Anda di halaman 1dari 19

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN

MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE

MULTI LEVEL

DISUSUN

OLEH

FRANSISKUS HALLA

1722311002

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan melalui upaya pengajaran,
latihan,proses,dan perbuatan cara mendidik. Dari sinilah dapat diartikan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar yang bertujuan membudayakan manusia atau
memanusiakan manusia itu sendiri adalah pribadi yang utuh dan kompleks
sehingga sulit dipelajari secara tuntas. Salah pendidikan tidak akan selesai sebab
hakikat manusia itu sendiri adalah pribadi yang utuh dan kompleks sehingga
sulit dipelajari secara tuntas.proses pembelajaran mengajar yang berkembang di
kelas umum ditemukan oleh peran guru dan siswa sebagai individu-individu
yang terlibat langsung dalam proses tersebut. Di dalam proses ini siswa
seringkali mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika, untuk
selama proses kegiatan belajar berlangsung bantuan guru sangat diperlukan.
Tugas guru dalam proses belajar mengajar antara lain adalah mengaktifkan
terjadinya proses belajar mengajar prestasi belajar siswa sangat tergantung pada
cara guru menyampaikan pelajaran pada anak didiknya. Oleh karena itu
kemampuan serta kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting
bagi keberhasilan proses belajar mengajar pada siswa. (cahyani,2009)

Salah satu mata pelajaran di sekolah yang memerlukan strategi khusus dalam
pembelajaran matematika adalah. Konsep-konsep yang telah tersusun dalam
matematika merupakan konsep yang banyak dibutuhkan pada materi keilmuan
yang lain. Namun, kendala yang ditemukan di kelas adalah tidak semua siswa
dapat dengan mudah memahami materi matematika yang diberikan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya gaya belajar anak, manajemen
waktu belajar, dan interaksi sosial anak dengan lingkungan dimana ia belajar
yang kurang tepat.pembelajaran matematika dianggap berhasil apabila siswa
yang sebelumnya tidak tahu akhirnya tahu mengenai konsep matematika yang
diajarkan. Keaktifan siswa dalam proses belajar merupakan satu hal yang
penting bagi guru untuk mengetahui paham atau tidak seorang siswa terhadap
materi yang diberikan. Namun kenyataan ditemukan di kelas adalah terhadap
siswa yang aktif dan bersemangat dalam proses pembelajaran dan terdapat siswa
yang cenderung pasif, pemalu dan pendiam. Selain itu, pemilihan waktu belajar
juga sangat berperan penting dalam mempengaruhi cepat/lambat daya serap
siswa terhadap pelajaran. Oleh karena itu diperlukan strategi/metode yang tepat
khususnya pembelajaran matematika agar hasil pembelajaran yang maksimal.
(MAHMUD,2019)

Selain itu, juga guru kurang sistematis mengajarkan materi khususnya dalam
menyelesaikan soal-soal matematika. Hal ini tergambar dari nilai raport yang
masih rendah. Berdasarkan data tersebut, diduga penyebabnya adalah kurang
terampil menggunakan metode pembelajaran serta siswa belum mampu
menyelesaikan soal tanpa adanya model atau contoh dari guru.(Rubianus)

Pada umumnya,metode pembelajaran yang dikembangkan oleh guru


matematika dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode pembelajaran
konvensional yang lebih banyak mengandalkan ceramah. Dimana guru lebih
memfokuskan diri pada upaya pemindahan pengetahuan ke dalam diri siswa
tanpa memperhatikan bahwa ketika siswa memasuk kelas, siswa mempunyai
bekal kemampuan dan pengetahuan yang tidak sama. Siswa hanya ditempatkan
sebagai objek sehingga siswa menjadi pasif dan tenggelam kedalam kondisi
belajar yang kurang merangsang aktivitas belajar optimal. Proses pembelajaran
yang berpusat pada guru tersebut, dengan guru sebagai penyampai materi atau
penceramah dan siswa sebagai pendengar mempunyai kelemahan yaitu siswa
cenderung ramai, mengantuk, tidak ada siswa yang mau bertanya, dan siswa
tidak mampu menjawab dengan sempurna pertanyaan yang diberikan oleh guru
dengan kondisi yang seperti ini makan banyak waktu yang terbuang sia-
sia,sedangkan materi yang ingin disampaikan guru tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah yang telah
dikemukakan di atas salah satunya adalah dengan menerapkan metode
pembelajaran Multi level.(WARTININGSIH,2010)

B Identifikasih masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Masih dipertahankan paradigma lama pendidikan oleh guru yang


menganggap siswa seperti botol kosong yang siap diisi dengan informasi
informasi yang dianggap perlu oleh guru.
2. Siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit, tidak
menyenangkan dan momok bagi siswa.
3. Kurang tepatnya seseorang dalam memilih dan menggunakan metode
pengajaran dalam menyampaikan pokok bahasa tertentu.

