Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

MARLIN ID. MAAL


2020032045

CI LAHAN CI INSTITUSI

…………………………… …………………………..

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan pendahuluan yang berjudul “DEFISIT PERAWATAN
DIRI “ dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati Penulis selaku penyusun laporan pendahuluan ini
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan
laporan yang serupa dimasa yang akan datang.

Demikian, Semoga segala yang tertulis di dalam laoran pendahuluan ini bermanfaat,
selebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya

Palu, 11 januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Teoritis
1. Definisi
2. Anatomi fisiologi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Pohon masalah
6. Manifestasi klinis
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan
9. Komplikasi
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi dan rasional
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Data statistik yang dikemukakan oleh WHO (2012) menyebutkan bahwa
sekitar 450 juta orang didunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa.
Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh
peneliti di Harvard Univercity College London, Mengatakan penakit kejiwaan pada
tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis kecacatan diseluruh dunia. Angka tersebut
meningkat dari tahun sebelumnya (VOA Indonesia, 2016).
Menurut WHO (2016) terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang
dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17 % menderita
gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6%
penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa, dari 34 provinsi di
Indonesia. Sementara barat merupakan peringkat ke Sembilan dengan jumlah
gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia pada urutan
ke 2 sebanyak 1,9 permil peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan
menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas, 2013).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatan
nya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara
mandiri.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan dari defisit perawatan diri ?
3. Tujuan
Untuk mengetahui secara teori mengenai defisit perawatan diri dan Asuhan
Keperawatan yang akan dilakukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi karena adanya perubahan proses fiikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
diantaranya mandi, makan/minum secara mandiri, berhias secara mandiri,
toileting BAK/BAB (Damiyanti, 2012)
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktivitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegatan itu harus
dilakukan secara mandiri.
Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia
dalam melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi
kesehatan nya.(Damayanti & Iskandar, 2012).
2. Anatomi Fisiologi
Sistem persarapan merupakan salah satu organ yang berfunggsi untuk
menyelenggarakan kerja sama yang rapi dalam organisasi kegiatan tubuh.
Dengan pertolongan saraf . susunan syaraf terdiri darintiga bagian yaitu
susunan syraf perifer, susunan syaraf autonom. Susu syaraf dibagi atas dua
bagian penting otak, sumsum tulang belakang. Neuron adalah unit dasar
sistem persarapan terdapat berjuta – berjuta neuron di dalam sistem saraf.
3. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif tergaggu.
2) Biologi
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang


kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungan. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kekurangan kognisi atau perseptual, cemas ,
lelah, lemah, yang dialami individu sehinng yang menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
4. Patofisiologi
Ketidak mampuan perawatan diri ditentukan oleh ketidak mampuan
untuk melakukan aktivitas. Ketidak mampuan untuk beraktivitas ini juga
ditentukan oleh beberapa hal seperti lemah atau lelah, cemas, berat, tidak
mampu merasakan bagian tubuh, kerusakan kognisi atau perceptual nyeri,
kerusakan neurovaskuler, kerusakan musculoskeletal. Jika tidak mampu
beraktivitas, maka kita juga tidak akan mampu untuk melakukan perwatan diri
sehingga tidak akan mengalami defisit perawatan diri.
5. Pohon masalah
Effect Resiko tinggi isolasi sosial

Core problem defisit perawatan diri

Causa harga diri rendah


6. Manifestasi klinis
menurut fitriah (2012) tanda dan gejala yang tampak pada klien yang
mengalami defisit perawatan diri adalah :
1) Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapat perlengkapan mandi, meringankan tubuh, serta masuk
dan keluar kamar mandi.
2) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil
potongan pakaian, menangalkan pakaian, serta memperoleh serta menukar
pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan dalam menggunakan
pakaian dalam, memilih pakaian yang benar, menggunakan alat tambahan,
menggunakan kancing tarik. Melepas pakaian, menggunakan kaos kaki
mempertahankan pada tingkat memuaskan, mengambil pakian, dan
mengenakan sepatu.
3) Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, mengambil makanan
dari wadah lalu memasukan kedalam mulut, melengkapi makanan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas.
4) BAB/BAK (toiletting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,
memanipulasi pakaian untuk toiletting membersihkan diri setelah
BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Keterbattasan diri diatas biasanya diakibatkan karna stesor yang cukup
berat dan sulit dittangani oleh klien (klien bisa mengalami HDR) Sehingga
dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal
mandi, pakaian, berhias, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan
intervensi oleh perawat, maka kemungkinan bisa mengalami masalah
resiko tinggi isos.

