberikan gambaran tidak ada kecemasan sama sekali, skor 1
menunjukan lebih sedikit kecemasan, skor 2 mengambarkan ada
kecemasan, skor 4 mengambarkan kecemasan yang ektrim. Pengkajian
awal dengan sejumlah kelompok kecil pasien sakit menunjukan bahwa
skala item tunggal pelaporan diri secara akurat mendeteksi kecemasan
sesorang.

6. Tingkat kecemasan
Tiap tingkatan kecemasan mempunyai karakteristik atau manifestasi
yang berbeda satu sama lain. Manesfestasi yang terjadi bergantung pada

26 FIkes UIA 2021


kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga
diri dan mekanisme koping yang di gunakan (Asmadi, 2012). Berbagai
respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial pada sesorang yang
mengalami kecemasan teridentifikasi menjadi rentang respons dari tingkat
kecemasan ringan sampai dengan panik.
Menurut Stuard (2009) ada 4 tingkat kecemasan yaitu:
a.) Kecemasan ringan
Berkaitan dengan ketegangan sehari – hari dan menyebabkan orang
menjadi waspada dan meningkatkan persepsi (Stuard, 2009).
Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.
b.) Kecemasan sedang
Memungkinkan sesoraang utuk memusatkan pada masalah yang
penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu
yang terarah.
c.) Kecemasaan berat
Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan
sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tenang.
orang tersebut memerlukkan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada sesuatu area yang lain.
d.) Panik (kecemasan sangat berat)
Berhubungan dengan ketakutan dan teror karena mengalami
kehilangan kendali. Seseorang yang panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan.
Tabel 1.2 Tingkat Respon Kecemasan

Respon Ringan Sedang Berat Panik


Kognitif Tidak ada Tekanan Tekanan darah Tekanan darah
perubahan darah meningkat meningkat
tekanan darah meningkat kemudian
menurun
Penurunan Perubahan Penurunan Tidak bisa
motivasi kosentrasi kosentrasi berfikir
Pikiran logis Perhatian Egosentris Perubahan piker
menurun
Ingatan baik Ingatan Pelupa Disoreantasi
menurun Waktu, tempat

27 FIkes UIA 2021


Orang
Afektif Ideal diri Tidak Merasa Putus asa
Masih tinggi percaya diri bersalah
Khawatir dan Khawatir Bingung Lepas kendali
tergesa – gesa dan
tidak sabar
Fisiologi Tidak ada Tekanan Tekanan darah Tekanan darah
perubahan darah meningkat meningkat
tekanan darah meningkat kemudian
menurun
Tidak ada Nadi cepat Nadi cepat Nadi cepat
perubahan nadi kemudian
lambat
Tidak ada Pernafasan Frekuensi Pernafasan
perubahan meningkat pernafasan cepat dan
frekuensi maningkat dangkal
pernapasan
Rileks Wajah Rahang Wajah
tampak menegang, menyeringarai
tegang menggertakan
gigi

Masih ada nafsu Pola makan Kehilangan Mulut ternganga


makan meningkat/ nafsu makan
Menurun
Pola tidur Sulit Sering terjaga Mual atau
teratur mengawali waktu tidur muntah
tidur
Pola eliminasi Frekuensi Freukensi Insomnia mimpi
teratur BAB/BAK BAB/BAK buruk
meningkat meningkat
Prilaku Pergerakan rilek Gerakan Agitasi Aktivitas
mulai tidak motorik kasar
terarah
Inkoheren Koheren Bicara cepat Inkoheren
Kreativitas Kreativitas Kreativitas Tidak produktif
berkurang berkurang berkurang
Sosial Masih mampu Interaksi Interaksi Menarik diri
bersosialisasi sosial sosial
berkurang berkurang

7. Cara Mengatasi Kecemasan


Selain dengan obat-obatan dan psikoterapi ada beberapa cara
sederhana yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi kecemasan
yaitu:
a.) Menarik napas dalam
bernapas dengan dalam dapat membuat tubuh rilek dan mengurangi
aktivitas saraf di otak yang menyebabkan rasa cemas. Caranya adalah
Tarik napas panjang selama lima detik, kemudian tahan selama lima

28 FIkes UIA 2021


detik, lalu lepaskan kembali secara perlahan - lahan. Lakukan beberapa
kali sampai pikiran tenang.
b.) Makan teratur dan minum yang cukup air
Ketika sibuk atau cemas, seseorang dapat melupakan jadwal
makannya. Padahal kadar gula darah yang rendah karena terlambat
makan dapat menyebabkan seseorang lebih mudah emosi dan cemas.
Kekurangan cairan atau dehidrasi juga dapat membuat jantung
berdetak lebih cepat dan memperburuk rasa cemas.
c.) Bercerita kepada orang yang di percaya
Curhat atau menceritakan apa yang sedang dirasakan dan alami kepada
orang yang di percayai seperti keluarga, teman dekat atau psikiater.

D. Tinjauan Umum Keluarga dan Dukungan Keluarga


1. Definisi keluarga
Menurut Debaroh, S., dkk (2020) definisi keluarga secara umum
adalah pertama setiap keluarga itu unik dengan masalah dan kekuatannya
masing-masing, kedua setiap keluarga memiliki karakteristik universal.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya
dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta dari tiap
anggota keluarga (Duval & Logan, 1986 dalam Kholifah., & Widagdo,
2016). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan (Depertemen
Kesehatan, RI 1998).
Definisi keluarga menurut WHO mengidentifikasi keluarga sebagai
agen sosial utama dalam promosi kesehatan dan kesehatan (Allender,
Rector & Warner, 2010). Menurut Kemenkes RI (2016), keluarga adalah
suatu lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil dari masyarakat,
terdiri atas ayah, ibu dan anak yang disebut keluarga inti atau rumah
tangga (keluarga batih).

29 FIkes UIA 2021


Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu
berhubungan dengan kita. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang hidup bersama dengan ketrikatan aturan dan emosional serta individu
mempunyai peran masing - masing yang merupakan bagian dari keluarga.

2. Fungsi keluarga
Menurut Fredman, 1998 (dalam Kholifah., & Widagdo, 2016) ada lima
sebagai berikut.
a.) Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala dalam diri anggota keluarga, berhubungan dengan
orang lain.
b.) Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi adalah suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Fungsi
pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c.) Fungsi reproduksi
Keluarga berfungi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d.) Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemapuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e.) Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Yang
mempengaruhi kesehatan keluarga secara individual merupakan bagian
paling relevan dari fungsi keperawatan kesehatan.
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi
keluarga.

30 FIkes UIA 2021


3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan.
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat.
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

3. Peranan keluarga
Menurut Esti, (2020) peran keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat dan kegiatan yang berhubungan dengan
individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran adalah sesuatu yang di
harapkan secara normatif dari seseorang dalam situasi sosiaal tertentu agar
dapat memenuhi harapan - harapan. Dalam UU Kesehatan 23 tahun 1992
pasal 5 menyebutkan “setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan
lingkungan. Dari pasal diatas jelas keluarga berkewajiban menciptakan
dan memelihara kesehatan dalam upaya menigkatkan tingkat derajat
kesehatan yang optimal. Setiap anggota keluarga mempunyai peran
masing – masing (Esti., & Johan, 2020) antara lain adalah:
a.) Peran ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai suami dari
istri dan ayah dari anak-anaknya, peran pencari nafkah, pendidik,
pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga
dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
b.) Peran Ibu
Ibu sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, pengurus rumah tangga,
pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga
sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota
masyarakat kelompok sosial tertentu.
c.) Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, sosial, mental dan spiritual.

31 FIkes UIA 2021


4. Tipe keluarga
Tipe keluarga Friedman (1998) dalam Kholifah (2016) berbagai
pembagian tipe keluarga sebagai berikut.
a.) Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe dibawah ini.
1) The Nucler family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri
atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu anda ketahui
keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau tidak
mempunyai anak, jadi ketika nanti anda melakukan pengkajian
data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu anda klarifikasi lagi
datanya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua
dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini bisa disebabkan
kerana perceraian atau kematian.
4) Single adult, yaitu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak
menikah atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya.
Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama
didaerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di
rumah (baik suami/istri atau kebudayaan), karena anak – anaknya
sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau
saling berdekatan dan menggunakan barang – barang pelayanan,
seperti dapur dan kamar mandi yang sama.

b.) Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe
keluarga ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe
sebagai berikut,

32 FIkes UIA 2021


1) Unmarried parent dan child family, yaitu keluarga yang terdiri atas
orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis
kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami
istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama berganti – ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Fasterfamily, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu yang sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang asli.

5. Struktur dalam keluarga


Friedman, 1998 (dalam Bakri, 2017) menjelaskan bahwa struktur
dalam keluarga terbagi empat yaitu:
1) Pola komunikasi keluarga, merupakan hal yang sangat penting dalam
sebuah hubungan, tak hanya keluarga, melainkan berbagai macam
hubungan. Pola interaksi yang berfungsi dalam keluarga memiliki
karakteristik:
a.) Terbuka, jujur, berpikir positif, dan selalu berupaya menyelesaikan
konflik dalam keluarga.
b.) Komunikasi berkualitas antara pembicara dan pendengar.
2) Struktur peran
Merupakan serangkaian prilaku yang di harapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan bapak berperan sebagai kepala rumah tangga, ibu
berperan wilayah domestik, anak dan lain sebagainya memilih peran
masing-masing dan diharapkan saling mengerti dan mendukung.

33 FIkes UIA 2021


3) Struktur kekuatan
Struktur kekuatan keluarga meenggambarkan adanya kekuasan atau
kekuatan dalam sebuah keluarga yang digunakan untuk
mengendalikan dan memengaruhi anggota keluarga.
Ada beberapa foktor yang mendasari terjadinya struktut kekuatan
keluarga.
a.) Legitmate power ( kekuatan/wewenang yang sah)
Dalam kontek keluarga, kekuatan ini sebernarnya tumbuh dengan
sendiri karena adanya hierarki yang merupakan konstruk
masyarakat kita. Seorang kepala keluarga adalah pemegang
interaksi dalam keluarga. Ia memiliki hak untuk mengontrol
tingkah laku anggota keluarga lainya, terutama pada anak - anak.
b.) Referenct power
Dalam masyarakat kita, orang tua adalah panutan utama dalam
keluarga terlebih posisi ayah sebagai kepala keluarga. Friedman
( 1988) menunjukan bahwa kekuatan tidak harus di tunjukan secara
fisik melainkan juga dengan teladan.
c.) Reward power
Kekuatan penghargaan berasal dari adanya harapan bahwa orang
yang berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu yang
positif terhadap ketaatan seseorang.
d.) Coercive power
Ancaman dan hukuman menjadi pokok dalam membangun
kekuatan keluarga.
Friedman (1988) mendefinisikan kekuatan ini sebagai kekuatan
dominasi atau paksaan yang mampu untuk menghukum bila tidak
taat.
4) Nilai – Nilai dalam kehidupan keluarga
Dalam suatu kelompok selalu terdapat nilai – nilai yang di anut
bersama, meski tanpa tertulis. Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan
kepercayaan yang mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya.

34 FIkes UIA 2021


5) Struktur keluarga dari dimensi budaya
Dalam kontek keluarga, budaya Indonesia memiliki keberagaman
budaya yang bersipat keluarga, hal ini tidak bisa sebagai budaya milik
sendiri, karena di berbagai tempat pun umum terjadi. Berikut jenis-
jenis struktut keluarga:
a.) Partineal
Merupakan keluarga yang sedarah terdiri dari anak saudara dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
dari ayah.
b.) Matrineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari beberapa generasi dimana
hubungan itu di susun melalui jalur garis seorang ibu.
c.) Matrilocal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d.) Patriloca
Sepasang suami istri yang tinggal sedarah saudara suami.
e.) Keluarga menikah
Hubungan suami istri sebagai ndasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.

6. Tahap perkembangaan keluarga


Menurut Bakri, (2017) terdapat delapan tahap perkembangan keluarga
sebagai berikut.
a.) Keluarga baru menikah atau pemula
Tugas perkembangannya adalah:
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan;
2) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;
3) Mendiskusikan rencana memilik anak.
b.) Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah dengan anak baru
lahir.
Tugas perkembangannya adalah

35 FIkes UIA 2021


1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir kedalam keluarga;
2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang memuaskan;
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar menambahkan
peran – peran orang tua dan kakek nenek.
c.) Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangannya yaitu:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang
bermain, privasi dan keamanan;
2) Mensosialisakikan anak;
3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain;
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar
keluarga.
d.) Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembaangannya adalah:
1) Mensosialisasikan anak – anak, termasuk menigkatkan prestasi
sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat;
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
3) Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga.
e.) Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya yaitu:
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri;
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak – anak.
f.) Keluarga melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangan adalah:
1) Memeperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak – anak;

36 FIkes UIA 2021


2) Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesusaikan kembali
hubungan perkawinan;
3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit – sakitan dari suami atau
istri.
g.) Keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangannya adalah:
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan orang tua lansia.
h.) Keluarga dengan usia lanjut
Tugas perkembangannya adalah:
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
3) Mempertahankan hubungan perkawinan;
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
5) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi.

7. Definisi Dukungan Keluarga


Menurut Bakri, (2017) dukungan keluarga adalah bentuk dari
dukungan yang diberikan keluarga dalam memberikan perhatian, kasih
sayang, empati, sikap, tindakan dan penerimaan, keluarga terhadap
penderita yang sakit. Dukungan keluarga mencangkup empati, kepedulian
dan perhatian orang – orang bersangkutan kepada anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan, seperti umpan balik dan penegasan dari
anggota keluarga. (Spritia, 2011).
Menurut Fredman (2011), dukungan keluarga merupakan sikap,
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang besipat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan, hal ini penerimaan dukungan keluarga akan tahu bahwa ada
orang yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya.

37 FIkes UIA 2021


8. Aspek – aspek dukungan keluarga
Harnilawati (2013) mengatakan bahwa ada empat jenis dukungan
keluarga, antaralain dukungan emosional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental, dan dukungan informasional. Sedangkan menurut Sarifono
(dalam Purba, dkk., 2007: 82-83) mengatakan ada lima tipe dasar
dukungan keluarga, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental atau dukungan yang sipatnya nyata, dukungan
informasi dan dukungan jaringan sosial.
Menurut Friedman 2013 (dalam Bakri, 2017) jenis dukungan keluarga
terdapat berbagai macam bentuk seperti berikut:
a.) Dukungan emosional
Dukungan emosional merupakan jenis dukungan keluarga yang
menggantikan bahwa keluarga adalah sebuah tempat yang aman dan
damai untuk beristirahat dan membantu penguatan terhadap emosi
(Harnilawati, 2013).
b.) Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan terjadi melalui ungkapan positif atau
penghargaan yang positif pada keluarga, dorongan untuk maju dan
perbandingan yang positif dalam keluarga. Dukungan tersebut akan
tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik, karena
ikatan yang kuat membantu keluarga menghadapi masalah (Friedman,
2010).
c.) Dukungan instrumental
Dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan
oleh keluarga secara langsung yang meliputi bantuan material seperti
memberikan tempat tinggal, meminjamkan atau memberikan uang dan
bantuan dalam mengerjakan tugas rumah sehari – hari (Sarafino,
2011).
Dukungan instrumental adalah jenis dukungan keluarga yang
mengartikan bahwa keluarga bertindak sebagai sumber pertolongan
praktis konkrit bagi setiap anggota dalam satu keluarga Harnilawati,
(2013).

38 FIkes UIA 2021


d.) Dukungan informasional
Dukungan infomasional adalah memberikan penjelasan tentang
situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang
sedang di hadapi individu. Dukungan ini berupa informasi, saran,
nasehat, atau feedback bagi individu yang di dukungnya dalam
keluarga dukungan ini diajukan untuk anggota keluarganya. Dukungan
ini merupakan upaya keluarga dalam mencari jalan keluar untuk
pemecahan masalah yang ada (Utaminingsih, 2017).

9. Sumber Dukungan keluarga


Sumber dukungan keluarga adalah sumber dukungan sosial keluarga
yang dapat berupa dukungan sosial keluarga secara internal seperti
dukungan dari suami atau istri serta dukungan dari saudara kandung atau
dukungan sosial keluarga secara ekternal seperti paman dan bibi
(Friedman, 2013). Dengan kata lain dukungan sosial merupakan hasil
hubungan interpersonal yang di dalamnya berisi pemberian aspek – aspek
dukungan keluarga seperti, informasi, penilaian atau penghargaan,
dukungan emosi, dukungan instrumental yaitu kebutuhan keuangan,
makan, minum, dan istirahat. Oleh sebab itu dukungan sosial memiliki
manfaat sehingga dapat membantu individu dalam mengatasi dan
menyelesaikan masalah (Utaminingsih, 2017).
Menurut Akhamadi (2009), dukungan sosial keluarga sebagai sesuatu
yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yaitu dukungan keluarga
sosial bisa atau tidak di gunakan, tetapi anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersipat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dari beberapa sumber dukungan
keluarga dapat di sumpulkan bahwa dukungan sosial sebagai koping
dalam keluarga, baik dukungan yang bersipat ekternal maupun internal
terbukti sangat bermanfaat.

39 FIkes UIA 2021


10. Manfaat dukungan keluarga
Menurut Setiadi (2008), dukungan sosial keluarga memiliki efek
terhadap kesehatan dan kesejahteraan yang berfungsi secara bersama.
Dukungan sosial keluarga merupakan suatu proses yang terjadi
disepanjang masa kehidupan manusia, sifat dan jenis dukungan keluarga
berbeda – beda dalam berbagai tahap – tahap siklus kehidupan. Namun
dengan demikian semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga
mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai akibatnya
hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2013).

11. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga


Menurut Aji (2013) mengatakan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi dukungan keluarga adalah fakor internal dan faktor
ekternal. Kedua faktor tersebut yaitu:
1) Faktor internal
Merupakan faktor yang muncul dari individu tersebut.
a.) Faktor emosi
Faktor emosi merupakan manisfestasi perasaan dan disertai banyak
komponen fisiologi dan biasanya berlangsung tidak lama. Emosi
tersebut berkaitan dengan keadaan fisikologis seseorang. Hal ini
terkait dengan dengan dua jenis dukungan keluarga yaitu dukungan
keluarga emosional dan penilaian (Istiqomah, 2011).
b.) Pendidikan dan tingkat pengetahuan
Pendidikan dan tingkat pengetahuan saling berkaitan dengan
seberapa besar pengetahuan tentang suatu penyakit. Keyakinan
seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variable
intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan
dan pengalaman masa lalu serta menggunakan pengetahuan tentang
kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
2) Faktor ekternal
Merupakan faktor dari luar selain dari individu itu sendiri.
a.) Praktek keluarga

40 FIkes UIA 2021


Dukungan keluarga biasanya mempengaruhi penderita dalam
melaksanakan kesehatanya misalnya klien juga kemungkinan besar
akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan
hal yang sama, misalnya anak selalu diajak orang tuanya untuk
melakukan pemeriksaan rutin maka ketika punya anak dia akan
melakukan hal yang sama.
b.) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya meliputi, ras, suku, budaya, adat istiadat,
persepsi serta cara pandang terhadap sesuatu.
c.) Struktur keluarga
Dalam hal ini struktur keluarga merujuk kepada bagaimana
diorganisasikan cara unit-unit tersebut di data dan bagaimana
komponen keluarga berinteraksi satu satu sama lain.

12. Kriteria keluarga sejahtera


Undang – Undang No. 10 tahun 1992 telah membuat kriteria tentang
keluarga sejahtera. Kriteria yang dimaksud juga memiliki kesamaan
dengaan yang dikeluarkan oleh Menteri Negara Kependudukan/BKKBN
(1996). Kesejahteran merupakan variabel komposit yang terdiri dari
berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Berikut beberapa kriteria
keluarga sejahtera:
a.) Keluarga prasejahtera
Adalah keluarga yang memnuhi lima pokok kebutuhan dasar.
Lima pokok tersebut adalah pengajaran agama, pangan, papan,
sandang dan hatan.
b.) Keluarga sejahtera Tahap I
Adalah keluarga yang mampu memenuhi lima kebutuhan pokok
dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga ini sudah mempunyai rumah
sendiri yang layak huni dan tidak berlantai tanah dari sisi agama,
masing – masing anggota keluarga mampu melaksanakan ibadahnya
sesuai yang dianut. Begitupun kebutuhan makan, makan keluarganya
dua kali atau lebih. Selain itu kebutuhan pakai juga terpenuhi setiap

41 FIkes UIA 2021


hari dapat berganti. Kelurga juga mampu membawa anggota
keluarganya yang sakit kepelayanan kesehatan.
c.) Keluarga sejahtera Tahap II
Adalah keluarga yang mampu memenuhi lebih dari lima
kebutuhan pokok. Artinya, keluarga ini harus memenuhi 6-14 sarat
yaitu:
1) Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi tiap penghuni
rumah.
2) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan
sehat
3) Paling kurang satu orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun
keatas mempunyai penghasilan tetap
4) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca
tulisan latin
5) Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada sat ini
6) Bila anak hidup dua atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia
subur memakai kontrasepsi kecuali sedang hamil.
d.) Keluarga sejahtera Tahap III
Selain lima syarat yang sudah di tetapkan sebagai kriteria keluarga
sejahtera dan telah melewati syarat keluarga sejahtera I dan II
keluarga sejahtera tahap III perlu memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama
2) Sebagaai dari penghasilan keluarga dapat disisikan untuk tabungan
keluarga
3) Biasnya makan bersama paling kurang sekali sehari dan
kesempatan itu di manfaatkan untuk berkomunikasi antar anggotaa
keluarga.
4) Ikut serta kegiatan masyarakat
5) Mengadakan rekreasi bersama
6) Dapat memperoleh berita dari surat kabar /tv/majalah
7) Anggota kelurga mampu menggunakan sarana tranportasi yang
sesuai dengan kondisi daerah setempat.

42 FIkes UIA 2021


e.) Keluarga miskin
Keluarga miskin terjadi karena ekonomi sehingga tidak bisa
memenuhi lima syarat sebagai keluarga sejahtera

13. Peran anggota keluarga terhadap lansia


Keluarga merupakan support system bagi lansia dengan
mempertahankan kesehatanya. Perkembangan/peran keluarga dalam
pelayanan lansia antara lain, menjaga kesehatan lansia, memenuhi nutrisi
lansia, pola istirahat lansia, dan merawat lansia. Mempertahankan dan
meningkatkan status mental, mengantisifasi perubahan sosial, ekonomi
serta memberikan motivasi dan memfasilitasi perubahan sosial ekonomi
lansia (Maryam, 2008).

E. KERANGKA TEORI

43 FIkes UIA 2021


Dari beberapa tinjauan teori diatas maka di susun kerangka teori sebagai
berikut:
Bagan 2.1
Kerangka teori

Lanjut usia Kejadian Pandemi Covid-19


1. Perubahan fisik
2. Perubahan psikososial
3. Perubahan kognitif Tingkat kecemasan
1. Sedang
2. Ringan
3. Berat
4. Panik
Dukungan keluarga

1. Dukungan emosional
2. Dukungan penghargaan
3. Dukungan instrumental
4. Dukungan informasional Faktor-faktor Faktor predisposisi
dukungan keluarga: dan presipitasi
1. Faktor internal kecemasan:
a. Faktor emosi 1. Faktor biologis
b. Pendidikan dan 2. Faktor psikologis
tingkat 3. Faktor sosial
pengetahuan 4. Pandangan
2. Faktor ekternal prilaku
a. Fraktek
keluarga
b. Latar belakang
c. Struktur
Keterangan : keluarga

: Di teliti

: Tidak di teliti
Sumber : Stuard ( 2009); Friedman 2013 (dalam Bakri, 2017); Aji (2013);
Nugroho 2006 (dalam Ratnawati, 2017); Liu., Chen., Wu., Lin., dkk (2020)

44 FIkes UIA 2021

Anda mungkin juga menyukai