C. Pembahasan masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauan maka
diperoleh batasan masalah. adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini
adalah:

1. Metode pembelajaran pada penelitian ini adalah metode multi level.


2. Prestasi belajar disini adalah prestasi belajar matematika siswa kelas
VII pada pokok bahasan himpunan.

D. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan


prestasi belajar matematika antara siswa yang diberi pengajaran
menggunakan metode multi level dengan siswa yang diberi pengajaran
menggunakan metode konvensional.

E. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar


matematika antara siswa yang diberikan pengajaran menggunakan metode
multi level dengan yang diberi pengajaran menggunakan metode
konvensional.
F. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan


sumbangan kepada pembelajaran pembelajaran matematika, utamanya dalam
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Secara khusus penelitian ini
memberikan kontribusi pada metode pembelajaran yang hanya mementingkan
hasil ke pembelajaran yang juga mementingkan prosesnya.

2. Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada


guru dan siswa bagi guru matematika dapat digunakan sebagai masukan
untuk menyelenggarakan pembelajaran yang aktif dan kreatif,bagi siswa
proses pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan matematika.
BAB II

LANDASAN TEORI

A.Kajian Teori

1.Pembahasan konsep

a. pengertian pemahaman konsep matematika

Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,susunan, besar dan


konsep-konsep yang berhubungan satu yang lainnya dengan jumlah yang banyak
yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar,analisis dan geometri.Matematika
menitikberatkan pada perkembangan aspek kognitif seseorang.Salah satu aspek
kognitif yang paling mendasar dalam pembelajaran matematika adalah
pemahaman. Menurut Dede Rosyada,pemahaman adalah comprehension yaitu
kemampuan untuk memahami apa yang sedangkan berkomunikasikan dan mampu
mengimplementasikan ide tanpa harus melihat ide itu secara mendalam
menangkap makna atau arti sesuai konsep.Seseorang dikatakan mampu
memahami sesuatu jika telah mampu mengungkapkan kembali apa yang
dipelajarinya dengan menggunakan kalimatnya sendiri,dengan begitu siswa tidak
lagi mengingat atau menghafal informasi yang diperolehnya.( sanjaya,2008)

Skemp dalam Yunika menyatakan bahwa pemahaman matematika dapat


digolongkan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya,yaitu pemahaman
instrumental dan pemahaman relasional.Siswa dikatakan mampu memahami
secara instrumental jika ia mampu mengingat kembali hal-hal yang bersifat rutin
seperti perhitungan sederhana.Tingkat selanjutnya adalah pemahaman
relasional,dalam tingkatan ini siswa sudah mampu menerapkan dengan tepat suatu
ide matematika yang bersifat umum pada hal-hal yang khusus atau atau pada
situasi baru.

Menurut Hendrik,konsep yaitu rupa atau gambar atau bayangan dalam pikiran
yang merupakan hasil tangkapan akal budi terhadap suatu entitas (wujud) yang
menjadi objek pikiran.Sedangkan menurut Chaplin dalam Mulyati,konsep
merupakan suatu ide umum/pengertian umum,biasanya disusun dengan
kata,simbol,dan tanda konsep matematika adalah ide abstrak yang memungkinkan
untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa serta mengklasifikasikannya
apakan objek dan peristiwa itu termasuk dalam ide abstrak tersebut.Ini berarti
konsep matematika merupakan suatu ide tentang matematika yang disusun
dengan kata mampu ekspresi matematika.Contoh konsep matematika dalam
kehidupan sehari-hari yaitu ketika kita mendapatkan obat dari dokter,tertera
aturan minum 3x1itu berarti angka 1 yang muncul sebanyak tiga kali (1+1+1)
bukan angka 3 yang muncul satu kali.Ini merupakan contoh konsep perkalian
bilangan yang seringkali keliru dipahami oleh anak. Departemen pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan
atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar
matematika yaitu dengan menunjukan pemahaman konsep matematika yang
dipelajarinya,menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep
atau algoritma secara luwes,akurat,efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
matematika.Pemahaman konsep matematika juga dapat diartikan sebagai
kemampuan siswa dalam menemukan dan menjelaskan,menerjemahkan,
menafsirkan dan menyimpulkan suatu konsep matematika berdasar pembentukan
pengetahuannya sendiri dan bukan sekedar menghafal(Nurjanah,2014)

a. Penilaian pemahaman konsep

Penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil


pengukuran.Menurut Cangolesidalam Mintarsih,penilaian adalah keputusan
tentang nilai.Penilaian juga dapat diartikan sebagai suatu proses sistematik untuk
mengambil keputusan dengan menggunakan data atau informasi yang diperoleh
dari hasil pengukuran,baik dengan tes maupun non-tes. Pemahaman konsep
merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaian matematika (aspek
pemahaman konsep, aspek penalaran, dan komunikasi, dan aspek pemecahan
masalah). Penilaian pada aspek pemahaman konsep ini bertujuan mengetahui
sejauh mana siswa mampu menerima dan mampu memahami konsep dasar
matematika yang telah diterima siswa. Gronlund memberikan lima prinsip dasar
yang dapat membimbing guru dalam merancang sistem penilaian sebagai berikut.

1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran


2. Mencakup semua tugas pembelajaran
3. Mengunakan soal tes yang sesuai
4. Membuat soal valid dan reliabel mungkin
5. Manfaat hasil tes untuk memperbaiki proses belajar mengajar berikutnya.

Penilaian pemahaman konsep menggunakan instrumen soal-soal tes.

kriteria penilaian untuk setiap butir soal tes pemahaman konsep mengacu pada
indikator pemahaman konsep menurut peraturan direktorat jenderal pendidikan
dasar menengah departemen pendidikan nasional nomor 506 /c/pp/2004, sebagai
berikut.( Danumihardja,2014)
1. Menyatakan ulang sebuah konsep, yaitu kemampuan siswa untuk
mengungkapkan kembali apa yang telah apa yang dikomunikasikan
kedepannya.
2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifatnya tertentu (sesuai
dengan konsepnya), yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengelompokan
objek menurut sifat-sifatnya.
3. Menberikan contoh dan non-contoh dari konsep, yaitu kemampuan siswa
dalam membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi yang
dipelajari.
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, yaitu
kemampuan siswa menggambar atau membuat grafik, membuat ekspresi
matematika,menyusun cerita atau teks tertulis.
5. Mengembangkan syarat atau perlu atau syarat cukup suatu konsep, yaitu
kemampuan siswa mengkaji mana syarat perlu atau cukup suatu konsep
terkait.
6. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah yaitu
kemampuan siswa menggunakan konsep serta prosedur dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut bloom, indikator pemahaman konsep terdiri dari tiga kategori yaitu
penerjemahan (translation), penafsiran(interpretation) dan exstrapolasi
(extrapolation). Translasi yang mencakup penerjemahan pengetahuan atau
gagasan dari bentuk abstrak bentuk konkret atau sebelumnya, interpretasi yang
cukup kemampuan untuk mencirikan rangkuman pikiran utama dari suatu
gagasan, serta ekstrapolasi yang mencakup kemampuan untuk menerjemahkan
dan mengartikan serta menyelesaikan masalah.(shadiq,2009)

Seseorang dikatakan memahami suatu konsep matematika


Telah mampu melakukan beberapa hal seperti berikut.

1) Menemukan (kembali) suatu konsep yang sebelumnya diketahui


berlandasan kepada pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahui dan
dipahami sebelumnya.
2) Mendefinisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan cara dan
kalimatnya sendiri namun tetap memenuhi ketentuan berkenaan dengan
ide atau gagasan konsep tersebut.
3) Mengidentifikasikan hal-hal yang relevan dengan suatu konsep dengan
cara- cara yang tepat.
4) Memberikan contoh (dan bukan contoh) atau ilustrasi yang berkaitan
dengan suatu konsep guna memperjelaskan konsep tersebut
Menurut Novak dan Gowin, pemahaman konsep dapat juga dievaluasi melalui
peta konsep, guru dapat mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswanya
untuk mengaitkan Informasi baru dengan informasi yang telah ada dalam struktur
kognitif siswa.(syaiful sagala, pramita dewiatmini, suhenda)

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian pemahaman


konsep adalah suatu proses sistematis untuk mengambil keputusan yang diperoleh
dari hasil pengukuran tes maupun non-tes terhadap kemampuan siswa dalam
menemukan,menjelaskan,menerjemahkan maupun menafsirkan suatu konsep
matematika.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman konsep matematika

Pemahaman konsep adalah aspek yang sangat mempengaruhi peningkatan


hasil belajar siswa. Tinggi rendahnya pemahaman konsep matematika siswa dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Van De Walle dalam iskandar, faktor-faktor yang mempengaruhi


pemahaman siswa terhadap konsep matematika sebagai berikut.

1) Berpikir reflektif siswa

Reflektif adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan pada masa lalu fungsi berpikir
reflektif adalah untuk mengevaluasi pengetahuan atau pengalaman lama dengan
pengetahuan dan pengalaman baru. Berpikir reflektif melibatkan beberapa bentuk
kegiatan mental (pikiran). Berpikir reflektif meliputi menjelaskan sesuatu atau
mencoba menghubungkan. Konsep-konsep yang kelihatannya terkait. Berpikir
terjadi saat para siswa mencoba memahami penjelasan dari orang lain, ketika
mereka bertanya dan ketika mereka menjelaskan atau menyelidiki kebenaran
pemahaman mereka sendiri. Tidak hanya siswa tapi kemampuan berpikir reflektif
akan mendorong seseorang pendidik dalam memahami siapa kita dan kapan kita
harus bertindak.

2) Interaksi

Interaksi menurut yoseph s. Roucek dalam samadi adalah proses yang sifatnya
timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang
bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang didengar atau surat kabar. Saat
anak-anak terlibat dalam pekerjaan teman-temannya, maka berpikir reflektif
mereka menjadi lebih meningkat. Suasana interaktif seperti itu, anak-anak
berbagai ide dan menyelesaikan, membandingkan dan pemahaman-pemahaman
yang dapat disetujui semua anak. Interaksi banyak di dalam kelas akan
meningkatkan peluang terjadinya berpikir reflektif yang produktif

2 .Metode multilevel
a. Pengertian metode multilevel

Metode pembelajaran multi level merupakan modifikasi dari model


pembelajaran kooperatif yang dapat melatih diri peserta didik untuk memiliki
keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan
sosial (social skill). Keterampilan yang dimaksud seperti keterampilan untuk
mengemukakan pendapat. Menerima saran, bekerja sama dan rasa setia kawan.

Multilevel dalam kamus bahasa inggri Indonesia berarti bersusun, bertingkat-


tingkat. Jadi model, pembelajaran multi level adalah model pembelajaran yang
bertingkat-tingkat. Keberhasilan memahami konsep dalam sistem pembelajaran
ini tak hanya terletak pada suatu individu saja (perorangan), namun ditunjukan
oleh kerja sama (kolaborasi) yang dibangun antara anggota jaringan. Pada metode
ini siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata menjadi sumber belajar bagi
siswa lain yang setingkat lebih rendah. Penggunaan metode pembelajaran
multilevel ini diharapkan akan lebih bermakna bagi siswa dan siswa dapat terlibat
langsung dalam kegiatan belajar sehingga akan meningkatkan keaktifan siswa itu
sendiri.

Metode pembelajaran multi level merupakan salah satu pengembangan model


dari tutor sebaya yang mengacu pada sistem multilevel marketing dalam dunia
bisnis. Diharapkan setiap peserta didik akan mampu menjadi tutor bagi peserta
didik lainnya. Dengan demikian setiap materi yang dipelajari akan terus ulang
karna peserta didik menerima dari peserta didik lain nya dan dituntun untuk
mengajarkan dan mengerjakan soal pada peserta didik lain. Akumulasi
pengulangan akan menjadi sebuah kebiasaan dan membekas lebih lama dalam
sistem otaknya.