7. Penatalaksanaan
Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan
perawatan medis, karena hanya mengalami ganguan jiwa, pasien lebih
membutuhkan trapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik
8. Komplikasi
Akibat dari defisit perawatan diri menurut damiyanti 2012 sebagai berikut
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan dan diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12 fisik yang
sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
waktu.
b. Dampak psikososial masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman, kebutuhan cinta
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualitas
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tenttang nama perawat, nama klien, panggilan perawat,
panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan dan topik yang akan
dibicarakan. Kemudian usia dan nomor rekam medis.
2) Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat
b. Alasan masuk
Tanyakan pada keluarga dan klien :
1) Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang kerumahsakit saat ini ?
2) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ?
3) Bagaimana hasilnya?
c. Faktor predisposisi
1) Tanyakan pada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu.
2) Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau
mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik seksual, penolakan
diri, lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
3) Tanyakan pada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga
lainnya yang mengalami gangguan jiwa.
4) Tanyakan pada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian,
terutama selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada
masalalu.
d. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
1) Ukur dan observasi TTV
2) Ukur tinggi badan dan berat badan
3) Tanyakan kepada klien dan keluarga, apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan.
4) Kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ serta jelaskan dengan
keluhan yang ada
5) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada
e. Psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri
3) Hubungan sosial
4) Spiritual
f. Status mental
1) Penampilan
2) Pembicaraan
3) Aktvitas motorik
4) Alam perasaan
5) Efek
6) Interaksi selama wawancara
7) Persepsi
8) Proses pikir
9) Isi pikir
10) Tingkat kesadaran
11) Memori
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung kemampuan penilaian
13) Daya tarik diri
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
2) BAB/BAK
3) Mandi
4) Berpakaian
5) Istirahat dan tidur
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan
8) Kegiatan didalam rumah
9) Kegiatan diluar rumah
h. Mekanisme koping
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau kelurganya pada tiiap
masalah yang dimiliki klien beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
j. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya pada tiap
item yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
k. Aspek medik
Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter
yang merawat. Tuliskan obat-obat klien saat ini, baik obat pisik,
psikofarmakolog dan terapi lainnya.
l. Daftar masalah
1) Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data subjektif
dan data objektif.
2) Buat pohon masalah dari data yang telah dirumuskan
m. Daftar diagnosa keperawatan
1) Rumuskan diagnosa dengan rumusan (permasalahan) (etiologi
berdasarkan pohon masalah)
2) Urutkan diagnosa sesuai prioritas.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Deficit Tum : klien dapat 1. Bina hubungan saling Rasa saling
perawatan mandiri dalam percaya percaya adalah
diri perawatan diri a. Beri salam setiap fasilitas untuk
Tuk : intraksi ekspresikan
1. Klien dapat b. Perkenalkan nama, perasaan seca
membina nama panggilan terbuka
hubungan perawat dan tujuan
saling percaya perawat berkenalan
dengan c. Tanyakan nama
perawat pangilan kesukaan
klien
d. Tunjukan sikap jujur
dan menepati janji
setiap kali
berintraksi
e. Penuhi kebutuhan
mendasar klien
f. Buat kontrak
indikasi yang jelas
g. Dengarkan
ungkapan perasaan
klien
2. Klien 1. Dorong klien Pengetahuan
mengetahui mengungkapkan tentang
pentingnya perasaannya tentang pentingnya
perawatan keadaan dan kebersihan perawatan diri
diri dirinya dan
2. Diskusikan tentang meningkatkan
klien motivasi
a. Arti kebersihan diri
b. Tujuan kebersihan
diri
c. Penyebab klien
tidak merawat diri
d. Manfaat menjaga
perawatan diri untuk
keadaan fisik mental
dan sosial
e. Tanda – tanda
perawatan diri yang
baik
f. Penyakit atau
gangguian
kesehatan yang bisa
dialami oleh klien
bila perawat tidak
adekuat
3. Beri pujian atas
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya
3. Klien 1. Diskusikan frekuensi Meningkatkan
mengetahui cara menjaga perawatan diri motivasi akan
– cara melakukan selama ini meningkatkan
perawatan diri a. Mandi, gosok gigi kebersihanya
b. Keramas dan
c. Gantipakaian memudahkan
d. Berhias untuk
e. Potong kuku melakukannya
2. Diskusikan cara praktek
perawatan diri
a. Mandi
b. Gosok gigi
c. Gantipakian
d. Berhias
e. Potong kuku
3. Berikan pujian untuk
setiap respon klien yang
positif
4. Klien 1. Berikan pujian setelah Membicarkan
dapat klien selesai diri untuk
melaksana melaksanakan melakukan
kan perawatan diri perawtan diri
perawatan sendiri
diri dengan
bantuan
perawat
5. Klien 1. Bantu klien untuk saat Peran keluarga
dapat perawatan diri dalam
melaksana a. Mandi, perawatan akan
kan b. Gosok gigi sangat
praktek c. Keramas membantu
keperawat d. Ganti pakaian, kebutuhan
an secara berhias dalam
mandiri e. Potong kuku perawatan diri
2. Beri pujian saat klien klien
melaksanakan
perawatan diri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatan
nya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan
diri secara mandiri.
B. Saran
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang
direncanakan oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna
untuk kesembuhan klien. Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan
semangat kepada klien untuk mengembalikan kepercayaan diri baik dirumah
maupun di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat. B.A. 2015. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015).Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.


Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai