Anda di halaman 1dari 11

Rangkuman Materi Biaya Volume Laba

Oleh Kelompok 3
1. Nadya Paparang
2. Meylita Walintukan
3. Michelle Tamon
4. Rista Mogi
5. Rafi Abdul
6. Nicky Wuwungan
ANALISIS BIAYA VOLUME LABA
(COST VOLUME PROFIT ANALYSIS)

Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis) merupakan suatu alat yang sangat
berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan. Karena
analisis biaya volume laba menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan
harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis biaya volume
laba dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya
kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu perusahaan dan membantu mencari pemecahannya.
Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang
maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan. Besar kecilnya laba
perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam mengelola perusahaan.
Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba adalah harga jual, biaya dan volume
penjualan.
Tingkat laba perusahaan dipengaruhi secara langsung oleh harga jual per unit, volume
penjualan, total biaya tetap dan biaya variabel satuan. Perubahan salah satu atau beberapa
komponen diatas dapat berpengaruh dalam proses penyusunan atau perencanaan laba. Untuk
itu, diperlakukan penilaian atau evaluasi terhadap perubahan-perubahan tersebut. Digunakan
analisis biaya volume laba menyebabkan perusahaan dapat merencanakan tingkat labanya
secara teliti dan akurat.

A.     Pengertian Biaya Volume Laba(Cost Volume Profit)


Sebelum menjelaskan pengertian biaya volume laba, maka kata biaya volume laba jika
diuraikan terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1.     Biaya
2.     Volume (penjualan atau produksi)
3.     Laba
Penguraian ini perlu dijelaskan agar dapat lebih dipahami dan dimengerti arti dari biaya
volume laba itu sendiri.
A1.  Biaya(Cost)
Dalam arti sempit, biaya (cost) memiliki arti pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva, jumlah yang dikorbankan tersebut secara tidak langsung disebut harga
pokok dan dicatat pada neraca sebagai aktiva. Secara luas, biaya (cost) mengandung arti
pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang, baik yang telah terjadi
maupun yang akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Menurut American Accounting Association, yang dikutip oleh Kamaruddin Ahmad,
biaya (cost) adalah pengeluaran yang diukur dalam moneter yang telah dikeluarkan atau
potensial akan dikeluarkan untuk memperoleh dan mencapai tujuan tertentu.
Pengukuran biaya sebagian besar bergantung padakemampuan untuk menelusuri biaya
terhadap objek biaya. Objek biaya merupakan sesuatu atau aktivitas dimana biaya
diakumulasikan.
Kaharuddin Ahmad menambahkan bahwa ada empat jenis objek biaya adalah: (1)
produk atau kelompok produk yang saling berhubungan; (2) jasa; (3) departemen (teknik dan
sumber daya manusia); dan (4) proyek, seperti penelitian, promosi pemasaran atau usaha jasa.
Seringkali kata biaya (cost) dan beban (expense) terkadang diasumsikan
memiliki pengertian yang sama. Padahal dalam penerapan di perusahaan diperoleh penjelasan
yang berbeda tentang keduanya. Menurut AICPA dalam Accounting Terminology Bulleting
No. 4,  yang dikutip oleh Winwin Yadiati, beban (expense) adalah expired cost, yaitu biaya
yang manfaatnya telah digunakan dan berkaitan dengan revenues untuk periode yang
bersangkutan.
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya dan beban merupakan suatu
bentuk pengorbanan sumber ekonomi, tetapi tujuan pengorbanannya berbeda. Biaya
dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban untuk memperoleh
pendapatan.
Menurut Kamaruddin Ahmad, biaya dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Biaya berdasarkan fungsinya, yaitu:
a)     Biaya produksi
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang.
b)     Biaya pemasaran
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjual suatu barang atau jasa.
c)      Biaya administrasi
Adalah pengeluaran untuk menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan.
d)     Biaya keuangan
Adalah bagian pengeluaran yang dikaitkan upaya mencari dana.

2. Biaya berdasarkan unsur-unsurnya, yaitu:


a)     Bahan langsung
Adalah bahan baku yang merupakan bagian yang integral dari produk jadi.
b)     Upah langsung
Adalah upah tenaga kerja langsung untuk keperluan komponen produk jadi.
c)      Biaya umum pabrik
Adalah mencakup segala bahan, upah tidak langsung serta biaya produksi yang tidak
langsung dapat dibebankan pada satuan, pekerjaan atau produk tertentu.

3. Biaya dalam hubungannya dengan produk, yaitu:


a)     Biaya langsung
Adalah biaya yang dibebankan kepada produk tanpa memerlukan alokasi lebih lanjut.
b)     Biaya tidak langsung
Adalah biaya yang dialokasikan.

4. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi, yaitu:


a)     Biaya produksi
Adalah satu unit kegiatan yang dilaksanakan atas suatu komponen atau suatu produk yang
biayanya dialokasikan lebih lanjut.
b)     Biaya pelayanan/jasa
Adalah suatu unit yang tidak langsung terlibat dalam kegiatan produksi dan biaya pada
akhirnya dibebankan kepada suatu produksi.

5. Biaya saat dibebabnkan kepada pendapatan, yaitu:


a)     Biaya produk
Adalah biaya-biaya yang dimasukkan pada waktu penghitungan biaya produksi. Biaya
produk termasuk dalam persediaan dan dalam harga pokok penjualan apabila produk dijual.
b)     Biaya periode
Adalah biaya yang berkaitan dengan perjalanan waktu dan bukan dengan jumlah produk.
Biaya ini ditunjukkan pada biaya perhitungan rugi/laba setiap akhir periode karena tidak ada
lagi manfaat yang diterima dimasa mendatang.
6. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi/penjualan, yaitu:
a)     Biaya variabel
Adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional dengan perubahan kegiatan
bersangkutan. Biaya satuan tidak berubah dan tidak dipengaruhi oleh volume.
b)     Biaya tetap
Adalah biaya yang tidak berubah jumlahnya sekalipun volume berubah. Harga satuannya
akan turun bila volumenya meningkat.

7. Biaya dalam hubungannya dengan periode yang dicakup (periode akuntansi), yaitu:
a)     Pengeluaran modal
Adalah biaya yang diharapkana akan member manfaat dimasa mendatang dan
diklasifikasikan sebagai aktiva.
b)     Pengeluaran pendapatan
Adalah biaya yang diharapkan akan member manfaat pada waktu terjadi pengeluaran dan
biasanya dianggap expense.

8. Biaya dalam hubungannya dengan tingkat rata-rata, yaitu:


a)     Biaya total
Adalah biaya komulatif menurut kategori yang ditentukan.
b)     Biaya satuan
Adalah keseluruhan jumlah biaya dibagi dengan unit/volume.
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan
fungsinya, unsur-unsurnya, dalam hubungannya dengan produk, hubungannya dengan
departemen produksi, biaya saat dibebankan kepada pendapatan, hubungannya dengan
volume produksi/penjualan, hubungannya dengan periode akuntansi, dan hubungannya
dengan tingkat rata-rata.
Pusat biaya (cost centres) adalah area tanggung jawab yang memproduksi suatu produk
atau memberikan suatu servis. Manajer yang bertanggung jawab atau pusat biaya mempunyai
keleluasaan dan pengendalian biaya pada penggunaan fisik dan sumber daya manusia untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan.
Selama proses perencanaan, manajer pusat biaya diberi kuota produksi dan dapat
berpartisipasi dalam menentukan tujuan biaya yang realitas dan wajar untuk tingkat keluaran
yang diantisipasi. Hasil performa secara berkala dilaporkan kepada manajer dalam bentuk
laporan yang membandingkan biaya actual yang terjadi, dengan biaya yang dianggarkan.
A2.  Volume (Penjualan atau Produksi)
Menurut Halim dan Supomo, volume penjualan berpengaruh terhadap volume produk
atau jasa tersebut. Volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi.
Dengan demikian, volume penjualan atau produksi merupakan bagian yang mempengaruhi
perolehan laba perusahaan.
A3.  Laba
Laba merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.
Pihak manajemen selalu merencanakan besar perolehan laba setiap periode, yang ditentukan
melalui target yang harus dicapai. Penentuan target besarnya laba ini penting guna mencapai
tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Laba yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk berbagai kepentingan oleh
pemilik dan manajemen. Laba akan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik
dan karyawan atas jasa yang diperolehnya. Laba juga digunakan untuk penambahan modal
dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi untuk melakukan perluasan pemasaran ke
berbagai wilayah.
Dalam prakteknya, laba yang diperoleh perusahaan terdiri dari dua macam, yaitu:
1.     Laba kotor (gross profit); dan
2.     Laba bersih (net profit).
Menurut Kasmir, ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan laba kotor, yaitu:
1.     Berubahnya harga jual;
2.     Berubahnya jumlah kuantitas (volume) barang yang dijual; dan
3.     Berubahnya harga pokok penjualan.
Menurut Jumingan, ada enam faktor yang mempengaruhi perubahan laba bersih, yaitu:
1.     Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual per unit;
2.     Naik turunnya harga pokok penjualan;
3.     Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang dijual;
4.     Naik turunnya posa penghasilan atau biaya nonoperasional yang dipengaruhi oleh variasi
jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan perubahan kebijaksanaan dalam
pemberian atau penerimaan discount;
5.     Naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang diperoleh atau
tinggi rendahnya tariff pajak; dan
6.     Adanya perubahan dalam metode akuntansi.
Pusat laba adalah segmen dimana manajer mempunyai pengendalian, baik pendapatan
maupun biaya. Manajer dinilai dengan basis efisiensi mereka dalam menghasilkan
pendapatan dan mengendalikan biaya. Keleluasaan mereka dalam biaya termasuk biaya untuk
menghasilkan produk atau jasa.
Dengan menjadikan unit organisasi sebagai pusat laba, maka kualitas keputusan dapat
meningkat, karena keputusan tersebut dibuat oleh para manajer yang paling dekat dengan
titik keputusan.
Kesadaran akan laba dapat lebih ditingkatkan karena para menajer yang bertanggung
jawab atas laba akan selalu mencari cara dan tindakan yang tepat untuk meningkatkan
labanya. Sebagai contoh, seorang manajer yang bertanggung jawab untuk kegiatan pemasaran
cenderung untuk menyetujui pengeluaran promosi untuk meningkatkan penjualan.
Setelah diuraikan pengertian dan penjelasan biaya, volume dan laba, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian biaya volume laba (cost volume profit) adalah suatu hubungan
yang menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual dan harga, sehingga semua
informasi keuangan perusahaan terkandung di dalamnya.
B.    Perilaku Biaya
Biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost) diartikan dalam
hubungannya dengan bagaimana biaya total berubah karena tercapainya fluktuasi kuantitas
aktivitas tertentu.
Hansen dan Mowen mendefiniskan perilaku biaya meupakan istilah umum untuk
mengambarkan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan output. Biaya-biaya bereaksi
pada perubahan output seperti perubahan biaya tetap, biaya variabel dan biaya campuran.
Menurut Kamaruddin Ahmad, biaya tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.     Biaya total yang tidak berubah atau tidak dipengaruhi oleh periode yang ditentukan atau
kegiatan tertentu.
2.     Biaya per unitnya berbading terbalik dengan perubahan volume, pada volume rendah fixed
cost unitnya tinggi, sebaliknya pada volume yang tinggi fixed cost per unitnya rendah.
Menurut Kamaruddin Ahmad, biaya variabel mempunyai pola sebagai berikut:
1.     Total biaya variabel berubah proporsional dengan perubahan volume/kapasitas, makin besar
kapasitas yang digunakan semakin besar pula total biaya variabel, demikian pula sebaliknya.
2.     Per unit biaya variabel konstan/tetap. Misalnya biaya bahan langsung, contoh dimuka biaya
pemakaian bahan langsung, bensin, oli yang dihitung dan tergantung kilometer yang
ditempuh.
Menurut Kamaruddin Ahmad, sifat biaya campuran seperti berikut ini:
1.     Totalnya berubah mengikuti perubahan volume, tetapi perubahannya tidak proporsional.
2.     Per unitnya juga berubah, tetapi terbalik dengan perubahan volume, dan tidak sebanding.

C.    Contribution Margin: Dasar-dasar Analisis Cost Volume Profit


Jumlah laba yang diperoleh merupakan indikator keberhasilan bagi perusahaan yang
orientasinya mencari laba. Agar diperoleh laba seusai yang dikehendaki. Perusahaan perlu
menyusun perencanaan laba yang baik. Hal tersebut ditentukan oleh kemampuan perusahaan
dalam memprediksi kondisi dimasa yang akan dating yang penuh dengan ketidakpastian,
serta mengamati kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi laba perusahaan.
Biaya yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan suatu produk atau jasa akan
mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. Dengan adanya analisis perhitungan
biaya volume laba dapat merencanakan dan mengawasi pengeluaran biaya yang terjadi dan
volume biaya yang harus diupayakan perusahaan agar laba yang direncakan dapat dicapai.
Dasar analisis perhitungan biaya volume laba memanfaatkan contribution
margin. Menurut Sugiri, contribution margin merupakan selisih antara hasil penjualan dan
seluruh komponen biaya variabel (produksi, administrasi dan penjualan).
Contribution margin  positif menunjukkan kelebihan dari hasil penjualan terhadap total
biaya variabel. Selisih positif tersebut menunjukkan dana yang tersedia untuk menutup biaya.
Apabila  contribution margin melebihi jumlah biaya tetap total, maka kelebihan merupakan
laba.