Metode multilevel merupakan belajar dalam kelompok kecil dengan


meningkatkan kerja sama maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman
sendiri dengan sistem multilevel di dalamnya mencapai kompetensi dasar. Dalam
metode pembelajaran ini, siswa dibagi menjadi beberapa level (tingkat).

a. Langkah langkah -langkah metode multilevel


Langkah-langkah penerapan metode multilevel adalah:

1) Menentukan siswa yang ada di level 1, level 2 dan level 3,


2) Membentuk kelompok-kelompok kecil
3) Guru memberikan materi secara keseluruhan dan member LKS
4) Level 1 diberi materi dan LKS,
5) Siswa level 1 memberikan kepada siswa level 2
6) Dengan dibantu siswa level 1, siswa level 2 memberikan kepada siswa
level 3,
7) Guru membantu mengevaluasi kegiatan pembelajaran,
8) Presentasi,
9) Penilaian akhir,
10) Penghargaan terhadap kelompok.

Metode pembelajaran multilevel ini memiliki karakteristik yaitu penentuan


level atau tingkat kemampuan siswa dalam pembagian kelompok, sehingga pada,
pada masing-masing

C. Keunggulan dan kelemahan metode multilevel

Keunggulan dari penerapan metode multilevel adalah:


1. Menyajikan pembelajaran yang aktif, kreatif,efektif dan menyenangkan.
2. Siswa dapat mengaktualkan kemampuannya melalui perannya dalam
kegiatan peer teaching,
3. Memiliki daya serap yang tinggi,
4. Guru dapat memperbaiki gaya mengajar,
5. Kegiatan belajar yang semula berpusat pada guru menjadi banyak berpusat
pada siswa.

Sedangkan kelemahan dari penerapan metode multilevel adalah

1. Peserta didik yang dibantu sering kurang serius karena berhadapan dengan
temannya sendiri,
2. Ada beberapa anak yang menjadi malu untuk bertanya pada temannya
sendiri,
3. Guru sukar dan menentukan level siswa,
4. Tidak semua peserta didik yang pandai dapat mengerjakan kembali apa
yang diperoleh dari temannya.

Dapat disimpulkan bahwa keunggulan dan kelemahan dari metode ini


adalah pembelajaran menjadi aktif dan terpusat pada siswa,tapi siswa sering
kurang serius dan guru sukar dalam menentukan level siswa.

B. kajian penelitian yang relevan


Terdapat beberapa penelitian relevan yang peneliti temukan berkaitan dengan
pengaruh metode multilevel terhadap pemahaman konsep matematika ditinjau
dari motivasi belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Anomsari tentang “pengaruh multi level
terhadap presentasi belajar matematika ditinjau dari motivasi belajar siswa” yang
menyimpulkan bahwa :

1. ada pengaruh metode pembelajaran dan metode multilevel terhadap


prestasi belajar matematika

2. ada pengaruh tingkat motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar


matematika, dan

3. tidak terdapat interaksi metode pembelajaran dan motivasi belajar


terhadap prestasi belajar matematika.

Penelitian yang dilakukan oleh Husnul Laili tentang “pengaruh penggunaan


metode terhadap prestasi belajar memberikan pengaruh positif terhadap
peningkatan prestasi siswa yang dilihat dari hasil pretest dan posttest.

Penelitian yang dilakukan oleh Endah Oktaviani tentang “pengaruh penerapan


metode pembelajaran aktif teknik terhadap pemahaman konsep matematika kelas
VII “ yang menyimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan
menggunakan metode pembelajaran aktif teknik lebih baik dari pemahaman
konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada
siswa kelas VII.

Penelitian yang dilakukan oleh ismaryati tentang “efektivitas multi level dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi himpunan kelas VII MTS
Nurul Huda” yang menyimpulkan bahwa pembelajar multilevel berperan efektif
dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi himpunan kelas VII
MTS Nurul Huda

Penelitian yang dilakukan oleh Siskha Handayani tentang “pengaruh metode


terhadap pemahaman konsep matematis siswa SMP” yang menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif model pembelajaran aktif tipe terhadap pemahaman
konsep matematis siswa
C. Kerangka pikir

Dasar belajar matematika adalah pembelajaran konsep. Konsep-konsep pada


matematika merupakan satu kesatuan dan berkesinambungan. Pada proses
pembelajaran guru harus dapat menyampaikan konsep tersebut secara tepat
kepada siswa dan bagaimana siswa dapat memahaminya. Pengajaran pada
matematika dilakukan dengan memperhatikan urutan konsep k dimulai dari yang
paling sederhana hingga ke tahap yang lebih rumit. Hasil dari TIMSS (Trends
international mathematics and science study) dari tahun ketahun menunjukan
prestasi siswa Indonesia yang masih rendah. Hal ini disebabkan siswa hanya
terbiasa menghafalkan dan menyelesaikan soal dengan rumus tanpa menekankan
pada pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya.

Satu hal yang juga perlu diperhatikan dalam pembelajaran matematika adalah
metode atau strategi pembelajaran yang diterapkan guru di kelas. Kebanyakan
guru menggunakan metode ceramah karena dianggap praktis dan efisien. Ketika
guru menjelaskan materi di depan kelas, siswa hanya duduk mendengarkan dan
mencatat apa yang dijelaskan guru sehingga pembelajar berpusat kepada guru. Hal
tersebut membuat siswa bosan,dengan begitu siswa kurang memahami konsep
materi itu sendiri

Beberapa metode yang dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman konsep yaitu metode dan strategi multi level. Metode
merupakan strategi pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk bertanya dan
menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh temannya. Bahkan metode ini dapat
melibatkan partisipasi siswa secara aktif dari awal pembelajaran.

Selanjutnya metode merupakan belajar dalam kelompok kecil dengan


meningkatkan kerja sama maksimal melalui kegiatan pelajaran oleh teman sendiri
untuk mencapai kompetensi dasar. Dengan aktivitas tersebut, siswa akan belajar
dan membentuk pemahaman sendiri.

Melalui bagan,kerangka berpikir penelitian dapat disajikan sebagai berikut.

Pembelajaran masih berpusat pada


guru
Rendnya konsep pemahaman matematika siswsa

Penerapan metode pembelajaran pada siswa

Metode multilevel Pembelajaran konfensional

Tingginya pemahan konsep matematika siswa

C. Hipotesis penelitian

Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah dapat perbedaan antara
metode multi level dan pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep
matematika siswa kelas V11 SMP.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain penelitian


1. Jenis penilitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu (quasi
experiment research). Experimen semu merupakan jenis penelitian untuk
memperoleh informasi yang diperoleh dengan experiment dalam keadaan
yang tidak memungkinkan untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Dalam hal ini penelitian menggunakan subjek yang terdapat pada kelas
tersebut dan tidak mengacak subjek yang serta tidak membentuk kelas.
Penelitian quasi eksperimen ini dilakukan dengan perlakuan (treatment) pada
suatu kelas selanjutnya disebut dengan kelas eksperimen akan
diperbandingkan dengan kelas kontrol.
2. Desain penilitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan
menerapkan metode multilevel dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika SMP
Maria assumpta kupang. Berdasarkan tujuan tersebut maka penelitian ini
termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi atau
disebut juga eksperimen semu.
Berdasarkan tujuan penelitian ini, data yang diperoleh adalah tes awal dan
tes akhir yang melibatkan dua kelompok yaitu kelompok pertama sebagai
kelompok eksperimen dengan penerapan metode multilevel dan kelompok
sedua sebagai kelompok kontrol dengan penerapan metode pembelajaran
konvensional. Desain penelitian yang digunakan yaitu matching pretest
posttest control group design yang secara skematis.

kelompok pretest perlakuan posttest

KE Оᴇı x Оᴇ₂

KK Оĸı Оĸ₂

Gambar 1. Matching - posttest control group Design


Keterangan:

KE :Kelompok eksperimen

KK :Kelompok control

Оᴇı :Pretest kelompok eksperimen

Оᴇ₂ :posttest kelompok eksperimen

Оĸı :pretest kelompok control

Оĸ₂ :posttest kelompok control

X : Pembelajaran dengan metode multilevel

B. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di smp maria Assumpta kupang
………………….
C. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII ganjil Tahun
ajaran 2021/2022 yang terdiri dari kelas A, B, C
2. Sampel
sampel pada penelitian seluruh siswa dari 2 kelas. Dari kedua kelas
tersebut diuji untuk mendapatkan kelas mana sebagai kelompok
eksperimen (KE) dan kelas mana sebagai kelompok control (KK) kelas
eksperimen yaitu kelas VII A sedangkan kelas kontrol yaitu kelas VII C
untuk mengetahui homogenitas sampel kemampuan awal dilakukan uji
homogenitas varians berdasarkan hasil pretest dan dilakukan uji normalitas
sampel.
D. Variabel penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode pembelajaran multi level
2. Variabel bebas
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. SMP yang
diperoleh dari hasil posttest.
E. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun teknik yang digunakan
oleh peneliti untuk melakukan penelitian adalah sebagai berikut.
a. Tes” kemampuan penalaran”
Wardoyo (Rosita, 2018) mengatakan tes adalah cara atau produser yang
dapat ditempuh dalam rangka pengukuran dan penelitian di bidang
pendidikan sekumpulan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki kelompok atau individu. Tes yang dilakukan adalah tes
tertulis dengan bentuk essay tentang diberikan fungsi komposisi yang
diberikan terhadap siswa kelas V11 dan bertujuan untuk mengukur sejauh
mana kemampuan penalaran siswa sebelum dan sesudah diberi metode.
b. Angket” kemandirian Belajar”
Angket adalah suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau
mengebutkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan
memberikan respon
2. INSTRUMEN PENELITIAN.
Untuk mengetahui metode pengumpulan data yang telah ditentukan (tes
dan angket) dibutuhkan alat yang dipakai untuk mengumpulkan data yang
disebut sebagai instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang dimiliki.
Adapun instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
sebagai berikut.
a. Tes
Pedoman tes tertulis yaitu alat bantu yang berupa soal-soal tes tertulis
yang digunakan untuk memperoleh nilai sebagai alat ukur dalam
penelitian. Penelitian ini, peneliti menggunakan soal-soal materi
himpunan berbentuk uraian yang disusun berdasarkan indikator
pencapaian dan indikator kemampuan penalaran siswa sebelum dan
sesudah belajar menggunakan terapan metode pembelajaran multi
level. Instrumen yang digunakan adalah bahan ajar, pretest dan posttest
b. Angket
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui tingkat
kemandirian belajar matematika siswa kelas V11 SMP MARIA
ASSUMPTA kupang .
F. Teknik analisis data
a. Uji normalitas
Uji normalitas kemampuan penalaran dan kemandirian belajar matematika siswa
untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Versi 21. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
Ηₒ :data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Η₁ :data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Menurut sugiyono (2013), kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ηₒ
berdasarkan significance (sig) sebagai berikut:
Jika sig ˂a (0,05), maka Ηₒ ditolak
Jika sig ˂a (0,05), maka Ηₒ diterima
b. Uji hipotesis
Homogenitas data hasil belajar siswa menggunakan program SPSS versi 21 uji
homogenitas ini dilakukan dengan levers test. Bentuk hipotesis untuk uji
homogenitas adalah sebagai berikut:
Ηₒ :data memiliki variansi yang sama
Ηₒ :data memiliki variasi yang tidak sama
kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ηₒ berdasarkan significance (sig)
sebagai berikut:
jika sig˂a (0,05), maka Ηₒ ditolak
jika sig˂a (0,05) maka Ηₒ diterima
c. Uji hipotesis
Hipotesis dalam setiap penelitian perlu diuji untuk membuktikan kebenaran dari
hipotesis yang telah dirumuskan. Ada atau tidaknya peningkatan kemampuan
penalaran dan kemandirian belajar matematika siswa kelas V11 SMP
ASSUMPTA KUPANG tahun pelajaran 2020/2021 setelah mengikuti
pembelajaran matematika melalui metode multi level. Teknik yang digunakan
untuk menguji hipotesis ini adalah uji tes yaitu menguji perbedaan rata-rata dua
kelompok yang saling beban uji yang digunakan adalah SPSS Versi 21 dengan
menggunakan Independent sample t-Test.
1. Ηₒ : tidak terdapat pengaruh metode multi level terhadap peningkatan
kemampuan penalaran matematika siswa kelas V11 SMP MARIA
ASSUMPTA kupang.

Η₁ : Terhadap pengaruh metode multi level terhadap peningkatan


kemampuan

penalaran matematika siswa kelas V11 SMP MARIA ASSUMPTA


kupang.

2. Ηₒ : tidak terdapat pengaruh metode multi level terhadap peningkatan


kemandirian belajar matematika siswa kelas V11 SMP MARIA ASSUMPTA
kupang.
Η₁ : terdapat pengaruh metode multi level terhadap peningkatan kemandirian
belajar matematika siswa kelas V11 SMP MARIA ASSUMPTA kupang.
kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ηₒ`` berdasarkan significance
(sig) sebagai berikut:
jika sig ˂a (0,05), maka Ηₒ ditolak
jika sig >a (0,05), maka Ηₒ diterima

Anda mungkin juga menyukai