Anda di halaman 1dari 57

DISAIN PEMBELAJARAN AGENDA 3 DENGAN DISTANCE LEARNING/FULL E-

LEARNING PADA LATSAR CPNS PEMPROVSU ANGKATAN XXVI Golongan 3.


BPSDM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2021
No HARI/ KEGIATAN PEMBELAJARAN Media
TGL
Synchronous Waktu Asynchronous Waktu

1. Hari ke 13 Self learning Membaca sumber 3 JP • Kasus


belajar MPM (Materi Pelengkap • Petunjuk
Kamis, Modul)/materi pendalaman mengerja
19 Agustus agenda 3 kan tugas
2021 (Manajemen ASN, WOG, P Publik) individu dan
Pukul dan mempelajari pembuatan learning
07.45 learning journal yg jurnal
– 10.00 sudah diupload di LMS kolabjar- •Instrumen
WIB LAN dan dari sumber lainnya evaluasi

Pukul Pendalaman dan 2 JP


10.15 – Penguatan Agenda 3
11.45 • Perkenalan
• Overview singkat agenda 3 dan
keterkaitan dengan agenda 1, 2 dan 4
• Melakukan tanya jawab
• Memutar film pendek/singkat terkait
Kode etik/perilaku PNS
• Pemberian penjelasan dan tugas
individu
v Self Learning untuk pertemuan ke 2
v Self activity untuk
pertemuan ke 2
No HARI/ Synchronous Waktu Asynchronous Waktu Media
TGL

Pukul Self activity 6 JP


13.45 v Mengerjakan tugas
– 18.30 individu yang sudah diupload di
WIB LMS Kolabjar-LAN RI
v Membuat learning journal

2. Hari ke 14 Self activity 3 JP

Jumat, 20 v Mengerjakan tugas


–08- 2021 individu yang sudah diupload di
Pukul LMS Kolabjar-LAN RI
07.45 – v Membuat learning journal
10.00 WIB v Mengupload tugas individu ke
LMS/kolabjar paling lama
tanggal 16 Juni
2021 pukul 09.30 WIB
No HARI/ Synchronous Waktu Asynchronous Waktu Media
TGL

Hari ke 14

Pukul Pendalaman dan 3 JP • Kasus


10.15 – Penguatan Agenda 3 a. Dialog • Petunjuk
12.30 WIB Interaktif mengerja
• Refleksi kan tugas
pembelajaran kelompok
• Meminta peserta • Instrumen
mempresentasikan tugas individu evaluasi
(Sampel)
• Tanya jawab
• Memberikan
penguatan dari tugas individu
b. Penjelasan
Penugasan
Group Assignment
• Membagi peserta 2 kelompok
• Meminta Peserta menganalisis
kasus yang diberikan fasilitator
terkait bad and best practise
ditinjau
dari P. Publik, WOG
dan MASN.
No HARI/ Synchronous Waktu Asynchronous Waktu Media
TGL

Pukul Group Assignment 6 JP


13.45 – • Peserta menonton
18.30 WIB dan mencermati video kasus
yang sudah diupload di kolabjar-
LAN oleh fasilitator
• Peserta melakukan diskusi
kelompok dikaitkan dengan P.
Publik, WOG dan MASN. Peserta
dapat melihat petunjuk
mengerjakan tugas kelompok yg
sudah diupload.

3. Hari ke 15 Group Assignment 3 JP


(Lanjutan)
Sabtu, 21 • Peserta melakukan diskusi
Agustus kelompok dikaitkan dengan P.
2021 Publik, WOG dan MASN. Peserta
Pukul dapat melihat petunjuk
07.45 mengerjakan tugas kelompok yg
– 10.00 sudah diupload.
WIB • Mengupload hasil tugas
kelompok ke LMS/kolabjar
paling lama tanggl 15 Juli 2021
pukul 09.30 WIB
No HARI/ Synchronous Waktu Asynchronous Waktu Media
TGL

Pukul Pendalaman dan 2 JP


10.15 Penguatan Agenda 3
– 11.45 • Presentase tugas kelompok
WIB tentang kasus bad and good
practise
• Tanya jawab
• Penguatan hasil
diskusi kelompok oleh
fasilitator/WI
Penjelasan penugasan
individu
• Meminta peserta untuk
mengidentifikasi kasus/isu di
tempatnya bekerja (terkait
dengan P. Publik, WOG, MASN),
mencari penyebab dan solusi
kreatifnya

Pukul Self learning 6 JP


13.45- Membaca sumber belajar MPM
18.30 (Materi Pelengkap
Modul)/materi pendalaman
agenda 3 (Manajemen ASN,
WOG, P Publik) yg sudah
diupload fasilitator di LMS
kolabjar-LAN RI dan dari sumber
lainnya.
No HARI/ Synchronous Waktu Asynchronous Waktu Media
TGL

Hari Ke 16 Self learning (Lanjutan) 3 JP


Senin, 23- Membaca sumber belajar MPM
08-2021 (Materi Pelengkap
Pukul Modul)/materi pendalaman
07.45 – agenda 3 (Manajemen ASN,
18.30 WIB WOG, P Publik) yg sudah
diupload fasilitator di LMS
kolabjar-LAN RI dan dari sumber
lainnya.

