Anda di halaman 1dari 22

KECELAKAAN KERJA DAN

PENYAKIT AKIBAT KERJA

Disusun Oleh
Nama : Sinema Waruwu

Kelas :A

NIM : 209902026

Jurusan : Teknik Bangunan

Semester :I

Pengasuh : Yelisman Zebua S.Pd M.Pd.T.

INSTITUT KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP)

GUNUNGSITOLI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN


KEJURUAN

PROGRAM STUDI TEKNIK BANGUNAN

T.A 2019/2020.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini daengan sebaik – baiknya.

Makalah ini membahas tentang “ Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja”

Penulis menyadari bahwa makalah ini makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itusaya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyerpunaan makalah ini.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta


wawasan bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalah yang telah ia buat .

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang khususnya
pembaca.

Gunungsitoli, 27 November 2020

Sinema Waruwu

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..…… i

DAFTAR ISI…………………….……………….…………………………..…..….. ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...…….. 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………..………………...………………..…..1

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………..……………………2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kecelakaaan kerja………………………………………………………...3

2.2 jenis-jenis kecelakaan kerja…………………………………………………………..4

2.3 faktor-faktor terjadinya kecelakaan kerja…………………………………………….5

2.4 Undang-undang Yang mengatur kecelakaan kerja……………………………………6

2.5 Peranan jamsotek terhadap korban kecelakaan kerja…………………………………7

2.6 Cara penjegahankecelakaan kerja…………………………….………………………8

2.7 Penyakit akibat kerja……………………………………………………………..….11

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan……………………………………………….……………….…. ……17


3.2 .Saran…………………………………………………………………………..……17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..18

Lampiran…………..……………………………………………………………………19

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang menyebabkan cedera


atau kerusakan. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak
diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka /
cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi
akibat adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan
pekerjaan ). Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan
atau harta benda tentunyahal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan
harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai dimana banyak
terjadi dilingkungan pekerjaan non-formal. Hal ini yang menunjukan bahwa sanya
pentingnya sebuah keselamatan dalam bekerja, sekalipun sektor tersebut hanya
sedikit bahkan tidak sama sekali di dukung oleh pemerintah.

Seperti banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi di area pertambangan,


dimana para pekerjanya kurang menggunakan alat keselamatan kerja. Ada juga
pekerjaan dalam membangun bangunan di kota (pembangunan yang dibangun untuk
pemerintah) dimana pekerjanya hanya menggunakan topi, sendal, skrap (penutup
hidung dan mulut). Mengapa bisa hal tersebut dapat terjadi? Padahal bisa dilihat mata
pemerintah tidak mungkin sependek yang kita lihat.

B. Rumusan Masalah

Setelah kita membaca latar belakang diatas maka kami tim penulis memberikan
rumusan masalahnya, yakni :

1. Bagaimana pengertian kecelakaan kerja?


2. Menjelaskan jenis – jenis kecelakaan kerja?
3. Menjelaskan factor terjadinya kecelakaan kerja ?
4. Menyebutkan Undang – undang yang mengatur kecelakaan kerja ?
5. Menjelaskan bagaimana peranan jamsostek terhadap korban kecelakaan kerja ?
6. Menjelaskan bagaimana cara pencegahan kecelakaan kerja ?
7. Menjelaskan tentang penyakit akibatkerja?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian kecelakaan kerja
2. Dapat menjelaskan jenis – jenis kecelakaan kerja
3. Dapat menjelaskan factor terjadinya kecelakaan kerja
4. Dapat menyebutkan Undang – undang yang mengatur kecelakaan kerja
5. Dapat menjelaskan bagaimana peranan jamsostek terhadap korban kecelakaan
kerja
6. Dapat menjelaskan bagaimana cara pencegahan kecelakaan kerja
7. Dapat menjelaskan tentang penyakit akibatkerja

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan
tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dfari suatu aktivitas
dandapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda (Depnaker,
1999:4).
Kecelakaan kerja ( accident ) adalah suatu kejadian atauperistiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak hartabenda atau kerugian
terhadap proses (Didi Sugandi, 2003 : 171).
Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang
dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun
pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya
hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan ).
Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda
tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda.
Dengan demikian menurut definisi tersebut ada 3 hal pokok yang perlu
diperhatikan:
a. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak dikehendaki
b. Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda
c. Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi yang
melebihi ambang batas tubuh atau struktur.

Adapun teori – teori penyebab kecelakaan kerja antara lain :

1. Teori Heinrich ( Teori Domino)


Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian
kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut
yaitu : lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak
aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian ( Ridley, 1986 ).
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu
penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi
atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab
terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.
3. Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara
korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang
kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan
salah satudari 3 faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami
3
mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari
korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang
mendukung harus dapat diketahui secara detail.
4. Teori Domino terbaru
Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang
mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah
ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori
Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
5. Teori Reason
Reason (1995,1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat
“lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa
pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja,
6. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan . Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori
manajemen, yang intinya sebagai berikut (M.Sulaksmono,1997) :
a. Manajemen kurang control
b. Sumber penyebab utama
c. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
d. Kontak peristiwa ( kondisi di bawah standar )
e. Kerugian gangguan ( tubuh maupun harta benda )

B. Jenis – Jenis Kecelakaan Kerja


Menurut Suma’mur, secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
1) Kecelakaan industri ( industrial accident ) yaitu kecelakaan yang terjadi ditempat
kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.
2) Kecelakaan dalam perjalanan (community accident ) yaitu kecelakaan yang terjadi
di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat
kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan : Terjatuh, Tertimpa benda, Tertumbuk atau
terkena benda-benda, Terjepit oleh benda, Gerakan-gerakan melebihi
kemampuan, Pengaruh suhu tinggi, Terkena arus listrik, Kontak bahan-bahan
berbahaya atau radiasi
b. Klasifikasi menurut penyebab :
a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik.
b. Alat angkut: alat angkut darat, udara, dan air.

4
c. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,
alat-alat listrik, dan sebagainya.
d. Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,gas,zat-zat
kimia, dan sebagainya.
e. Lingkungan kerja ( diluar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah
tanah)
c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan : Patah tulang, Dislokasi (keseleo),
Regang otot (urat), Memar dan luka dalam yang lain, Amputasi, Luka di
permukaan, Geger dan remuk, Luka bakar, Keracunan-keracunan mendadak,
Pengaruh radiasi
d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh : Kepala, Leher, Badan,
Anggota atas, Anggota bawah, Banyak tempat, Letak lain yang tidak termasuk
dalam klsifikasi tersebut.

C. Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja


Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor fisik dan
faktor manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni:
a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan (PAK)
b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK)
Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi
sehingga mencakup kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan
atau transport ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang
menimpa tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka
menjalankan pekerjaannya juga termasuk kecelakaan kerja. Penyebab kecelakaan kerja
pada umumnya digolongkan menjadi 2, yakni:
a. Faktor Fisik
Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition
misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.
b. Faktor Manusia
Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya karena
kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang ada, 85 %
dari kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia.

``

5
D. Undang – Undang Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Kerja diatur dalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Ayat 1 : Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi
tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau
keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin,
hari tua, dan meninggal dunia.

BAB III
PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
Bagian Kedua
Jaminan Kecelakaan Kerja
Pasal 8
(1)Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan
Kecelakaan Kerja.
(2) Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakaan Kerja ialah:
a. magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah
maupun tidak;
b. mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah
perusahaan;
c. narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.
Pasal 9
Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) meliputi:
a. biaya pengangkutan;
b. biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan;
c. biaya rehabilitasi;
d. santunan berupa uang yang meliputi:
1) santunan sementara tidak mampu bekerja;
2) santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya;
3) santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental.
4) santunan kematian.

Pasal 10
(1) Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada
Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggaraan dalam waktu tidak
lebih dari 2 kali 24 jam.

6
(2) Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan
Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga
kerja yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh,
cacat atau meninggal dunia.
(3) Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja
kepada Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya.
(4) Tata cara dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri.
E. Peran Jamsostek
Jamsostek adalah singkatan dari jaminan sosial tenaga kerja, dan merupakan program
publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial
ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial.
Program ini memberikan perlindungan yang bersifat mendasar bagi peserta jika
mengalami risiko-risiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang terjangkau oleh
pengusaha dan tenaga kerja.
Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh Program Jamsostek terbatas yaitu
perlindungan pada :

a. Peristiwa kecelakaan
b. Sakit
c. Hamil
d. Bersalin
e. Cacat
f. Hari tua
g. Meninggal dunia

Partisipasi PT Jamsostek (Persero) dalam membudayakan K-3 di Indonesia


merupakan wujud komitmen untuk berperan aktif untuk menangani permasalahan-
permasalahan yang timbul dalam upaya mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Partisipasi PT Jamsostek (Persero) sudah direalisasikan dalam berbagai
bentuk. program jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan kematian (JK), jaminan hari
tua (JHT), dan jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) mampu memberikan perlindungan
maksimal kepada tenaga kerja Apalagi selama ini tenaga kerja relatif mempunyai
kedudukan yang lebih lemah dalam hubungan industrial.
Salah satu risiko dalam pekerjaan yang dihadapi tenaga kerja, di antaranya
kecelakaan kerja (KK) dan penyakit akibat kerja (PAK). Dalam hal ini, JKK dan PAK
merupakan risiko-risiko yang harus dihadapi tenaga kerja selama waktu kerja. Ini
menjadi alasan utama mengapa jaminan sosial sangat diperlukan tenaga kerja.
PT Jamsostek (Persero) secara berkala menyelenggarakan seminar tentang penyakit
akibat kerja dan kecelakaan kerja di lingkungan perusahaan dengan melibatkan pihak
perusahaan, praktisi atau pakar K-3, dokter penasihat, pihak akademisi, pengawas
pegawai negeri sipil (PPNS), perwakilan pekerja, dan pihak terkait lainnya.
7
Untuk mendorong penerapan sistem manajemen K-3 di perusahaan, PT Jamsostek
(Persero) memberikan bantuan alat-alat pelindung diri alat alat-alat K3.

Selain itu juga bantuan pelaksanaan uji kebisingan melalui pemeriksaan di


perusahaan-perusahaan. PT. Jamsostek juga membantu melakukan penelitian terkait
meningkatnya kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di perusahaan. Meski
angka kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja meningkat, namun banyak
perusahaan yang sudah menerapkan sistem manajemen K-3 secara baik
Dibentuk pula Trauma Centre PT Jamsostek (Persero) yang dimaksudkan sebagai
upaya pelatihan K-3 di perusahaan. Trauma Centre berfungsi untuk memberikan
lokakarya dan pelatihan mengenai K-3 di perusahaan. Ini termasuk simulasi dan praktik
penanganan jika terjadi musibah di perusahaan, seperti kebakaran, ledakan, keracunan
serta praktik memberikan bantuan sementara dengan P3K dan sebagainya. Trauma Centre
juga dibentuk sebagai upaya untuk penanganan medis secara cepat dan tepat kepada
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja. Dengan ini ini diharapkan dapat
menyelamatkan jiwa dan menekan terjadinya kecacatan atau dampak fatal akibat
kecelakaan kerja.

F. Pencegahan Kecelakaan Kerja


Berdasarkan konsepsi sebab kecelakaan tersebut diatas, maka ditinjau dari sudut
keselamatan kerja unsur-unsur penyebab kecelakaan kerja mencakup 5 M yaitu :
a. Manusia.
b. Manajemen ( unsur pengatur ).
c. Material ( bahan-bahan ).
d. Mesin ( peralatan ).
e. Medan ( tempat kerja / lingkungan kerja ).
Kecelakaan terjadi karena adanya ketimpangan dalam unsur 5M, yang dapat
dikelompokan menjadi tiga kelompok yang saling terkait, yaitu :
Manusia, Perangkat keras dan Perangkat lunak. Oleh karena itu dalam
melaksanakan pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah dengan pendekatan
kepada ketiga unsur kelompok tersebut, yaitu :
1. Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain :
a. Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian antara
bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.
b. Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan
dengan pekerjaannya.
c. Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai dengan
keperluan perusahaan.
d. Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas.
e. Pengawasan dan disiplin yang wajar.

