PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2020
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN INTERVAL PENYIRAMAN
PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM (Pleurotus
ostreatus)
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
SKRIPSI
Diajukan sebagai satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Disetujui Oleh:
Pembimbing Utama
Mengetahui
Ketua
Jurusan Budidaya Pertanian
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Kediri pada tanggal 22 Januari 1998.
Putra sulung dari tiga bersaudara dari pasangan suami istri Bapak Mohammad
Badrus Dwi Santoso dan Ibu Utari. Riwayat pendidikan sekolah dasar di SD Plus
Rahmat lulus pada tahun 2010, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Kediri lulus
pada 2013 dan SMAN 2 Kediri lulus pada tahun 2016. Penulis resmi menjadi
mahasiswa Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada
tahun 2016. Pada tahun 2018, penulis menjadi mahasiswa Jurusan Budidaya
Pertanian dan mengambil konsentrasi pada Laboratorium Sumber Daya
Lingkungan.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
kemudahan yang tidak bisa diukur sehingga mampu menyelesaikan proposal
penelitian dengan judul “Pengaruh Intensitas Cahaya dan Intensitas Penyiraman
pada Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)”. Proposal
penelitian ini disusun sebagai syarat kelulusan program sarjana S-1. Atas
selesainya proposal penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orangtua dan keluarga yang telah memberikan motivasi dan
dukungan tiada henti baik moril maupun materil kepada penulis.
2. Ibu Dr. Ir. Nurul aini, MS. Selaku pembimbing utama, yang banyak
membimbing dan mengarahkan penulis.
3. Ibu Dr. Noer Rahmi Ardiarini, SP., M.Si. selaku Ketua Jurusan
Budidaya Pertanian.
4. Keluarga besar Komunitas Sajak Lestari, Kedai Kopi Teposeliro,
Linkar.id dan segenap penggiat kebaikan di Malang.
5. Semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta
membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN......................................................................................................i
RIWAYAT HIDUP...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................v
I. PENDAHULUAN.......................................................................................6
1.1 Latar Belakang......................................................................................6
1.2 Tujuan...................................................................................................7
1.3 Hipotesis...............................................................................................8
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................9
2.1 Jamur Tiram..........................................................................................9
2.1.2 Syarat Tumbuh Jamur Tiram......................................................10
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Tubuh Buah Jamur Tiram Putih...................................................................4
v
6
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Komoditas jamur merupakan komditas pangan yang memiliki permintaan
pasar yang tinggi dan juga kandungan gizi yang baik. Berdasarkan data konsumsi
pangan tahun 2019 pada tahun 2013, 2014, dan 2017 konsumsi jamur di Indonesia
tiap tahunnya berturut-turut 0,5720 kg/kapita/tahun, 0,8840 kg/kapita/tahun,
1,7680 kg/kapita/tahun (Direktorat Jenderal Hortikultura Indonesia, 2019).
Berdasarkan data, konsumsi jamur cenderung mengalami kenaikan. Kenaikan
konsumsi di tahun 2017 dua kali lipat konsumsi jamur di tahun 2014. Salah satu
jamur yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jamur tiram putih. Jamur
tiram putih (Pleurotus ostreaus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok
Basidiomycota. Jamur tiram putih memiliki kadar protein yang tinggi sebesar
18,3% per 100 gram (Dit. Gizi, Kesehatan RI dalam Muchtadi, 2010). Jamur
tiram putih, selain memiliki kandungan protein yang tinggi juga memiliki cita rasa
yang lezat dan tekstur yang mirip seperti daging yang menjadikan jamur tiram
dapat dijadikan alternatif sebagao sumber protein yang rendah kolestrol untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Produksi jamur di Indonesia pada tahun 2011 adalah 43.047.029 kg.
