Kasus:
- Keluar cairan putih seperti susu, berbau amis. BAK terasa nyeri dan panas
1. Definisi Keputihan
Leukorea berasal dari kata Leuco yang berarti benda putih yang disertai
dengan akhiran –rrhea yang berarti aliran atau cairan yang mengalir.
Leukorea atau flour albous atau keputihan atau vaginal discharge merupakan
semua pengeluaran dari kemaluan yang bukan darah. Keputihan merupakan
salah satu tanda dari proses ovulasi yang terjadi di dalam tubuh. Selain itu,
keputihan juga merupakan salah satu tanda dari suatu penyakit.
2. Etiologi Keputihan
1. Keputihan Fisiologis
Keputihan bersifat fisiologis yaitu keputihan yang timbul akibat
proses alami dalam tubuh.
Keputihan yang fisiologis terjadi pada:
a. Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena pengaruh hormon
estrogen dan progesteron sang ibu.
b. Masa sekitar menarche atau pertama kali datang haid.
c. Setiap wanita dewasa yang mengalami kegairahan seksual, ini
berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi saat
senggama.
d. Masa sekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut
rahim.
e. Kehamilan yang menyebabkan peningkatan suplai darah ke
daerah vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya
selaput lendir vagina
f. Akseptor kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron yang dapat meningkatkan lendir servik menjadi lebih
encer;
g. Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang
menderita penyakit kronik.
2. Keputihan Patologis
Keputihan bersifat patologis yaitu keputihan yang timbul karena
infeksi dari jamur, bakteri dan virus. Keputihan patologis merupakan
tanda dari adanya kelainan alat repoduksi sehingga jumlah, warna,
dan baunya perlu diperhatikan.
Keputihan patologis terjadi disebabkan oleh:
a. Infeksi
Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang
masuk ini dengan serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi
yakni:
1) Jamur
Candida albicans adalah jamur paling sering menyebabkan
keputihan. Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan infeksi
jamur Candida sp. seperti pemakaian obat antibiotika atau
kortikosteroid yang lama, kehamilan, kontrasepsi hormonal,
penyakit diabetes mellitus, penurunan kekebalan tubuh karena
penyakit kronis, selalu memakai pakaian dalam ketat dan dari
bahan yang sukar menyerap keringat.
2) Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan keputihan adalah Gonococcus
sp. Clamydia trachomatis, Gardnerella sp. dan Treponema
pallidum.
3) Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trichomonas
vaginalis. Penularannya yang paling sering adalah dengan koitus.
4) Virus
Sering disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes
simplex. HPV ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau
dan tanpa rasa gatal.
b. Benda asing
Kondom yang tertinggal atau pesarium untuk penderita hernia atau
prolapse uteri dapat merangsang sekret vagina berlebih. Selain itu
bisa juga disebabkan oleh sisa pembalut atau kapas yang
tertinggal.
c. Neoplasma jinak
Keputihan yang timbul disebabkan oleh peradangan yang terjadi
karena pertumbuhan tumor jinak ke dalam lumen.
d. Kanker
Gejala keputihan yang timbul ialah cairan yang banyak, berbau
busuk, serta terdapat bercak darah yang tidak segar. Darah yang
keluar disebabkan oleh tumor yang masuk ke dalam lumen saluran
genitalia kemudian tumbuh secara cepat dan abnormal, serta
mudah rusak sehingga terjadi pembusukan dan perdarahan.
Biasanya darah keluar sesudah hubungan seks atau setelah
melakukan penyemprotan vagina/douching. Keputihan abnormal ini
disertai rasa tidak enak di perut bagian bawah, terjadi gangguan
haid, sering demam, dan badan bertambah kurus, pucat serta lesu,
lemas dan tidak bugar.
e. Menopause
Pada wanita menopause, hormon estrogen telah berkurang
sehingga lapisan vagina menipis/menjadi kering, menyebabkan
gatal yang memicu untuk terjadinya luka kemudian infeksi. Namun
keputihan juga bisa muncul bercampur darah (senile vaginitis).
3. Fisiologis Keputihan
Proses menstruasi pada wanita terjadi dalam tiga tahapan, yaitu
proliferasi, sekresi, dan menstruasi. Pada masing-masing poses
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap endometrium.
Keputihan secara fisiologis terjadi sebelum menstruasi karena
pengaruh dari proses menstruasi yang melibatkan hormon estrogen
dan progesteron.
Pada proses proliferasi terjadi pembentukan hormon estrogen oleh
ovarium yang menyebabkan pengeluaran sekret yang berbentuk
seperti benang, tipis dan elastis.
Hormon estrogen berperan dalam (pematangan folikel) produksi sekret
pada fase sekretorik, merangsang pengeluaran sekret pada saat
wanita terangsang serta menentukan kadar zat gula dalam sel tubuh
(glikogen).
Glikogen digunakan untuk proses metabolisme pada bakteri Lacto
bacillus doderlein. Sisa dari proses metabolisme ini akan menghasilkan
asam laktat yang menjaga keasaman vagina yaitu 3,8-4,2.
Pada saat ovulasi (proses ketika sel telur yang sudah matang
dikeluarkan dari ovarium ke tuba falopi untuk dibuahi).terjadi proses
sekresi pada endometrium yang dipengaruhi oleh hormon progesteron.
(soalnya folikel yang telah pecah dan mengeluarkan sel telur,
membentuk korpus luteum. Korpus luteum kemudian memproduksi
progesteron yang membuat lapisan dinding rahim makin tebal) Hormon
progesteron menyebabkan pengeluaran sekret yang lebih kental
seperti jeli.
Kemaluan wanita merupakan tempat yang paling sensitif dan
merupakan tempat yang terbuka sehingga kuman sangat mudah
masuk. Secara anatomi alat kelamin wanita berdekatan dengan anus
dan uretra sehingga kuman yang berasal dari anus dan uretra tersebut
sangat mudah masuk. Kuman yang masuk ke alat kelamin wanita akan
menyebabkan infeksi sehingga dapat menyebabkan keputihan
patologis yang ditandai dengan gatal, berbau, dan berwarna kuning
kehijauan.
Vagina wanita dilengkapi dengan barrier alami yaitu epitel yang cukup
tebal, glikogen, dan bakteri Lactobacillus doderlein yang menghasilkan
asidum laktidum sehingga vagina menjadi asam dan memperkuat daya
tahan vagina. Vagina normal mempunyai bakteri Lactobacillus
doderlein lebih banyak yaitu 95% dan bakteri lainnya yaitu 5%. [kasus:
pasien berusaha mengobati sendiri dengan cara membilas
kemaluan dengan cairan pembersih vagina, tetapi tidak dirasakan
perubahan yang nyata. Karena keputihan menjadi semakin banyak dan
mengganggu] Wanita yang memakai sabun vagina secara terus
menerus dapat membunuh barrier alami vagina karena cairan
pencuci vagina besifat basa. Berkurangnya bakteri Lacto bacillus
doderlein dalam vagina menyebabkan bakteri dan jamur lain mudah
berkembang dalam vagina hingga dapat menyebabkan infeksi.
Glikogen banyak terdapat pada sel superfisial mukosa vagina sejak
bayi hingga wanita mencapai menopause. Vagina wanita yang tidak
hamil dijaga kelembabannya oleh sekret uterus, sedangkan pada saat
hamil terdapat sekret vagina yang asam dalam jumlah yang banyak.
Bakteri Lactobacillus doderlein pada wanita yang hamil lebih banyak
daripada wanita yang tidak hamil sehingga menyebabkan banyak
pengeluaran sekret. Peningkatan ini yang menyebabkan pada wanita
hamil sering mengalami peningkatan keputihan.
4. Jenis Keputihan
1. Keputihan fisiologis/normal
- Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang menstruasi,
pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi.
- Ciri-ciri dari keputihan fisiologis adalah cairan berwarna bening,
kadang-kadang putih kental, tidak berbau, dan tanpa disertai
dengan keluhan, seperti rasa gatal, nyeri, dan terbakar serta
jumlahnya sedikit
2. Keputihan abnormal
- Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin
(infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, jaringan
penyangga, dan pada infeksi karena penyakit menular seksual)
- Ciri-ciri keputihan patologik adalah terdapat banyak leukosit,
jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah
(biasanya kuning, hijau, abu-abu, dan menyerupai susu), disertai
dengan keluhan (gatal, panas, dan nyeri) serta berbau (apek,
amis, dan busuk)
LEARNING ISSUE
1. Diagnosis banding
2. Klasifikasi
3. Etiologi
Etiologi vaginitis dikelompokan menjadi vaginitis karena infeksi dan bukan infeksi.
Vaginitis yang disebabkan karena infeksi 90% disebabkan oleh bakterial vaginosis,
kandidiasis vaginal/vulvovaginal, dan trikomoniasis. Sedangkan yang bukan infeksi
disebabkan oleh defisiensi estrogen (vaginitis atrofi), reaksi alergi, atau iritasi karena
kimia.
Bakterial Vaginosis
Kandidiasis Vulvavaginal
Kandidiasis vulvavaginal adalah inflamasi epitel vagina dan vulva akibat infeksi jamur
Candida, yang paling sering adalah spesies Candida albicans. Candida adalah bagian dari
flora normal pada vagina wanita, tetapi bila jumlahnya menjadi sangat banyak akan
mengakibatkan gejala peradangan, seperti iritasi, gatal, atau disuria.[1,4,6]
Trikomoniasis
Vaginitis Noninfeksi
Vaginitis noninfeksi atau vaginitis yang tidak menular biasanya disebabkan oleh reaksi alergi
atau iritasi terhadap semprotan atau douche vagina, atau produk spermisida. Mungkin juga
disebabkan oleh kepekaan terhadap sabun wangi, deterjen, atau pelembut kain. Bentuk lain
dari vaginitis noninfeksi adalah vaginitis atrofi yang disebabkan oleh penurunan hormon
estrogen. Dapat disebabkan oleh menopause, operasi pengangkatan ovarium, terapi radiasi,
atau persalinan, khususnya pada wanita menyusui. Kekurangan hormon estrogen dapat
menyebabkan jaringan vagina kering dan tipis, hingga menyebabkan spotting.[4]
4. Factor risiko
Faktor risiko vaginitis adalah kondisi yang dapat menjadi dasar penyebab terjadinya vaginitis
infeksi maupun noninfeksi. Beberapa faktor risiko vaginitis adalah:
Kurang menjaga kebersihan vagina, termasuk penggunaan celana dalam yang ketat
serta lembab
Pengguna produk yang menyebabkan iritasi atau alergi pada vagina, seperti produk
semprotan atau douche vagina, spermisida, sabun wangi, deterjen, atau pelembut kain
Perokok, di mana efek estrogenik dan sejumlah kecil benzo(a)pyrene diol epoxide
(BPDE) yang terkandung dalam rokok dapat merusak Lactobacillus spp sehingga
berisiko terkena bakterial vaginosis
Obesitas
Menopause[4,5,10]
Kondisi tertentu lainnya yang dapat menyebabkan kadar estrogen berkurang sehingga
menimbulkan vaginitis atrofi adalah ooforektomi bilateral, insufisiensi ovarium primer,
kegagalan ovarium akibat radiasi atau embolisasi arteri, gangguan hipotalamus-hipofisis,
mengonsumsi obat antiestrogen seperti leuprolide atau danazol yang biasa digunakan
untuk endometriosis, dan ibu menyusui postpartum.[4
5. Patofisiologi
Vaginitis adalah inflamasi vagina, yaitu segala kondisi dengan gejala
keputihan abnormal yang umumnya berbau dan disertai gejala iritasi,
rasa gatal, dan terbakar. Vaginitis adalah penyakit yang sering ditemui
dan penyebab yang paling sering ditemukan adalah vaginosis bakteri,
vaginal candidiasis, trikomoniasis dan vaginitis non infeksi.[1,2]
9. Komplikasi
Komplikasi vaginitis mulai dari ringan hingga berat. Infeksi vagina yang berulang
dapat menyebabkan iritasi kronis, ekskoriasi, dan jaringan parut di vagina. Selain itu,
juga dapat menyebabkan disfungsi seksual, stres psikososial maupun emosional, serta
infertilitas.[4,10,20]
10. Pencegahan
11. Prognosis
Sebagian besar vaginitis sembuh, tetapi 8‒10% wanita mengalami vaginitis rekuren.
Sebagian besar bakterial vaginosis yang kambuh terjadi dalam tahun pertama, dan
berkorelasi kuat dengan pasangan seksual baru. Vaginitis atrofi dapat menyebabkan
infeksi genitourinari, dan nyeri pada vagina atau panggul yang berulang.[4,11,20]
Beberapa kasus bakterial vaginosis menyebabkan infertilitas akibat dari aktivitas
inflamasi dalam vagina meningkat, sehingga aktivitas sistem imun dapat menjadi
toksik bagi sperma. Selain itu, sel-sel vagina menjadi rusak, produksi cairan mukus
serviks selama ovulasi terganggu, dan kerusakan jaringan pada tuba falopi yang
semuanya menyebabkan sperma dan ovum sulit bertemu.[20]
Dinding vagina menjadi lebih tipis, kurang elastis, dan pucat dengan hilangnya
rugae vagina
Permukaan vagina rapuh dengan petekie, ulserasi, dan perdarahan yang sering
terjadi setelah trauma minimal, seperti saat berhubungan seksual
https://www.aafp.org/afp/2018/0301/p321.html