8
2. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain :
a. Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang,
mesin-mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.
b. Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan,
penyusunan, penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat sesuai
dengan standar keselamatan kerja yang berlaku.
c. Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.
d. Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.
e. Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.

3. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh


level manajemen, antara lain :
a. Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy.
b. Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung jawab.
c. Penentuan pelaksanaan pengawasan, melaksanakan dan mengawasi
sistem/prosedur
d. kerja yang benar.
e. Pembuatan sistem pengendalian bahaya.
f. Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja yang
terpadu.
g. Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.

Adapun cara pengendalian lingkungan kerja untuk meminimalisir kecelakaan para


pekerja sebagai berikut :
a. Pengendalian teknik
b. Pengendalian administrative
c. Menggunakan APD
Berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan keselamatankerja
dalam industri dewasa ini diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-
halseperti kondisi kerja umum, perancangan, konstruksi,
pemeliharaan,pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan industri,
kewajiban-kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengawasan
kesehatan,pertolongan pertama dan pemeriksaan kesehatan.
b. Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi,
ataupuntidak resmi.
c. Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan
yangharus dipatuhi.

9
a. Riset teknis, termasuk hal-hal seperti penyelidikan peralatan dan ciri-ciri
daribahan berbahaya, penelitian tentang pelindung mesin, pengujian
maskerpernapasan, penyelidikan berbagai metode pencegahan ledakan gas dan
debudan pencarian bahan-bahan yang paling cocok serta perancangan tali
kerekandan alat kerekan lainya
b. Riset medis, termasuk penelitian dampak fisiologis dan patologis dari faktor-
faktor lingkungan dan teknologi, serta kondisi-kondisi fisik yang
amatmerangsang terjadinya kecelakaan.
c. Riset psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola psikologisyang
dapat menyebabkan kecelakaan.
d. Riset statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,
berapabanyak, kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban,
dalamkegiatan seperti apa dan apa saja yang menjadi penyebab.
Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja
a. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan
berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja
basah dan ventilasi pergantian udara.
b. Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan
keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda – tanda
peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan pelatihan
sistem penangganan darurat.
c. Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan

10
G. Penyakit Akibat Kerja

Menurut Suma’mur (1985) penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh karena
timbulnya di sebabkan oleh adanya pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama
penyakit buatan manusia (Manmade disease).
Terdapat tiga istilah yang digunakan untuk mendefinisikan penyakit akibat
kerja yaitu penyakit yang timbul karena hubungan kerja, penyakit yang disebabkan
karena pekerjaan atau lingkungan kerja, dan penyakit akibat kerja. Ketiga istilah tersebut
mempunyai pengertian yang sama dan masing-masing memiliki dasar hukum dan
perundang-undangan yang menjadi landasannya. Penyakit akibat kerja yaitu penyakit
yang penyebabnya adalah pekerjaan dan atau lingkungan kerja (Suma’mur,2009).

Ada beberapa jenis penyakit akibat kerja menurut Simposium


Internasional oleh ILO dalam Anizar (2009), yaitu :

a. Penyakit akibat kerja (occupational disease)


Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat
dengan pekerjan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang
sudah diakui.
b. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (work related disease)
Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada
pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya
dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi yang
kompleks.
c. Penyakit yang mengenai populasi kerja (disease affecting working
populations)
Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di
tempat pekerja. Namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk
untuk kesehatan.

1. Penyebab Penyakit Akibat Kerja


Berdasarkan uraian Suma’mur (1985), faktor-faktor yang menjadi penyebab
penyakit akibat kerja dibagi dalam 5 golongan, yakni :
a. Golongan fisik

a. Suara yang biasanya menyebabkan pekak atau tuli.

b. Radiasi sinar-sinar Ro atau sinar-sinar radioaktif yang menyebabkan


antara lain penyakit susunan darah dan kelainan- kelainan kulit. Radiasi sinar
inframerah bisa mengakibatkan cataract kepada lensa mata, sedangkan sinar
ultraviolet menjadi sebab conjungtivitas photo electrica.