Self activity
• Peserta mengidentifikasi isu di
tempatnya bekerja (sesuai
bidang tugasnya) yang terkait
dengan agenda 3 (MASN, P
Publik, WOG)
• Mencari penyebabnya
(dapat menggunakan alat
analisis seperti pohon masalah,
fishbone dll).
• Mencari 4 solusi/kegiatan
kreatif untuk mengatasi Isu
tersebut.
• Mengupload hasil tugas
individu ke LMS/kolabjar paling
lama tanggl 14 Juli
2021 pukul 18.00 WIB
No HARI/ Synchronous Waktu Asynchronous Waktu Media
TGL

4. Hari ke 16 • Kasus
• Petunjuk
Pukul Umpan balik Agenda 3 JP mengerjakan
10.15 – 3/Diskusi tugas individu
12.30 WIB • Presentase tugas individu • Kuis
(sampel)
• Diskusi dan tanya
jawab terhadap hasil tugas individu
• Penguatan hasil
diskusi oleh fasilitator
• Melakukan umpan balik agenda3.

Pukul Self activity


13.45 – • Peserta mengerjakan learning 6 JP
18.30 WIB journal agenda 3
• Peserta mengerjakan kuis yg
telah diupload di LMS Kolabjar
LAN
RI sesuai waktu yang ditentukan.
• Peserta mengupload
Learning Journal ke LMS
Kolabjar LAN RI paling lama
tanggal 17
Juli 2021 pukul 18.00
WIB
PELATIHAN DASAR CPNS
PERKEMBANGAN PELAYANAN PUBLIK DARI
SEDERHANA MENJADI KOMPLEKS

TIM PENGAMPU MATERI AGENDA 3

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI


SUMATERA UTARA
MEDAN, JULI
2021
UNDAN6-UNDANG NOMOR 23TAHUN1014TENTANGPEMERINJAHANDAfRAH

UNDANG-UNOANG NOMOR 5TAHUN 2014TENTANG APARATUR SIPiNl EGARA

PERATURAN PEMERlNTAH NOMOR 11TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN PNS

PERAruiWJPRESIDEN NOMOR81TAHUN 2010 TENTANG GRAND DESIGN - -


·- REFOR-IlRQL?O ?- - .
. PERMENPAN-RB NOMOR25 TAHUN1020TENTANG ROD MAP REFORMASl
BIROKRASI2020-2024 .
PELAYANAN PUBLIK

KEGIATAN ATAU RANGKAIAN KEGIATAN DALAM


RANGKA PEMENUHAN KEBUTUHAN
PELAYANAN SESUAI DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN BAGI SETIAP WARGA
NEGARA DAN PENDUDUK ATAS BARANG,JASA
DAN/ATAU PELAYANAN ADMINISTRATIF YANG
DISEDIAKAN OLEH PENYELENGGARA
PELAYANAN PUBLIK

PASAL 1 AYAT 1 PP
96/2012
Dwiyanto (2010:21) pelayanan publik sebagai: semua
jenis pelayanan untuk menyediakan barang/jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat yang memenuhi kriteria
yaitu merupakan jenis barang atau jasa yang memiliki
eksternalitas tinggi dan sangat diperlukan masyarakat
serta penyediaannya terkait dengan upaya
mewujudkan tujuan bersama yang tercantum dalam
konstitusi maupun dokumen perencanaan
pemerintah, baik dalam rangka memenuhi hak dan
kebutuhan dasar warga, mencapai tujuan strategis
pemerintah, dan memenuhi komitmen dunia
internasional.
ADALAH
SELURUH
PIHAK ,BAIK
PENYELENGGA WARGA
RA PELAYANAN NEGARA
PUBLIK MAUPUN
PENDUDUK
SEBAGAI
SETIAP INSTITUSI PENYELENGGARA ORANG
NEGARA ,KORPORASI,LEMBAGA PERSEORANG
INDEPENDEN YANG DIBENTUK AN
BERDASARKAN UNDANG2 UNTUK ,KELOMPOK,M
PELAYANAN PUBLIK DAN BADAN AUPUN BADAN
HUKUM LAIN YANG DIBENTUK SEMATA2 HUKUM YANG
UNTUK KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK BERKEDUDUK
AN SEBAGAI
PENERIMA
MANFAAT
PELAYANAN
PUBLIK BAIK
LANGSUNG
96/2012
ATAU TIDAK
RUANG LINGKUP
PELAYANAN
PUBLIK

LAYANAN BARANG
PUBLIK

LAYANAN JASA
PUBLIK

LAYANAN
ADMINISTRATIF

PASAL 3 PP 96/2012
13 Pelayanan Publik

Klasifikasi Barang/Jasa
EKSKLUDABILITAS
RIVALITAS
Tinggi Rendah

Barang semi Barang Publik


privat • Udara bersih
Rendah • Jalan tol • Jaminan keamanan TNI dan
• Fasilitas bandara Polri

Barang Privat Barang Semi


• Rumah Publik
Tinggi • Mobil • Sumber air bawah tanah
• Hasil hutan

Barang/jasa dapat disebut sebagai barang/jasa publik ketika, karena kepentingan


strategis di masa yang akan datang, negara memutuskan suatu jenis barang/jasa
tertentu sebagai barang/jasa publik. Dengan demikian, meskipun menurut berbagai
klasifikasi sebagaimana telah di paparkan di depan suatu barang/jasa termasuk
sebagai kategori barang/jasa privat, barang/jasa tersebut bisa menjadi barang/jasa
publik ketika keputusan politik mengubahnya. Contohnya, pendidikan di masa lalu
dianggap sebagai barang privat sehingga setiap individu harus memenuhi kebutuhan
pelayanan
OLD PUBLIC ADMINISTRATION