Contoh:

Kalau diperhatikan, contribution margin  per unit yang besarnya Rp.180,-, maka dapat
dianalisis bahwa setiap unit barang terjual mempunyai kontribusi untuk menutup biaya tetap
sebesar Rp.180,-. Biaya tetap pada laporan diatas menunjukkan jumlah Rp.720.000,-. Dengan
memperhatikan makna contribution margin  per unit, maka dapat dengan cepat diketahui
berapa unit barang harus terjual agar seluruh biaya tetap tadi tertutup. Dengan kata lain, dapat
ditentukan titik impasnya. Agar seluruh biaya tetap tertutup tanpa memperoleh laba, maka
jumlah contribution margin total harus sebesar Rp.720.000,-. Ini tercapai apabila jumlah
produk yang terjual adalah 4.000 unit, biay tetap total dibagi dengan contribution margin per
unit (Rp.720.000,-/180 unit).

D.    Perencanaan Laba Melalui Model Cost Volume Profit (CVP)


Perencanaan laba (profit planning) adalah pengembangan dari suatu rencanaoperasi
guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan. Laba adalah penting dalamperencanaan
karena tujuan utama dari suatu rencana adalah laba yang memuaskan.
Berikut ilustrasi terhadap perencanaan laba melalui persamaan CVP.
Diasumsikan suatu investasi sebesar Rp.1.000.000,- oleh suatu perusahaan dan
menetapkan return/laba sebesar 15% per tahun.
Biaya tetap saat ini per tahun Rp.400.000,- dengan biaya variabel Rp.15,- per unit
produk. Pada tahun lalu perusahaan memproduksi dan menjual produknya sebanyak 50.000,-
unit dengan harga Rp.25,- per unit.
Bagaimana manajemen dapat mencapai laba Rp.150.000,-        (15% x investasi)?
Problemnya dapat diatasi dengan beberapa cara berikut.
D.1.   Mengurangi Biaya Tetap
Persamaan:
Laba     =  HJp x Q – Total BT – BVp x Q
HJp       =  Harga jual per unit
BT         =  Biaya Tetap
BVp       =  Biaya variabel per unit
Maka,
Rp.150.000,-   =   (50.000 x Rp.25) – Total BT – (50.000 x Rp.15)
Rp.150.000,-   =   Rp.1.250.000,- – Total BT – Rp.750.000,-
Total BT           =   Rp.1.250.000,- – Rp.750.000,- – Rp.150.000,-
Total BT           =   Rp.350.000,-
Atau Total Biaya Tetap harus berkurang sebesar Rp.50.000,- (Rp.400.000,- – Rp.350.000,-).
D.2.   Mengurangi Biaya Variabel
Rp.150.000,-   =   (50.000 x Rp.25) – Rp.400.000,- – (50.000 x BVp)
Rp.150.000,-   =   Rp.1.250.000,- – Rp.400.000,- – (50.000 x BVp)
50.000 x BVp  =   Rp.1.250.000,- – Rp.400.000,- – Rp.150.000,-
50.000 x BVp  =   Rp.700.000,-
BV per unit      =  700.000/50.000  = Rp.14,-
Atau biaya variabel per unit turun sebesar Rp.1,- (Rp.15 – Rp.14).
D.3.   Meningkatkan Harga Jual Per Unit
Rp.150.000,-   =   (50.000 x HJp) – Rp.400.000,- – (50.000 x Rp.15,-)
Rp.150.000,-   =   (50.000 x HJp) – Rp.400.000,- – Rp.750.000,-
50.000 x HJp   =   Rp.150.000,- + Rp.400.000,- + Rp.750.000,-
50.000 x HJp   =   Rp.1.300.000,-
HJ per unit      =  1.300.000/50.000  = Rp.26,-
Atau harga jual harus dinaikkan sebesar Rp.1,- (Rp.26 – Rp.25,-).
D.4.   Meningkatkan Unit (Q) yang Dijual
Rp.150.000,-   =   (Rp.25,- x Q) – Rp.400.000,- – (Rp.15,- x Q)
(Rp.25,- x Q) – (Rp.15,- x Q) = Rp.400.000,- + Rp.150.000,-
Rp.10,- x Q      =   Rp.550.000,-
Q                       =   550.000/10 = 55.000 unit
Atau manajemen perlu menaikkan kuantitas atau volume penjualan sebesar 5.000 unit atau
10% dari unit tahun lalu, agar mendapatkan laba yang diinginkan sebsar Rp.150.000,-.

E.     Analisis Titik Impas (Break Even Point)


Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun
jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dahulu merencanakan berapa besar laba yang ingin
diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai
perusahaan, di samping hal-hal lainnya. Agar perolehan laba mudah ditentukan, salah satu
caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu berapa titik impasnya break
even point).  Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan tertentu
sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan.
Menurut Kasmir, analisis titik impas (break even point analysis) digunakan untuk
mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan
beroperasi dalam kondisi tidak laba atau tidak rugi, atau laba sama dengan nol.
Menurut Jumingan, analisis titik impas atau analisis break even point diperlukan untuk
mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi,
biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui analisis titik impas, akan
diketahui bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume
kegiatan (penjualan atau produksi). Analisis break even point memberikan pedoman tentang
berapa jumlah produk minimal yang harus diproduksi atau dijual.
Penggunaan analisis titik impas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat. Secara
umum analisis titik impas digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam
perencanaan keuangan, penjualan, dan produksi.
Menurut Kasmir, penggunaan analisis titik impas memiliki beberapa tujuan yang
dicapai, yaitu:
1.     Mendesain spesifikasi produk;
2.     Menentukan harga jual per satuan;
3.     Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian;
4.     Memaksimalkan jumlah produksi; dan
5.     Merencanakan laba yang diinginkan.
Disamping memiliki tujuan dan mempu memberikan manfaat yang cukup banyak bagi
perusahaan, analisis titik impas juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Kasmir,
kelemahan dari analisis titik impas sebagai berikut:
1.     Perlu asumsi;
2.     Bersifat statis;
3.     Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir;
4.     Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik;
5.     Hubungan penjualan dan biaya;
6.     Kurang mempertimbangkan resiko-resiko yang terjadi selama masa penjualan; dan
7.     Pengukuran kemungkinan penjualan.
Menurut Kasmir, menjelaskan asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis titik impas
sebagai berikut:
1.     Biaya
Dalam analisis titik impas, hanya digunakan dua macam biaya, yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Oleh karena itu, harus dipisahkan komponen antara biaya tetap dan biaya variabel.
2.     Biaya tetap (fixed cost)
Merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan
volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu).
3.     Biaya variabel (variabel cost)
Merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi
atau penjualan.
4.     Harga jual
Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga jual atau
harga barang yang dijual atau diproduksi.
5.     Tidak ada perubahan harga jual
Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak dapat berubah selama periode analisis.

F.     Analisis Perhitungan Titik Impas (Break Even Point)


Titik awal dalam banyak perencanaan bisnis adalah bagaimana menentukan titik impas, yaitu
titik di mana pendapatan sama dengan total biaya dan labanya nol. Titik tersebut dapat
ditentukan dengan menggunakan analisis CVP.
Metode Persamaan: Untuk Titik Impas dalam Satuan Unit

Metode persamaan menggunakan metode model CVP secara langsung. Contohnya


dengan menggunakan persamaan untuk analisis penjualan meja TV HFI adalah

Penjualan = Biaya tetap + Total biaya variabel + Laba operasi

p × Q = F + (v × Q) + N

$75 × Q = $5.000 + ($35 × Q)

Penyelesaian untuk Q dan asumsikan N = 0, maka titik impas adalah Q = 125 meja TV per
bulan (1.500 unit per tahun).

($75 - $35) × Q = $5.000

Q = $5.000 / ($75 - $35)

Q = $5.000 / $40 = 125 unit per bulan

Metode Persamaan: Untuk Titik Impas dalam Satuan Dolar


Kadang kala, jumlah unit yang terjual, biaya variabel per unit, dan harga jual tidak
diketahui atau tidak praktis untuk ditentukan. Metode yang digunakan untuk titik impas
dalam satuan unit, kecuali bahwa Q digantikan dengan Y/p, sebagai berikut :

Penjualan = Biaya tetap + Total Biaya Variabel + Laba

P × Q = F + (v × Q) + N

P × (Y/p) = F + [ v × (Y/p) + N

Y = F + [(v/p) × Y] + N
Referensi :

http://irmajhe.blogspot.com/2017/01/analisis-biaya-volume-laba-cost-volume_97.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai