Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Diksi (Pilihan kata)

Pengertian Diksi adalah pemilihan kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Diksi merupakan
ketepatan pilihan kata dan menjadi salah satu unsur yang sangat penting, baik itu dalam dunia
tulis-menulis maupun dalam dunia tutur yang kita gunakan sehari-hari. Istilah diksi tidak hanya
digunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau
gagasan, tetapi juga meliputi persoalan frasa, gaya bahasa, dan ungkapan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Finoza (2006: 105) menyatakan bahwa diksi itu ialah hasil dari
upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. Dengan kata lain,
Diksi atau pilihan kata merupakan upaya untuk memilih kata yang tepat untuk menyatakan
sesuatu sesuai dengan situasi dan tempat kata-kata tersebut digunakan.

Di samping itu, Keraf (2008: 24) memberikan tiga simpulan utama mengenai diksi.

1. Diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu


gagasan, bagaimana membentuk mengelompokkan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu
situasi.

2. Diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan


yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
3. Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar
kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Ketepatan Diksi (Pilihan Kata)

Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh
kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami,
menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif yang dapat mengungkapkan
gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca
atau pendengarnya.

Di samping diksi yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut persyaratan yang harus dipenuhi
oleh pengguna bahasa yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Indikator ketepatan kata menurut Widjono (2007:98), antara lain: (1)
mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan
kaidah bahasa Indonesia; (2) menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah
penafsiran atau salah makna; (3) menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan
harapan penulis atau pembicara, dan (4) menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.

Syarat-syarat ketepatan pilihan kata (diksi):


1. membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi
yaitu kata yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi dapat
menimbulkan makna yang bermacam-macam, lazim digunakan dalam pergaulan, untuk
tujuan estetika, dan kesopanan.

2. membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim,


kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah, yaitu, yang, merupakan,
dalam pemakaiannya berbeda-beda.

3. membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip


ejaannya, misalnya: inferensi (kesimpulan) dan interferensi (saling mempengaruhi), sarat
(penuh) dan syarat(ketentuan),

4. tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat


sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna
yang tepat dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif canggih.
Menurut kamus, modern berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti banyak cakap, suka
mengganggu, banyak mengetahui. bergaya intelektual.

5. menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus


memahami maknanya secara tepat, misalnya dilegaisir seharusnya dilegalisasi,
koordinir seharusnya koordinasi,

6. menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan)


yang benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan,

7. menggunakan kata umum dan kata khusus, secara cermat.


Untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan
kata khusus, misalnya: mobil (kata umum) corolla (kata khusus, sedan buatan Toyota).

8. menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya: isu


(berasal dari bahasa Inggris issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa
Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desas-desus),

9. menggunakan dengan cermat kata bersinonim (misalnya: pria dan


laki-laki, saya dan aku, seta buku dan kitab); berhomofoni (misalnya: bang dan bank, ke
tahanan dan ketahanan); dan berhomografi (misalnya: apel buah, apel upacara; buku ruas,
buku kitab).

10. menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata
abstrak (konseptual, misalnya: pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern) dan kata
konkret atau kata khusus (misalnya: mangga, sarapan, dan
berenang).
 

Anda mungkin juga menyukai