Disusun Oleh
Nama : Sinema Waruwu
Kelas :A
NIM : 209902026
Semester :I
T.A 2019/2020.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini daengan sebaik – baiknya.
Makalah ini membahas tentang “ Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja”
Penulis menyadari bahwa makalah ini makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh sebab itusaya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyerpunaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang khususnya
pembaca.
Sinema Waruwu
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..…… i
DAFTAR ISI…………………….……………….…………………………..…..….. ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..18
Lampiran…………..……………………………………………………………………19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Setelah kita membaca latar belakang diatas maka kami tim penulis memberikan
rumusan masalahnya, yakni :
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian kecelakaan kerja
2. Dapat menjelaskan jenis – jenis kecelakaan kerja
3. Dapat menjelaskan factor terjadinya kecelakaan kerja
4. Dapat menyebutkan Undang – undang yang mengatur kecelakaan kerja
5. Dapat menjelaskan bagaimana peranan jamsostek terhadap korban kecelakaan
kerja
6. Dapat menjelaskan bagaimana cara pencegahan kecelakaan kerja
7. Dapat menjelaskan tentang penyakit akibatkerja
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan
tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dfari suatu aktivitas
dandapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda (Depnaker,
1999:4).
Kecelakaan kerja ( accident ) adalah suatu kejadian atauperistiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak hartabenda atau kerugian
terhadap proses (Didi Sugandi, 2003 : 171).
Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang
dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun
pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya
hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan ).
Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda
tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda.
Dengan demikian menurut definisi tersebut ada 3 hal pokok yang perlu
diperhatikan:
a. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak dikehendaki
b. Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda
c. Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber energi yang
melebihi ambang batas tubuh atau struktur.
4
c. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,
alat-alat listrik, dan sebagainya.
d. Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,gas,zat-zat
kimia, dan sebagainya.
e. Lingkungan kerja ( diluar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah
tanah)
c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan : Patah tulang, Dislokasi (keseleo),
Regang otot (urat), Memar dan luka dalam yang lain, Amputasi, Luka di
permukaan, Geger dan remuk, Luka bakar, Keracunan-keracunan mendadak,
Pengaruh radiasi
d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh : Kepala, Leher, Badan,
Anggota atas, Anggota bawah, Banyak tempat, Letak lain yang tidak termasuk
dalam klsifikasi tersebut.
``
5
D. Undang – Undang Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Kerja diatur dalam UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Ayat 1 : Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi
tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau
keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin,
hari tua, dan meninggal dunia.
BAB III
PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
Bagian Kedua
Jaminan Kecelakaan Kerja
Pasal 8
(1)Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan
Kecelakaan Kerja.
(2) Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakaan Kerja ialah:
a. magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah
maupun tidak;
b. mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah
perusahaan;
c. narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.
Pasal 9
Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) meliputi:
a. biaya pengangkutan;
b. biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan;
c. biaya rehabilitasi;
d. santunan berupa uang yang meliputi:
1) santunan sementara tidak mampu bekerja;
2) santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya;
3) santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental.
4) santunan kematian.
Pasal 10
(1) Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada
Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggaraan dalam waktu tidak
lebih dari 2 kali 24 jam.
6
(2) Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan
Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga
kerja yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh,
cacat atau meninggal dunia.
(3) Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja
kepada Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya.
(4) Tata cara dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri.
E. Peran Jamsostek
Jamsostek adalah singkatan dari jaminan sosial tenaga kerja, dan merupakan program
publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial
ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial.
Program ini memberikan perlindungan yang bersifat mendasar bagi peserta jika
mengalami risiko-risiko sosial ekonomi dengan pembiayaan yang terjangkau oleh
pengusaha dan tenaga kerja.
Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh Program Jamsostek terbatas yaitu
perlindungan pada :
a. Peristiwa kecelakaan
b. Sakit
c. Hamil
d. Bersalin
e. Cacat
f. Hari tua
g. Meninggal dunia
8
2. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain :
a. Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang,
mesin-mesin harus memperhitungkan keselamatan kerja.
b. Pengelolaan penimbunan, pengeluaran, penyaluran, pengangkutan,
penyusunan, penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat sesuai
dengan standar keselamatan kerja yang berlaku.
c. Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja.
d. Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.
e. Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia.
9
a. Riset teknis, termasuk hal-hal seperti penyelidikan peralatan dan ciri-ciri
daribahan berbahaya, penelitian tentang pelindung mesin, pengujian
maskerpernapasan, penyelidikan berbagai metode pencegahan ledakan gas dan
debudan pencarian bahan-bahan yang paling cocok serta perancangan tali
kerekandan alat kerekan lainya
b. Riset medis, termasuk penelitian dampak fisiologis dan patologis dari faktor-
faktor lingkungan dan teknologi, serta kondisi-kondisi fisik yang
amatmerangsang terjadinya kecelakaan.
c. Riset psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola psikologisyang
dapat menyebabkan kecelakaan.
d. Riset statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,
berapabanyak, kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban,
dalamkegiatan seperti apa dan apa saja yang menjadi penyebab.
Cara pengendalian ancaman bahaya kesehatan kerja
a. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan
berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja
basah dan ventilasi pergantian udara.
b. Pengendalian administrasi: mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan
keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda – tanda
peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan pelatihan
sistem penangganan darurat.
c. Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan
10
G. Penyakit Akibat Kerja
Menurut Suma’mur (1985) penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh karena
timbulnya di sebabkan oleh adanya pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama
penyakit buatan manusia (Manmade disease).
Terdapat tiga istilah yang digunakan untuk mendefinisikan penyakit akibat
kerja yaitu penyakit yang timbul karena hubungan kerja, penyakit yang disebabkan
karena pekerjaan atau lingkungan kerja, dan penyakit akibat kerja. Ketiga istilah tersebut
mempunyai pengertian yang sama dan masing-masing memiliki dasar hukum dan
perundang-undangan yang menjadi landasannya. Penyakit akibat kerja yaitu penyakit
yang penyebabnya adalah pekerjaan dan atau lingkungan kerja (Suma’mur,2009).
11
c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat cramps atau
hyperpyrexia sedangkan suhu-suhu yang rendah antara lain menimbulkan
frosbite.
d. Tekanan yang tinggi menyebabkan caisson disease.
e. Penerapan lampu yang kurang baik misalnya menyebabkan kelainan
kepada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya
kecelakaan.
f. Golongan kimiawi
1. Debu yang menyebabkan pnemokoniosis, di antaranya : silikosis,
asbestosis.
2. Uap yang di antaranya menyebabkan mental fume fever
dermatitis, atau keracunan.
3. Gas misalnya keracunan oleh CO, dan H 2 S.
12
3. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Kesehatan dan Produktivitas Kerja
Menurut Suma’mur (2009), agar seseorang tenaga kerja berada dalam keserasian
sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan
kesehatan dan produktivitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang
positif-konstruktif antara unsur-unsur beban kerja, lingkungan kerja dan kapasitas kerja.
a. Beban Kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban dimaksud adalah
beban fisik, mental dan atau sosial. Seorang tenaga kerja yang secara fisik bekerja
berat seperti halnya buruh bongkar-muat barang di pelabuhan, memikul lebih banyak
beban fisik dari pada beban mental ataupun sosial. Berlainan dari itu, beban kerja
seorang pengusaha atau manajemen, tanggung jawabnya merupakan beban mental
yang relatif jauh lebih besar dari beban fisik yang dituntut oleh pekerjanya. Adapun
petugas sosial misalnya penggerak lembaga swadaya masyarakat atau gerakan
mengentaskan kemiskinan, mereka lebih menghadapi dan memikul beban kerja sosial-
masyarakat (Suma’mur, 2009).
b. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan beban kerja tambahan yang secara langsung
dirasakan oleh pekerja baik secara jasmani dan rohani. Menurut Suma’mur (2009)
terdapat 5 faktor penyebab beban tambahan :
1) Faktor fisis yaitu meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung
atau volume udara per kapita atau luas lantai kerja maupun hal-hal
yang bersifat fisis seperti penerangan, suhu udara, kelembaban udara,
tekanan udara, kecepatan aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis,
radiasi.
2) Faktor kimiawi yaitu semua zat kimia anorganis dan organis yang
mungkin wujud fisiknya merupakan salah satu atau lebih dari bentuk
gas, uap, debu, kabut, fume, asap, awan, cairan dan atau zat padat.
13
4. Kapasitas kerja
Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk melakukan tugas
kerja dalam periode tertentu. Kemampuan kerja seseorang tenaga kerja sangat
tergantung pada motivasi kerja, pengalaman, latar belakang pendidikan, keahlian,
keterampilan, kesesuaian terhadap pekerjaan, kondisi kesehatan, keadaan gizi, jenis
kelamin, usia dan ukuran antropometris tubuh serta reaksi kejiwaan.
Kesegaran jasmani dan rohani mempengaruhi produktivitas seorang tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaannya. Kesegaran jasmani ditentukan oleh kapasitas atau
kemampuan kerja fisik. Menurut Kuswana.
(2016) adapun unsur-unsur penting dari kapasitas fisik pekerja ditinjau dari
pendekatan gerak tubuh mencangkup hal-hal berikut :
1) Kekuatan otot (strength)
Kekuatan yang terdapat pada tubuh, antara lain kemampuan otot
untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap
suatu hambatan. Kontraksi otot saat melakukan tahanan atau latihan
kekuatan terbagi dalam tiga kategori, yaitu kontraksi isometrik,
kontraksi isotonik, dan kontraksi isokinetik. Kekutan otot kaki, lutut
serta pinggul harus kuat untuk memepertahankan keseimbangan tubuh
saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan
langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya grativitasi
serta beban eksternal lainnya secara terus menerus mempengaruhi
posisi tubuh.
2) Daya tahan (endurance)
Daya tahan otot mengacu pada kemampuan tubuh untuk terus
menggunakan kekuatan otot dan bertahan kontraksi berulang untuk
jangka waktu tertentu. Daya tahan otot sangat penting melalui latihan
fisik sehingga memperoleh tugas-tugas berat memungkinkan otot
untuk jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang
sangat berat.
3) Kelenturan (Flexibility)
Kelenturan atau fleksibilitas merujuk pada berbagai gerakan pada
sendi dan panjang pada otot yang bervariasi, terutama dalam
perbedaan panjang otot-otot dari multisendi. Fleksibilitas dalam
beberapa sendi dapat ditingkatkan sampai tingkat tertentu melalui
latihan. Kehilangan fleksibilitas dapat menjadi faktor predisposisi
untuk masalah fisik, seperti syndrom nyeri atau gangguan
keseimbangan tubuh saat melakukan aktivitas. Secara anatomi
beberapa bagian penting dari kelenturan sebagai berikut:
a) Joints
Sendi dalam tubuh manusia dikelilingi oleh membran sinovial dan
tulang rawan artikular. Elastisitas otot rentang sendi mobilitas
sangat dibutuhkan dalam layanan pekerjaan tertentu.
melintasi sendi. Fleksibilitas tubuh
14
b) Aerolar Tissue
Jaringan areolara permable dan secara luas didistribusikan ke
seluruh tubuh. Jaringan ini bertindak sebagai pengikat umum
untuk semua jaringan lain yang harus dipelihara melalui latihan
fisik.
c) Muscle tissue
Jaringan otot terbuat dari bahan elastis. Hal ini diatur dalam
bundel serat paralel.
d) Stretch Reseptor
Reseptor peregangan memiliki dua bagian, yaitu sel spindle dan
tendon Golgi pesan ke otot untuk berkontraksi. Di sisi lain,
golgi tendon reseptor yang terletak di dekat ujung serta otot
dan mengirim pesan ke otot untuk relaksasi.
e) Stretching
Fleksibilitas ditingkatkan dengan peregangan. Peregangan hanya
boleh dimulai ketika otot hangat dan suhu tubuh dibangkitkan.
Agar efektif saat peregangan. Gaya yang diterapkan untuk tubuh
harus setidaknya sepuluh detik, jika diadakan terlalu lama, otot
akan menjadi terlalu longgar dan melar.
f) Dynamic
Fleksibilitas dinamis diklarifikasikan sebagai kemampuan untuk
menyelesaikan berbagai macam gerakkan sendi. Hal ini juga
mengontrol gerakan dengan meningkatnya kecepatan saat
peregangan bagian tubuh. Bentuk peregangan mempersiapkan
tubuh untuk aktivitas fisik dan kinerja olahraga. Dinamis
meningkatkan peregangan berkisar gerakan, aliran darah dan
Oksigen ke jaringan lunak sebelum tenaga.
g) Static active
Statis peregangan aktif termasuk memegang posisi diperpanjang
hanya dengan kekuatan otot, seperti menahan kaki didepan,
h) Ballistic
Balistik peregangan terpisah dari semua jenis lain dari
peregangan. Kinerja aktual gerakan balistik mencegah
perpanjangan jaringan. Gerakan-gerakan ini harus dilakukan
hanya ketika tubuh sangat hangat karena jika tidak, dapat
menyebabkan cedera.
i) Limits of Flexibility
Setiap individu dilahirkan dengan gerak rentang tertentu untuk
setiap sendi dalam tubuh.
j) Internal factors of flexibility
Tuntutan gerakan meliputi kekuatan, ketahanan, dan jangkauan
gerak. Secara internal, sendi, otot, tendon dan ligamen dapat
memengaruhi fleksibilitas seseorang
Samping
k) External factors of Flexibility
Faktor eksternal adalah yang datang dari luar, seperti cuaca, usia,
perilaku, juga dapat mempengaruhi fleksibilitas. Jaringan umum
dan perubahan kolagen dengan usia memengaruhi individu.
l) Sign of Injury
Peregangan terlalu lama atau terlalu banyak dapat memberikan
cara untuk cedera.
15
5. Keseimbangan Tubuh (Balance)
Keseimbangan adalah hasil dari sejumlah sistem tubuh bekerja sama: mata (sistem
visual), telinga (sistem vestibular), dan rasa tubuh dalam hal ruang (proprioception)
idealnya harus utuh. Keseimbangan dapat digambarkan sebagai suatu kemampuan untuk
memelihara dan mempertahankan pusat massa (g), dari bidang tumpu topangan
anggota tubuh. Keseimbangan tubuh sangat kompleks yang disertai sistem interaksi,
saling berhubungan dengan sempurna dan secara otomatis mengoordinasi masukan dan
lingkungan (sistem saraf pusat itu untuk menghasilkan suatu keluaran gerak vertikal).
Kendali postural dihubungkan dengan keseimbangan di dalam gaya yang dinamis.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang
dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran.
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja,
(terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan ).
Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda
tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda.
Menurut Suma’mur (1985) penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh karena
timbulnya di sebabkan oleh adanya pekerjaan. Kepadanya sering diberikan nama penyakit
buatan manusia (Manmade disease).
Terdapat tiga istilah yang digunakan untuk mendefinisikan penyakit akibat kerja
yaitu penyakit yang timbul karena hubungan kerja, penyakit yang disebabkan karena
pekerjaan atau lingkungan kerja, dan penyakit akibat kerja. Ketiga istilah tersebut
mempunyai pengertian yang sama dan masing-masing memiliki dasar hukum dan
perundang-undangan yang menjadi landasannya. Penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang
penyebabnya adalah pekerjaan dan atau lingkungan kerja (Suma’mur,2009).
B. SARAN
Saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini
untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing untuk kesempurnaan
makalah ini ,atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
17
DAFTAR PUSTAKA
18