Denhardt menguraikan
karakteristik OPA sebagai berikut:
1. Fokus utama adalah penyediaan pelayanan publik melalui
organisasi atau badan resmi pemerintah
2. Kebijakan publik dan administrasi negara dipahami
sebagai penataan dan implementasi kebijakan yang
berfokus pada satu cara terbaik (on a single), kebijakan
publik dan administrasi negara sebagai tujuan yang
bersifat politik.
3. Administrator publik memainkan peranan yang terbatas
dalam perumusan kebijakan publik dan pemerintahan;
mereka hanya bertanggung-jawab mengimplementasikan
kebijakan publik.
4. Pelayanan publik harus diselenggarakan oleh administrator
yang bertanggung-jawab kepada pejabat politik (elected
officials) dan dengan diskresi terbatas
OLD PUBLIC ADMINISTRATION
Denhardt menguraikan karakteristik OPA
sebagai berikut:
5. Administrator bertanggung-jawab kepada pimpinan pejabat
politik (elected political leaders) yang teleh terpilih secara
demokratis.
6. Program-program publik dilaksanakan melalui organisasi
yang hierarkis dengan kontrol yang ketat ole
pimpinan
organisasi.
7. Nilai pokok yang dikejar oleh organisasi publik adalah
efisiensi dan rasionalitas.
8. Organisasi publik melaksanakan sistem tertutup sehingga
keterlibatan warga negara dibatasai.
9. Peranan administrator publik adalah melaksanakan prinsip
prinsip Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,
Reporting dan Budgetting.
OLD PUBLIC ADMINISTRATION
Dalam paradigma OPA negara
dianggap sebagai satu-satunya
lembaga yang paling mampu
menyelesaikan segala persoalan
yang dihadapi oleh masyarakat. Cara
pandang yang demikian tidak
mengejutkan karena pada saat itu
sektor swasta dan juga masyarakat
sipil belum berkembang dan mampu
menjadi alternatif untuk membantu
pemerintah dalam menyelasaikan
masalah publik.
NEW PUBLIC MANAGEMENT (NPM)
Munculnya kritik yang keras yang ditujukan kepada
organisasi-organisasi sector publik menimbulkan
gerakan untuk melakukan reformasi manajemen
sektor publik. Salah satu gerakan reformasi sektor
public itu adalah munculnya konsep New
PublicManagement. New Public Management telah
mempengaruhi proses perubahan organisasi sektor
publik secara komprehensif di hampir seluruh dunia.
Penekanan gerakan New Public Management
tersebut adalah pada pelaksanaan desentralisasi,
devolusi, dan modernisasi pemberian pelayanan
publik. Istilah New Public Management pada
awalnya dikenalkan oleh Christopher
NEW PUBLIC MANAGEMENT
(NPM)
Pada perkembangannya, pendekatan
manajerial modern tersebut memiliki
banyak sebutan, misalnya:
„managerialism,‟ „new public
management,‟ „Market-based public
administration,‟ „postbureaucratic
paradigm,‟ dan „entrepreneurial
government.‟ Istilah yang kemudian
banyak dipakai untuk menyebut model
manajemen publik modern tersebut
adalah New Public Management. I
NEW PUBLIC MANAGEMENT (NPM)

Perkembangan paradigma
pelayanan publik yang sudah
mulai memunculkan peran
swasta dalam menyediakan
pelayanan publik terjadi pada
masa New Publik Management
(NPM). Pada masa ini para
manajer pelayanan publik dan
penyedia jasa layanan publik
diprogram dan dididik untuk
menjalankan pelayanan yang
berorientasi pada keuntungan
(profit).
7 KOMPONEN UTAMA
NPM
1. MANAJEMEN PROFESIONAL DISEKTOR PUBLIK

2. ADANYA STANDAR KINERJA DAN UKURAN


KINERJA
3. PENEKANAN YANG BESAR TERHADAP OUTPUT
DAN OUTCOME
4. PEMECAHAN UNIT-UNIT KERJA DISEKTOR
PUBLIK

5. MENCIPTAKAN PERSAINGAN DISEKTOR PUBLIK

6. PENGADOPSIAN MANAJEMEN BISNIS PADA


SEKTOR PUBLIK
7. DISIPLIN DAN PENGHEMATAN DALAM
SUMBER DAYA
NEW PUBLIC SERVICE
Denhardt dan Denhardt juga merumuskan prinsipprinsip
NPS yang memiliki diferensiasi dengan prinsip-prinsip
OPA dan NPM. NPS mengajak pemerintah untuk
1. Melayani masyarakat sebagai warga negara,
bukan
pelanggan; melalui pajak yang mereka bayarkan
maka warga negara adalah pemilik sah
(legitimate) negara bukan pelanggan.

2. Memenuhi kepentingan publik; kepentingan publik


seringkali berbeda dan kompleks, tetapi negara
berkewajiban untuk memenuhinya. Negara tidak boleh
melempar tanggung-jawabnya kepada pihak lain dalam
memenuhi kepentingan publik
3. Mengutamakan warganegara di atas kewirausahaan;
kewirausahaan itu penting, tetapi warga negara
berada atas segala-galanya
NEW PUBLIC SERVICE
4. Berpikir strategis dan bertindak demokratis;
pemerintah harus mampu bertindak cepat
dan menggunakan pendekatan dialog dalam
menyelesaikan persoalan publik

5. Menyadari komplekstitas akuntabilitas;


pertanggungjawaban merupakan proses
yang sulit dan terukur sehingga harus
dilakukan dengan metode yang tepat.

6. Melayani bukan mengarahkan; fungsi utama


pemerintah adalah melayani warga
negara bukan mengarahkan
7. Mengutamakan kepentingan masyarakat
bukan produktivitas; kepentingan
masyarakat harus menjadi prioritas
meskipun bertentangan dengan nilai-nilai
produktivitas
13

perbedaan karakteristik dengan OPA dan NPM. Perbedaan tersebut dapat


dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Diferensiasi OPA, NPM dan NPS
Aspek Old Public New Public New Public Service
Administration Management
Dasar teoritis dan
fondasi epistimologi Teori politik Teori ekonomi Teori demokrasi
Rasionalitas strategis atau rasionaitas
Rasionalitas dan model perilaku Rasionalitas Synoptic Teknis dan rasionalitas formal (politik, ekonomi dan
Manusia (administrative man) ekonomi (economic man) organisasi)
Kepentingan publik
Konsep kepentingan publik secara politis dijelaskan Kepentingan publik Kepentingan publik adalah hasil
dan diekspresikan dalam mewakili agregasi dialog berbagai nilai
aturan hukum kepentingan individu
Responsivitas birokrasi publik Clients dan Customer Citizen‟s
constituent
Peran pemerintah Rowing Steering Serving
Koalisi antarorganisasi publik,
Pencapaian tujuan Badan pemerintah Organisasi privat dan nonprofit dan privat
nonprofit
Multiaspek: akuntabilitas hukum,
Hierarki administratif Bekerja sesuai dengan nilai-nilai, komunitas, norma
Akuntabilitas dengan jenjang yang tegas kehendak pasar (keinginan politik, standar profesional
pelanggan)
Diskresi administrasi Diskresi diberikan Diskresi dibutuhkan tetapi dibatasi
Diskresi terbatas secara luas dan bertanggung-jawab
Birokratik yang Desentralisasi organisasi Struktur kolaboratif dengan
Struktur organisasi ditandai dengan kontrol utama kepemilikan yang berbagi secara
dengan otoritas top- berada pada para agen internal dan eksternal
down
Asumsi terhadap motivasi Gaji dan keuntungan, Semangat entrepreneur Pelayanan publik dengan
pegawai dan administrator proteksi keinginan melayani masyarakat

Sumber: Denhardt dan Denhardt (2003: 28-29)


Gambar dibawah ini menunjukkan luasnya spektrum
pelayanan publik karena munculnya fenomena barang/jasa
publik. Gambar tersebut menunjukkan bahwa di ujung kiri
adalah barang/jasa publik yang murni yang memiliki ciri- ciri:
tidak dapat diproduksi oleh sektor swasta karena adanya free
rider problem, non-rivalry, dan non- excludable, serta cara
mengkonsumsinya dapat

dilakukan secara kolektif. Semakin ke kanan karakteristik


barang/jasa tersebut semakin mendekati barang privat yang
memiliki ciri-ciri yang berkebalikan dengan barang/jasa publik
yang murni.
17

Manfaat social Manfaat


Dominan Individu

Di masa yang lalu, para ilmuwan mendefinisikan pelayanan publik sebagai semua
jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pameo yang terkenal
pada saat itu adalah: “whatever government does is public service”. Artinya semua
barang/jasa publik yang dibutuhkan oleh masyarakat dan diselenggarakan oleh
negara disebut sebagai pelayanan publik (Dwiyanto, 2010:14). Paradigma yang
melihat pelayanan publik seperti ini sering disebut paradigma kuno (old public
administration)
Dalam definisi yang lebih sempit lagi, pelayanan publik bahkan sering kali disalahpahami sebagai
pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh pemerintah terkait dengan pelaksanaan undang-
undang atau peraturan yang dalam klasifikasi Ripley (1985) masuk dalam ranah protective
regulatory policy (kebijakan protektif) dan competitive regulatory policy (kebijakan kompetitif).
Kebijakan protektif dibuat oleh pemerintah dengan cara membatasi ruang gerak individu agar tidak
merugikan individu yang lain
20
“Karena pentingnya upaya
peningkatan kualitas pelayanan publik,
sampai-sampai diterbitkan Permenpan
nomor 17 tahun 2017 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Unit
Penyelenggara Pelayanan Publik, serta
Permenpan nomor 5 tahun 2019
tentang Kompetisi Inovasi Pelayanan
Publik di Lingkungan Kementerian,
Lembaga, Pemerintah Daerah, BUMN,
dan BUMD,”
Aspek yang harus dipenuhi oleh unit penyelenggara
pelayanan publik sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
a. Keadilan (Fairness): kondisi dimana kebijakan dan
pemberia layanan publik memberikan kesamaan hak
dan persamaan perlakuan bagi semua orang (tanpa
diskriminatif) terhadap status, ras, agama maupun jenis
kelamin, namun memberikan perlakuan khusus bagi
kelompok masyarakat rentan, mencerminkan
keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi setiap
orang, serta memberikan kepastian hukum
b. Partisipasi (participation): tingkat keterlibatan (peran serta
masyarakat dalam pembuatan kebijakan, perencanaan,
implementasi serta monitoring (pengawasan) dan evaluasi
pelayanan publik. Termasuk peran serta penyusunan standar
pelayanan dan pemberian penghargaan.

c. Akuntabilitas (accountability): kondisi dimana pejabat,


lembaga dan organisasi pelayan publik bertanggungjawab
atas tindakantindakannya serta responsive terhadap publik.
d. Transparansi (transparency): kondisi dimana keputusan yang
diambil oleh pejabat pelayan publik serta proses pelayanan
terbuka kepada publik untuk memberi masukan, memonitor
dan mengevaluasi serta kondisi dimana informasi publik
tersebut
tersedia maupun dapat diakses oleh publik. Dengan
demikian publik sebagai pemanfaat layanan, lebih
memahami hak dan tanggungjawabnya.

e. Berdayaguna (useful): kondisi dimana kebijakan dan


program pelayanan publik telah mengutamakan
kepentingan umum,telah menggunakan sumberdaya –
manusia, keuangan dan waktu – secara optimal dan
ekonomis (efficiency), serta telah dicapai sesuai
dengan tujuan yang diharapkan (effectiveness).

f. Aksesibilitas (accessibility): kondisi dimana kebijakan dan


program pelayanan publik mudah, sederhana (tidak birokratis
dan berbelit), murah, dan terjangkau, oleh semua lapisan
masyarakat baik dari sisi strata sosial ekonomi maupun
kewilayahan.
ASPEK,INDIKATOR DAN BOBOT
-8-
INDEKS PELAYANAN PUBLIK
Tabel 3.1
Aspek, Indikator dan BobotASPEK
Indeks Pelayanan Publik BOBOT

ASPEK 1. KEBIJAKAN PELAYANAN 30%

Kelompok 1 Standar Pelayanan Indikator:


1. Tersedia Standar Pelayanan (SP) yang menjadi acuan dalam pemberian pelayanan kepada
publik
2. Tersedia Standar Pelayanan (SP) yang menjadi acuan dalam pemberian pelayanan kepada publik
(Per Jenis
Layanan)
3. Sistem antrian
4. Proses penyusunan SP telah melibatkan masyarakat dan pihak terkait (stakeholder)
5. Tersedia dokumentasi tentang SP yang ditetapkan,
dan dipublikasikan.
6. Kesesuaian SP dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Informasi atas Standar Pelayanan dapat diakses dengan mudah untuk diketahui dan dipahami
oleh
masyarakat.
8. Tersedia SP yang tepat guna. (Substansi/Isi SP)
Kelompok 2 Maklumat Pelayanan Indikator:
1.2.1.Tersedia Maklumat Pelayanan yang dipublikasikan kepada seluruh lapisan masyarakat.
Kelompok 3 Survei Kepuasan Masyarakat Indikator:
1. Tingginya keterlibatan pengguna layanan dalam pengisian SKM
2. Informasi Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) yang
diketahui seluruh lapisan masyarakat.
3. Tindak lanjut hasil SKM dan kedalaman ruang lingkup.
4. Kecepatan tindak lanjut hasil SKM.
ASPEK 2. PROFESIONALISME SDM 18%

Kelompok 1 Kompetensi Indikator:


2.1.1. Tersedia Pelaksana Layanan dengan kompentensi sesuai kebutuhan jenis layanan.
Kelompok 2 Responsifitas Indikator:
1. Pelaksana layanan yang responsif waktu.
2. Kesigapan petugas dalam memberikan layanan (kecepatan)
Kelompok 3 Kode Etik Indikator:
-9-

ASPEK BOBOT

Kelompok 4 Penghargaan dan Sanksi Indikator:


1. Pemberian Penghargaan.
2. Pemberian Sanksi.
Kelompok 5 Budaya Pelayanan Indikator:
2.5.1 Budaya Pelayanan.
ASPEK 3. SARANA PRASARANA PELAYANAN PUBLIK 15%
Kelompok 1 Parkir dan Ruang Tunggu Indikator:
1. Tersedia tempat parkir yang aman, nyaman dan mudah diakses.
2. Tersedia sarana ruang tunggu yang nyaman.
3. Tersedia sarana toilet khusus pengguna layanan yang bersih, sehat dan
memadai.
Kelompok 2 Sarpras bagi yang berkebutuhan khusus Indikator:
3.2.1. Tersedia sarana prasarana bagi pengguna layanan yang
berkebutuhan khusus.
Kelompok 3 Sarana Penunjang Lain Indikator:
3.3.1. Tersedia sarana prasarana penunjang lainnya: Ruang Laktasi/ nursery,
arena bermain anak, kantin/
photocopy/ toko ATK.
Kelompok 4 Sarana Front Office
Indikator:
1. Tersedia sarana front office untuk layanan konsultasi dan informasi
tatap muka.
2. Tersedia sarana front office untuk layanan pengaduan tatap muka.
ASPEK 4. SISTEM INFORMASI PELAYANAN PUBLIK 15%
Kelompok 1 Sistem Informasi Elektronik Indikator:
1. Sistem informasi pelayanan publik untuk informasi publik.
2. Sistem informasi pelayanan publik pendukung operasional
pelayanan.
3. Kepemilikan situs dan Pengelola Situs
4. Pemutakhiran data dan informasi situs.
Kelompok 2 Sistem Informasi Non Elektronik Indikator:
4.2.1. Tersedia informasi non elektronik yang mendukung pelayanan yang
diketahui seluruh lapisan masyarakat
ASPEK 5. KONSULTASI DAN PENGADUAN 15%
-10-

ASPEK BOBOT

Kelompok Pengaduan Indikator:


2 1. Tersedia sarana dan media pengaduan yg bisa
dimanfaatkan semua lapisan masyarakat.
2. Tersedia rubrik, dokumentasi, dan publikasi proses/hasil pengaduan
yang mudah diakses.

ASPEK 6. INOVASI 7%

Indikator:
Inovasi ini merupakan kesatuan indikator dari berbagai prinsip. Dengan demikian
Inovasi bisa merupakan upaya yang meliputi satu atau gabungan beberapa prinsip
dalam satu kesatuan inovasi. Inovasi ini merupakan aspek sekaligus indikator yang
berupaya menerapkan prinsip- prinsip pelayanan publik namun belum terpotret secara
spesifik dalam indikator yang diperlakukan sama sebagaimana kelompok
indikator/pada aspek I sampai V.
Mengacu kepada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Perdagangan, Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal:
Nomor 69 Tahun 2009, Nomor M.HH-08.AH.1.1.2009, Nomor 60/M-
DAG/ PER/12/2009, Nomor 10 Tahun 2009 tentang Percepatan
Pelayanan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Untuk Memulai
Usaha.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka instrumen yang disusun dalam kajian ini
menggunakan sepuluh dimensi kompleksitas pelayanan perizinan yang terdiri dari: (1)
Pendaftaran nama perusahaan; (2) Pembuatan akta pendirian perusahaan; (3)
Pengesahan status badan hukum; (4) Pendaftaran dan pengumuman Badan Hukum
Dalam Berita Negara; (5) Pendaftaran NPWP; (6) Pendaftaran nomor pengukuhan
pengusaha kena pajak; (7) Pengurusan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); (8)
Pengurusan Tanda Daftar Perusahaan (TDP); (9) Pendaftaran wajib lapor
dan (10) BPJS Kesepuluh dimensi
PELATIHAN DASAR CPNS-2021
TIM PENGAJAR AGENDA 3 PSDM PROVSU
37
LATAR BELAKANG.....???

UU NO. 5 THN 2014 TTG ASN


TGL 15 JANUARI 2014
Isu-Isu Strategis
 Korupsi
 Daya Saing Global
 Kepercayaan Publik
 AEC  Akuntabilitas Publik
World Class
Issu Tuntutan  Inefisiensi Goverment
Bureaucracy Global Nasional
 Pelayanan
publik masih
buruk
Kompleksitas  Implementasi
Manajemen ASN Penuh UU ASN

 KUALITAS PENGEMBANGAN KOMPETENSI


 Gap Kompetensi ASN

INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI


EFEKTIVITAS PEMERINTAHAN
 The quality of public services,  The quality of policy formulation and
 The quality of the civil service, implementation,
 The degree of its independence from  The credibility of the government's
political pressures, commitment to such policies.
100 Singapore, 100
Japan, 95.67
90

80 Brunei, 82.21
Malaysia, 76.92
70
Thailand, 65.87
60 Philippines, 57.69
India, 56.25
50 Vietnam, 55.29
Indonesia,
40
46.15

30
Cambodia, 25.48
20
Latest data release in
Ti 2m01o6r-bLy:este, 12.98
10
Myanmar, 10.1 0
0

200 0 2 002 20 03 2 00 5 20 07 200 9 20 11 201 3 2 01 5


2016, Daya Saing Indonesia Turun 4
Peringkat
Kamis, 29 September 2016

• Daya Saing Indonesia tahun 2015 adalah


37
• Daya saing Indonesia 2016 adalah di peringkat 41.
Seperti dimuat dalam Global Competitiveness Index,
meski Indonesia telah banyak melakukan reformasi di
berbagai sektor, namun secara performance empat
negara lain berhasil menggeser posisi Indonesia. Negara
tersebut yakni Malta, India, Kuwait dan Azerbaijan.

41
DAYA SAING INDONESIA
• Merdeka.com - Peringkat daya saing Indonesia 2017 meningkat 5 posisi
dari posisi tahun lalu. Peringkat Indonesia saat ini berada di posisi 36.
Dilansir dari weforum.org, Kamis (28/9), korupsi masih menjadi
permasalahan terbesar dalam kemudahan berusaha di Indonesia. Diikuti
oleh ketidakefisienan birokrasi, akses ke pembiayaan, serta masih
rendahnya ketersediaan infrastruktur.
"Sama seperti Korea, Indonesia telah memperbaiki kinerja sejumlah aspek
dasar penilaian," tulis WEF.
Peringkat Indonesia ini didorong utamanya oleh kepemilikan pasar yang
besar (berada di posisi 9) dan kestabilan makro ekonomi (berada di posisi
26). Sementara, Indonesia dianggap sebagai inovator tertinggi diantara
negara berkembang.
"Indonesia menduduki peringkat 31 pada aspek inovasi dan 32 pada
kepuasan berbisnis."
UU No. 5 TAHUN 2014

Roh UU ASN adalah Merit System

Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut ASN


adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja
pada instansi pemerintah.
SISTEM MERIT

Kebijakan dan Manajemen ASN yang


berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa
membedakan latar belakang politik, ras, warna
kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan
(UU No. 5 Tahun 2014 ttg ASN: Pasal 1, butir 22).
RPJMN 2015-2019
ADALAH RPJMN KE III DALAM RPJPN 2005-2025

Visi Pembangunan 2005-2025


INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR

Smart ASN
ASN Merit Human Capital
Reformasi System
Birokrasi &
Good UU ASN  Keunggulan
Governance kompetitif ekonomi
berbasis SDA
 SDM berkualitas dan
berkemampuan IPTEK

(UU 17 TAHUN 2007) INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI


Membangun Sistem Merit ASN Menyesuaikan arah
pembangunan nasional
• Aligning Anjab & ABK thd
Mengapresiasi Renstra K/L/D, serta Audit
secara layak Kepegawaian
• Supervisi oleh JPT Madya dan
• Sistem pensiun & JHT
Pratama
• Sistem kompensasi

Mendapatkan talenta
Menuju ASN terbaik
yang dinamis • Rekrutmen
berbasis jabatan
• Talent Mapping,
Succession & Career
Planning
6P (diversifikasi tes) &
sertifikasi TKD
• Orientasi &
• Rotasi nasional engagement utk
(perekat NKRI) setiap penugasan
pada jabatan baru

Meningkatkan kinerja
berkelanjutan Mengurangi kesenjangan
KEBIJAKAN & kompetensi
• Performance dialogue
• Merit & performance based PROSES • Training Need Analysis (TNA)
incentives SISTEM & • Diklat, Coaching & Mentoring
INFRASTRUKTUR berbasis kompetensi
BUDAYA KERJA &
KEPEMIMPINAN
PRINSIP DASAR UU ASN
Memberlakukan “SISTEM MERIT ”
melalui:
• Seleksi dan promosi secara adil dan Sistem Merit adalah
kompetitif kebijakan dan
Manajemen ASN
• Menerapkan prinsip fairness yang berdasarkan
• Penggajian, reward and punishment berbasis pada kualifikasi,
kompetensi, dan
kinerja kinerja secara adil
• Standar integritas dan perilaku untuk dan wajar dengan
kepentingan publik tanpa membedakan
latar belakang politik,
• Manajemen SDM secara efektif dan efisien ras, warna kulit,
agama, asal usul,
• Melindungi pegawai dari intervensi politik
jenis kelamin, status
dan dari tindakan semena-mena. pernikahan, umur,
ataupun kondisi
kecacatan.
 Rekrutmen dan seleksi berdasarkan kemampuan
(Ability), pengetahuan (Knowledge), dan keterampil
an (Skill) melalui kompetensi terbuka dan adil.
 Memberlakukan pegawai ASN adil & setara.
Prinsip  Remunerasi sesuai pekerjaan yang setara dan
Merit menghargai kinerja tinggi.
 Standar tinggi integritas, perilaku dan kepedulian
Merit Sistem bagi kepentingan masyarakat.
UU 5 Th 2014  Mengelola pegawai ASN secara efektif dan
efisien.
 Mempertahankan pegawai ASN yang berprestasi
dan melakukan koreksi terhadap yang kurang
berprestasi
 Kesempatan Pengembangan kompetensi.
 Melindungi pegawai ASN dari
pengaruh politik.
 Perlindungan pegawai ASN
 Penataan jabatan (restructuring dan
rightsizing) agar semua jabatan jelas
kontribusinya terhadap pencapaian target
Penerapan kinerja organisasi.
Sistem  Penyusunan kualifikasi, standar
kompetensi, target kinerja untuk setiap
Merit Sistem jabatan.
UU 5 Th 2014  Penerapan sistem penilaian kinerja yang
obyektif dan transparan.
 Penyempurnaan sistem remunerasi.
 Penempatan kembali pegawai.
 Penyusunan rencana pengembangan
karier, termasuk program
Diklat.
MERIT SYSTEM & IMPLEMENTASI MANAJEMEN ASN
Pansel Syarat :
Nasional Intern  Kompetensi
Extern  Kualifikasi
JPT Utama
JPT Madya 
Seleksi Terbuka &
Kompetitif oleh Pejabat Kepangkatan
JT Pratama Pembina Kepegawaian  Pendidikan
&
Jabatan Pimpinan Paling Lama 5 Tahun, Pelatihan
Diperpanjang Uji
Tinggi (JPT) Kompetensi  Rekam Jejak
Pencapaian Kinerja
Kesesuaian Kompetensi
Jabatan
Kebutuhan Instansi
Pengawas oleh KASN
 Tidak Memenuhi Kinerja Rekomendasi:
dlm (1 Th) Kesempatan  Pembentukan Panitia Seleksi
Pengumuman Jab. yg kosong
6 bln. Pelaksanaan Seleksi
Tidak menunjukkan Pengusulan Nama
perbaikan Kinerja Uji Penetapan Calon
Kompetensi Pelantikan
KELEMBAGAAN DALAM KEBIJAKAN DAN
MANAGEMEN ASN
Presiden merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam kebijakan,
pembinaan profesi, dan Manajemen ASN, mendelegasikan sebagian
kekuasaannya kepada:
⇒ KemPAN merumuskan kebijakan
⇒ LAN melaksanakan diklat dan kajian
⇒ BKN mengelola pegawai ASN
⇒ KASN menjamin perwujudan sistem merit

PRESIDEN

KEMENPAN-RB
KASN

LAN BKN NON-STRUKTURAL INDEPENDEN


KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA
Mewujudkan:
Unsur pemerintah dan/atau non-  Sistem Merit
pemerintah, yang terdiri:  ASN yg profesional
 1 orang Ketua merangkap  Pemerintahan yg efektif, efisien,
anggota. terbuka, & bebas KKN;
 1 orang Wakil Ketua  ASN yg netral;
merangkap anggota  Profesi ASN yg dihormati;
 5 orang anggota  ASN dinamis &
berbudaya.

Tugas: menjaga netralitas;


 Mengawasi proses
melakukan pengawasan
pengisian JPT;
atas pembinaan profesi;
 Penerapan asas, nilai
dan melaporkan hasilnya
dasar, serta kode etik dan kode
kepada Presiden
perilaku (mengawasi dan
mengevaluasi serta meminta Fungsi: mengawasi norma dasar,
informasi, memeriksa dan kode etik dan kode perilaku ASN,
klarifikasi laporan pelanggaran) serta penerapan Sistem Merit
TINDAK LANJUT HASIL KEPUTUSAN KASN
HASIL PENGAWASAN SANKSI SEBAGAIMANA
KASN DIMAKSUD BERUPA:
a. peringatan;
b. teguran;
c. perbaikan, pencabutan,
TIDAK ADA ADA pembatalan, penerbitan
PELANGGARAN PELANGGARAN keputusan, dan/atau
pengembalian
pembayaran;
Keputusan KASN: pelanggaran d. hukuman disiplin untuk
kode etik dan kode perilaku PyB sesuai dengan
Pegawai ASN ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
e. sanksi untuk PPK, sesuai
TIDAK
DITINDAK
DITINDAK dengan ketentuan
LANJUTI PPK peraturan perundang-
LANJUTI PPK
dan PyB undangan.
dan PyB

KASN merekomendasikan kepada Presiden untuk


menjatuhkan SANKSI TERHADAP PPK DAN PyB
yang melanggar prinsip Sistem Merit dan
ketentuan peraturan perundang-undangan
KASUS-KASUS PELANGGARAN MERIT SISTEM DI INDONESIA

Padang, (Antara Sumbar) - Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) menyebutkan terdapat empat kabupaten dan
kota di Sumatera Barat terindikasi melakukan pelanggaran terhadap sistem merit dalam proses pengisian jabatan
pimpinan tinggi.

"Indikasi pelanggaran mulai dari pembentukan panitia seleksi instansi, pengumuman lowongan, pelaksanaan seleksi,
pengusulan nama calon, hingga penetapan dan pelantikan," kata Asisten Komisioner Bidang Pengaduan dan
Penyelidikan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) Nurhasni di Padang, Kamis.
Ia mengatakan itu dalam pembukaan rapat koordinasi penguatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah pusat
dalam pembinaan dan pengawasan manajemen ASN dan monitoring tindak lanjut rekomendasi KASN di Padang.
Empat daerah itu masing-masing Kabupaten Padangpariaman, Limapuluh Kota, Solok, dan Kota Padang Panjang.
KASN menurut dia akan segera menindaklanjuti indikasi pelanggaran tersebut dengan mengkonfimasi langsung
pada pihak terkait.

55
KASUS SUAP DALAM PENGISIAN JPT

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pada tanggal 15 Maret 2019


melakukan penangkapan terhadap RMY, HRS, dan MFQ. RMY diduga
menerima suap untuk memengaruhi hasil seleksi jabatan pimpinan, yaitu
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa
Timur, dan Kepala Kantor Wilayah Kemenag Kabupaten Gresik. KPK,
setelah melakukan pemeriksaan, menemukan bukti permulaan yang
cukup untuk menetapkan RMY (Anggota DPR periode 2014-2019), HRS
(Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Jawa Timur), dan MFQ (Kepala
Kantor Wilayah Kemenag Kabupaten Gresik) sebagai tersangka. (KPK:
2019).
Kasus suap pengisian jabatan tidak hanya terjadi di instansi pemerintah
pusat, melainkan juga di daerah, antara lain di Kabupaten Klaten,
Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jombang, dan Kabupaten Cirebon yang
melibatkan bupati setempat. Hal ini menunjukkan Meritokrasi masih
belum berjalan dengan baik.

56
SANKSI TERHADAP PELANGGARAN MERIT SISTEM

Pemerintah pada tahun 2014 ini telah memecat sejumlah pegawai negeri
sipil (PNS) dari berbagai instansi pusat maupun daerah,
karena melanggar Peraturan pemerintah No. 53/2010 tentang Disiplin
PNS.
“Ini menunjukkan bahwa pemerintah makin tegas dan serius dalam
menangani indisipliner pegawai,” kata Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPANRB) Azwar Abubakar usai
memimpin sidang Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK) di
Jakarta, Rabu (12/3).
MenPANRB Azwar Abubakar mengatakan di awal tahun ini, BAPEK telah
menggelar sidang untuk mengambil keputusan terhadap 54 kasus dari
berbagai instansi pusat maupun daerah. Dari 54 kasus yang disidangkan,
45 kasus diantaranya akibat PNS tidak masuk kerja 46 hari atau lebih.

57

Anda mungkin juga menyukai