11
c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat cramps atau
hyperpyrexia sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain menimbulkan
frosbite.
d. Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease.
e. Penerapan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan kelainan
kepada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya
kecelakaan.

f. Golongan kimiawi
1. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis, di antaranya : silikosis,
asbestosis.
2. Uap yang di antaranya menyebabkan mental fume fever
dermatitis, atau keracunan.
3. Gas misalnya keracunan oleh CO, dan H 2 S.

4. Larutan yang menyebabkan dermatitis.

g. Golongan fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan konstruksi


mesin, sikap badan kurang baik, salah cara melakukan pekerjaan dan lain-lain
yang semuanya menimbulkan kelelahan fisik, bahkan lambat laun perubahan
fisik tubuh pekerja.
h. Golongan mental psikologis, hal ini terlihat semisal pada hubungan kerja
yang tidak baik, atau misalnya keadaan membosankan monoton. Faktor
penyebab penyakit akibat kerja ini dapat bekerja sendiri maupun secara
sinergistis.

2. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

Pencegahan terhadap penyakit akibat kerja seawal mungkin adalah kebijakan


paling utama. Sebagaimana pencegahan terhadap kecelakaan kerja, maka pencegahan
penyakit akibat kerja diperlukan peraturan perundang-undangan, standarisasi,
pengawasan, penelitian, pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan semua sektor kehidupan.
Pencegahan mempunyai 2 (dua) aspek yaitu administratif dan teknis yaitu penerapan
secara nyata dilapangan pada tenaga kerja, pekerjaan dan lingkungan kerja. Secara
teknis aktivitas pencegahan adalah pengenalan risiko bahaya pekerjaan dan lingkungan
kerja terhadap kesehatan beserta pengukuran, evaluasi, dan upaya pengendaliannya,
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pra penempatan, berkala dan khusus; subsitusi
bahan dengan yang kurang pengaruh negatifnya kepada tenaga kerja; isolasi operasi atau
proses produksi yang berbahaya; dan pemakaian alat proteksi diri (Suma’mur, 2009).

12
3. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Kesehatan dan Produktivitas Kerja

Menurut Suma’mur (2009), agar seseorang tenaga kerja berada dalam keserasian
sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan
kesehatan dan produktivitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang
positif-konstruktif antara unsur-unsur beban kerja, lingkungan kerja dan kapasitas kerja.

a. Beban Kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban dimaksud adalah
beban fisik, mental dan atau sosial. Seorang tenaga kerja yang secara fisik bekerja
berat seperti halnya buruh bongkar-muat barang di pelabuhan, memikul lebih banyak
beban fisik dari pada beban mental ataupun sosial. Berlainan dari itu, beban kerja
seorang pengusaha atau manajemen, tanggung jawabnya merupakan beban mental
yang relatif jauh lebih besar dari beban fisik yang dituntut oleh pekerjanya. Adapun
petugas sosial misalnya penggerak lembaga swadaya masyarakat atau gerakan
mengentaskan kemiskinan, mereka lebih menghadapi dan memikul beban kerja sosial-
masyarakat (Suma’mur, 2009).

b. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan beban kerja tambahan yang secara langsung
dirasakan oleh pekerja baik secara jasmani dan rohani. Menurut Suma’mur (2009)
terdapat 5 faktor penyebab beban tambahan :
1) Faktor fisis yaitu meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung
atau volume udara per kapita atau luas lantai kerja maupun hal-hal
yang bersifat fisis seperti penerangan, suhu udara, kelembaban udara,
tekanan udara, kecepatan aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis,
radiasi.
2) Faktor kimiawi yaitu semua zat kimia anorganis dan organis yang
mungkin wujud fisiknya merupakan salah satu atau lebih dari bentuk
gas, uap, debu, kabut, fume, asap, awan, cairan dan atau zat padat.

3) Faktor biologi yaitu semua makhluk hidup baik dari golongan


tumbuhan maupun hewan, dari yang paling sederhana bersel tungggal
sampai dengan yang paling tinggi tingkatnya.
4) Faktor fisiologi/ergonomi yaitu interaksi antara faal kerja manusia
dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya seperti konstruksi mesin
yang disesuaikan dengan fungsi indera manusia, postur dan cara kerja
yang mempertimbangkan aspek antropometris.
5) Faktor mental dan psikologis yaitu reaksi mental dan kejiwaan
terhadap suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja,
struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja.
Sebaiknya apabila faktor-faktor tersebut direkayasa sedemikian sehingga dapat
dipetik manfaatnya, akan terwujud suasana kerja yang serasi dan memacu semangat
dalam kerja.

13
4. Kapasitas kerja

Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk melakukan tugas
kerja dalam periode tertentu. Kemampuan kerja seseorang tenaga kerja sangat
tergantung pada motivasi kerja, pengalaman, latar belakang pendidikan, keahlian,
keterampilan, kesesuaian terhadap pekerjaan, kondisi kesehatan, keadaan gizi, jenis
kelamin, usia dan ukuran antropometris tubuh serta reaksi kejiwaan.
Kesegaran jasmani dan rohani mempengaruhi produktivitas seorang tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaannya. Kesegaran jasmani ditentukan oleh kapasitas atau
kemampuan kerja fisik. Menurut Kuswana.

(2016) adapun unsur-unsur penting dari kapasitas fisik pekerja ditinjau dari
pendekatan gerak tubuh mencangkup hal-hal berikut :
1) Kekuatan otot (strength)
Kekuatan yang terdapat pada tubuh, antara lain kemampuan otot
untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap
suatu hambatan. Kontraksi otot saat melakukan tahanan atau latihan
kekuatan terbagi dalam tiga kategori, yaitu kontraksi isometrik,
kontraksi isotonik, dan kontraksi isokinetik. Kekutan otot kaki, lutut
serta pinggul harus kuat untuk memepertahankan keseimbangan tubuh
saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan
langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya grativitasi
serta beban eksternal lainnya secara terus menerus mempengaruhi
posisi tubuh.
2) Daya tahan (endurance)
Daya tahan otot mengacu pada kemampuan tubuh untuk terus
menggunakan kekuatan otot dan bertahan kontraksi berulang untuk
jangka waktu tertentu. Daya tahan otot sangat penting melalui latihan
fisik sehingga memperoleh tugas-tugas berat memungkinkan otot
untuk jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang
sangat berat.
3) Kelenturan (Flexibility)
Kelenturan atau fleksibilitas merujuk pada berbagai gerakan pada
sendi dan panjang pada otot yang bervariasi, terutama dalam
perbedaan panjang otot-otot dari multisendi. Fleksibilitas dalam
beberapa sendi dapat ditingkatkan sampai tingkat tertentu melalui
latihan. Kehilangan fleksibilitas dapat menjadi faktor predisposisi
untuk masalah fisik, seperti syndrom nyeri atau gangguan
keseimbangan tubuh saat melakukan aktivitas. Secara anatomi
beberapa bagian penting dari kelenturan sebagai berikut:
a) Joints
Sendi dalam tubuh manusia dikelilingi oleh membran sinovial dan
tulang rawan artikular. Elastisitas otot rentang sendi mobilitas
sangat dibutuhkan dalam layanan pekerjaan tertentu.
melintasi sendi. Fleksibilitas tubuh

14
b) Aerolar Tissue
Jaringan areolara permable dan secara luas didistribusikan ke
seluruh tubuh. Jaringan ini bertindak sebagai pengikat umum
untuk semua jaringan lain yang harus dipelihara melalui latihan
fisik.
c) Muscle tissue
Jaringan otot terbuat dari bahan elastis. Hal ini diatur dalam
bundel serat paralel.
d) Stretch Reseptor
Reseptor peregangan memiliki dua bagian, yaitu sel spindle dan
tendon Golgi pesan ke otot untuk berkontraksi. Di sisi lain,
golgi tendon reseptor yang terletak di dekat ujung serta otot
dan mengirim pesan ke otot untuk relaksasi.
e) Stretching
Fleksibilitas ditingkatkan dengan peregangan. Peregangan hanya
boleh dimulai ketika otot hangat dan suhu tubuh dibangkitkan.
Agar efektif saat peregangan. Gaya yang diterapkan untuk tubuh
harus setidaknya sepuluh detik, jika diadakan terlalu lama, otot
akan menjadi terlalu longgar dan melar.
f) Dynamic
Fleksibilitas dinamis diklarifikasikan sebagai kemampuan untuk
menyelesaikan berbagai macam gerakkan sendi. Hal ini juga
mengontrol gerakan dengan meningkatnya kecepatan saat
peregangan bagian tubuh. Bentuk peregangan mempersiapkan
tubuh untuk aktivitas fisik dan kinerja olahraga. Dinamis
meningkatkan peregangan berkisar gerakan, aliran darah dan
Oksigen ke jaringan lunak sebelum tenaga.
g) Static active
Statis peregangan aktif termasuk memegang posisi diperpanjang
hanya dengan kekuatan otot, seperti menahan kaki didepan,
h) Ballistic
Balistik peregangan terpisah dari semua jenis lain dari
peregangan. Kinerja aktual gerakan balistik mencegah
perpanjangan jaringan. Gerakan-gerakan ini harus dilakukan
hanya ketika tubuh sangat hangat karena jika tidak, dapat
menyebabkan cedera.
i) Limits of Flexibility
Setiap individu dilahirkan dengan gerak rentang tertentu untuk
setiap sendi dalam tubuh.
j) Internal factors of flexibility
Tuntutan gerakan meliputi kekuatan, ketahanan, dan jangkauan
gerak. Secara internal, sendi, otot, tendon dan ligamen dapat
memengaruhi fleksibilitas seseorang
Samping
k) External factors of Flexibility
Faktor eksternal adalah yang datang dari luar, seperti cuaca, usia,
perilaku, juga dapat mempengaruhi fleksibilitas. Jaringan umum
dan perubahan kolagen dengan usia memengaruhi individu.
l) Sign of Injury
Peregangan terlalu lama atau terlalu banyak dapat memberikan
cara untuk cedera.

15
5. Keseimbangan Tubuh (Balance)

Keseimbangan adalah hasil dari sejumlah sistem tubuh bekerja sama: mata (sistem
visual), telinga (sistem vestibular), dan rasa tubuh dalam hal ruang (proprioception)
idealnya harus utuh. Keseimbangan dapat digambarkan sebagai suatu kemampuan untuk
memelihara dan mempertahankan pusat massa (g), dari bidang tumpu topangan
anggota tubuh. Keseimbangan tubuh sangat kompleks yang disertai sistem interaksi,
saling berhubungan dengan sempurna dan secara otomatis mengoordinasi masukan dan
lingkungan (sistem saraf pusat itu untuk menghasilkan suatu keluaran gerak vertikal).
Kendali postural dihubungkan dengan keseimbangan di dalam gaya yang dinamis.

16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang
dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran.
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja,
(terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan ).
Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda
tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda.
Menurut Suma’mur (1985) penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh karena
timbulnya di sebabkan oleh adanya pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama penyakit
buatan manusia (Manmade disease).
Terdapat tiga istilah yang digunakan untuk mendefinisikan penyakit akibat kerja
yaitu penyakit yang timbul karena hubungan kerja, penyakit yang disebabkan karena
pekerjaan atau lingkungan kerja, dan penyakit akibat kerja. Ketiga istilah tersebut
mempunyai pengertian yang sama dan masing-masing memiliki dasar hukum dan
perundang-undangan yang menjadi landasannya. Penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang
penyebabnya adalah pekerjaan dan atau lingkungan kerja (Suma’mur,2009).

B. SARAN
Saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini
untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing untuk kesempurnaan
makalah ini ,atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai