Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

Oleh :
Nama : Diah Noviana Efendi
NIM : 2017.02.057

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2021
A. DEFENISI
Menurut BPOM, (2011) Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan
kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan
kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen.
Menurut Marilyn E, (2012) Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit
atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia adalah
gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak
adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia
dengan beragam penyebabnya.
Sedangkan menurut Wong, (2013) Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah
merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.

B. ETIOLOGI
Menurut BPOM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat,
vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia
karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki
cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan
vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia
karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

C. KLASIFIKASI ANEMIA
Menurut Mochtar, (2008) terdapat beragam jenis pengklasifikasian anemia, pada
klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran pada sel darah
merah sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Secara morfologi, pengklasifikasian
anemia terdiri atas:
1. Anemia normositik normokrom
Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah atau destruksi darah
yang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulang harus bekerja lebih keras lagi
dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada
gambaran darah tepi. Pada kelas ini, ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta
mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia.
Anemia ini dapat terjadi karena hemolitik, pasca pendarahan akut, anemia aplastik,
sindrom mielodisplasia, alkoholism, dan anemia pada penyakit hati kronik.
2. Anemia makrositik normokrom
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi
normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh
gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada
defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab
terjadi gangguan pada metabolisme sel
3. Anemia mikrositik hipokrom
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah
yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem
(besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah
kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin
abnormal kongenital).
Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan morfologis dan
etiologi. Berikut adalah pengklasifikasian anemia menurut etiologinya:
1. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk di sumsum tulang
yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang
dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan sel
darah merah, sel darah putih dan trombosit. Secara morfologis sel-sel darah merah
terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang dan biopsi
sumsum tulang menunjukkan suatu keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan
hipoplasia yang nyata dan terjadi pergantian dengan jaringan lemak. Langkah-langkah
pengobatan terdiri dari mengidentifikasi dan menghilangkan agen penyebab. Namun
pada beberapa keadaan tidak dapat ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini
disebut idiopatik. Beberapa keadaan seperti ini diduga merupakan keadaan imunologis.
2. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai anemia
mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis hemoglobin. Defisiensi
besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi pada wanita usia
subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan
kebutuhan besi selama hamil.
D. PATHWAY

E. MANIFETASI KLINIS
Menurut Carpenito, (2000) tanda gejala khas dari penderita anemia yaitu:
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
F. PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth (2012) adanya suatu anemia mencerminkan adanya
suatu kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).  Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). 
Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya
dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi
sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar Hb, hematokrit, indeks sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. 
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang
:
1. Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada pasien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi
sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin
B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. Anemia defisiensi asam folat penanganannya
dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
I. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut Santosa, Budi (2007) panduan untuk pengkajian keperawatan
1. Lakukan pengkajian fisik head to toe
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet
3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum
1) Kelemahan otot
2) Mudah lelah, Kulit pucat

b. Manifestasi sistem saraf pusat


1) Sakit kepala
2) Pusing
3) Peka rangsang
4) Proses berpikir lambat
5) Penurunan lapang pandang
6) Apatis
7) Depresi
8) Gelisah

c. Syok (anemia kehilangan darah)


1) Perfusi perifer buruh
2) Kulit lembab dan dingin
3) Tekanan darah rendah dan tekanan darah sentral
4) Peningkatan frekuensi jantung

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada studi kasus ini diagnosa yang digunakan menggunakan Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (SDKI), 2016:
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin
2. Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan Menelan Makanan
3. Intoleransi Aktifitas b/d Ketidakseimbangan Suplai dan Kebutuhan Oksigen
no SDKI SLKI SIKI

1 Perfusi Perifer Perfusi Perifer Perfusi Perifer


Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama :
Tidak Efektif
selama 1x24jam diharapkan perfusi perifer perawatan sirkulasi
b/d Penurunan dapat teratasi dengan kriteria hasil Observasi :
Kriteria hasil 1 2 3 4 5  periksa sirkulasi perifer
Konsentrasi
 identifikasi faktor resiko
Hemoglobin Denyut nadi perifer gangguan sirkulasi
 monitor
Warna kulit pucat panas,kemerahan
Terapiutik
Pengisian kapiler  hindari pemasangan
aklar infus atau pengambilan
Keterangan : darah di area
keterbatasan perfusi
1. Menurun
 hindari pengukuran
2. Cukup menurun tekanan darah pada
3. Sedang ekstremitas
 lakukan pencegahan
4. Cukup meningkat infeksi
5. meningkat Edukasi
 anjurkan berhenti
merokok
 anjurkan berolahraga
rutin
 anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah
2 Defisit Nutrisi Status nutrisi Status nutrisi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama :
b/d
selama 1x24jam diharapkan status nutrisi manajemen nutrisi
Ketidakmampu dapat teratasi dengan kriteria hasil Observasi :
Kriteria hasil 1 2 3 4 5 identifikasi status nutrisi
an Menelan
identifikasi alergi dan
Makanan Porsi makanan yang intoleransi makanan
di habiskan identifikasi makanan yang
Perasaan cepat disukai
kenyang nyeri Terapiutik
abdomen sariawan lakukan oral hygiene sebelum
makan
rambut rontok diare
fasilitasi menentukan
Berat badan indeks pedoman diet
masa tubuh sajikan makanan secara
Keterangan : menarik
Edukasi
1. Menurun  anjurkan posisi duduk
2. Cukup menurun  ajarkan diet yang di
programkan
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. meningkat

3 Intoleransi Intoleransi aktifitas Intoleransi aktifitas


Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi utama :
Aktifitas b/d
selama 1x24jam diharapkan intoleransi manajemen energy
Ketidakseimban aktifitas dapat teratasi dengan kriteria hasil Observasi
Kriteria hasil 1 2 3 4 5 identifikasi gangguan fungsi
gan Suplai dan
tubuh yang
Kebutuhan Frekuensi nadi mengakibatkan kelelahan
monitor kelelahan fisik dan
Oksigen Keluhan lelah emosional
Warna kulit monitor pola dan jam tidur
Keterangan : terapitutik
 sediakan lingkungan yang
1. Menurun nyaman
2. Cukup menurun  lakukan latihan rentang
gerak pasif dan atau aktif
3. Sedang
 berikan aktifitas distraksi
4. Cukup meningkat yang menenangkan
5. meningkat Edukasi
 anjurkan tirah baring
 anjurkan melakukan
aktifitas secara
bertahap
 ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Anda mungkin juga menyukai