Dengan jumlah penduduk sebesar 437.737.582 jiwa, maka konsumsi jamur
Indonesia rata-rata adalah 0,197 kg per kapita per tahun (Sarina, 2012). Kesadaran
masyarakat untuk mengkonsumsi jamur berpengaruh positif terhadap permintaan
pasokan yang meningkat mencapai 20-25% per tahun (Agrina, 2009). Prospek
yang baik dan minat masyarakat yang semakin meningkat dalam mengkonsumsi
jamur tiram putih, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan produksi dari
jamur tiram putih. Peningkatan produksi jamur tiram putih dapat dilakukan
melalui beberapa faktor. Secara umum, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan hasil jamur ada dua, yakni faktor media tumbuh dan lingkungan. Produksi
jamur tiram dilakukan pada sebuah rumah yang disebut kumbung jamur.
Pembuatan kumbung jamur bertujuan untuk melindungi baglog dari hujan, sinar
matahari langsung, dan kemungkinan kontaminasi spora jamur lain yang
mengurangi hingga merusak kualitas dan kuantitas produksi jamur tiram.
7
I.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ialah :
1. Jamur yang mendapatkan intensitas cahaya 300 lux dengan interval
penyiraman 1 hari sekali memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan
dan hasil jamur tiram putih.
2. Adanya interaksi antara interval penyiraman pada berbagai tingkat
intensitas cahaya yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil jamur
tiram putih.
.
9
yang menyerupai kancing disebut pin head. Seiring waktu, tunas tumbuh
membentuk tubuh buah.
4. Pembentukan spora. Bagian bawah tudung jamur yang membentuk garis-
garis dari pangkal yang kemudian menyebar ke ujung tudung disebut
badisia. Badisia tempat jutaan spora jamur dihasilkan.
2.1.2 Syarat Tumbuh Jamur Tiram
2.1.2.1 Tingkat Keasaman pH
Tingkat keasaman media tanam mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan jamur tiram putih. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah akan mempengaruhi Penyerapan air dan hara, bahkan kemungkinan
akan tumbuh jamur lain yang akan mengganggu pertumbuhan jamur tiram
putih itu sendiri, pH optimum pada media tanam berkisar 6 sampai 7
(Susilawati dan dan Raharjo, 2010).
2.1.2.2 Suhu Udara
Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan jamur tiram berada di kisaran 23-
28oC dengan suhu optimal 25oC. Untuk pertumbuhan tubuh buah jamur tiram
dapat tumbuh pada suhu 17-23oC. Saat ini miselia jamur tiram juga mampu
tumbuh dengan baik di wilayah dataran rendah dengan suhu diatas 28oC serta
tubuh buah jamur tiram dapat tumbuh pada suhu 30oC (Effendi, 2010)
2.1.2.3 Cahaya
Pertumbuhan miselium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap
atau tanpa sinar. Sebaiknya selama masa pertumbuhan miselium ditempatkan
dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan tubuh buah
memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada
cahaya tubuh buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya
tubuh buah pada permukaan media harus mulai mendapat Sinar dengan
intensitas penyinaran 60-70 % (Widiastuti dan Tjokrokusumo, 2008).
2.1.2.4 Kelembaban
Pembentukan miselium membutuhkan kelembapan 60-80% sedang
untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah membutuhkan
kelembapan 90%. Tunas dan tubuh buah yang tumbuh dengan kelembapan
80% akan mengalami gangguan absorbsi nutrisi sehingga menyebabkan
11
Budidaya jamur di daerah rendah dengan faktor angin dan suhu tinggi
menyebabkan perlu dilakukan penyiraman hingga tiga kali sehari (Aryanti ,2017)
II.4 Keterkaitan Intensitas Cahaya dan Intensitas Penyiraman pada
Jamur
Kelembaban dan cahaya merupakan salah satu faktor kunci dalam
pertumbuhan jamur. Pertumbuhan jamur tiram akan optimal sepanjang tahun bila
lokasi budidaya sesuai dengan habitat aslinya. Habitat asli jamur tiram merupakan
kawasan pegunungan atau dataran dengan ketinggian 400-800 m diatas
permukaan laut( mdpl) serta memiliki suhu udara 20-80 derajat Celcius dengan
tingkat kelembaban kan70-80 % ( Aryanti, 2017).
Intensitas cahaya diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah jamur tiram.
Meski begitu intensitas yang diterima berupa pancaran agar tubuh buah tidak layu
dan rusak Suharyanto, 2017). Jamur tiram tidak memiliki klorofil, namun terkait
intensitas cahaya dapat berpengaruh pada pertumbuhan jamur.
Menurut Sulistyaningsih (2005), Cahaya tidak hanya berpengaruh
terhadap pertumbuhan, tetap juga morfologi jamur. Intensitas penyiraman pada
proses budidaya tergantung tempat budidaya jamur tiram. Intensitas penyiraman
akan lebih sering ketika musim kemarau kering karena pada musim kemarau suhu
udara tinggi dan membawa angin kering yang menyebabkan baglog kering dan
menghambat penyerapan nutrisi yang dilakukan oleh jamur. Sedangkan, untuk
musim penghujan, penyiraman jarang dilakukan karena seringnya intensitas hujan
dan seringkali terjadi kabut yang membuat lingkungan tumbuh jamur terjaga
kelembabannya.
Intensitas cahaya mempengaruhi suhu udara pada pertumbuhan jamur.
Semakin tingga intensitas cahaya yang diberikan maka semakin tinggi pula suhu
udara pada kumbung jamur. Sementara semakin tinggi suhu maka semakin tinggi
penguapan yang dihasilkan maka kebutuhan akan air juga semakin tinggi. Jika
kebutuhan air semakin tinggi maka interval penyiraman akan lebih tinggi. Maka
semakin tinggi intensitas cahaya maka interval penyiraman yang diperlukan juga
semakin tinggi.
13
3.4.2 Inkubasi
Baglog yang sudah terisi dengan bibit jamur ditempatkan di kumbung
kemudian ditutup dengan terpal. Penutupan baglog dengan terpal selain untuk
menjaga kelembaban juga untuk mempercepat masa inkubasi agar miselium
segera mengisi baglog. Tempat inkubasi bersih, kering (kelembaban di bawah
60%), sirkulasi udara baik, temperatur ruangan 27-30℃, serta tidak terkena
cahaya. Fase inkubasi dilakukan sekitar 3 minggu atau hingga miselium
memenuhi baglog.
3.4.4 Panen
Pemanenan dapat dilakukan ketika tudung buah jamur telah mekar sempurna
atau tepi tudung jamur sudah tidak melengkung, tudung masih berwarna putih
bersih dan tudung jamur belum pecah atau robek. Setelah jamur dipanen, bekas
batang jamur dibersihkan dari substrat karena batang yang tersisa dapat busuk dan
15
dapat menghambat panen jamur berikutnya. Setelah itu baglog disayat bagian
belakang untuk mempercepat pertumbuhan tubuh buah jamur baru.
2. Kriteria panen
Pengamatan jamur tiram putih yang telah siap panen sekitar 1-2 hari
setelah munculnya pinhead, dengan memiliki ciri-ciri tudung jamur telah
mekar sempurna atau tepi tudung tidak melengkung, tudung jamur belum
pecah atau sobek dan berwarna putih bersih sebelum berubah warna menjadi
kekuningan.
Jarak hari panen pertama menuju panen kedua dihitung dari waktu panen
pertama sampai jamur siap panen kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Arvel. 2018. Global Mushroom Market 2018 Trends and Competitive Landscape
Outlook. Positive Newspaper.
Parjimo dan Handoko. 2007. Budidaya Jamur: Jamur Kuping, Jamur Tiram dan
Jamur Merang. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Putranto, M.A. 2012. Pengendalian Suhu pada Kumbung Jamur Tiram dengan
Karung Goni Sebagai Media Pendingin.Institut Pertanian Bogor.
18
Susilawati dan Raharjo. 2010. Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) yang
Ramah Lingkungan (Materi Pelatihan Agribisnis Bagi KMPII). Report
No.50 STE. Final, BPTP Sumatra Selatan. Palembang.
19
LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian
Arah Kota
U
2,5 m
S3K2 S3K1 S3K2 S3K3
5m