Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN 3

MEMBANGUN SPIRIT TEKNOPRENEURSHIP:


BERORIENTASI PADA TINDAKAN DAN PENGAMBILAN RESIKO

A. Karakter Berorientasi pada Tindakan


Berorientasi pada tindakan berarti berpikir cepat dan bertindak terhadap suatu
keadaan untuk menghasilkan solusi permasalahan yang baik dan efektif. Sikap ini
terkadang dikaitkan dengan seberapa seseorang responsif terhadap keadaan,
seberapa cepat untuk mengambil tindakan sebagai solusi terhadap masalah yang ada,
dan seberapa jauh komitmen orang tersebut atas perkataannya.
Karakter seorang pribadi yang berorientasi pada tindakan adalah memiliki
pemikiran yang lebih berorientasi pada tindakan (action) daripada sekadar bermimpi,
berkata-kata, berpikir-pikir, atau berwacana. Seorang pribadi selalu menghadapi resiko,
ketidakpastian, dan keterbatasan dalam setiap masalah yang dihadapi. Apabila seorang
pribadi hanya berkata-kata dan tidak bertindak, segala kesempatan yang ada akan
berubah menjadi kerugian semata.
Selain itu, seorang pribadi juga harus memiliki orientasi PDCA (Plan, Do, Check,
and Action). Hal ini berarti, tidak hanya sekadar merencanakan berbagai strategi dan
taktik, tetapi juga melaksanakannya.
Seseorang yang berorientasi pada tindakan adalah orang yang memiliki tingkat
efektivitas yang tinggi. Menurut Stephen Covey (2004) manusia yang efektif adalah
manusia yang dilandasi oleh sikap-sikap adil (fairness), mengedepankan persamaan
(equity), memiliki integritas (integrity), jujur (honesty), martabat dan keseimbangan, mau
melayani, sabar, tekun, peduli, keteguhan hati dan senantiasa berpikir positif. Karakter
seseorang itu dibentuk karena kebiasaan. Oleh karena itu, kebiasaan yang harus
dikembangkan oleh seseorang adalah kebiasaan-kebiasaan yang bersifat produktif.
Sehebat apapun angan-angan untuk menciptakan perubahan, belum tentu dapat
dijalankan jika tidak berorientasi pada tindakan dan tidak berani mengambil resiko.
Begitu juga sebaliknya tindakan hebat, jika tidak dilandasi dengan strategi yang betul
akan sia-sia. Strategi dan tindakan adalah dua hal yang penting dalam menciptakan
perubahan. Strategi yang berorientasi pada tindakan adalah strategi yang kaya akan
inovasi dan dilandasi oleh suatu pemikiran atau mindset.

B. Sikap dan Tindakan Karakter Berorientasi pada Tindakan


Berorientasi pada tindakan adalah melakukan suatu tindakan yang dilandasi
dengan akal pikiran yang sehat berdasarkan pada keadaan yang sedang terjadi saat
ini. Dalam melakukan tindakan ini, dibutuhkan keberanian dari diri orang itu sendiri dan
tindakan yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuannya. Tujuan disini adalah untuk
mendapatkan reaksi dari orang yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan dari tindakan
tersebut diperlukan beberapa kebiasaan yang harus dilakukan yaitu :
1) Proaktif
Seseorang yang efektif mengambil inisiatif untuk bertindak, bukan menunggu atau
berwacana. Seseorang yang efektif adalah orang yang proaktif. Bertindak proaktif
merupakan pengambilan tindakan mengantisipasi sebelum sebuah kejadian yang
tidak dikehendaki muncul.
2) Bermula dari Ujung Pemikiran (Goal Oriented)
Orang yang berorientasi pada tindakan tidak hanya mengejar pencapaian tujuan,
akan tetapi juga berburu tujuan yang benar. Agar tujuan tercapai dengan baik
maka perlu menyusun rencana tujuan yang jelas dan tepat.
3) Mendahulukan Hal yang Utama
Intinya adalah seseorang harus fokus pada hal-hal yang urgent (mendesak)
dengan membuat prioritas, dan menyadari bahwa tidak semua hal dikategorikan
prioritas. Hal yang paling penting atau membutuhkan perhatian besar harus
diutamakan.
4) Berpikir dan bertindak win/win
Bisnis atau berwirausaha pada dasarnya adalah upaya untuk memenangkan
kehidupan dalam kehidupan sehari-hari, kita akan berhadapan dengan persaingan
dan memerlukan kerja sama dari para pendukung. Terdapat beberapa alternative
solusi dalam berhubungan dengan rekan rekan bisnis itu, yaitu win win, win-lose,
lose-win dan lose lose solution. Manusia efektif akan selalu bersikap win win.
Mereka berusaha agar semua pihak mencapai kondisi akhirnya yang baik.
5) Cari tahu dulu untuk memahami, baru dipahami
Agar dapat mengembangkan hubungan yang win win seseorang harus dapat
mengetahui apa yang di inginkan oleh pihak lain (rekan usaha) dan apa makna
“menang” bagi mereka. Dalam Hal ini, kita harus dapat memahami apa yang
menjadi kebutuhan dan keinginan orang lain sebelum menguarakan tujuan pribadi
kita.
6) Sinergi
Dalam berwirausaha, seseorang harus mencari sinergi, yaitu suatu total yang lebih
besar dari penjumlahan elemen-elemen tunggalnya. Misalnya, ada 2 pihak A dan
B, dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri, masing-masing hanya akan
menghasilkan 5 buah, dan kalau dijumlahkan A+B=10. Dengan sinergi antara A
dan B maka 5+5=10, inilah yang disebut sinergi.
7) Menajamkan ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatan
Kebiasaan ini berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk
melatih ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatannya. Upaya yang dapat dilakukan
adalah memberi makanan pada jiwa melalui kegiatan-kegiatan spiritual, hidup
yang seimbang, melakukan meditasi atau bisa juga dengan membaca buku-buku
self help yang membangkitkan semangat dengan kata-kata yang memotivasi.
8) Menemukan keunikan pribadi dan membantu orang lain menemukannya
Menemukan keunikan berarti mengenal potensi yang dimiliki, yang tersebar pada
empat elemen utama, yaitu pikiran (mind), tubuh, hati, dan jiwa. Jika pikiran terus
dikembangkan dan visi yang hebat dapat dirumuskan, maka hal tersebut dapat
memampukan seseorang untuk mengembangkan potensi terbesar seseorang,
lembaga, atau perusahaan. Hal ini berlaku juga dalam kaitannya membantu orang
lain menemukan keunikan pribadinya.

C. Konsep Resiko
Saat ini sudah banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya atau opininya
mengenai apa yang dimaksud dengan resiko. Berikut beberapa pengertian resiko
menurut para ahli :
 Menurut Arthur Williams dan Richard, M. H., Resiko adalah suatu variasi dari
hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu.
 Menurut A.Abas Salim, Resiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin
melahirkan peristiwa kerugian (loss).
 Menurut Soekarto, Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa.
 Menurut Herman Darmawi, Resiko merupakan penyebaran atau penyimpangan
hasil aktual dari hasil yang diharapkan.
 Menurut Djohanputro, Resiko diartikan sebagai ketidakpastian yang telah
diketahui tingkat probabilitas kejadiannya.
 Menurut KBBI, Resiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat
merugikan perusahaan.
Bagi seorang wirausaha, menghadapi resiko adalah tantangan karena mengambil
resiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam
mengubah ide menjadi kenyataan. Demikian pula pengambilan resiko bagi wirausaha
berkaitan dengan kepercayaan pada dirinya. Semakin besar pula keyakinan pada
kemampuan dirinya, semakin besar pada kesanggupan untuk menelurkan hasil dari
keputusan yang diambil. Bagi orang yang bukan wirausaha (misalnya pegawai negeri)
kegiatan tersebut merupakan resiko, tetapi bagi wirausaha adalah tantangan dan
peluang untuk memperoleh hasil. Wirausaha berprinsip biar mundur satu langkah,
tetapi nanti harus maju dua langkah.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa resiko adalah suatu
kemungkinan yang terjadi berupa konsekuensi, akibat, atau bahaya yang tidak
diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan yang terjadi akibat sebuah proses yang
sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Resiko ini biasanya menjurus
pada suatu hal yang merugikan bagi pelaku suatu kegiatan.

D. Identifikasi Resiko Potensial


Identifikasi sebuah resiko merupakan sebuah proses memahami kejadian
potensial yang mana dapat merugikan sebuah objek tertentu. Proses ini
mengidentifikasi suatu resiko yang kemungkinan terjadi dalam suatu aktivitas. Sumber
dari resiko potensial adalah semua faktor yang bisa menyebabkan resiko tersebut.
Tujuan dari mengidentifikasi resiko adalah untuk mengidentifikasi dan
mengelompokkan resiko-resiko apa saja yang ada dan yang diantisipasi akan terjadi
yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.
Secara umum, ada beberapa cara untuk mengidentifikasi resiko, yaitu :
1. Identifikasi risiko berdasarkan tujuan.
Pendirian sebuah perusahaan tentulah mempunyai tujuan. Jadi, peristiwa-
peristiwa yang akan menyebabkan tidak tercapainya sebagian atau seluruh
tujuan perusahaan akan diindentifikasikan sebagai risiko.
2. Identifikasi risiko berdasarkan skenario-skenario yang dibuat.
Skenario yang dibuat dimana skenario-skenario tersebut merupakan alternatif-
alternatif cara untuk mencapai tujuan perusahaan.

E. Pengelolaan Resiko
Mengelola risiko atau disebut juga dengan manajemen risiko merupakan suatu
proses indentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya
melalui sumber daya yang tersedia. Tujuan dari pelaksanaan manajemen risiko adalah
untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah
dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat.
1. Dikontrol (Risk Control)
Risiko yang dikontrol ini artinya melakukan upaya-upaya agar probabilitas
terjadinya risiko yang telah diidentifikasi menjadi berkurang. Mengontrol risiko ini
juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi. Beberapa
upaya yang bisa dilakukan untuk mengontrol risiko ini dapat meliputi : membuat
dan mengimplementasikan standard operating procedure (SOP) yang baik,
melakukan pengontrolan dengan serius terhadap kualitas produk dan proses,
melengkapi area produksi dengan berbagai alat keselamatan kerja yang
diperlukan, serta mengintroduksi budaya sadar risiko pada seluruh karyawan.
2. Ditransfer ke pihak lain (Risk Transfer)
Strategi pengelolaan risiko dengan cara ditransfer ke pihak lain ini dilakukan
dengan upaya -upaya yang secara sadar dengan jalan memindahkan risiko yang
dihadapi terhadap pihak lain. Untuk melakukan hal ini, dapat dilakukan dengan
memindahkan risiko terjadinya kebakaran toko pada perusahaan asuransi. Cara
lain semisal untuk memindahkan risiko terkait meningkatkan beban biaya tetap
pegawai, hal ini bisa dilakukan dengan kontrak outsourcing. Selain itu, untuk
memindahkan risiko tingginya modal kerja kepada konsumen, ini bisa diatasi
dengan jalan meminta pembayaran di awal, atau dengan memindahkan risiko
tingginya biaya persediaan ke tangan supplier.
3. Dibiayai sendiri (Risk Retention)
Dibiayai sendiri atau risk retention ini adalah strategi pengelolaan risiko yang
dilakukan dengan upaya -upaya mendanai dampak yang mungkin ditimbulkan
oleh risiko. Maksudnya, konteks mendanai risiko ini dapat dilakukan dengan dua
cara, yakni dengan menyiapkan dana cadangan (allowance) khusus guna
mendanai risiko, atau tanpa membuat dana cadangan.Dengan membuat dana
cadangan, hal ini dapat menimbulkan risiko baru, yakni terganggunya kegiatan
bisnis yang sudah direncanakan sebelumnya. Sebagai contoh, terdapat risiko
kebakaran dari toko yang kita tempati. Apabila kebijakan pengelolaan risiko
adalah dibiayai tanpa ada dana cadangan, maka bisa jadi dana yang seharusnya
digunakan untuk ekspansi usaha akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko
tersebut. Karenanya, ekspansi pun bisa gagal dilakukan.
4. Dihindari (Risk Avoidance)
Pengelolaan risiko dengan dihindari, yakni suatu tindakan yang dilakukan secara
sadar untuk menghindari risiko yang dihadapi. Sebagai contoh, apabila selama
satu minggu ke depan ada prediksi hujan akan turun dengan lebat, maka apabila
kita memiliki bisnis restoran, maka disarankan untuk menghindari penjualan
berbagai macam minuman dingin atau aneka es. Hal ini dilakukan lantaran
kemungkinan dari penjualan produk -produk minuman dingin atau es ini akan
menurun atau tidak akan laku.

Anda mungkin juga menyukai